MODUL VII.4
NEOPLASMA RONGGA MULUT
EDISI III
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2020
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
DAFTAR ISI
A. WAKTU ........................................................................................... 2
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................... 2
C. METODE PEMBELAJARAN ......................................................... 3
D. PERSIAPAN SESI ........................................................................... 5
E. KOMPETENSI ................................................................................. 6
F. REFERENSI ..................................................................................... 6
G. GAMBARAN UMUM ..................................................................... 7
H. CONTOH KASUS ............................................................................ 8
I. EVALUASI & INSTRUMEN PENILAIAN .................................... 19
J. DAFTAR TILIK PENILAIAN PSIKOMOTOR .............................. 30
K. MATERI PRESENTASI .................................................................. 36
1
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
A. WAKTU
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
2
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
C. METODE PEMBELAJARAN
D. PERSIAPAN SESI
Materi presentasi:
o Power point
o Video
Kasus: a. Karsinoma lidah
b. Neoplasma dasar mulut
c. Neoplasma mukosa bukal
d. Neoplasma palatum
Sarana dan alat bantu latih: (disesuaikan dengan pencapaian kompetensi):
o Penuntun belajar (learning guide): terlampir
o Tempat belajar (training setting): instalasi rawat inap, instalasi rawat
jalan, kamar operasi, ruang praktikum, ruang kuliah
o Model/manekin atau kadaver
o Komputer/laptop
o Infocus
E. KOMPETENSI
i. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu mendiagnosis dan
menatalaksana neoplasma rongga mulut.
5
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
ii. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil:
1. Mengenali gejala dan tanda neoplasma rongga mulut
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis terhadap neoplasma
rongga mulut
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksan penunjang seperti X-ray, CT
Scan atau MRI
4. Melakukan biopsi massa neoplasma rongga mulut.
5. Melakukan tatalaksana pendahuluan terhadap kasus yang bersangkutan
dan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk
tatalaksana lebih lanjut.
F. REFERENSI
1. Oh YS, Russell MS, Eisele DW. Salivary gland neoplasms. In: Jhonson Jt,
Rosen CA, editors. Bailey’s head & neck surgery otolaryngology. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014. p. 1760-87
2. Lee KJ, Chan Y, Das S, editors. Essential Otolaryngology Head & Neck
Surgery, 11th ed. New York: McGraw-Hill;2017
3. Rocco JW. Excision of Cancer of The Floor of The Mouth. In: Myers EN,
Ferris L. Head and Neck Surgery. Philadelphia: Lippicott Williams &
Wilkins; 2017.
4. Donald PJ. Transoral inferior maxillectomy. In: Myers EN, Ferris L. Head
and Neck Surgery. Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins; 2017.
5. Shah JP, Patel SG, Singh B. Jatin Shah’s Head and Neck Surgery and
Oncology. 5th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2020
6. American Joint Committee on Cancer. AJCC Cancer Staging Manual, 8th
ed. Chicago: Springer; 2017
7. NCCN Guidlines Staging Head and Neck Cancers, 2020
G. GAMBARAN UMUM
6
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
tonsil anterior. Mukosa yang melapisi dasar mulut dibentuk oleh lapisan tipis
dari epitel skuamous bertingkat dengan fleksibilitas yang tinggi.
Karsinoma sel squamous mukosa buccal terjadi pada 5% sampai 10%
kanker rongga mulut di Amerika Serikat, di India didapatkan 40% terkait
dengan konsumsi biji pinang.Pada fase awal gejala yang sering ditemui adalah
sariawan yang tidak sembuh pada rongga mulut. Konsumsi alcohol dan
merokok merupakan factor predisposisi, juga riwayat karies dan masalah pada
gigi geligi. Nyeri dirasakan bila terdapat infiltrasi dalam data penyebaran
tumor local. Trismus dikaitkan dengan keterlibatan fossa infratemporal, yang
merupakan tanda bahwa neoplasma tidak dapat dioperasi. Gigi yang tanggal
merupakan indikasi adanya invasi dan penyebaran alveolus. Pada fase lanjut,
dapat ditemui adanya rasa penuh pada satu sisi wajah serta kemerahan atau
ulserasi pada kulit.
