Anda di halaman 1dari 28

MODUL UTAMA

ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI

MODUL V.2
TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL
BENDA ASING

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

DAFTAR ISI

A. WAKTU........................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 2
C. REFERENSI .................................................................................................... 3
D. KOMPETENSI ................................................................................................ 3
E. GAMBARAN UMUM .................................................................................... 3
F. CONTOH KASUS .......................................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................... 4
H. METODA PEMBELAJARAN ........................................................................ 4
I. EVALUASI ..................................................................................................... 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF.............................. 6
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR .................... 11
L. MATERI PRESENTASI ............................................................................... 15
M. MATERI BAKU ............................................................................................ 17
N. KEPUSTAKAAN ........................................................................................ 277

1
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

A. WAKTU

Proses Pengembangan Kompetensi Alokasi Waktu


Sesi di dalam kelas 15 X 60 menit (classroom session)
Sesi Pratikum 18 12 X 60 menit (coaching session)
Sesi Praktik dan pencapaian 10 jam (facilitation and assessment)
kompetensi

B. PERSIAPAN SESI
1. Materi Benda Aaing Traktus Ttakeo Bronkial:
a. Slide 1: Anatomi dan fisiologi laring-trakeo-bronkial
b. Slide 2: Patofisiologi benda asing laring-trakeo-bronkial
c. Slide 3: Gejala dan tanda
d. Slide 4: Pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis
e. Slide 5: Penegakkan diagnosis
f. Slide 6: Penatalaksanaan
g. Slide 7: Kegawat-daruratan
h. Slide 8: Bronkoskopi
i. Slide 9: Teknik bronkoskopi
j. Slide 10: Perawatan pasca bronkoskopi
k. Slide 11: Komplikasi

2. Kasus : Benda Aaing Traktus Ttakeo Bronkial


Seorang anak usia 2,5 tahun diantar ibunya datang ke poliklinik THT-KL
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari lalu. Menurut ibunya sesak terjadi
setelah penderita tersedak saat makan kacang tanah rebus, disertai batuk-
batuk, bibir kebiruan, muntah makanan + satu kali. Pemeriksaan fisik:
pernafasan cepat, sianosis -, stridor bifasik, retaksi suprasternal, interkostal
dan epigastrium +, suhu 38 C Auskultasi : BBS kanan menurun dibanding
kiri, ronki +, wheezing - Toraks foto: tampak atelektasi di lobus kanan
bawah.

3. Sarana dan Alat Bantu Latih :


a. Model anatomi laring, video
b. Penuntun belajar (learning guide) terlampir
c. Tempat belajar (training setting): bangsal THT-KL, Poliklinik
THT-KL, IGD THT-KL, kamar operasi.

2
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

C. REFERENSI

1. Lore JM., Medina JE. Diagnostic Endoscopy. The Trachea and


Mediastinum. In: An Atlas Of Head And Neck Surgery. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005; pp. 188, 1015.
2. Jackson C, Jackson CL. Bronchi and Esophagus. In: Diseases of the Nose,
Throat and Ear. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1959; pp. 728-38.
3. Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company, 1964; pp. 264-67.
4. Warren KY., Ellen MF., Ingestion Injury and Foreign Bodies in the
Aerodigestive Tract. In: Bailey’s Head & Neck Surgery, Otolaryngology.
Baltimore: M.D. Lippincott Williams & Wilkins, 2014; pp. 1399-1408
5. Marshall ES., Mark RE., Bronchology. In: Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Philadelphia: B.C. Dekker,
2009;pp. 963-973

D. KOMPETENSI

1. Kompetensi Umum
a. Mampu membuat diagnosis benda asing traktus trakeo bronkial
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan ( Laringoskopi Direk/ Fiber-Optic Laringoscopy
(FOL)/ X-ray dan lateral/ CT scan leher)
b. Mampu melakukan tatalaksana serta merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi bila diperlukan.

2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Mengenali gejala dan tanda benda asing laring-trakeo-bronkial
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksaan penunjang seperti foto
Rontgen toraks, CT Scan, dan fluoroskopi.
4. Melakukan keputusan untuk tindakan bronkoskopi
5. Melakukan tindakan bronkoskopi gawat darurat

