Anda di halaman 1dari 14

MODUL UTAMA

LARING FARING

MODUL IV.12
TRAUMA LEHER

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
IV.12 - Trauma Leher

DAFTAR ISI

A. WAKTU........................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 2
C. REFERENSI .................................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ................................................................................................ 3
E. GAMBARAN UMUM .................................................................................... 3
F. CONTOH KASUS & DISKUSI ...................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................... 4
H. METODE PEMBELAJARAN ........................................................................ 4
I. EVALUASI ..................................................................................................... 5
J. INSTR PENILAIAN KOGNITIF & PSIKOMOTOR .................................... 6
K. DAFTAR TILIK .............................................................................................. 8
L. MATERI PRESENTASI ................................................................................. 8
M. MATERI BAKU ........................................................................................... 10
N. ALGORITMA DAN PROSEDUR ................................................................ 12

1
IV.12 - Trauma Leher

A. WAKTU

Mengembangkan Kompetensi Frekuensi


Sesi di dalam kelas 9 X 60 menit (classroom session)
Sesi Pratikum 18 2 X 60 menit (coaching session)
Sesi Praktik dan pencapaian 19 X 60 menit (facilitation and
kompetensi assessment)

B. PERSIAPAN SESI

1. Materi presentasi :
• Slide 1: Anatomi, Fisiologi leher
• Slide 2: Mekanisme Trauma leher
• Slide 3: Pemeriksaan fisik dan Penunjang
• Slide 4: Algoritma dan Prosedur

2. Kasus : Trauma tumpul leher


Seorang wanita usia 22 tahun di rujuk ke emergensi THT dengan riwayat
trauma tumpul didaerah leher. Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita
mengalami benturan di daerah lehernya akibat terkena besi saat bekerja di
pabrik 3 jam yang lalu. Dari pemeriksaan fisik penderita terlihat sesak, dan
suara menjadi parau. Stridor inspiratoir (+) dengan gambaran jejas
didaerah lener setinggi laring. Dari perabaan diapatkan adanya krepitasi
dan emphisema yang meluas ke daraeh supraclavicula. Penderita masih
dapat makan dan minum.

3. Sarana dan Alat Bantu Latih :


• Model Anatomi
• Penuntun belajar (learning guide) terlampir
• Tempat belajar (training setting) : Instalasi gawat darurat, bangsal
THT, Poliklinik THT, Ruang Operasi

C. REFERENSI

1. Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third Edition,


Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2014, 717 – 821.
2. Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery, Fourth
Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia, 2005, 856.

2
IV.12 - Trauma Leher

D. KOMPETENSI

1. Kompetensi Umum

a. Mampu membuat diagnosis trauma leher berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
b. Mampu melakukan tatalaksana trauma leher serta merujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi bila diperlukan.

2. Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :


a. Menjelaskan anatomi, fisiologi struktur leher
b. Menjelaskan etiologi, macam-macam trauma leher
c. Menjelaskan patofisiologi, gambaran klinis dari trauma leher
d. Menjelaskan dan melakukan pemeriksaan penunjang yaitu Endoskopi
serat lentur, imaging (foto rontgen soft tissue leher, CT scan, MRI)
e. Membuat diagnosis klinis berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan.
f. Menjelaskan dan melaksanakan penatalaksanaan trauma leher
g. Melakukan work-up pada penderita trauma leher (follow-up
selanjutnya)
h. Memutuskan terapi pendahuluan serta merujuk ke spesialis yang
relevan (bukan kasus gawat darurat)

E. GAMBARAN UMUM

Semua trauma pada leher secara potensial membahayakan kehidupan


karena banyak struktur vital melalui daerah ini. Trauma leher diklasifikasikan
menjadi tumpul atau menembus. Trauma tumpul pada leher dapat
mengakibatkan cedera saraf spinal leher, cedera faring dan trakea, dan cedera
arteri karotis. Trauma leher menembus diklasifikasikan menurut lokasinya
(zona I, II, III).
Pemeriksaan klinis dari trauma leher meliputi penilaian jalan nafas,
termasuk evaluasi suara parau, stridor, dispneu dan hemoptisis. Emfisema
subkutan, krepitasi, dan perubahan landmark laring merupakan indikasi
cedera laringotrakea. Disfagi dan nyeri dada adalah kas untuk cedera
esofagus. Pemeriksaan Endoskopi (Laringoskopi fiberoptik) dilakukan untuk
memeriksa jalan nafas bagian atas. Jika terdapat ancaman gangguan jalan
nafas atas, dilakukan trakeotomi. Krikotirotomi tidak digunakan pada
keadaan seperti ini, karena resiko cedera lebih lanjut pada laring dan trakea
bagian atas.