Neoplasma mukosa bukal sering terdeteksi pada fase lanjut karena tidak
adanya batas tegas anatomi yang memudahkan penyebarannya. Lapisan lemak
bukal dan otot sangat mudah di invasi oleh karsinoma dan kelumpuhan otot
wajah, invasi kulit dan trismus merupakan presentasi primer yang tidak lazim
didapatkan.
Pembedahan merupakan pilihan utama pada neoplasma mukosa bukal,
pendekatan tersering yang dilakukan adalah melalui eksisi transoral. Lesi yang
lebih besar membutuhkan kombinasi eksisi transoral dan trans servikal. Pada
lesi yang lebih kecil dapat dilakukan penutupan primer atau skin graft . Untuk
Lesi yang lebih besar, rekostruksi soft tissue dengan regional pedikel flap
seperti submental flap, temporoparietal facial flap atau fasciocutaneus free flap
mungkin dibutuhkan untuk menghindari kontraktur dan trismus.
Kemungkinan untuk terjadi metastase terkait dengan T dan kedalaman
invasi neoplasma primer. Pada tahap lanjut T III dan T IV setra invasi >5mm
dihubungkan dengan peningkatan resiko metastase cervical dan neck dissection
elektif dapat dipertimbangkan bila tidak terdappat keterlibatan KGB.
Karsinoma bukal dapat memberikan prognosis yang buruk, banyak bukti
yang menyatakan bahwa karsinoma bukal yang terburuk dibanding lesi lain di
rongga mulut. Pada pasien yang tidak dapat di operasi, pilihannya adalah
kemoterapi, karena rekurensi yang tinggi bila hanya radiotherapy saja serta
menurunkan survival rate.
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium
I, 80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.
Karsinoma palatum merupakan salah satu kasus keganasan sel skuamosa
(KSS) yang paling sering terjadi di rongga mulut. Angka kejadian KSS pada
palatum hampir setara dengan kejadian neoplasma kelenjar salivarius minor di
palatum, yakni sebesar 50%. Neoplasma lain yang dapat berasal dari palatum
adalah adenoid cystic carcinoma, polymorphous low-grade adenocarcinoma,
dan mucoepidermoid carcinoma.
7
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
H. CONTOH KASUS
a. Karsinoma lidah
Seorang laki-laki, 52 tahun datang ke poli THTKL dengan keluhan benjolah di
lidah kanan sejak 4 bulan lalu, penderita tidak mengeluhkan kesulitan menelan.
Lidah pasien masih dapat digerakkan dengan mudah. Keluhan sesak napas
disangkal, keluhan benjolan dileher disangkal.
Diskusi:
Anatomi, fisiologi, dan histologi dasar mulut
Etiopatogenesis terjadinya tumor lidah
Tipe tumor lidah
Prosedur diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Jawaban:
Lidah merupakan bagian rongga mulut yang dapat digerakkan, meluas
keanterior dari batas papila sirkumvalata ke permukaan bagian bawah lidah
yang berhubungan dengan dasar mulut. Terdiri dari stuktur orofaringeal yang
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ujung lidah, dorsum lidah, tepi lateral
dan permukaan bawah (disebut sebagai aspek ventral).
Otot-otot ekstrinsik pada lidah adalah otot genioglosus, hioglosus, dan
stiloglosus. Otot-otot instrinsik adalah serabut otot vertikal, transversal dan
longitudinal.
Tumor lidah merupakan tumor kedua terbanyak (30%) dalam rongga mulut.
Sering mengenai bagian lateral dari lidah. Faktor resiko terjadinya adalah
tembakau, alkohol, imunosupresi dan oral hiegine yang buruk. Secara
histologi, tumor invasi > 2-4mm berhubungan dengan tingginya angka
metastasis regional, rekurensi dan mortalitas. Invasi perineural pada tempat
primer adalah indikator lain peningkatan rekurensi dan mortalitas.
Tumor ganas pada lidah adalah suatu neoplasma maligna yang berasal dari
jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma
(sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat menginfiltrasi ke daerah
sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan
hematogen. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling
sering terjadi dalam rongga mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus
keganasan pada rongga mulut.
Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker. Keluhan utamanya
adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit, ulkus
superfisialis yang tidak sakit, lama kelamaan ulkus melebar, tepinya bulat,
berwarna abu-abu seperti nekrosis. Kadang-kadang hanya merupakan
permukaan yang kasar, pada sepertiga anterior. Sepertiga posterior lidah,
8
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Perawatan suportif
- ECOG 2
Kemoterapi dosis tunggal
Perawatan suportif
- ECOG 3
Perawatan suportif
o T4 : dipertimbangkan kemoiradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka
diperlukan reseksi).
