Anda di halaman 1dari 21

MODUL UTAMA

OTOLOGI

MODUL I.2.2
IMPAKSI SERUMEN

EDISI III

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA LEHER
2020
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

DAFTAR ISI

A. WAKTU PEMBELAJARAN ................................................... 2


B. PERSIAPAN SESI ................................................................... 2
C. REFERENSI ....................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ................................................................................... 3
E. CONTOH KASUS DAN DISKUSI ................................................... 3
F. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................ 4
G. METODE PEMBELAJARAN ........................................................... 5
H. EVALUASI ........................................................................................ 7
I. INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF ………............................... 8
J. INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR .................................... 10
K. DAFTAR TILIK ................................................................................. 12
L. MATERI PRESENTASI..................................................................... 13
M MATERI BAKU……………………………………………………. 15
.

1
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

A. WAKTU PEMBELAJARAN

Proses pengembangan kompetensi Alokasi waktu


Sesi dalam kelas 2 x 60 menit (classroom session)
Sesi praktikum 3 x 60 menit (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 20 x 60 menit (facilitation and
assessment)

B. PERSIAPAN SESI
1. Materi presentasi: Power point
2. Kasus: Impaksi Serumen
3. Sarana dan alat bantu latih: (disesuaikan dengan pencapaian kompetensi)
 Penuntun belajar (learning guide): terlampir.
 Tempat belajar (training setting): ruang kuliah, ruang praktikum,
instalasi rawat jalan.
 Model/manekin (liang) telinga.
 Komputer/laptop.
 In focus.

C. REFERENSI
1. Linstrom CJ, Lucente FE. Disease of the external ear. In: Johnson JT,
Rosen CA, eds. Bailey’s Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 5 th ed.
China: Lippincott Williams & Wilkins; 2014. p. 2333-57
2. Probst R. External Ear. In: Probst R, Grevers G, Iro H, eds. Basic
Otorhinolayngology: A Step-By-Step Learning Guide. New York: George
Thieme Verlag; 2006. p. 207-27

2
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

3. Smith W, Burton M. Drug therapy in otology. In: Gleeson M, editor.


Scott-Browns’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7 th ed.
Great Britain: Edward Arnold Ltd; 2008. p. 429-35
4. Kenneth S, editor. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and
Function, 5th Edition. New York: McGraw-Hill, 2010.
5. Koçer M, Güldür T, Akarçay M, Miman MC, Beker G. Investigation of
age, sex and menstrual stage variation in human cerumen lipid
composition by high performance thin layer chromatography. J Laryngol
Otol. 2008;122:881–6. 10.1017/S0022215107000783
6. Shokry E, de Oliveira AE, Avelino MA, de Deus MM, Filho NR. Earwax:
a neglected body secretion or a step ahead in clinical diagnosis. J
Proteomics. 2017;159:92–101. 10.1016/j.jprot.2017.03.005

D. KOMPETENSI
1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu:
a. Menegakkan diagnosis kasus impaksi serumen berdasarkan
anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
b. Menatalaksana secara mandiri kasus impaksi serumen.

2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam:
a. Melakukan penanganan impaksi serumen dan komplikasinya.
b. Melakukan follow-up pasien impaksi serumen.

E. CONTOH KASUS & DISKUSI


Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke Poliklinik THT-KL dengan
keluhan telinga kanan terasa penuh sejak 4 hari yang lalu setelah mengorek-
ngorek telinga menggunakan cotton bud. Keluhan dapat disertai penurunan

3
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

pendengaran dan tidak disertai nyeri. Pada pemeriksaan tampak material


kecoklatan menutupi liang telinga. Konsistensi padat.

Soal:
1. Apa diagnosis kerja yang paling mungkin untuk pasien ini.
2. Bagaimana penatalaksanaan pasien ini

Jawaban :
1. Impaksi serumen.
2. Pembersihan liang telinga dengan teknik irigasi liang telinga, suction atau
penggunaan pengait serumen. Jika serumen telalu keras dan akan
menimbulkan rasa sakit jika dibersihkan maka dapat digunakan obat tetes
untuk melunakkan serumen, terutama pada anak-anak. Obat tetes yang
dapat digunakan seperti cairan ceruminolytic (Karbogliserin), atau
hidrogen peroksida selama beberapa hari kemudian serumen dapat
dibersihkan dengan irigasi atau dihisap/suction.

F. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik terampil dalam :
1. Mampu menegakkan diagnosis klinis impaksi serumen berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Mampu mentatalaksana secara mandiri kasus impaksi serumen.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi liang telinga.
2. Menjelaskan patofisiologi impaksi serumen.
3. Menjelaskan gambaran klinis impaksi serumen.
4. Menegakkan diagnosis impaksi serumen.