3
IV.12 - Trauma Leher

F. CONTOH KASUS & DISKUSI

1. Contoh Kasus
Seorang wanita usia 22 tahun di rujuk ke emergensi THT dengan riwayat
trauma tumpul didaerah leher. Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita
mengalami benturan di daerah lehernya akibat terkena besi saat bekerja di
pabrik 3 jam yang lalu. Dari pemeriksaan fisik penderita terlihat sesak, dan
suara menjadi parau. Stridor inspiratoir (+) dengan gambaran jejas
didaerah lener setinggi laring. Dari perabaan diapatkan adanya krepitasi
dan emphisema yang meluas ke daraeh supraclavicula. Penderita masih
dapat makan dan minum.

2. Diskusi :
• Tatalaksana kegawatdaruratan pada kasus tersebut
• Struktur yang mengalami cidera
• Pemeriksaan penunjang
• Tatalaksana komplikasi

Jawaban :

G. TUJUAN PEMBELAJARAN

Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana trauma leher seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu :
1. Menguasai anatomi, histologi, fisiologi struktur leher
2. Mampu menjelaskan etiologi, patofisiologi dan gambaran klinis trauma
leher
3. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang (endoskopi, imaging
;foto rontgen soft tissue leher, CT scan, MRI, foto rontgen dada,
angiografi)
4. Membuat diagnosis trauma leher
5. Melaksanakan penatalaksanaan trauma leher : keputusan penanganan
tindakan.
6. Melakukan work-up, menentukan terapi dan memutuskan untuk
melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

H. METODE PEMBELAJARAN

1. Literatur Reading
2. Referat
3. Bimbingan Referat
4
IV.12 - Trauma Leher

4. Jurnal Reading
5. Praktik Lapangan (Poliklinik)
6. Skills Lab
7. Bedside Teaching
8. Tindakan (OK)
9. Case Report

I. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada.
Materi pre-test terdiri atas :
• Anatomi, fisiologi dan patologi struktur leher
• Penegakan diagnosa
• Penatalaksanaan
• Follow up
2. Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan fasilitator
untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-
hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan
diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasiswa diwajibkan untuk
mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar
dalam bentuk role-play dengan teman-temannya (Peer Assisted Learning)
atau SP (Standardized Patient). Pada saat tersebut, yang bersangkutan
tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar yang
dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi (Peer Assisted
Evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metoda bedside teaching
di bawah pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun
belajar kepada model anatomik dan setelah kompetensi tercapai peserta
didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan
langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai
berikut:
• Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah
tidak dilaksanakan.
• Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal
pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien.
• Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan

5
IV.12 - Trauma Leher

dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki


kekurangan yang ditemukan.
5. Self assessment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar.
6. Pendidik / fasilitator :
• Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form
(terlampir).
• Penjelasan lisan dari peserta didik / diskusi.
• Kriteria penilaian keseluruhan : cakap / tidak cakap / lalai.
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi
tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical education)
8. Pencapaian pembelajaran :
• Ujian akhir OSCA (K, P, A), dilakukan pada tahapan THT dasar oleh
Kolegium Ilmu THT.
• Ujian akhir stase, setiap divisi/unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan. THT lanjut oleh Kolegium Ilmu THT
• Ujian akhir kognitif, dilakukan pada akhir tahapan THT lanjut oleh
Kolegium Ilmu THT.

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF & PSIKOMOTOR

1. Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif


1. Airway management in penetrating neck trauma should be undertaken
a. By tracheostomy laone
b. By tracheostomy if only unable to intubate
c. By assessment of airway status by physical examination and/or
flexible laryngoscopy and airway support as needed
d. By direct rigid laryngoscopy
e. Only after C-spine is cleared by x-ray
Jawaban : C
2. Which of these signs would likely not be found in laryngeal injury in
penetrating neck trauma?
a. Voice changes
b. Hemoptysis
c. Crepitance
d. Subcutaneous emphysema
e. Facial nerve paralysis
Jawaban : E

6
IV.12 - Trauma Leher

2. Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR DIAGNOSTIK TRAUMA

Penegakan diagnosis trauma leher dilakukan berdasarkan anamnesis,


Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Anamnesis Trauma Leher


Lakukan penilaian kinerja pada setiap langkah atau tugas dengan menggunakan
skala penilaian di bawah ini :
1. Perlu Langkah atau tugas tidak dikerjakan secara benar atau
Perbaikan dalam urutan yang salah.

2. Cukup Langkah atau tugas dikerjakan secara benar dalam urutan


yang benar tetapi belum dikerjakan secara lancar.

3. Baik Langkah atau tugas dikerjakan secara efisien dan


dikerjakan dalam urutan yang benar.