E. GAMBARAN UMUM

Benda asing di dalam suatu organ adalah benda atau bahan yang pada
keadaan normal tidak terdapat didalam organ tersebut. Merupakan kasus
gawat darurat yang harus segera ditangani. Sesak nafas atau distres
pernafasan merupakan ancaman yang sering terjadi. Untuk penegakan
diagnosis dan pengobatan, diperlukan keterlibatan beberapa disiplin ilmu
3
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

yang terkait antara lain : Radiologi, Anestesi, Penyakit Dalam/Anak, Patologi


Klinik, dan Bedah Thorak. Ekstraksi benda asing mempunyai nilai diagnosis
dan terapi yaitu mengeluarkan benda asing dari traktus trakeo-bronkial. Tidak
ada kontra indikasi absolut.
F. CONTOH KASUS
Seorang anak usia 2,5 tahun diantar ibunya datang ke poliklinik THT-KL
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari lalu. Menurut ibunya sesak terjadi
setelah penderita tersedak saat makan kacang tanah rebus, disertai batuk-
batuk, bibir kebiruan, muntah makanan + satu kali. Pemeriksaan fisik:
pernafasan cepat, sianosis -, stridor bifasik, retaksi suprasternal, interkostal
dan epigastrium +, suhu 38 C Auskultasi : BBS kanan menurun dibanding
kiri, ronki +, wheezing - Toraks foto: tampak atelektasi di lobus kanan
bawah.

Diskusi :
 Jenis benda asing laring-trakea-bronkial
 Patogenesis obstruksi saluran nafas atas dan bawah

G. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana benda asing traktus trakeo bronkial seperti yang telah
disebutkan diatas, yaitu:
1. Mengenali gejala, dan tanda benda asing laring-trakeo-bronkial
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen,
CT Scan, dan fluoroskopi
4. Melakukan keputusan untuk tindakan bronkoskopi klinik

H. METODA PEMBELAJARAN
1. Presentasi Modul
2. MiniLecture
3. Referat/Tinjuan Pustaka
4. Jurnal Reading
5. Skills Lab
6. Wet Lab
7. Poliklinik
8. Bed Side Teaching (BST)
9. Tindakan/Operasi
10. Laporan kasus
4
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

11. Morning case report

I. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk lisan dan tulisan,
yang bertujuan untuk menilai kinerja awal, yang dimiliki peserta didik dan
untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :
- Anatomi, fisiologi dan histologi esofagus
- Penegakan diagnosis
- Terapi (teknik ekstraksi)
- Komplikasi dan penanganannya
- Follow-up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama fasilitator untuk
membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang
berkenan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada
saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar
kepada model anatomik (manekin) dan setelah kompetensi tercapai peserta
didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan
langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai
berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien
- Baik : pelaksaan baik dan benar
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien dan memberi masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar
6. Pendidik mengevaluasi melalui:
- Pengamatan langsung dengan memakai evaluation check list form
(terlampir)
- Penjelasan lisan dari dari peserta didik / diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan : cakap / tidak cakap / lalai
7. Pada akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan
diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
education)
8. Pencapaian pembelajaran :
5
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

- Ujian akhir setelah penyelesaian modul meliputi (K, P, A )


- Log-Book
- Ujian Tulis Kolegium THT-KL
- Ujian Lisan OSCE Kolegium THT-KL

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

1. Kuesioner Sebelum Pembelajaran


1. What is the best position of the patient’s head and neck for rigid
bronchoscopy?
a. head and neck extended
b. head extended and nech flexed
c. head flexed and neck extended
d. head and neck flexed
e. positioning is not important
Jawaban: C
2. Apakah keuntungan utama bronkoskopi fleksibel dibandingkan dengan
bronkoskopi kaku?
a. kemampuan visualisasi
b. lebih baik dalam mengontrol jalan napas
c. kemampuan ekstraksi benda asing
d. dapat dilakukan pada pasien kooperatif
e. mahalnya peralatan
Jawaban: A
3. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar tentang benda asing laring-
trakeo-bronkial?
a. gejala klinis mudah dikenali (gejala dan tanda tidak spesifik)
b. pemeriksaan radiologi mutlak untuk memastikan diagnosis (kasus
tertentu)
c. benda asing anorganik lebih berbahaya daripada organik
d. bronkoskopi perlu segera dilakukan untuk diagnosis dan terapi
e. benda asing organic dapat diabsorbsi setelah beberapa hari
Jawaban: D
4. Apakah komplikasi yang sering terjadi pada benda asing bronkus?
a. pneumomediastinum
b. fistel bronkoesofagus
c. pneumotorak
d. atelektasis
e. henti jantung
Jawaban: D
5. Which of following nerves would not need to be anasthesthetized for
Bronchoesophageal endoscopy under local anesthesia ?
a. recurrent laryngeal nerve
6
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

