OTOLOGI
MODUL I.8.1
LESI JINAK TELINGA
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
DAFTAR ISI
A. WAKTU ...................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI ...................................................................... 2
C. REFERENSI ......................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ..................................................................................... 3
E. CONTOH KASUS DAN DISKUSI ..................................................... 3
F. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 5
G. METODE PEMBELAJARAN ............................................................. 5
H. EVALUASI .......................................................................................... 5
I. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF .................. 6
J. INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR ...................................... 7
K. DAFTAR TILIK .................................................................................... 8
L. MATERI PRESENTASI ....................................................................... 8
M. MATERI BAKU .................................................................................... 8
1
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
C. REFERENSI
1. Linstrom CJ, Lucente FE. Diseases of the External Ear. In Johnson JT, Rosen
CA, eds. Bailey’s Head & Neck Surgery Otolaryngology.5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins; 2014. P. 2333-57.
2. Pickett BP, Crawley BK. Neoplasma of the Easr and Lateral Skull Base. In
Johnson JT, Rosen JT, eds. Bailey’s Head & Neck Surgery
Otolaryngology.5th ed. Philadelphia: Lippinott Williams & Wilkins; 2014. p.
2358-76.
3. Lucente FE, Hanson M. Diseases of the External Ear. In Ballenger WL, ed.
Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 17th ed. New
York: BC Decker Inc; 2009. p 197-8
4. Kroon DF, Strasnick B. Diseases of the Auricle, External Auditory Canal, and
Tympanic Membrane. In: Glasscock III ME, Gulya AJ.eds. Glasscock-
Shambaugh Surgery of the Ear. 5th ed. Ontario:BC Decker Inc;2003. p 351-2.
2
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
5. Dhingra PL. Tumours of External Ear. In Dieseases of Ear, Nose and Throat.
3rd ed. New Delhi:Elsevier. 2004. p. 104-6.
6. KJ Lee. Noninfectious Disordes of the Ear. In Essential Otolaryngology
Head & Neck Surgery. 8th ed. New York. McGraw-Hill.2003. p. 515.
D. KOMPETENSI
1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
a. Menjelaskan anatomi, topografi dan fisiologi telinga luar dan tengah.
b. Menjelaskan definisi dan macam-macam lesi jinak telinga.
c. Menjelaskan etiopatogenesis dan gambaran klinis lesi jinak telinga.
d. Menegakkan diagnosis lesi jinak telinga.
e. Menjelaskan komplikasi lesi jinak telinga.
f. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk lesi jinak telinga.
g. Menjelaskan dan melakukan penanganan lesi jinak telinga sesuai
kompetensi.
2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam:
a. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada lesi jinak
telinga.
b. Menegakkan diagnosis lesi jinak telinga.
c. Melakukan penatalaksanaan dan tindakan bedah pada kasus lesi jinak
telinga.
Seorang lelaki 25 tahun datang dengan keluhan telinga kanan terasa penuh
sejak 6 bulan, tidak ada keluhan otore dan otalgi. Pendengaran normal. Pada
pemeriksaan otoskopi tampak MAE telinga kanan sempit, penonjolan massa
dengan permukaan kulit sama dengan kulit sekitar
Diskusi
a. Lengkapi anamnesis
b. Lengkapi pemeriksaan fisik
c. Apa diagnosis banding
d. Bagaimana tatalaksana
3
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
Jawaban
a. Menanyakan pekerjaan atau hobi, penyelam atau surfer
b. Dilakukan palpasi dengan sonde pada massa
c. Bila keras diagnosis banding adalah Osteoma dan Eksostosis, bila teraba
lunak adalah Stenosis, Adenoma atau tumor jaringan lunak lain
d. Untuk menegakkan diagnosis dikerjakan CT SCAN. Bila diagnosis
Adenoma maka dikerjakan operasi eksisi luas dan rekonstruksi liang
telinga. Bila Eksostosis atau Osteoma maka dikerjakan eksisi dengan
pendekatan yang sesuai dengan grade.
CONTOH KASUS II
Diskusi
a. Lengkapi anamnesis
b. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
c. Apa diagnosis banding
d. Bagaimana pengobatannya bila diagnosisnya adalah Glomus timpanikum
Jawaban
a. Menanyakan keluhan penurunan pendengaran, ada perdarahan atau tidak.
