Anda di halaman 1dari 13

MODUL UTAMA

OTOLOGI

MODUL I.4
INFLAMASI TELINGA LUAR

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

DAFTAR ISI

A. WAKTU............................................................................................ 2
B. PERSIAPAN SESI........................................................................... 2
C. REFERENSI.................................................................................... 2
D. KOMPETENSI................................................................................. 3
E. GAMBARAN UMUM .................................................................... 3
F. CONTOH KASUS DAN DISKUSI................................................ 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................... 5
H. METODE PEMBELAJARAN........................................................ 5
I. EVALUASI...................................................................................... 6
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF............... 7
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR....... 9
L. MATERI PRESENTASI.................................................................. 10
M. MATERI BAKU............................................................................... 10

1
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

A. WAKTU

Proses pengembangan kompetensi Alokasi waktu


Sesi dalam kelas 4 x 60 menit (classroom session)
Sesi praktikum 2 x 60 menit (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian 2 x 60 menit (facilitation and
kompetensi assessment)

B. PERSIAPAN SESI

1. Bahan penunjang presentasi:


a. Power point
b. Video

2. Kasus: inflamasi telinga luar.

3. Sarana dan alat bantu latih : (disesuaikan dengan pencapaian kompetensi)


a. Penuntun belajar (learning guide): terlampir.
b. Tempat belajar (training setting): ruang kuliah, ruang praktikum,
instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, kamar operasi,.
c. Model/ manekin (liang) telinga.
d. Laptop.
e. LCD.

C. REFERENSI

1. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Outer Ear Infection in Nose and Throat
Disease, Second edition, Thieme Medical Publishers Inc., New York, 1994,
p. 71-5.
2. Figueiredo RR, Azevedo AA, Kós AO, Tomita S. Complications of ent
foreign bodies: a retrospective study. Braz J Otorhinolaryngol. Jan-Feb
2008;74(1):7-15.
3. Jung T.T.K, Jinn T.H. Disease of The External Ear. In Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 16th Edition. Ontario: BC
Decker Inc; 2003. p. 234-5.
4. Kroon D.F, Strasnick B. Disease of the Auricle, External Auditory Canal, and
Tympanic Membrane. In Glasscock Shambaugh Surgery Of The Ear 5th
Edition. Ontario : BC Decker Inc;2003. p.351-2.

2
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

5. Lee .K.J. Noninfectious disorders of the ear. Essential Otolaryngology Head


and Neck Surgery 9th Edition. Elseiver Science Publishers, 2008, p. 345

D. KOMPETENSI

1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu:
a. Menegakkan diagnosis inflamasi telinga luar berdasarkan anamnesis, dan
pemeriksaan fisik.
b. Menatalaksana secara mandiri kasus inflamasi telinga luar.

2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi liang telinga.
b. Menjelaskan patofisiologi inflamasi telinga luar.
c. Menjelaskan gambaran klinis inflamasi telinga luar.
d. Menegakkan diagnosis inflamasi telinga luar.
e. Melakukan penanganan inflamasi telinga luar dan komplikasinya.
f. Melakukan follow-up pasien inflamasi telinga luar.

E. GAMBARAN UMUM

1. Definisi
Liang telinga tersusun atas kulit, kartilago, tulang dan adneksanya. Kulit
pada liang telinga dapat mengalami inflamasi seperti pada kulit pada bagian
tubuh yang lain. Peradangan tersebut terjadi sebagai akibat respon tubuh
terhadap trauma. Sejumlah etiologi dapat menjadi penyebab inflamasi kulit
liang telinga, yaitu: infeksi, trauma, dan proses imunologi. Inflamasi kulit
liang telinga lebih sering terjadi di daerah tropis, lembab dan pada orang
dengan kebiasaan aktivitas air (seperti berenang).

2. Faktor Predisposisi:
a. Iklim tropis yang hangat dan lembab.
b. Maserasi kulit liang telinga yang memudahkan invasi bakteri patogen.
c. Penurunan pH kulit liang telinga akibat berenang dan pembersihan
serumen berlebih.

