OTOLOGI
MODUL I.2.2
IMPAKSI SERUMEN
EDISI III
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA LEHER
2020
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
DAFTAR ISI
1
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
A. WAKTU PEMBELAJARAN
B. PERSIAPAN SESI
1. Materi presentasi: Power point
2. Kasus: Impaksi Serumen
3. Sarana dan alat bantu latih: (disesuaikan dengan pencapaian kompetensi)
Penuntun belajar (learning guide): terlampir.
Tempat belajar (training setting): ruang kuliah, ruang praktikum,
instalasi rawat jalan.
Model/manekin (liang) telinga.
Komputer/laptop.
In focus.
C. REFERENSI
1. Linstrom CJ, Lucente FE. Disease of the external ear. In: Johnson JT,
Rosen CA, eds. Bailey’s Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 5 th ed.
China: Lippincott Williams & Wilkins; 2014. p. 2333-57
2. Probst R. External Ear. In: Probst R, Grevers G, Iro H, eds. Basic
Otorhinolayngology: A Step-By-Step Learning Guide. New York: George
Thieme Verlag; 2006. p. 207-27
2
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
D. KOMPETENSI
1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu:
a. Menegakkan diagnosis kasus impaksi serumen berdasarkan
anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
b. Menatalaksana secara mandiri kasus impaksi serumen.
2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam:
a. Melakukan penanganan impaksi serumen dan komplikasinya.
b. Melakukan follow-up pasien impaksi serumen.
3
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
Soal:
1. Apa diagnosis kerja yang paling mungkin untuk pasien ini.
2. Bagaimana penatalaksanaan pasien ini
Jawaban :
1. Impaksi serumen.
2. Pembersihan liang telinga dengan teknik irigasi liang telinga, suction atau
penggunaan pengait serumen. Jika serumen telalu keras dan akan
menimbulkan rasa sakit jika dibersihkan maka dapat digunakan obat tetes
untuk melunakkan serumen, terutama pada anak-anak. Obat tetes yang
dapat digunakan seperti cairan ceruminolytic (Karbogliserin), atau
hidrogen peroksida selama beberapa hari kemudian serumen dapat
dibersihkan dengan irigasi atau dihisap/suction.
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik terampil dalam :
1. Mampu menegakkan diagnosis klinis impaksi serumen berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Mampu mentatalaksana secara mandiri kasus impaksi serumen.
4
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
G. METODE PEMBELAJARAN
Tujuan 1. Menjelaskan anatomi, histologi, topografi dan fisiologi liang
telinga.
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran
berikut ini:
• Belajar mandiri.
• Diskusi kelompok.
Harus diketahui:
• Anatomi, histologi, dan topografi liang telinga.
• Fisiologi liang telinga.
5
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
Harus diketahui:
• Gambaran klinis (gejala dan tanda) impaksi serumen.
6
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
H. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tertulis dan lisan
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
a. Anatomi, histologi dan fisiologi telinga luar.
b. Penegakan diagnosis impaksi serumen.
c. Penatalaksanaan impaksi serumen.
d. Follow up impaksi serumen.
2. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar.
3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang
tertera dalam penuntun belajar melalui metode bedside teaching pada
pasien sesungguhnya dibawah pengawasan fasilitator dan mengisi formulir
penilaian sebagai berikut :
7
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
Jawaban:
1. Impaksi Serumen disebabkan oleh gangguan mekanisme pembersihan
sendiri liang telinga secara normal atau akibat sekresi serumen yang
berlebihan. Impaksi Serumen terdiri dari sekresi dari kelenjar
seruminosa yang bercampur dengan sebum, debris yang lepas dan
kontaminan. Kebiasaan membersihkan telinga dengan swab kapas
(cotton bud) menyebabkan serumen terdorong lebih jauh ke dalam dan
8
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
9
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
B. Akhir pembelajaran
Sama dengan kuesioner sebelum pembelajaran, sehingga dapat dilakukan
perbandingan nilai sebelum dan sesudah pembelajaran
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR EKSTRAKSI IMPAKSI SERUMEN
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk
kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat
efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
10
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
KEGIATAN KASUS
11
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
KEGIATAN KASUS
Berbagai teknik ekstraksi impaksi serumen:
1. Irigasi liang telinga
Irigasi telinga paling baik dilakukan pada serumen yang lunak dan
berminyak. Irigasi dilakukan dengan syringe, dan air yang
digunakan harus sesuai dengan suhu tubuh. Cairan irigasi
diarahkan sepanjang bagian superior dinding liang telinga. Hati-
hati pada penderita dengan riwayat perforasi membran timpani.
2. Suction
Pembersihan serumen dengan suction dilakukan pada serumen
yang lunak. Pasien sebaiknya diberitahu kemungkinan terjadinya
vertigo, juga antisipasi terhadap rasa mual. Jelaskan bahwa
kadang-kadang prosedur ini menyakitkan.