4
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

5. Melakukan penanganan impaksi serumen dan komplikasinya.


6. Melakukan follow-up pasien impaksi serumen.

G. METODE PEMBELAJARAN
Tujuan 1. Menjelaskan anatomi, histologi, topografi dan fisiologi liang
telinga.
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
berikut ini:
• Belajar mandiri.
• Diskusi kelompok.
Harus diketahui:
• Anatomi, histologi, dan topografi liang telinga.
• Fisiologi liang telinga.

Tujuan 2. Menjelaskan patofisiologi impaksi serumen.


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
berikut ini:
• Belajar mandiri.
• Tinjauan pustaka.
• Diskusi kelompok.
Harus diketahui:
• Patofisiologi impaksi serumen.

Tujuan 3. Menjelaskan gambaran klinis impaksi serumen.


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
berikut ini:
• Belajar mandiri.
• Tinjauan pustaka.
• Kuliah.
• Diskusi kelompok.

5
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

Harus diketahui:
• Gambaran klinis (gejala dan tanda) impaksi serumen.

Tujuan 4. Menegakkan diagnosis impaksi serumen.


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
berikut ini:
• Belajar mandiri.
• Kuliah.
• Diskusi kelompok.
• Bedside teaching.
• Praktik pada pasien.
Harus diketahui:
• Tanda dan gejala klinis impaksi serumen.

Tujuan 5. Melakukan penanganan impaksi serumen dan komplikasinya.


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
berikut ini:
• Belajar mandiri.
• Kuliah.
• Diskusi kelompok.
• Praktikum.
• Bedside teaching.
• Praktik pada pasien.
• Bakti sosial.
Harus diketahui:
• Tata laksana impaksi serumen.
• Komplikasi impaksi serumen.
• Komplikasi dari tata laksana impaksi serumen.

Tujuan 6. Melakukan follow up pasien impaksi serumen.

6
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran


berikut ini:
• Belajar mandiri.
• Kuliah.
• Diskusi kelompok.
• Bedside teaching.
• Praktikum.
• Praktik pada pasien.
Harus diketahui:
• Hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien dengan impaksi
serumen.
• Edukasi yang perlu diberikan pada pasien.

H. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tertulis dan lisan
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
a. Anatomi, histologi dan fisiologi telinga luar.
b. Penegakan diagnosis impaksi serumen.
c. Penatalaksanaan impaksi serumen.
d. Follow up impaksi serumen.
2. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar.
3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang
tertera dalam penuntun belajar melalui metode bedside teaching pada
pasien sesungguhnya dibawah pengawasan fasilitator dan mengisi formulir
penilaian sebagai berikut :

7
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

a. Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak


dilaksanakan.
b. Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien.
c. Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien).
4. Melakukan case based discussion (formulir penilaian terlampir).
5. peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education).
6. Penilaian pencapaian pembelajaran :
i. Ujian nasional dilakukan pada akhir tahapan pendidikan spesialis
oleh kolegium ilmu kesehatan THT-KL.
ii. Ujian akhir stase, setiap divisi/ unit kerja oleh masing-masing
sentra pendidikan.

I. INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF


Kuesioner:
A. Sebelum pembelajaran
Soal:
1. Jelaskan patofisiologi terjadinya impaksi serumen.
2. Jelaskan gejala dan tanda klinis impaksi serumen.
3. Jelaskan teknik ekstraksi serumen.

Jawaban:
1. Impaksi Serumen disebabkan oleh gangguan mekanisme pembersihan
sendiri liang telinga secara normal atau akibat sekresi serumen yang
berlebihan. Impaksi Serumen terdiri dari sekresi dari kelenjar
seruminosa yang bercampur dengan sebum, debris yang lepas dan
kontaminan. Kebiasaan membersihkan telinga dengan swab kapas
(cotton bud) menyebabkan serumen terdorong lebih jauh ke dalam dan