Diskusi :
Anatomi, fisiologi, dan histologi dasar mulut
Etiopatogenesis terjadinya neoplasma dasar mulut
Tipe neoplasma dasar mulut
Prosedur diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Jawaban:
Anatomi
Dasar mulut merupakan salah satu komponen dari rongga mulut yang
terletak di dalam alveolar ridge inferior. Struktur ini berbentuk seperti tapal
kuda, mulai dari posterior gigi seri dan memanjang secara bilateral ke pilar
tonsil anterior. Mukosa yang melapisi dasar mulut dibentuk oleh lapisan
tipis dari epitel skuamous bertingkat dengan fleksibilitas yang tinggi.
Kelenjar saliva banyak ditemukan pada bagian ini, mencakup kelenjar saliva
minor, kelenjar sublingual, dan komponen duktus dari kelenjar
submandibula, yaitu duktus Wharton yang bermuara pada kedua sisi dari
frenulum sublingual. Vaskularisasi dasar mulut diberikan oleh arteri
lingualis, sedangkan inervasinya oleh serabut syaraf trigeminus cabang
ketiga melalui nervus lingualis. Drainase dari sistem limfatik akan mengalir
10
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
secara bilateral pada bagian superfisial, dimana pada bagian yang lebih
dalam drainasenya akan mengalir ke level IA, IB, dan II secara ipsilateral.
Otot yang terdapat pada area ini terdiri dari otot geniohyoid, genioglossus,
dan mylohyoid.
Etiopatogenesis
Faktor penyebab adalah merokok, mengunyah tembakau,
penyalahgunaan alkohol (terutama bila dikombinasi dengan merokok),
trauma kronik karena pemasangan gigi palsu. Juga berhubungan dengan
fibrosis submukosa, kandidiasis hiperplastik atau sindroma Plummer
Vinson.
Mukosa bukal dan komisura oral adalah tempat tersering. Dapat juga
mengenai dasar rongga mulut, lidah, sulkus bukoginggiva dan permukaan
mukosa bibir. Paling sering pada usia dekade keempat, dengan insiden pada
laki-laki 2-3 kali lebih sering dibandingkan pada wanita.
Secara klinis ada beberapa tipe, yaitu:
1. Homogen: Tampak sebagai selaput putih licin atau berkerut;
2. Nodular: Tampak sebagai selaput putih atau nodul dengan dasar eritema;
3. Erosif (eritroleukoplakia): Terdapat erosi dan fisura.
Sekitar 25% leukoplakia menunjukkan bentuk displasia epitel ringan
sampai berat. Derajat displasia yang lebih berat akan berubah menjadi
malignansi. Perubahan ini terjadi sekitar 1-17,5% (5%) kasus. Potensi
menjadi maligna tergantung pada predileksi, tipe leukoplakia dan durasi
evaluasi.
11
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Tipe
Lesi Premaligna
Leukoplakia
Definisi leukoplakia menurut WHO adalah suatu selaput putih yang
tidak dapat dibedakan secara klinis atau patologis dari penyakit lainnya. Lesi
lain dalam rongga mulut yang menjadi pengecualian, antara lain: Lichen
planus, discoid lupus erythromatosus, white spongy nevus dan kandidiasis
Eritroplakia
Merupakan suatu selaput berwarna merah pada permukaan mukosa.
Warna merah disebabkan penurunan keratinisasi dan hasil dari jaringan ikat
vaskular berwarna merah dari alveolar bagian bawah, sulkus bukoginggiva
dan dasar rongga mulut. Eritroplakia paling banyak terdapat pada displasia
berat, karsinoma in situ atau karsinoma invasif murni saat pertama kali
terlihat. Peluang terjadinya keganasan bila terdapat lesi ini adalah 17 kali
lebih tinggi dari leukoplakia. Secara makroskopis, lesi terdiri dari tiga jenis,
yaitu homogen, granular dan eritroplakia, yang diselingi oleh area
leukoplakia (sering sulit dibedakan dengan erileukoplakia, tipe dari
leukoplakia).