b. superior laryngeal nerve


c. hypoglosal nerve
d. glossopharyngeal nerve
e. trigeminal nerve
Jawaban: A
2. Kuesioner Tengah Pembelajaran
1. Seorang anak perempuan umur 3 tahun, dibawa ibunya ke poli THT dengan
anak tiba tiba batuk sampai wajahnya biru waktu sedang diberi makan.
Ibunya menduga anaknya tersedak dan mencoba memukul punggung
anaknya dan muka biru menghilang, suara tetap serak dan sesak. Apakah
diagnosis kerja pada pasien ini?
a. aspirasi pneumoni
b. batuk rejan
c. benda asing di laring
d. benda asing di trakea
e. benda asing di bronkus
Jawaban: C
2. Apakah penyebab keluhan sesak yang terjadi beberapa saat setelah kacang
masuk ke jalan napas?
a. iritasi mukosa
b. edem mukosa
c. sifat higroskopik kacang
d. penumpukan lendir
e. infeksi sekunder
Jawaban: C
3. Manakah pernyataan yang benar tentang bronkoskopi fleksibel fiberoptik?
a. hanya dapat dimasukkan melalui hidung
b. tidak dapat dimasukkan melalui tabung endotrakea
c. perlu anestesi umum
d. visualisasi memegang dan menarik benda asing lebih terbatas.
e. prosedur mudah sehingga tidak perlu latihan dengan manekin
Jawaban: D
4. Manakah pernyataan dibawah ini yang tidak sesuai dengan BA trakeo-
bronkus?
a. sering disebabkan karena BA yang radio-opak
b. sering pada bronkus kanan
c. sering sampai di RS dalam stadium komplikasi
d. dapat dijumpai suara napas kanan-kiri sama
e. dapat terjadi komplikasi emfisema
Jawaban: C
5. Seorang anak usia 5 tahun ketika sedang makan nasi, tersedak kemudian
batuk-batuk hebat sampai biru 3 jam yang lalu dan muntah ada butir nasi
sedikit. Saat ini anak tersebut sudah tenang, ada batuk sekali-sekali, tidak

7
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

biru tetapi tidak mau makan. Kemungkinan apakah yang terjadi pada anak
tersebut?
a. ada BA stadium akut
b. ada BA stadium asimtomatik
c. ada BA stadium pulmonal
d. ada BA tapi sudah masuk lambung waktu batuk
e. ada BA tapi sudah keluar bersama muntah
Jawaban: B

3. Essay/Ujian Lisan/Uji Sumatif


1. Seorang anak perempuan berusia 4 tahun datang ke IGD dengan riwayat
tersedak kacang 36 jam sebelum masuk rumah sakit. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan pergerakan hemitorak kanan tertinggal. Hasil
thorax X-Ray menunjukkan adanya atelektasis pada lobus kanan bawah.
Bagaimanakah mekanisme terjadinya atelektasis paru pada pasien ini?
a. stop-valve action
b. ball valve action
c. check valve action
d. kombinasi stop valve n ball valve action
e. kombinasi ball valve n check valve action
Jawaban: A
2. Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun datang ke IGD dengan riwayat
tersedak manik-manik 3 jam smrs. Dari hasil pemeriksaan fisik ditegakkan
diagnosis BA di trakea. Apakah gejala yang khas untuk BA di trakea?
a. wheezing expiratoir, stridor, audible siap
b. wheezing inspiratoir, Wheezing expiratoir, palpatory thud
c. stridor, ashmathoid wheezing, audible slap
d. palpatory thud, ashmathoid wheezing, audible slap
e. stridor, Palpatory thud, ashmathoid wheezing, audible slap
Jawaban: D

SOAL OSCE
1. Seorang gadis berusia 15 tahun dibawa oleh orang tuanya ke IGD RS di
Surabaya dengan pengantar dari dokter THT-KL di Jombang. Orang
tersebut mengaku menghisap jarum pentul sejak 6 jam sebelumnya. Saat itu
dia sedang memasang jilbab dengan meletakkan jarum pentul di mulutnya.
Kemudian dikageti oleh temannya hingga jarum pentul terhirup masuk. Dia
sempat batuk bertubi-tubi sesaat kemudian batuk mereda. Tidak didapatkan
sesak. Sekarang penderita merasa tidak nyaman di dada sebelah kanan.
Dia masih dapat makan minum lancar, tidak ada muntah. Batuk kadang-
kadang. Belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Dia sekolah di
sebuah pondok pesantren di Jombang.

8
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

Keadaan umum tampak baik, tidak sesak. Tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80x/menit, napas 18x/menit. Suhu 36C.