PENUNTUN BELAJAR
Kegiatan / langkah klinik Kesempatan ke
NO
1 2 3 4 5
Anamnesis
1. Menilai kondisi kesiapan pasien (vital sign)
2. Tanyakan mengenai onset kejadian
Tanyakan mengenai jenis dan mekanisme dan jenis
3. trauma, Apakah terkena trauma tumpul atau trauma
tajam
Deskripsikan tentang arah trauma , apakah dari anterior
4.
atau lateral
Tanyakan mengenai komplikasi, apakah ada sesak,
5.
gangguan menelan,suara serak, rasa nyeri dada
Tanyakan mengenai penyakit yang bisa memperberat
6. kondisi pasien seperti;riwayat trauma leher sebelumnya,
riwayat operasi didaerah leher

Pemeriksaan Fisik
Vital sign ; Kesadaran,Tekanan darah , Heart rate,
1.
Respiratori rate, temperatur, saturasi O2
Periksa apakah ada tanda-tanda obstruksi saluran nafas;
2. Stridor, Retraksi supraclavicula,
suprasternal,epigastrium, intercostal
3. Inspeksi : Jejas didareah leher, luas luka,Kedalaman

7
IV.12 - Trauma Leher

luka ( Trauma tajam)


Palpasi ; Krepitasi,emphisema subcutis,Landmark laring
4
dan trachea,apakah ada deformitas

Pemeriksaan penunjang
1 Rontgen Soft tissue Leher ( AP dan Lateral)
Dinilai mengenai kolum udara, struktur tulang dan soft
tissue
2. Endoskopi ( Laringoskopi fiber optic)
Lihat modul ........
3 CT-Scan / MRI
Dinilai struktur penting dileher, Laring, trachea,
Pembuluh darah,Tulang Leher,esofagus,
4 Bronchoscopi
LIHAT MODUL ......
5 Esofagoskopi
LIHAT MODUL .......

K. DAFTAR TILIK

L. MATERI PRESENTASI

1. Slide 1 : Definisi

Trauma leher adalah trauma pada leher baik yang berakibat luka tumpul
atau menembus.

2. Slide 2 : Ruang Lingkup


Trauma leher diklasifikasikan menjadi tumpul atau menembus, yang secara
potensial membahayakan kehidupan. Trauma tumpul pada leher dapat
mengakibatkan cedera saraf spinal leher, cedera faring dan trakea, dan
cedera arteri karotis.

8
IV.12 - Trauma Leher

3. Slide 3 : Algoritma dan Prosedur


a. Protokol penatalaksanaan trauma akut pada laring

Dikutip dari Bailey BJ 1

9
IV.12 - Trauma Leher

b. Algoritma penatalaksanaan awal penderita dengan cedera trauma leher


menembus

Dikutip dari Bailey BJ 1

M. MATERI BAKU

1. Definisi Trauma Leher


Trauma leher adalah trauma pada leher, tumpul dan menembus.

2. Ruang Lingkup
Trauma leher diklasifikasikan menjadi tumpul atau menembus, yang
secara potensial membahayakan kehidupan. Trauma tumpul pada leher
dapat mengakibatkan cedera saraf spinal leher, cedera faring dan trakea,
dan cedera arteri karotis.

3. Pemeriksaan penunjang
Endoskopi peroral, imaging (foto rontgen soft tissue daerah visera, CT
scan, MRI, foto rontgen dada), angiografi

4. Penatalaksanaan
a. Upaya suportif dasar
• Pemasangan infus
• Pencegahan tetanus
• Antibiotik
b. Gangguan jalan nafas
10
IV.12 - Trauma Leher

• rongga mulut dan orofaring


• hipofaring,
• laring,
• trakea
• Intubasi endotrakeal
• Krikotirotomi
• Trakeotomi
c. Perdarahan
1) eksternal,
2) dalam rongga (terutama hipofaring, rongga mulut, orofaring),
3) internal didalam jaringan lunak (misalnya hematom yang
membesar)
a) pembengkakan eksternal
b) pembengkaan hipofaring, rongga mulut, orofaring
i. Penekanan dari luar secara langsung
ii. Eksplorasi bedah
• Ligasi
• Rekonstruksi pembuluh darah besar
d. Perforasi visera
1) hipofaring,
2) laring,
3) trakea
4) esofagus
• Eksplorasi bedah
• Penutupan dengan bedah, khususnya esofagus
• Drainase bedah, terutama jika tidak mungkin dilakukan penutupan
e. Gangguan saraf
Perbaikan cedera saraf, misalnya saraf otak

5. DAFTAR PUSTAKA

a. Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third Edition,


Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001, 717 – 821.
b. Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery, Fourth
Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia, 2005, 856.

11
IV.12 - Trauma Leher

N. ALGORITMA DAN PROSEDUR

1. Protokol penatalaksanaan trauma akut pada laring

Dikutip dari Bailey BJ 1

12
IV.12 - Trauma Leher

2. Algoritma penatalaksanaan awal penderita dengan cedera trauma leher


menembus

Dikutip dari Bailey BJ 1


List of skill
a. Tahapan THT dasar
• Persiapam pra operasi
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
• Informend consent
b. Tahapan THT lanjut
• Persiapan pra operasi
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
• Informed consent
• Melakukan operasi (bimbingan, mandiri)
• Penanganan komplikasi
• Follow-up dan rehabilitasi

13

Anda mungkin juga menyukai