3. Penggunaan kuret serumen dan forsep alligator
Hindari ekstraksi serumen apabila pemeriksa tidak mampu
melihat keadaan di liang telinga. Prosedur yang pelan-pelan dan
hati-hati lebih baik daripada prosedur cepat. Bila pasien mampu
menoleransi pembersihan, lakukan hingga bersih.
Jika serumen telalu keras dan akan menimbulkan rasa sakit jika
dibersihkan maka dapat digunakan obat tetes untuk melunakkan
serumen, terutama pada anak-anak. Obat tetes yang dapat digunakan
seperti cairan ceruminolytic (Karbogliserin) atau hidrogen peroksida
selama beberapa hari kemudian serumen dapat dibersihkan dengan
irigasi atau dihisap/suction
K. DAFTAR TILIK
Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta
12
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan
dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan
standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta
selama proses evaluasi oleh pelatih
KEGIATAN NILAI
L. MATERI PRESENTASI
Slide 1. Definisi
13
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
Slide 2. Patofisiologi
14
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
15
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
Slide 4. Penatalaksanaan
M. MATERI BAKU
Definisi
Serumen atau wax merupakan campuran sekresi kelenjar sebasea
(lemak) dan kelenjar apokrin (ceruminous) dengan debris epitel. Kombinasi
komposisi ini membentuk lapisan asam (pH normal serumen 6,8) yang
membantu mencegah infeksi liang telinga. Bentuk dan konsistensi serumen
berbeda secara genetik dan rasial. Hal ini diduga berhubungan dengan
kandungan imunoglobulin dan lisozim. Liang telinga memiliki kemampuan
untuk self-cleansing dengan cara migrasi epitel dari membran timpani keluar
melalui liang telinga.
Patofisiologi
16
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
17
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
Komplikasi
Dapat berlanjut menjadi otitis eksterna, meskipun sangat jarang terjadi.
Penatalaksanaan
Beberapa teknik dapat digunakan dalam membersihkan serumen:
a. Irigasi liang telinga
Tidak boleh dilakukan jika ada perforasi membran timpani. Irigasi telinga
paling baik dilakukan pada serumen yang lunak dan berminyak. Irigasi
dilakukan dengan syringe, dan air yang digunakan harus sesuai dengan
suhu tubuh. Cairan irigasi diarahkan sepanjang bagian superior-posterior
dinding liang telinga.
18
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
b. Suction
Pasien sebaiknya diingatkan kemungkinan terjadinya vertigo yang
disebabkan oleh tes kalori, juga antisipasi terhadap rasa mual. Jelaskan
bahwa kadang-kadang prosedur ini menyakitkan.
c. Penggunaan pengait serumen
Apabila pasien tersebut anak-anak: selama prosedur anak dalam pangkuan
orang dewasa. Hindari pemaksaan dalam membersihkan liang telinga atau
keadaan dimana pemeriksa tidak mampu melihat keadaan di liang telinga.
Prosedur yang pelan-pelan dan hati-hati lebih baik daripada prosedur
cepat. Bila pasien mampu menoleransi pembersihan, lakukan hingga
bersih.
Jika serumen telalu keras dan akan menimbulkan rasa sakit jika
dibersihkan maka dapat digunakan obat tetes untuk melunakkan serumen,
terutama pada anak-anak. Obat tetes yang dapat digunakan seperti cairan
ceruminolytic (karbogliserin), atau hidrogen peroksida selama beberapa hari
kemudian serumen dapat dibersihkan dengan irigasi atau dihisap/suction.
Prinsip Dasar Ekstraksi Serumen
a. Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman baik posisi duduk ataupun
setengah berbaring. Hal yang harus diantisipasi adalah respon vagal yang harus
disiapkan penatalaksanaanya jika melakukan berbagai tindakan di liang telinga,
seperti penatalaksanaan epistaksis. Pencegahan lebih baik dari pengobatan.
b. Gunakan mikroskop, bukan otoskop tangan. Hal yang paling baik adalah
dokter dapat menggunakan teknik fiberoptic imaging untuk nasofaring dan
laring tetapi menangani sumbatan serumen tanpa mikroskop.
c. Jelaskan hal yang akan dilakukan. Apakah akan menggunakan alat
penghisap atau pengait serumen saat menggunakan mikroskop. Jika akan
menggunakan alat penghisap, pasien harus diingatkan dapat mengalami vertigo
seperti pada tes kalori. Antisipasi juga rasa pusing dan mual. Jelaskan pada
pasien bahwa dokter akan berhenti membersihkan serumen bila menimbulkan
nyeri, dilanjutkan jika sudah mereda.
19
Modul I.2.2 – Impaksi Serumen
20