PERTANYAAN
1. Menurut perkiraan saudara, apa yang terjadi pada gadis tersebut?
2. Pemeriksaan lanjutan apa yang diperlukan untuk membantuk diagnosis?
3. Dibuat foto x-ray pada toraks (terlampir). Apa interpretasi saudara?
4. Bagaimana tindakan selanjutnya?

PENILAIAN

Pertanyaan Jawaban Nilai Nilai


Maks Peserta
Pertanyaan 1 Benda asing jalan 20
Dugaan penyakit napas
(penjelasan)
Pertanyaan 2 X-foto torakal AP dan 20
Pemeriksaan penunjang lateral
Pertanyaan 3 Tampak benda asing 30
Bacaan foto berdensitas logam pada
cabang utama bronkus
kanan
Pertanyaan 4 Ekstraksi benda asing 30
Tindakan dengan bronkoskopi
(prosedur)

2. Seorang anak laki berusia 2 tahun diantar oleh ibu kandung ke IGD RS di
Surabaya datang dengan keluhan batuk-batuk sejak 17 hari yang lalu. Anak
sedang mengunyah kacang dan tiba-tiba menangis sehingga terbatuk-batuk.
Kacang sebagian dapat keluar. Saat itu anak batuk-batuk hebat namun tidak

9
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

sesak dan tidak sampai biru. Kemudian anak dibawa ke dokter anak dan
dikatakan jika anak menderita radang paru-paru. Anak dirawat 5 hari di RS
di Gresik dan dipulangkan setelah dokter anak mengatakan sembuh.Namun
setelah pulang dari RS, si anak tetap batuk-batuk sering, namun tidak sesak.
Batuk tidak berdahak.
Anak tidak sakit batuk sebelumnya, tidak ada demam. Tidak ada riwayat
asma. Makan dan minum masih normal. Keadaan umum cukup dengan anak
yang masih aktif. Sesekali terbatuk-batuk namun tidak sesak. Nadi
100x/menit, napas 26x/menit, suhu 37,2 C, dan saturasi oksigen perifer 97-
99% tanpa oksigen tambahan.Gerak napas simetris kanan kiri, palpasi dan
perkusi toraks dalam batas normal. Suara napas vesikuler kanan kiri
simetris.

PERTANYAAN
1. Menurut perkiraan saudara, apa yang terjadi pada anak tersebut?
2. Untuk menunjang diagnostik, pemeriksaan lanjutan apa yang saudara
usulkan?
3. Telah dilakukan x-foto toraks (terlampir). Jelaskan interpretasi saudara
4. Apa usul tindakan selanjutnya menurut saudara?

PENILAIAN
Pertanyaan Jawaban Nilai Nilai
Maksimal Peserta
Pertanyaan 1 Benda asing jalan napas 20
Dugaan penyakit (penjelasan)
Pertanyaan 2 X-foto torakal AP dan 20
Pemeriksaan lateral
penunjang
Pertanyaan 3 Tidak tampak benda 30
Bacaan foto asing. Paru tidak tampak
atelektasis ataupun
infiltrat
Pertanyaan 4 Ekstraksi benda asing 30
Tindakan dengan bronkoskopi
(prosedur)

10
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR BRONKOSKOPI KAKU

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai


berikut.:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan
yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan
urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk
sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu
kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak
perlu diperagakan)

NAMA PESERTA: ................................. TANGGAL: .................................

KASUS
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS &
PROSEDUR OPERATIF
1. Nama
2. Diagnosis
3. Informed Choice & Informed Consent
4. Rencana Tindakan
5. Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR OPERASI
1. Informed consent
Penjelasan kepada penderita dan
keluarganya mengenai tindakan operasi
yang akan dijalani serta risiko komplikasi
disertai dengan tanda tangan persetujuan
dan permohonan dari penderita untuk
dilakukan operasi.
2. Laboratorium
3. Pemeriksaan tambahan : analisa gas

11
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

darah (bila perlu)