8
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

penggunakan jepit rambut atau pena dapat menyebabkan infeksi liang


telinga/otitis ekserna. Sumbatan liang telinga oleh serumen dapat
disebabkan oleh impaksi dari serumen atau serumen yang
mengembang karena kontak dengan air. Seiring dengan bertambahnya
usia, keringnya kulit liang telinga dan perubahan sekresi di liang
telinga menghasilkan pembentukan serumen yang keras dan cenderung
untuk menetap di dalam liang telinga, terutama pada liang telinga yang
sempit. Hal ini merupakan masalah yang sering ditemukan karena
menyebabkan gangguan pendengaran dan ketidaknyamanan serta
menjadi sumber infeksi.
2. Impaksi Serumen dapat menimbulkan sensasi rasa penuh pada telinga
disertai dengan penurunan pendengaran. Beberapa pasien
mengeluhkan vertigo dan tinitus. Pada otoskopi terlihat serumen
berwarna kuning kecoklatan hingga hitam yang menyumbat liang
telinga.
3. Beberapa teknik dapat digunakan dalam membersihkan serumen:
a. Irigasi liang telinga
Tidak boleh dilakukan jika ada perforasi membran timpani. Irigasi
telinga paling baik dilakukan pada serumen yang lunak dan
berminyak. Irigasi dilakukan dengan syringe, dan air yang
digunakan harus sesuai dengan suhu tubuh. Cairan irigasi
diarahkan sepanjang bagian superior-posterior dinding liang
telinga.
b. Suction
Pasien sebaiknya diingatkan kemungkinan terjadinya vertigo yang
disebabkan oleh tes kalori, juga antisipasi terhadap rasa mual.
Jelaskan bahwa kadang-kadang prosedur ini menyakitkan.
c. Penggunaan pengait serumen
Apabila pasien tersebut anak-anak: selama prosedur anak dalam
pangkuan orang dewasa. Hindari pemaksaan dalam membersihkan
liang telinga atau keadaan dimana pemeriksa tidak mampu melihat

9
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

keadaan di liang telinga. Prosedur yang pelan-pelan dan hati-hati


lebih baik daripada prosedur cepat. Bila pasien mampu menoleransi
pembersihan, lakukan hingga bersih.

B. Akhir pembelajaran
Sama dengan kuesioner sebelum pembelajaran, sehingga dapat dilakukan
perbandingan nilai sebelum dan sesudah pembelajaran

J. INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR EKSTRAKSI IMPAKSI SERUMEN
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk
kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat
efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

NAMA PESERTA: ...................................... TANGGAL: ..........................

10
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

KEGIATAN KASUS

I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR TINDAKAN


 Nama
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR EKSTRAKSI SERUMEN PROP
Persiapan alat :
1. Cairan Irigasi
2. Syringe
3. Cawan ginjal
4. Handuk
5. Suction
6. Pengait Serumen
7. Forsep aligator
8. Lampu kepala
9. Otoskop
10. Endoskopi telinga (jika tersedia)
III. PROSEDUR TINDAKAN
a. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Pasien duduk bersandar pada posisi nyaman di kursi periksa,
apabila pasien tersebut anak-anak : selama prosedur anak
dalam pangkuan orang dewasa.
c. Untuk melihat KAE lebih jelas dan lebih lurus, pegang pinna
dengan satu tangan dan tarik ke belakang dan ke atas pada
orang dewasa dan ditarik ke bawah pada infant.
d. Teknik yang digunakan tergantung konsistensi serumen

11
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

KEGIATAN KASUS
Berbagai teknik ekstraksi impaksi serumen:
1. Irigasi liang telinga
Irigasi telinga paling baik dilakukan pada serumen yang lunak dan
berminyak. Irigasi dilakukan dengan syringe, dan air yang
digunakan harus sesuai dengan suhu tubuh. Cairan irigasi
diarahkan sepanjang bagian superior dinding liang telinga. Hati-
hati pada penderita dengan riwayat perforasi membran timpani.
2. Suction
Pembersihan serumen dengan suction dilakukan pada serumen
yang lunak. Pasien sebaiknya diberitahu kemungkinan terjadinya
vertigo, juga antisipasi terhadap rasa mual. Jelaskan bahwa
kadang-kadang prosedur ini menyakitkan.
3. Penggunaan kuret serumen dan forsep alligator
Hindari ekstraksi serumen apabila pemeriksa tidak mampu
melihat keadaan di liang telinga. Prosedur yang pelan-pelan dan
hati-hati lebih baik daripada prosedur cepat. Bila pasien mampu
menoleransi pembersihan, lakukan hingga bersih.
Jika serumen telalu keras dan akan menimbulkan rasa sakit jika
dibersihkan maka dapat digunakan obat tetes untuk melunakkan
serumen, terutama pada anak-anak. Obat tetes yang dapat digunakan
seperti cairan ceruminolytic (Karbogliserin) atau hidrogen peroksida
selama beberapa hari kemudian serumen dapat dibersihkan dengan
irigasi atau dihisap/suction