Bagaimana dengan fungsi fasialis, ada paresis atau tidak. Bagaimana
keluhan sistemik, apakah ada nyeri kepala, jantung berdebar, keringat
banyak
b. Audiometri dan CT dan MRI
c. Glomus timpanikum, kolesteatoma kongenital, kista, granuloma
kolesterol
d. Modalitas terapi bisa surgikal, radiasi, embolisasi maupun kombinasi.
Terapi surgikal melalui pendekatan transkanal bila tumor klas I,
mastoidektomi dengan extended facial recess bila tumor klas II-IV.
Radiasi dan embolisasi untuk mengurangi vaskularisasi.
4
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
G. METODE PEMBELAJARAN
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
a. Presentasi modul
b. Mini lecture
c. Journal reading
d. Poliklinik
e. Tindakan di kamar operasi
H. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tertulis dan lisan
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas:
a. Anatomi dan fisiologi telinga luar.
b. Penegakan diagnosis.
5
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
c. Penatalaksanaan.
2. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar.
3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang
tertera dalam penuntun belajar melalui metode bedside teaching kepada
pasien sesungguhnya dengan pengawasan fasilitator dan mengisi formulir
penilaian sebagai berikut:
a. Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan.
b. Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan
terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
c. Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien).
4. Melakukan case based discussion (formulir penilaian terlampir).
5. Peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education).
6. Pencapaian pembelajaran:
a. Ujian akhir stase, setiap divisi/unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan.
b. Ujian nasional dilakukan pada akhir tahapan pendidikan spesialis oleh
kolegium ilmu kesehatan THT-KL.
Kuesioner:
1. Sebelum pembelajaran
Soal
a. Apakah yang yang dimaksud lesi jinak
b. Sebutkan klasifikasi lesi jinak pada telinga luar dan tengan
c. Sebutkan lesi jinak pada telinga luar dan tengah
2. Tengah pembelajaran
Soal
a. Apakah adenoma? Sebutkan macamnya!
b. Sebutkan diagnosis banding osteoma dan pemeriksaan yang diperlukan!
c. Bagaimana etiopatogenesis eksostosis?
6
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
PENUNTUN BELAJAR
KANALOPLASTI
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutan tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan
urutannya (jika harus berurutan) pelatih hanya membimbing untuk sedikit
perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu
kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak
perlu diperagakan)
KEGIATAN KASUS
I. KAJIAN ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
OPERATIF
- Nama :
- Diagnosis:
- Informed Choice dan Informed Concent
- Rencana Tindakan
- Persiapan Sebelum Tindakan
II. PROSEDUR KANALOPLASTI
- Insisi dibuat di daerah insisura terminalis
(endaural)
- Memasang Retraktor endaural supaya liang
telinga luar terdilatasi
- Kulit diinsisi disebelah lateral dari exostosis dan
dielevasi ke medial sampai tampak tonjolan
tulang exostosis
- Aluminium shield atau bola kapas diletakkan
diantara flap kulit dan tulang exostosis untuk
melindungi kulit pada saat dilakukan pengeboran
- Setelah exostosis hilang, maka permukaan tulang
dihaluskan dengan bor poles (diamond burr)
- Flap kulit dikembalikan dan difiksasi dengan
spongestan, gelfoam atau tampon antibiotika
7
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
K. DAFTAR TILIK
KEGIATAN NILAI
1. Kaji ulang diagnosis.
2. Persiapan tindakan.
3. Melakukan tindakan sesuai dengan prosedur.
4. Melakukan follow up setelah tindakan.
L. MATERI PRESENTASI
M. MATERI BAKU
8
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
Adenoma
Definisi:
a. Adenoma adalah tumor jinak kelenjar. Pada liang telinga bisa terjadi
Adenoma seruminosa dan pleomorfik
b. Adenoma seruminosa berasal dari kelenjar seruminosa. Secara histologis
terdiri dari kelenjar seruminosa yang sangat proliferatif, padat dan
kistous, berbentuk papiler.
c. Adenoma pleomorfik mirip dengan tumor kelenjar ludah, terdiri dari
jaringan epitelial dan mesenkimal.