12
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Diagnosis
Klasifikasi TMN rongga mulut menurut
AJCC (2018)
Neoplasma Tx Tidak dapat dinilai
primer (T)
Tis Karsinoma in situ
T1 Neoplasma < 2 cm, ≤ 5 mm DOI
T2 Neoplasma ≤ 2 cm , DOI > 5 mm ≤ 10 mm, atau
tumor > 2cm
Neoplasma > 2 cm ≤ 4 cm DOI ≤ 10 mm
T3 Neoplasma > 4 cm DOI >10 mm ≤ 20 mm
T4a Moderately advanced local disease, Tumor
menginvasi struktur tambahan seperti ( tulang
kortikal dari mandibula atau maksila, atau meliputi
sinus maksilaris atau kulit wajah ), atau extensive
tumor dengan keterlibatan lidah bilateral dengan
DOI >20 mm
T4b Very advanced local disease , tunor menginvasi
daerah masticator, pterygoid plates, dasar otak,
menyelimuti carotid internal
Nodul Nx Tidak dapat dinilai
regional (N)
No Tidak ada metastasis regional
N1 Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, < 3 cm
ENE (-)
N2a Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, > 3 cm
sampai < 6 cm, ENE (-)
N2b Metastasis pada KGB ipsilateral, multiple, < 6 cm,
ENE (-)
N2c Metastasis pada KGB bilateral atau kontralateral <
6 cm ENE (-)
N3a Metastasis pada KGB > 6 cm ENE (-)
N3b Metastasis pada KGB manapun ENE (+)
Metastasis M0 Tidak ada matastasis jauh
jauh (M)
M1 Metastasis jauh
13
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Stadium III T3 No Mo
Stadium III T1,2,3 N1 Mo
Stadium IVa T4a N0,N1, M0
Stadium IVa T1,T2,T3,T4a N2 Mo
Stadium IVb T4b any N Mo
Stadium IVb any T N3 M0
Stadium IVc any T any N M1
14
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
o Perawatan suportif
ECOG 3
o Perawatan suportif
e. T4 : dipertimbangkan kemoiradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka
diperlukan reseksi).
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I,
80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.
Tata laksana
Pada tahap awal, neoplasma ini biasanya asimptomatik. Namun,
seiring dengan perkembangan ukurannya, maka dapat ditemukan gejala
nyeri, perdarahan, dan obstruksi duktus submandibula. Otot mylohyoid
dan periosteum mandibular berperan sebagai pengahalang dari penyebaran
neoplasma. Pada lesi invasif, maka tindakan mandibulektomi segmental
maupun marginal dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Keterlibatan
dasar lidah memerlukan glosektomi parsial. Sedangkan bila neoplasma
mengenai kelenjar submandibula, maka reseksi primer terhadap kelenjar
dan jaringan neoplasma sebaiknya dilakukan.
Defek berukuran kecil pasca operasi dapat ditutup oleh tandur kulit
split thickness. Tetapi, apabil defek mencapai ukuran 2 cm atau lebih,
maka pemakaian flap dapat dipertimbangkan, seperti flap submental, flap
nasolabial, flap platysma, dan flap pektoralis. Sementara bila dibutuhkan
rekonstruksi vaskular yang besar, maka flap radialis lengan dan flap
anterolateral paha merupakan pilihan yang terbaik. Mandibulektomi
marginal maupun segmental diindikasikan pada neoplasma yang telah
mendestruksi tulang mandibula. Pada mandibulektomi marginal, maka
korteks luar atau tulang mandibula harus dipertahankan atau sekitar 1 cm
dari ketebalan tulang mandibula. Sementara bila ditemukan indikasi untuk
melakukan mandibulektomi segmental, maka defek tulang sebaiknya
disambungkan oleh reconstruction bar atau penggunaan tandur tulang dari
fibula, radius, skapular, dan iliaka. Sementara defek kulit dan mukosa
dapat ditutup dengan flap yang disebutkan di atas.