K. DAFTAR TILIK

PROSEDUR EKSTRAKSI IMPAKSI SERUMEN

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta

12
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan
dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan
standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta
selama proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA: _____________________________ TANGGAL :_______

KEGIATAN NILAI

1. Kaji ulang diagnosis


2. Persiapan tindakan
3. Melakukan ekstraksi impaksi serumen dengan instrumen yang sesuai
4. Memberikan terapi setelah tindakan

L. MATERI PRESENTASI

Slide 1. Definisi

13
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

Slide 2. Patofisiologi

14
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

Slide 3. Gejala dan Tanda

15
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

Slide 4. Penatalaksanaan

M. MATERI BAKU
Definisi
Serumen atau wax merupakan campuran sekresi kelenjar sebasea
(lemak) dan kelenjar apokrin (ceruminous) dengan debris epitel. Kombinasi
komposisi ini membentuk lapisan asam (pH normal serumen 6,8) yang
membantu mencegah infeksi liang telinga. Bentuk dan konsistensi serumen
berbeda secara genetik dan rasial. Hal ini diduga berhubungan dengan
kandungan imunoglobulin dan lisozim. Liang telinga memiliki kemampuan
untuk self-cleansing dengan cara migrasi epitel dari membran timpani keluar
melalui liang telinga.

Patofisiologi

16
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

Serumen di liang telinga pada beberapa individu jumlahnya sedikit,


namun sebagian lain membentuk massa padat yang bersifat obstruktif.
Impaksi Serumen disebabkan oleh gangguan mekanisme pembersihan
sendiri liang telinga secara normal atau akibat sekresi serumen yang
berlebihan. Impaksi Serumen terdiri dari sekresi dari kelenjar seruminosa
yang bercampur dengan sebum, debris yang lepas dan kontaminan.
Kebiasaan membersihkan telinga dengan swab kapas (cotton bud)
menyebabkan serumen terdorong lebih jauh ke dalam dan penggunakan jepit
rambut atau pena dapat menyebabkan infeksi liang telinga/otitis ekserna.
Sumbatan liang telinga oleh serumen dapat disebabkan oleh impaksi dari
serumen atau serumen yang mengembang karena kontak dengan air. Seiring
dengan bertambahnya usia, keringnya kulit liang telinga dan perubahan
sekresi di liang telinga menghasilkan pembentukan serumen yang keras dan
cenderung untuk menetap di dalam liang telinga, terutama pada liang telinga
yang sempit. Hal ini merupakan masalah yang sering ditemukan karena
menyebabkan gangguan pendengaran dan ketidaknyamanan serta menjadi
sumber infeksi.

Komposisi dan fungsi serumen


Serumen adalah substansi wax yang disekresi oleh kelenjar
seruminosa “ apocrine sweat” yang berlokasi pada subkutaneus kanalis
akustikus eksternus (KAE). Kelenjar seruminosa bersama dengan kelenjar
sebaseus menghasilkan serumen telinga yang merupakan percampuran
sekresi keringat dan material lemak dari kelenjar sebaseus. Berdasarkan
komposisi kimia, terdiri dari fatty acid, alkohol, seramid, wax ester
triacylglycerol, hidro karbon rantai panjang, cholesterol precursors seperti
lanosterol, squalene, and cholesterol yang merupakan produk akhir pada
jalur hyroxymethylglutaryl-CoA (HMG-CoA) reductase dengan konsistensi
basah , lunak, dan kuning atau kecoklatan sampai kering, Produksi serumen
dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain: kondisi pekerjaan, cuaca, atau

17
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

bahkan peningkatan konsentrasi kolesterol dapat memnghambat jalur HMG-


CoA reductase dengan feedback negatif.
Fenotipe serumen ditentukan oleh dua allele pada gen tunggal
ABCC11. Polimorfisme nukleotida tunggal (SNP), pada gen ini mengkode
ATP- yang bertanggung jawab terhadap pompa protein yang berperan
terhadap variasi sekresi kelenjar apokrin yang mengatur jenis serumen
apakah kering atau basah.
Diantara fungsi utama serumen adalah pelembab, pembersih,
lubrikasi, dan melindungi kulit liang telinga dengan peranannya sebagai
antibakterial yang menjaga keasaman lingkungan liang telinga dan pelindung
terhadap air, serangga dan debu. Juga dapat memberi informasi individual
penting terkait suku, etnis, gender, penyakit-penyakit makanan yang
dikomsumsi dan paparan polutan lingkungan sekitar.