Diagnosis
Pada umumnya asimptomatis, apabila tumor besar dapat menimbulkan
Otitis eksterna atau penurunan pendengaran. Pemeriksaan dengan mikroskop
penting dan dilanjutkan dengan biopsi untuk mendapatkan diagnosis pasti.
HRCT dan MRI juga perlu dikerjakan untuk persiapan tindakan operatif.
Terapi
Eksisi luas dan rekonstruksi liang telinga
9
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
Eksostosis
Definisi:
Tonjolan yang bersifat jinak berupa tulang pada liang telinga bagian
medial pars oseus dengan basis yang lebar, pada umumnya bilateral dan
multipel.
Ruang lingkup
Etiopatogenesis
Etiologi berhubungan dengan faktor genetik dan paparan air dingin pada
telinga. Paparan air dingin berulang dijumpai pada peselancar, kayaker dan
penyelam. Suhu dingin mengakibatkan hiperemi reaktif pada periosteum
liang telinga, dan merangsang terjadinya osteogenesis.
Secara histologis Eksostosis terdiri dari lapisan konsentris yang multipel dari
lapisan subperiosteal sehingga membentuk gambaran khas onion skin.
Grading system
Sistem untuk menentukan derajat Eksostosis belum baku, namun Philip
Chang mengajukan sistem ini.
a. Grade 1. Anterior exostoses
b. Grade 2. Antero-posterior exostoses
c. Grade 3. Posterior exostoses
Sistem ini sangat berguna untuk menentukan pendekatan tindakan operatif.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan otoskopi,
pemeriksaan pendengaran dengan garpu tala dan audiometri serta CT scan
tanpa kontras. Pada anamnesis didapatkan keluhan otore akibat otitis
eksterna yang timbul karena penumpukan debris. Apabila massa
menutup hampir penuh maka timbul keluhan gangguan pendengran dan
kadang otalgi.
Pada pemeriksaan otoskopi tampak liang telinga sempit tergantung gradasi
dan lokasi massanya. Tes pendengaran untuk menentukan jenis dan derajat
penurunan pendengarannya. Pemeriksaan CT scan untuk melihat ukuran
dan batas massa.
Diagnosis banding
10
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
Terapi
Terapi berupa konservatif dan operatif. Terapi konservatif adalah
CB
pencegahan terhadap paparan air dingin serta pembersihan liang telinga yang
teratur. Indikasi operatif adalah pada kasus Otitis eksterna berulang,
OPB
kesulitan pembersihan serumen, dan penggunaan alat bantu dengar.
Pendekatan operasi bisa transmeatal maupun retroaurikuler. Pemilihan
pendekatan tergantung pada lokasi dan ukuran massa. Bila massa sangat
besar memenuhi liang telinga maka pendekatan yang dipilih adalah
retroaurikuler. Eksisi dapat menggunan bur atau pahat, ataupun keduanya.
Selama proses eksisi massa, flap kulit dan membran timpani harus dilindungi.
Begitu pula halnya dengan sendi temporomandibular untuk kasus yang
berasal dari dinding anterior liang telinga.
Komplikasi
Komplikasi akibat penyakit tergantung ukuran dan lokasi ekspansi
dari massa. Komplikasi pasca operasi antara lain perforasi membran
timpani, rekurensi, stenosis liang telinga, disfungsi sendi
temporomandibula, fistel pada mastoid, lesi nervus Fasialis dan SNHL
Osteoma
Definisi
Lesi tulang yang jinak bertangkai, permukaan rata pada tulang liang
telinga yang berasal dari sutura timpanoskuamosa dan timpanomastoid
Ruang lingkup
Etiopatogenesis
Etiologi belum diketahui dengan pasti.
Secara histologi, Osteoma lebih tampak sebagai neoplasma dibanding
Eksostosis, terdiri dari lempeng tulang dengan area sentral terdiri dari
cancellous bone, jaringan fibrovaskular, dan sumsum tulang BONE
MARROW.
Diagnosis
11
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
Terapi
Terapi operatif diperlukan bila sudah timbul gejala sekunder. Tehnik
dapat dikerjakan seperti pada Eksostosis.