4. Konsul anestesi, pediatri dan penyakit
dalam (bila perlu)
5. Memeriksa persiapan alat dan
kelengkapan operasi
Anestesi
1. Narkose umum dan anestesi topikal
(spray) pada pita suara
2. Narkose harus dalam dan napas spontan
Persiapan Bronkoskopi
1. Penderita terlentang di atas meja operasi,
seorang asisten membantu memegang
dan mengatur posisi kepala ekstensi
maksimal dengan bahu diganjal.
2. Alat-alat endoskopi disiapkan di bagian
sebelah kanan operator untuk
memudahkan operator, alat apa yang
akan dibutuhkan dan dibantu oleh
perawat instrumen
III. PROSEDUR OPERASI
Tindakan Bronkoskopi
A. Bronkoskopi / Trakeoskopi dengan
Bantuan Laringoskop lurus
1. Laringoskop dengan Removable slide
dipegang dengan tangan kiri kemudian
dimasukkan, (sementara gigi atas dan
bawah dilindungi); sampai terlihat rima
glotis.
2. Bronkoskop dipegang dengan tangan
kanan, dan dimasukkan dengan bantuan
laringoskop sampai mendekati rima
glotis, posisi bronkoskop diputar ke
kanan 900 sampai melewati pita suara.
Kemudian posisi bronkoskop diputar
kembali ke posisi semula.
3. Laringoskop dikeluarkan sehingga hanya
bronkoskop yang tertinggal dan bagian
distal bronkoskop dipegang dengan
tangan kiri seperti memegang pensil.
4. Setelah bronkoskop masuk ke lumen
trakea, anestesi dan oksigen disambung
pada bronkoskop (Holinger Ventilation
Bronchoscope)

12
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

5. Lumen bronkoskop ditutup dengan


penutup kaca (glass cupped adaptor)
6. Bronkoskopi dimasukkan ke distal
dengan mendorong menggunakan ibu jari
tangan kiri sampai ditemukan karina
yang terletak pada ujung distal trakea
sambil dilakukan evaluasi trakea
7. Selanjutnya evaluasi muara bronkus
kanan dengan posisi kepala dimiringkan
ke kiri sedangkan untuk evaluasi muara
bronkus kiri dengan memiringkan kepala
ke kanan
8. Bila terjadi desaturasi oksigen,
bronkoskop ditarik kembali sampai di
depan karina. Setelah saturasi membaik,
proses evaluasi dapat dilanjutkan.
9. Bila ditemukan benda asing pada salah
satu bronkus dilakukan ekstraksi dengan
forsep yang sesuai. Bila benda asing
berukuran kecil dapat dikeluarkan dengan
forsepnya melalui lumen bronskoskop.
Bila benda asing berukuran besar maka
dikeluarkan bersama-sama dengan
bronkoskop.
10. Setelah ekstraksi berhasil dilakukan
bronkoskopi ulang untuk evaluasi seperti
teknik diatas
B. Bronkoskopi / Trakeoskopi tanpa
Laringoskop lurus
1. Posisi kepala difleksikan, bronkoskop
dipegang dengan tangan kanan seperti
memegang pensil dimasukkan ke rongga
mulut pada garis tengah sampai terlihat
epiglotis.
2. Bronkoskop lewat di bawah epiglotis
hingga tampak rima glotis kemudian
kepala diekstensikan. Sesaat sebelum
bronkoskop masuk melalui rima glotis,
posisi bronkoskop diputar 900 ke kanan,
kemudian di dorong masuk melewati pita
suara.
3. Setelah bronkoskop masuk ke dalam
lumen trakea, posisi bronkoskop diputar
900 ke kiri (ke posisi semula). Kepala
13
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

lebih ekstensi saat bronkoskop melewati


trakea
4. Bronkoskop disambungkan dengan
anestesi dan oksigen (Holinger
Ventilation Bronchoscope) setelah berada
di trakea
5. Lumen bronkoskop ditutup dengan
penutup kaca (glass cupped adaptor)
6. Bronkoskopi dimasukkan ke distal
dengan mendorong menggunakan ibu jari
tangan kiri sampai ditemukan karina
yang terletak pada ujung distal trakea
sambil dilakukan evaluasi trakea
7. Selanjutnya evaluasi muara bronkus
kanan dengan posisi kepala dimiringkan
ke kiri sedangkan untuk evaluasi muara
bronkus kiri dengan memiringkan kepala
ke kanan
8. Bila terjadi desaturasi oksigen,
bronkoskop ditarik kembali sampai di
depan karina. Setelah saturasi membaik,
proses evaluasi dapat dilanjutkan.
9. Bila ditemukan benda asing pada salah
satu bronkus dilakukan ekstraksi dengan
forsep yang sesuai. Bila benda asing
berukuran kecil dapat dikeluarkan dengan
forsepnya melalui lumen bronskoskop.
Bila benda asing berukuran besar maka
dikeluarkan bersama-sama dengan
bronkoskop
10. Setelah ekstraksi berhasil dilakukan
bronkoskopi ulang untuk evaluasi seperti
teknik diatas
IV. PASCA OPERASI
1. Observasi tanda-tanda perforasi atau
komplikasi lain
2. Dilakukan foto toraks bila perlu.
3. Diberi terapi antibiotik dan
kortikosteroid.