Gejala dan Tanda Klinis


Impaksi Serumen dapat menimbulkan sensasi rasa penuh pada telinga
disertai dengan penurunan pendengaran. Beberapa pasien mengeluhkan
vertigo dan tinitus. Pada otoskopi terlihat serumen berwarna kuning
kecoklatan hingga hitam yang menyumbat liang telinga.

Komplikasi
Dapat berlanjut menjadi otitis eksterna, meskipun sangat jarang terjadi.

Penatalaksanaan
Beberapa teknik dapat digunakan dalam membersihkan serumen:
a. Irigasi liang telinga
Tidak boleh dilakukan jika ada perforasi membran timpani. Irigasi telinga
paling baik dilakukan pada serumen yang lunak dan berminyak. Irigasi
dilakukan dengan syringe, dan air yang digunakan harus sesuai dengan
suhu tubuh. Cairan irigasi diarahkan sepanjang bagian superior-posterior
dinding liang telinga.

18
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

b. Suction
Pasien sebaiknya diingatkan kemungkinan terjadinya vertigo yang
disebabkan oleh tes kalori, juga antisipasi terhadap rasa mual. Jelaskan
bahwa kadang-kadang prosedur ini menyakitkan.
c. Penggunaan pengait serumen
Apabila pasien tersebut anak-anak: selama prosedur anak dalam pangkuan
orang dewasa. Hindari pemaksaan dalam membersihkan liang telinga atau
keadaan dimana pemeriksa tidak mampu melihat keadaan di liang telinga.
Prosedur yang pelan-pelan dan hati-hati lebih baik daripada prosedur
cepat. Bila pasien mampu menoleransi pembersihan, lakukan hingga
bersih.
Jika serumen telalu keras dan akan menimbulkan rasa sakit jika
dibersihkan maka dapat digunakan obat tetes untuk melunakkan serumen,
terutama pada anak-anak. Obat tetes yang dapat digunakan seperti cairan
ceruminolytic (karbogliserin), atau hidrogen peroksida selama beberapa hari
kemudian serumen dapat dibersihkan dengan irigasi atau dihisap/suction.
Prinsip Dasar Ekstraksi Serumen
a. Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman baik posisi duduk ataupun
setengah berbaring. Hal yang harus diantisipasi adalah respon vagal yang harus
disiapkan penatalaksanaanya jika melakukan berbagai tindakan di liang telinga,
seperti penatalaksanaan epistaksis. Pencegahan lebih baik dari pengobatan.
b. Gunakan mikroskop, bukan otoskop tangan. Hal yang paling baik adalah
dokter dapat menggunakan teknik fiberoptic imaging untuk nasofaring dan
laring tetapi menangani sumbatan serumen tanpa mikroskop.
c. Jelaskan hal yang akan dilakukan. Apakah akan menggunakan alat
penghisap atau pengait serumen saat menggunakan mikroskop. Jika akan
menggunakan alat penghisap, pasien harus diingatkan dapat mengalami vertigo
seperti pada tes kalori. Antisipasi juga rasa pusing dan mual. Jelaskan pada
pasien bahwa dokter akan berhenti membersihkan serumen bila menimbulkan
nyeri, dilanjutkan jika sudah mereda.

19
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen

d. Prosedur yang pelan-pelan dan hati-hati lebih ditoleransi dengan baik


daripada prosedur yang cepat. Jika pasien dapat mentolerasi pembersihan
dengan baik, lanjutkan sampai benar-benar bersih. Beberapa pasien
membutuhkan peroksida 3% untuk mengeluarkan serumen dan ditunggu
sehingga lebih lunak untuk dikeluarkan yang biasanya dilakukan dengan
suction.
e. Hindari melakukan irigasi secara paksa, apabila liang telinga tidak dapat
dievaluasi dengan jelas. Apabila dilakukan dengan keaadan tersebut dapat
menyebabkan perforasi iatrogen pada membran timpani. Kebanyakan pasien
dapat dilakukan pembersihan dengan baik.
f. Pastikan spongostan/gelfoam dan forcep alligator tersedia. Perdarahan
dapat terjadi terutama pada pasien yang sedang diterapi dengan antikoagulan
seperti aspirin dan warfarin. Perdarahan dapat dikendalikan dengan
pemasangan tampon epinefrin/efedrin pada liang telinga. Kaustik dengan
AgNO3 atau pemasangan spongostan/gelfoam dapat digunakan untuk
mengontrol perdarahan yang masih belum teratasi dengan tampon
epinefrin/efedrin.
Setelah serumen dibersihkan, inspeksi seluruh bagian membran timpani
untuk melihat tanda-tanda penyakit lainnya, seperti perforasi atau adanya
kolesteatom.

20

Anda mungkin juga menyukai