3
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

3. Ruang Lingkup
a. Otitis eksterna sirkumskripta.
b. Otitis eksterna difusa.

4. Gejala dan tanda klinis


Keluhan yang sering dirasakan pasien adalah gatal, nyeri (otalgia),
gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan liang telinga
sempit akibat kulit yang edema, hiperemis, dan sekret non mukoid.

5. Penatalaksanaan
a. Membersihkan liang telinga.
b. Antibiotik topikal dengan atau tanpa tampon telinga.
c. Edukasi untuk mengurangi faktor risiko.

F. CONTOH KASUS & DISKUSI

Seorang laki-laki usia 22 tahun datang ke instalasi gawat darurat dengan


keluhan telinga kanan terasa nyeri sekali sejak 4 jam yang lalu. Dua hari
sebelumnya saat pasien membersihkan liang telinga. Saat datang
pendengaran berkurang dan telinga kanan dirasakan penuh, tetapi tidak
disertai keluar cairan.

Soal:
a. Sebutkan tanda klinis yang dapat ditemukan saat melakukan pemeriksaan
fisik liang telinga.
b. Sebutkan faktor predisposisi terjadinya penyakit tersebut.
c. Sebutkan diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut.
d. Sebutkan penatalaksanaan pada penyakit tersebut.

Jawaban :
a. Nyeri tekan tragus dan atau nyeri tarik daun telinga, gangguan
pendengaran, furunkel pada sepertiga luar liang telinga.
b. Maserasi kulit liang telinga akibat trauma mengorek liang telinga yang
memudahkan invasi bakteri patogen,
c. Otitis eksterna sirkumkripta telinga kanan.
d. Pemberian antibiotik topikal.
e. Tampon liang telinga dengan salep antibiotik dan dilepas setelah hari ke
2-3.
f. Antibiotik tetes telinga dengan atau tanpa tampon liang telinga.

4
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

g. Antibiotik oral diberikan jika terdapat gejala dan tanda infeksi sistemik
(seperti demam), Terapi gejala simptomatis seperti analgetik dapat
diberikan jika diperlukan.

G. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti sesi ini peserta didik terampil dalam :
a. Mampu menegakkan diagnosis klinis inflamasi telinga luar berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
b. Mampu mentatalaksana secara mandiri kasus inflamasi telinga luar.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi liang telinga.
b. Menjelaskan patofisiologi inflamasi telinga luar.
c. Menjelaskan gambaran klinis inflamasi telinga luar.
d. Menegakkan diagnosis inflamasi telinga luar.
e. Melakukan penanganan inflamasi telinga luar dan komplikasinya.
f. Melakukan follow-up pasien inflamasi telinga luar.

H. METODE PEMBELAJARAN

a. Presentasi modul
b. Kuliah
c. Mini lecture
d. Referat/ Tinjauan pustaka
e. Jurnal/ literature reading
f. Skills lab
g. Wet lab
h. Poliklinik
i. Bed side teaching
j. Tindakan/ operasi
k. Laporan kasus
l. Morning case report
m. Bakti sosial

5
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

I. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tertulis dan lisan
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
a. Anatomi dan fisiologi telinga luar.
b. Penegakan diagnosis inflamasi telinga luar.
c. Penatalaksanaan inflamasi telinga luar.
d. Follow up inflamasi telinga luar.
2. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar.
3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang
tertera dalam penuntun belajar melalui metode bedside teachingpada pasien
sesungguhnya dibawah pengawasan fasilitator dan mengisi formulir penilaian
sebagai berikut :
a. Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan.
b. Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan
terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
c. Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien).
4. Melakukan case based discussion (formulir penilaian terlampir).
5. peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education).
6. Penilaian pencapaian pembelajaran :
a. Ujian nasional dilakukan pada akhir tahapan pendidikan spesialis oleh
kolegium ilmu kesehatan THT-KL.
b. Ujian akhir stase, setiap divisi/ unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan.

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

Kuesioner:
1. Sebelum pembelajaran
Soal:
a. Jelaskan anatomi dan fisiologi liang telinga.
b. Sebutkan faktor predisposisi terjadinya inflamasi telinga luar.