14
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

L. MATERI PRESENTASI

o Slide 1. Anatomi dan fisiologi laring-trakeo-bronkial

o Slide 2. Patofisiologi benda asing laring-trakeo-bronkial

Reaksi jaringan laring-trakeo-bronkial akibat benda asing eksogen tergantung


dari karakteristik, ukuran dan bentuk relative benda asing.

1. Benda asing metal yang halus dan non obstruktif hanya menyebabkan
kongesti pembuluh darah mukosa ringan.
2. Benda asing metal yang kasar dan obstruktif menimbulkan stop valve
type obstruction atau one way valve obstruction.
3. Benda asing organic (tumbuh-tumbuhan) menimbulkan reaksi yang
lebih cepat dan hebat.

15
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

o Slide 3. Gejala dan tanda

Gejala:
- Batuk tiba-tiba (coughing)
- Rasa tercekik (choking)
- Rasa tersumbat (gasping)
- Menahan napas (gagging)
- Mendehem
Tanda-tanda:
- Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang atau
menghilang (fase asimptomatik)
- Gejala dan tanda sesuai dengan lokasi tersangkutnya benda
asing (fase komplikasi)

o Slide 4: Pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis

Pemeriksaan radiologik leher-toraks


- Benda asing metal  foto polos pa dan lateral
- Benda asing densitas rendah  foto tehnik jaringan lunak
- Benda asing radiolusen  foto pada akhir inspirasi & ekspirasi
- Fluoroskopi 2 sisi (biplane fluoroscopy)
- Fluoroskopi video (video fluoroscopy)

o Slide 5. Penegakkan diagnosis


Pemeriksaan endoskopi :
- Laringoskopi
- Bronkoskopi kaku / fleksibel

o Slide 6. Penatalaksanaan
Ekstraksi benda asing sesuai lokasi

o Slide 7. Kegawat-daruratan
Obstruksi total jalan nafas

o Slide 8. Bronkoskopi

Lihat penuntun belajar


16
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

o Slide 9. Tehnik bronkoskopi

Lihat penuntun belajar

o Slide 10. Perawatan pasca bronkoskopi

Pasca tindakan penderita dirawat di ruang yang tenang memberi waktu


yang cukup untuk istirahat. Memberikan pasien cukup minum untuk
menghindari dehidrasi terutama bila pasien panas. Hindari pemberian
sedatif. Opium merupakan kontra indikasi absolut. Lakukan suction dari
penumpukan sekret yang ada. Bila pasien memakai trakea kanul sekret di
suction melalui kanul dengan ukuran kanul kecil No. 8 F / soft ruber
canule.

o Slide 11. Komplikasi

Emfisema
Atelektasis
Pneumonia
Pembentukan abses
Sepsis
Perforasi/fistula

M. MATERI BAKU
1. Kekerapan
Insiden benda asing trakeo bronkial secara signifikan dari tahun ke tahun
tidak banyak berubah, tetapi keamanan dalam hal ekstraksi sangat
meningkat secara dramatis. Kebanyakan benda asing jalan napas terjadi
pada anak kelompok umur dibawah 15 tahun. Pada kelompok umur ini,
yang datang ke instalasi gawat darurat dengan gejala tersedak jumlahnya
sekitar 29,9/100.000 populasi. Insiden tertinggi terjadi antara umur 1 – 3
tahun jumlahnya mencapai 25%. Faktor-faktor penyebab antara lain :
Gigi molar yang belum tumbuh, berkurangnya kendali kordinasi pada
proses menelan dan imaturitas dalam proses elevasi laring dan bukaan
glottis, Kebiasaan menaruh benda di dalam mulut dalam rangka proses
pengenalan lingkungan, Kebiasaan bermain dan berlari pada saat makan.

17
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

Anak yang lebih besar lebih sering disebabkan oleh abnormalitas anatomi
atau gangguan neurologik. Tersedaknya benda asing 2 kali lebih sering
terjadi pada anak laki-laki. Di Indonesia sekitar 70% - 80% jenis benda
asing trakeo-bronkial yang paling banyak adalah kacang-kacangan,
selebihnya berupa sempritan, jarum pentul dan potongan plastik. .

2. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing tersedak masuk ke
traktus trakeo-bronkial :
a. Faktor Personal : umur, kesadaran menurun, epilepsi dan alkoholisme
b. Faktor Fisik : Adanya kelainan dan penyakit neurologik, proses
menelan yang belum sempurna pada anak, siat dan bentuk benda asing
c. Faktor Dental : Medikal dan surgikal (tindakan ekstraksi gigi, belum
tumbuh gigi molar pada anak yang berumur < 4 tahun)
d. Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis
e. Faktor kecerobohan : Meletakkan sesuatu di mulut, persiapan makan
yang kurang baik, makan tergesa gesa sambil bermain, memberikan
permen atau kacang pada anak yang belum tumbuh lengkap gigi
molarnya.