Komplikasi
Komplikasi tergantung pada ekspansi dari tumor, seperti pada
Eksostosis
Granuloma kolesterol
Definisi
Granuloma kolesterol sebenarnya bukan neoplasma.Kista atau cairan
yangberisi hemosiderin, kristal kolesterol, dan inflamasi kronik yang
merupakan produk dari proses reaktif di dalam tulang.
Pada umumnya terjadi di apeks os petrosus, atau pada mastoid dengan
pneumatisasi yang sangat luas.
Ruang lingkup
Etiopatogenesis
Obstruksi ataupun perubahan tekanan udara yang cepat di dalam selulae
menyebabkan terjadinya proses hemoragis.Beberapa faktor yang berpengaruh
pada terbentuknya granuloma ini adalah adanya gangguan drainase dari
telinga tengah, perdarahan, obstruksi dari ventilasi, atau adanya reaksi pada
benda asing.
Diagnosis
12
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
Diagnosis banding
Massa lain seperti kolesteatoma, mukokel, tumor jenis lain.
Terapi
Tindakan operatif dengan pendekatan middle cranial fossa, infralabirin
atau translabirin bila lokasi pada apeks os petrosus. Bila pada mastoid maka
dapat dikerjakan pemasangan pipa ventilasi membran timpani, atau
mastoidektomi
Komplikasi
Tergantung ukuran dan lokasi perluasannya. Walaupun pertumbuhan
kista lambat, namun dapat menyebabkan erosi tulang
Glomus timpanikum
Definisi
Glomus timpanikum adalah tumor jinak paraganglioma yang berasal
badan glomussepanjang nervus Jacobson pada promontorium
Ruang lingkup
Etiopatogenesis
Terdapat rule of 10 s: 10% familial, 10% multicenrtic(penyakit pada
organ lain- multiple endocrine neoplasia syndrome), 10% functional(sistem
neuroendokrin yang mempruduksi katekolamin). Pertumbuhan tumor sangat
lambat, namun invasif.
Klasifikasi
klasifikasi Glasscock-Jackson:
a. Massa kecil terbatas pada promontorium
13
Modul I.8.1 – Lesi Jinak Telinga
Diagnosis
Pasien lebih banyakkaukasian, perempuan dekade 4-6, tendensi familial
dan sindrom organ multipel. Gejala klinis tergantung ukuran dan ekstensi
tumor, bila masih terbatas intratimpanik akan dijumpai gangguan
pendengaran konduksi dan tinitus pulsativ. Sedangkan gejala karena kadar
katekolamin yang naik adalah nyeri kepala, hiperperspirasi, palpitasi, pucat
dan nausea. Gejala sistemik tersebut timbul bila tumor sudah cukup besar,
dan disebut sebagai functional tumor.Otoskopi tampak membran timpani biru
kemerahan.
Pada tumor yang berasal dari dasar kavum timpani akan tampak seperti
rising sun. Terdapat juga Brown’s sign, audible bruit. Bila tumor meluas ke
liang telinga, maka gejala perdarahan dapat dijumpai. Bila dijumpai cranial
palsy, maka harus curiga diagnosis Glomus jugulare, atau Glomus timpaikum
yang sudah sangat ekstensif.Pemeriksaan penunjang adalah audiometri,CT,
MRI dan angiografi serta kadar serum katekolamin dan metabolit urine .
Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk menentukan ukuran, tipe dan
ekstensi tumor. Tidak dianjurkan melakukan biopsi.
Diagnosis banding
Diagnosis banding adalah Arteri karotis aberan dan Dehisensi bulbus
jugularis. Lokasi Arteri karotis aberan lebih ke anterior dan lebih pucat dari
Glomus, sedangkan dehisensi bulbus jugularis lebih ke posterior dan
berwarna biru tua.
Terapi
Modalitas terapi bisa surgikal, radiasi, embolisasi maupun kombinasi.
Terapi surgikal melalui pendekatan transkanal bila tumor klas I,
mastoidektomi dengan extended facial recessbila tumor klas II-IV. Radiasi
dan embolisasi untuk mengurangi vaskularisasi.
14