6
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

c. Sebutkan gejala dan tanda klinis yang dapat ditemukan pada pasien
inflamasi telinga luar.

Jawaban:
a. Liang telinga terbagi menjadi 1/3 luar (yang biasa disebut liang telinga
bagian kartilago) dan liang telinga 2/3 dalam (yang biasa disebut sebagai
liang telinga bagian tulang). Liang telinga tertutup oleh lapisan kulit, dan
pada liang telinga 1/3 luar memiliki adneksa kulit (seperti kelenjar
seruman dan folikel rambut). Pada liang telinga terdapat mekanisme
fisiologi self cleansing yaitu migrasi epitel kulit ke arah luar dan adanya
sekresi kelenjar serumen yang selalu menjaga kondisi liang telinga
menjadi asam. Kedua mekanisme tersebut mencegah terjadinya infeksi
pada kulit liang telinga.

b. Faktor predisposisi terjadinya inflamasi liang telinga adalah:


1. Iklim tropis yang hangat dan lembab.
2. Maserasi kulit liang telinga yang memudahkan invasi bakteri
patogen.
3. Penurunan pH kulit liang telinga akibat berenang dan pembersihan
serumen berlebih.

c. Keluhan yang sering dirasakan pasien adalah gatal, nyeri (otalgia),


gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan liang
telinga sempit akibat kulit yang edema, hiperemis, dan sekret purulen.
Pada anak usia dini, diagnosis tersebut kadang sulit didapatkan dan
menyerupai dengan temuan pada otitis media atau mastoiditis.

2. Tengah pembelajaran
Soal :
a. Jelaskan anatomi dan fisiologi liang telinga.
b. Sebutkan faktor predisposisi terjadinya inflamasi telinga luar.
c. Sebutkan gejala dan tanda klinis yang dapat ditemukan pada pasien
inflamasi telinga luar.

Jawaban:
a. Liang telinga terbagi menjadi 1/3 luar (yang biasa disebut liang telinga
bagian kartilago) dan liang telinga 2/3 dalam (yang biasa disebut sebagai
liang telinga bagian tulang). Liang telinga tertutup oleh lapisan kulit, dan
pada liang telinga 1/3 luar memiliki adneksa kulit (seperti kelenjar
seruman dan folikel rambut). Pada liang telinga terdapat mekanisme

7
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

fisiologi self cleansing yaitu migrasi epitel kulit ke arah luar dan adanya
sekresi kelenjar serumen yang selalu menjaga kondisi liang telinga
menjadi asam. Kedua mekanisme tersebut mencegah terjadinya infeksi
pada kulit liang telinga.

b. Faktor predisposisi terjadinya inflamasi liang telinga adalah:


1. Iklim tropis yang hangat dan lembab.
2. Maserasi kulit liang telinga yang memudahkan invasi bakteri
patogen.
3. Penurunan pH kulit liang telinga akibat berenang dan pembersihan
serumen berlebih.

c. Keluhan yang sering dirasakan pasien adalah gatal, nyeri (otalgia),


gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan liang
telinga sempit akibat kulit yang edema, hiperemis, dan sekret purulen.
Pada anak usia dini, diagnosis tersebut kadang sulit didapatkan dan
menyeripai dengan temuan pada otitis media atau mastoiditis.

3. Akhir pembelajaran
Soal :
a. Jelaskan anatomi dan fisiologi liang telinga.
b. Sebutkan faktor predisposisi terjadinya inflamasi telinga luar.
c. Sebutkan Gejala dan tanda klinis yang dapat ditemukan pada pasien
inflamasi telinga luar.
d. Sebutkan / jelaskan terapi pada otitis eksterna.

Jawaban :
a. Liang telinga terbagi menjadi 1/3 luar (yang biasa disebut liang telinga
bagian kartilago) dan liang telinga 2/3 dalam (yang biasa disebut sebagai
liang telinga bagian tulang). Liang telinga tertutup oleh lapisan kulit, dan
pada liang telinga 1/3 luar memiliki adneksa kulit (seperti kelenjar
seruman dan folikel rambut). Pada liang telinga terdapat mekanisme
fisiologi self cleansing yaitu migrasi epitel kulit ke arah luar dan adanya
sekresi kelenjar serumen yang selalu menjaga kondisi liang telinga
menjadi asam. Kedua mekanisme tersebut mencegah terjadinya infeksi
pada kulit liang telinga..
b. Faktor predisposisi terjadinya inflamasi liang telinga adalah:
1. Iklim tropis yang hangat dan lembab.
2. Maserasi kulit liang telinga yang memudahkan invasi bakteri
patogen.