3. Klasifikasi
 Benda asing endogen : Sekret kental (bronkolit), darah atau bekuan
darah, mekonium, proses perkejuan, krusta, nanah, membran difteri.
 Benda asing eksogen : Padat (organik dan anorganik), Cair (iritatif
dan non iritatif) dan Gas

4. Patofisiologi
Pada saat anak menjerit atau tertawa tawa sambil berlari dengan makanan
atau benda asing di dalam mulut, makanan atau BA akan masuk ke dalam
laring pada saat inspirasi. Pada saat benda asing akan melewati plika
vokalis, refleks penutupan plika vokalis akan menahan benda asing masuk
lebih dalam, dengan bantuan refleks batuk, benda asing akan keluar. Bila
pertahan plika vokalis terlewati benda asing akan terjepit di sfingter laring,
menyebabkan penderita batuk paroksisimal, bila BAnya besar dapat segera
menyumbat trakea, pada saat ini penderita dapat mengeluhkan sesak
dengan berbagai tingkatan sampai terjadi sianosis. Bila BA asing kecil
seperti kacang tanah atau jarum pentul, BA dapat langsung masuk kedalam
bronkus atau tersangkut di karina, pada saat ini tidak ada keluhan yang
berarti (fase asimptomatis) hal ini bisa terjadi selama 24 jam. Tergantung
dari sifat dan jenis benda asing,serta derajat sumbatan, keluhan pulmonum
segera akan dapat terlihat.

Jika BA bersifat higroskopik (contoh kacang tanah) benda ini akan cepat
melunak dan mengembang sehingga dapat mengiritasi mukosa bronkus
18
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

hingga terjadi edema dan radang, bila telah terbentuk jaringan granulasi,
sumbatan akan bertambah berat dan penderita akan mengalami toksemia,
batuk hebat, demam akibat infeksi yang terjadi. Benda anorganik
memberikan reaksi yang lebih ringan. BA dari metal dan tipis memberikan
gejala batuk spasmodik.

5. Jenis Sumbatan Bronkus (Jackson 1936)


a. By pass valve obstruction : sumbatan sebagian dari bronkus (mengi)
b. Expiratory check valve obstruction : katup penghambat ekspirasi,
sumbatan seperti pentil, udara inspirasi dapat masuk tetapi sulit untuk
keluar dapat menyebabkan emfisema paru obstruktif
c. Inspiratory check valve obstruction : katup penghambat inspirasi ,
udara inspirasi sulit masuk, tetapi sebaliknya udara ekspirasi mudah
keluar dapat menyebabkan atelectasis
d. Stop valve obstruction : udara inspirasi dan ekspirasi, sulit untuk
keluar masuk, pada akhirnya dapat menyebabkan atelektasis

6. Gejala Klinik
a. Benda asing laring
 Bila BA berada di atas plika vokalis, masih dapat di batukkan,
tetapi bila telah melewati plika vocalis (sub glottik) bisa
menyebabkan sumbatan total, hal ini merupakan keadaan gawat
darurat karena dapat menyebabkan asfiksia dalam waktu singkat.
 Bila sumbatan tidak total, bisa menyebabkan suara parau sampai
afoni, batuk disertai serak (croupy cough}, odinofagi, mengi,
sianosis, hemoptisis dan dispneu dengan berbagai derajat

b. Benda asing trakea


 Gejala berupa batuk dengan tiba-tiba dan berulang, rasa tercekik
dileher ( chocking), rasa tersumbat di tenggorokan (gagging) dan
terdapat gejala patognomonik berupa :
a) Audible slap (batuk dengan mulut terbuka)
b) Palpatory thud (teraba getaran di trakea pars servikal)
c) Asmathoid wheeze (bunyi saat inspirasi dan ekspirasi dengan
mulut terbuka)
 Selain itu terdapat pula gejala suara serak, dispneu dan sianosis
(tergantung besar dan lokasi BA)

c. Benda asing bronkus


 Benda asing cenderung masuk ke bronkus kanan oleh karena :
a) Sudut deviasi bronkus kanan < dari kiri
b) Diameter bronkus kanan > dari kiri
c) Udara inspirasi yang masuk ke bronkus kanan > dari kiri
d) Bronkus kanan hampir sejajar dengan trakea
19
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