Diskusi :
15
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban:
Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis
oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk
dinding bagian lateral masing - masing sisi dari rongga mulut. Pada
bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian
internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel
pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang
menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan
membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian
bibir
Etiopatogenesis
Etiopatogenesis
Alkohol dan rokok merupakan 2 hal yang selalu di kaitkan dengan
perkembangan neoplasma bukal. Walaupun alkohol sendiri bukan
merupakan faktor resiko yang cukup kuat. Kombinasi alkohol dan rokok
secara sinergis dapat meningkatkan resiko terjadinya neoplasma bukal. Di
asia kebiasaan mengunyah pinang menjadi faktor resiko tertinggi, bahkan
di India >90% penderita neoplasma mukosa bukal berhubungan dengan
mengunyah pinang. Etiologi lainnya termasuk human papilloma virus,
buruknya kebersihan mulut dan iritasi kronis.
16
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Prosedur Diagnosis
Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesis, sariawan yang tidak
sembuh- sembuh, sejak 3 bulan yang lalu, riwayat menyirih,
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan, tampak lesi ukuran 2,5 cm, pada
pemeriksaan kgb tidak terdapat pembesaran kgb
Rencana Penatalaksanaan
Berdasarkan NCCN versi 1.2015, maka tatalaksana yang harus dilakukan,
Definitif radioterapi atau transoral/operasi terbuka, bila terdapat sisa tumor
setelah radioterapi, maka di teruskan dengan operasi, begitu pula
sebaliknya, jika setelah operasi, masi ada sisa tumor dilanjutkan
dengan radioterapi.
c. Neoplasma palatum
Seorang laki-laki, 58 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan benjolan
dilangit-langit sejak 4 bulan lalu. Benjolan semakin lama semakin besar.
Benjolan pada awalnya tidak nyeri namun seiring bertambah besarnya ukuran
, maka benjolan dirasakan nyeri oleh pasien. Tidak didapatkan benjolan pada
leher pasien. Pasien kemudian berobat ke rumah sakit setempat.
Diskusi :
Anatomi, fisiologi, dan histologi palatum
17
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban:
Anatomi
Palatum durum merupakan suatu tulang tipis yang dilapisi oleh mukosa
pada kedua sisi permukaan rongga mulut dan cavum nasi. Sepasang
prosesus palatina pada maksila memanjang ke molar posterior kedua dan
membentuk kubah palatum durum. Pada bagian posterior dari kedua
prosesus horizontalis os palatina akan keluar nervus dan arteri palatina
mayor melalui foramen palatina mayor. Penyebaran neoplasma pada
palatum dapat melalui foramen yang berada di palatum durum, seperti
foramen palatina mayor, palatina minor, dan foramen insisivus. Selain itu,
pada mukosa palatum durum terdapat banyak kelenjar salivarius minor
Aliran limfatik pada palatum durum mengalir ke KGB level I dan II serta
KGB di retrofaring dan perifasial.
Etiopatogenesis
Faktor predisposisi terjadinya karsinoma palatum ialah 75% dengan riwayat
konsumsi rokok dan alkohol. Beberapa penelitian terbaru menyakini
keterlibatan Human Papilloma Virus (HPV) sebagai salah satu faktor
etiologi karsinoma pada rongga mulut.
Tipe
Neoplasma palatum merupakan salah satu kasus keganasan sel skuamosa
(KSS) yang paling sering terjadi di rongga mulut. Namun, angka kejadian
KSS pada palatum hampir setara dengan kejadian neoplasma kelenjar
salivarius minor di palatum, yakni sebesar 50%. Neoplasma lain yang dapat
berasal dari palatum adalah adenoid cystic carcinoma, polymorphous low-
grade adenocarcinoma, dan mucoepidermoid carcinoma.
Diagnosis
Keluhan yang sering dirasakan oleh pasien ialah sariawan berulang di
langit-langit, luka menggaung (ulkus), dan benjolan yang menetap di langit-
langit. Keluhan penyerta seperti halitosis, penurunan berat badan, suara
sengau serta odinofagia dapat dikeluhkan oleh pasien. Manifestasi klinis
pada stadium dini karsinoma palatum adalah gambaran plak putih
(leukoplakia), gambaran plak kemerahan (eritroplakia). Pada stadium lanjut
ditemukan ulserasi hingga massa padat. Neoplasma palatum jarang
bermanifestasi ke KGB.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
18
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Tatalaksana
Lesi awal di palatum paling sering mengenai tulang di atasnya dan
tatalaksanan terbaik adalah dengan tindakan operasi. Reseksi transoral
meliputi alveolektomi atau maksilektomi inferior serta palatektomi.