8
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

3. Penurunan pH kulit liang telinga akibat berenang dan pembersihan


serumen berlebih.
c. Keluhan yang sering dirasakan pasien adalah gatal, nyeri (otalgia),
gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan liang
telinga sempit akibat kulit yang edema, hiperemis, dan sekret purulen.
Pada anak usia dini, diagnosis tersebut kadang sulit didapatkan dan
menyeripai dengan temuan pada otitis media atau mastoiditis.

K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PEMBERIAN ANTIBIOTIK TOPIKAL PADA LIANG
TELINGA

Kinerja setiap langkah yang dievaluasi diberi nilai sesuai skala berikut:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan).
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan
urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit
perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal.
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu
kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan).

NAMA PESERTA: ......................................... TANGGAL: .................................

KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
• Nama.
• Diagnosis.
• Rencana Tindakan.
• Persiapan Sebelum Tindakan.
II. PERSIAPAN PROSEDUR PEMBERIAN ANTIBIOTIK TOPIKAL
PADA LIANG TELINGA
- Pembersihan liang telinga dari debris dan sekret
menggunakan suction dengan dibantu lampu kepala atau
oto-mikroskop atau oto-endoskop.

9
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

- Bila antibiotik topikal diberikan dalam bentuk salep,


maka diberikan dengan cara dioleskan pada tampon
liang telinga steril, dan selanjutnya tampon dievaluasi/
dilepas setelah hari ke2.
- Bila antibiotik diberikan dalam bentuk cair atau tetes:
o Bila liang telinga sempit, maka dipasang tampon
liang telinga steril di dalam liang telinga, dan
selanjutnya tetes antibiotik diteteskan pada tampon
tersebut.
o Bila liang telinga cukup lapang, tetes antibiotik dapat
diteteskan langsung ke dalam liang telinga dengan
cara kepala miring sehingga telinga yang ditetes
menghadap ke atas. Selanjutnya obat diteteskan ke
dalam liang telinga diikuti dengan tindakan menekan
tragus. Setelah jumlah tetesan yang dianjurkan
tercapai, obat/cairan antibiotik didiamkan di dalam
liang telinga selama 10 menit. Selanjutnya cairan
obat dibuang dengan memiringkan kepala kearah
berlawanan sehingga seluruh obat keluar dari dalam
liang telinga.

L. MATERI PRESENTASI

M. MATERI BAKU

Otitis Eksterna Difusa


Inflamasi pada CAE termasuk pada kulitnya (eksim, dermatitis yang
disebabkan cedera mekanik, zat toksik atau alergi) akan memperberat infeksi
bakteri akut pada kulit yang bercampur dengan flora normal termasuk organisme
gram negatif (pseudomonas aeruginosa, proteus mirabilis) dan bakteri anaerob.
Penyakit ini biasanya ditandai dengan keluhan gatal. Bisa juga disertai dengan
rasa nyeri pada infeksi akut. Terkadang pasien mengeluhkan adanya krusta akibat
adanya riwayat cairan purulen yang keluar. Pada pemeriksaan fisik dapat kita
temukan adanya penebalan disertai dengan adanya deskuamasi. Ditemukan juga
adanya pembengkakan yang disertai dengan adanya cairan atau krusta.
Penanganannya dapat dilakukan dengan pembersihan yang berulang dan membuat
telinga menjadi kering dengan pemberian cairan antiseptik dan antibiotik tetes
telinga. Bisa juga diobati dengan pemberian kombinasi antara antibiotik dengan

10
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

steroid tetes telinga, tetapi tidak boleh lebih dari 2 minggu karena dapat
menyebabkan resistensi.12

Otitis Eksterna Sirkumskripta


Disebut juga dengan furunkel, dimana terjadi infeksi bakteri akut pada
jaringan tulang rawan di CAE. Disebabkan oleh adanya trauma lokal dan
kontaminasi dari CAE yang menyebabkan obstruksi pada folikel rambut dan
biasanya disebabkan oleh infeksi kuman staphilococcus pada unit pilosebaseus.
Gejalanya biasanya pasien merasakan sangat nyeri disertai adanya pembengkakan.
Penyakit ini ditangani dengan melakukan pembersihan dengan teliti kemudian
diberikan kasa alkohol 70% selama 1-2 hari. Setelah itu dapat kita berikan salep
antibiotik. Setelah bengkaknya teratasi barulah kita berikan tetes telinga
kombinasi antibiotik dengan steroid.12

Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur yang terdapat pada kulit kanal eksterna.
Meskipun jamur mungkin patogen utama, mereka biasanya bersamaan dengan
infeksi bakteri kronis pada kanal eksterna atau telinga tengah. Otomikosis
sekunder cenderung kambuh jika infeksi primer yang mendasari tidak terkontrol.
Semua jamur memiliki tiga persyaratan pertumbuhan dasar ; kelembaban,
kehangatan, dan kegelapan. Spesies Aspergillus adalah yang paling umum,
biasanya A. niger. Tetapi bisa juga disebabkan oleh candida albikans, mucor dan
dermatophyta. Jika pada kultur aural tumbuh A. fumigatus atau A. flavus, maka
kita harus curiga tentang infeksi yang lebih invasif.1,3,4,12
Pruritus adalah keluhan klinis utama. Pemeriksaan otoskopi umumnya
mengungkapkan membran putih abu-abu, hitam, atau putus-putus. Pembersihan
menyeluruh di bawah mikroskop dengan pasien terlentang untuk menghilangkan
kotoran jamur adalah langkah pertama dan benar-benar paling penting dalam
terapi. Dilakukan aural toilet disertai dengan aplikasi topikal seperti aluminium
sulfat- kalsium asetat (Domeboro) atau dengan bubuk pengeringan seperti asam
borat. Krim atau salep clotrimazole (Lotrimin) juga dapat digunakan. Pada
perforasi membran timpani atau ventilasi paten tuba, tetes clotrimazole atau lotion
mungkin sangat menyakitkan. Terapi dengan tindakan pembersihan dan
pengeringan menggunakan serbuk bisa memberikan hasil yang baik.
Tympanoplasty merupakan tindakan terbaik yang dilakukan untuk menutup
perforasi yang sebentar-sebentar mengeluarkan cairan yang disertai dengan
infeksi jamur.1,3,4,12
Gentian violet biasanya ditoleransi dengan baik pada pasien dengan
adanya lubang di mastoid. Karena akan menjadi noda pada kulit dan pakaian

11
Modul I.4 – Inflamasi Telinga Luar

secara permanen, dalam jumlah kecil digunakan dengan perlindungan yang


memadai dari daerah sekitarnya.1
Banyak pasien dengan infeksi otomykosis refraktori mungkin telah
menjalani operasi mastoid sebelumnya. Seringkali dinding saluran menjadi lebih
rendah. Karena terkadang sampai terjadi gangguan pendengaran yang sedang
sampai parah, pasien mungkin perlu memakai alat bantu dengar dengan cetakan
tertutup. Ini merupakan masalah yang signifikan karena pasien bergantung pada
alat bantu hampir sepanjang hari dan enggan untuk melepas alat bantu tersebut.
Instruksikan ke pasien untuk berhati-hati, debridement telinga secara teliti, dan
penggunaan agen pengeringan seperti bubuk asam borat, bubuk Chloromycetin-
sulfanilamide-Fungizone (amfoterisin B) atau bubuk Chloromycetin-
sulfanilamide - Tinactin (tolnaftate) sering akan membantu membersihkan rongga.
Salep di rongga tertutup dengan alat bantu dengar dapat mendorong pertumbuhan
jamur karena akumulasi kelembaban. Dalam kasus refrakter, gentian violet atau
metacresyl asetat (Cresylate) digunakan secara topikal.1

12

Anda mungkin juga menyukai