Rekonstruksi fistula oroantral yang terjadi setelah reseksi dapat dilakukan
dengan pemasangan prostesis palatal setelah pemasangan tampon pada sinus
maksilaris. Pada defek yang luas atau defek mengenai premaksila dilakukan
rekonstruksi premaksila dengan tujuan menjaga kontur wajah dan mencegah
erosi prostesis. Seringkali kombinasi free flap dengan prostesis memberikan
hasil kosmetik serta fungsional yang baik pada defek palatum durum. Aliran
limfatik pada palatum durum mengalir ke KGB level I dan II serta KGB di
retrofaring dan perifasial. Pada karsinoma palatum, metastase ke KGB
jarang terjadi sehingga diseksi leher elektif jarang dilakukan.
Pada beberapa studi dikatakan karsinoma palatum memiliki angka
rekurensi lokoregional yang cukup tinggi, yakni sekitar 30%. Sebagai
kontrol lokoregional, dapat dilakukan tatalaksana elektif pada leher baik
operasi maupun radiasi. Radiasi merupakan modalitas kedua tatalaksana
karsinoma palatum setelah operasi. Dosis radiasi yang diberikan berkisar 66
– 70 Gy dengan dosis terfraksinasi 2 Gy per hari.
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengindentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas;
- Anatomi, fisiologi dan histopatologi rongga mulut
- Penegakan diagnosis (PA, sistem staging)
- Penatalaksanaan (operasi, rekonstruksi, radiasi, kemoterapi)
- Evaluasi
2. Selanjutnya dilakukan “Small group discussion” bersama dengan fasilitator
untuk membahas kekurangan yang terindentifikasi, membahas isi dan hal-
19
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Soal:
1. Jenis keganasan yang paling sering pada lidah
A. Karsinoma sel skuamosa
B. Karsinoma sel basal
C. Adenocarcinoma
D. Limfoma
E. Adenoma pleomorfik
Jawaban: A
Jawaban: E
Jawaban : E
4. Soal:
Sebagian besar dari keganasan yang terdapat pada daerah dasar mulut
merupakan karsinoma sel skuamosa. Etiologi mendasari terjadinya
kelainan tersebut adalah...
A. Alkohol
B. Tembakau
C. Infeksi HPV
21
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
D. Trauma
E. Semua Benar
Jawaban : A
Jawaban : A
Jawaban : A
b. Pembesaran KGB
c. Disfagia
d. Dispnea
e. Epistaksis
Soal :
Seorang laki-laki, 48 tahun datang ke poli THTKL dengan keluhan
benjolah di lidah sejak 6 bulan lalu.
Anamnesis: timbul benjolan di lidah kanan sejak 6 bulan yang lalu, Lidah
pasien masih dapat digerakkan dengan mudah, keluhan sesak napas
disangkal, sulit menelan (-).
Pemeriksaan fisik: kesadaran : compos mentis (GCS E4M6V5), tekanan
darah 120/80 mmHg, Nadi 85 kali/menit, pernapasan : 21 kali/menit, suhu
: 36,70C. Status lokalis : pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok tidak
ditemukan kelainan. Pada lidah tampak massa di lidah kanan, ukuran + 5
cm, permukan tidak rata. Timbul benjolan dileher kanan 4x3x2cm.
Pasien kemudian dibiopsi, dan hasilnya adalah suatu karsinoma sel
skuamosa.
Jawaban: E
23
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban: E
Jawaban: D
Jawaban :
Jawaban : B
Jawaban : B
Jawaban : B. CT-Scan
25
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Soal:
Jawaban: A
2. Jika bagian 2/3 posterior lidah dan dasar lidah sudah terkena maka..
A. Prognosa baik
B. Prognosa buruk
C. Daerah lesi tersering
26
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban : B
Jawaban: D
Jawaban :
Jawaban : A
6.Jenis operasi apa yang anda akan lakukan pada pasien ini
a) Eksisi trans oral diikuti dengan skin graft dan neck diseksi bilateral
b) Eksisi trans oral diikuti dengan skin graft dan neck diseksi ipsilateral
c) Eksisi trans servical diikuti dengan skin graft dan neck diseksi
bilateral
d) Eksisi trans servical diikuti dengan skin graft dan neck diseksi
ipsilateral
e) Mandibulektomi
Jawaban : A
28
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
Jawaban : B
Jawaban : C
Jawaban : A
PENILAIAN KINERJA
PROSEDUR GLOSEKTOMI PARSIAL
NILAI
KEGIATAN
v x T/D
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil yang
diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar operasi pada
pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan kontra
indikasi operasi
KEGIATAN NILAI
II PROSEDUR OPERASI
1. Pasien dalam posisi supinasi dan kepala ekstensi
dalam anestesi umum dengan nasotracheal tube
dilakukan tindakan trakeostomi pada tumor yang
besar
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan
alcohol 70% dan dilanjutkan dengan povidone
iodine 10%
3. Lidah ditraksi menggunakan DeBakey tang,
4. Insisi dibuat menggunakan elektrokauter pada
mode pemotongan dan diperdalam melalui
mukosa untuk mencakup seluruh lesi dengan
setidaknya 1 sampai 1,5 cm dari jaringan fenotip
yang normal
30
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
NILAI
KEGIATAN
V X T/T
I PERSIAPAN OPERASI
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil yang
diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar operasi
pada pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan kontra
indikasi operasi
KEGIATAN NILAI
31
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
II PROSEDUR OPERASI
1. Pasien dalam posisi supinasi
2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
dengan alkohol 70% dan dilanjutkan dengan
povidone iodine 10%
3. Dilakukan tindakan anestesi umum dengan
pemasangan endotracheal tube
4. Dilakukan insisi pada area sekitar neoplasma
dengan margin 1-2 cm di sekitar neoplasma.
5. Dilakukan ekstispasi neoplasma.
6. Dilakukan penjahitan penutupan mukosa
dengan menggunakan benang 3.0
7. Operasi selesai
NILAI
KEGIATAN
V X T/T
I PERSIAPAN OPERASI
32
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
1. Informed consent
2. Menjelaskan tujuan operasi dan hasil yang
diharapkan
3. Menjelaskan prosedur dan standar operasi
pada pasien dan keluarganya
4. Melakukan evaluasi ulang indikasi dan
kontra indikasi operasi
KEGIATAN NILAI
II PROSEDUR OPERASI
1. Persiapan alat:
a. Local anesthetic equipment
b. Sterile scalpel blades no. 15.
c. Scalpel handle.
d. Surgical scissor with point tips
e. Fine tissue forceps
f. Small hemostat
g. Gauze sponges (suction, if necessary)
h. Needle holder DeBekay, Sarot.
i. Deschamp ligature needle, blunt.
j. Jarum dan benang (dexon).
k. Biopsy bottle containing 10% formalin
l. Biopsy data sheet
m. Periosteal elevator
n. Rongeur
o. Bur and rotatory handpiece
p. Sterile saline irrigation
q. Curettes
r. Syringe 5ml or 10 ml
s. Needle 18 gauge
2. Persiapan penderita:
a) Penjelasan operasi dan kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi (informed
consent)
b) Penderita dipuasakan minimal 6-8 jam sebelum
tindakan dilakukan bila dilakukan bius umum,
dan keadaan tidak puasa bila dilakukan bius
lokal
c) Ijin operasi
d) Ijin pembiusan bila dibius
e) Pemeriksaan laboratorium :
f) Darah rutin
g) Waktu perdarahan, waktu pembekuan
h) Pemeriksaan rontgen thoraks
i) CT Scan axial dan coronal setingga oral cavity
dengan kontras
33
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
3. Prosedur Operasi:
1. Bila anestesi blok tidak memungkinkan,
gunakan anestesi infiltrasi lokal, tetapi
larutan diinjeksikan paling tidak 1 cm dari
lesi. / Dapat dilakukan dengan narkose
umum
2. Stabilisasi lidah dengan menggunakan
heavy retraction suture atau towel clips.
3. Scalpel yang tajam digunakan untuk
menginsisi jaringan yang akan di biopsi.
34
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
35
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
K. MATERI PRESENTASI
Karsinoma Lidah
36
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
c. SLIDE 3 : Etiopatologi
37
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
38
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
39
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
o Slide 3 : Etiopatogenesis
40
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
41
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
42
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
43
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
o SLIDE 3 : Etiopatologi
44
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
46
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
47
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
48
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
NEOPLASMA PALATUM
49
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
o LCD 3 : Etiopatologi
50
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut
51