 Kebanyakan penderita datang ke RS sudah dalam fase


asimptomatis
 Bisa didapatkan gejala :
a) sputum hemoragik
b) Emfisema atau atelektasisi
c) Febris oleh karena toksemia
d) Pada foto toraks dapat terlihat gambaran bronkiektasis,
bronkopneumoni, dan abses paru.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi dan Laboratorium
 Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa serta
tanda infeksi
 Untuk benda asing radioopak dibuat rontgen foto segera setelah
kejadian
 Untuk yang bersifat radiolusen dibuat rontgen foto setelah 24 jam
kejadian (biasanya setelah diatas 24 jam terlihat tanda atelectasis
atau emfisema)
 Posisi Rongen foto : leher (posisi tegak); toraks (PA dan Lateral)

b. Video flouroskopi
 Untuk melihat saluran napas secara keseluruhan
 Dapat mengevaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
 Dapat menilai adanya Mediastinal shift dan pelebaran interkostasl (
dapat terlihat berupa pergeseran mediastinum ke sisi paru yang
sehat saat inspirasi )

c. Bronkogram
 Dengan kontras dapat melihat adanya bronkoektasi

8. Penatalaksanaan
Prinsip : Pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimal
a. Terapi suportif : Pemberian oksigen, Monitor jantung, Pulse oxymetri,
Pemberian steroid dan antibiotic preoperative
b. Pengeluaran benda asing dengan bantuan endoskopi

Tujuan :
 Untuk mengembalikan fisiologi, drenase dan ventilasi secret dengan
memperbaiki gerakan silia, kekuatan batuk dan mendehem
 Pada sumbatan bronkus dengan peradangan : atasi infeksi dan drenase
paru dengan memberikan ekspektoran dan mukolitik (mengurangi
adhesi-kohesi secret sehingga mudah untuk dibatukkan, tidak
dianjurkan pemberian antitusif

20
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

Benda asing laring


 Sumbatan total laring (gagging) merupakan suatu kedaruratan, pada
anak dapat dicoba dengan memgang anak dengan psisi terbalik,
kemudian daerah punggung/tengkuk ditepuk.
 Sumbatan laring pada anak besar dan dewasa dapat dilakukan perasat
Heimlich.

Benda asing trakea dan bronkus


 Bronkoskopi
 Servikotomi
 Trakeostomi
 Torakotomi

Bronkoskopi
Tindakan bronkoskopi pertama kali dilakukan oleh seorang berkebangsaan
Jerman bernama Gustav Killian, pada tahun 1897. Killian menggunakan
bronkoskop kaku pada pasien sadar dengan menggunakan kokain topikal
sebagai anestesi lokal.Sejak saat itu sampai tahun 1970an, bronkoskopi
kaku digunakan secara eksklusif. Pada tahun 1920an , Chevalier
Jackson,seorang bangsa Amerika menyempurnakan bronkoskop dengan
menggunakan tabung kaku untuk melihat trakea dan bronkus utama.
Seorang laryngologis Inggris bernama Victor Negus, yang bekerja
bersama Jackson, memperbaiki desain endoskop tersebut yang nantinya
dikenal sebagai 'Negus bronchoscope'.
Shigeto Ikeda,seorang berkebangsaan Jepang pertama kali
memperkenalkan bronkoskopi fleksibel pada tahun 1966. Awalnya skope
fleksibel dibuat dari serat fiber yang dibundel dan membutuhkan lampu
yang berada di luar sebagai sumber cahaya, diameternya kurang lebih
5 mm sampai 6 mm, dengan kemampuan untuk fleksi sebesar 180 derajat
dan ekstensi sebesar 120 derajat, alat ini dapat mencapai bonkus segmental
dan bronkus lobar. Sekarang ini skope fiberoptik telah digantikan dengan
bronkoskop yang dilengkapi dengan video charge coupled device (CCD)
video chip yang terletak di dital skope.

9. Jenis Bronkoskopi
a. Bronkoskopi kaku.
Bronkoskopi kaku lebih banyak digunakan untuk mengambil benda
asing bronkus oleh karena dapat melindungi jalan napas saat ekstraksi
dan juga dengan lumen yang lebih besar dibandingkan dengan fleksibel,
pendekatan terapeutik seperti elektrokauter untuk mengendalikan
perdarahan dapat dilakukan.

21
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

b. Bronkoskopi fleksibel
Bronkoskopi fleksibel mempunyai bentuk yang lebih kecil dan panjang
dibandingkan dengan yang kaku. Didalamnya terdapat sistem fiberoptik
yang dapat memindahkan gambar dari ujung skopeke video kamera.
Penggunaan Bowden cables yang dihubungkan dengan pengungkit pada
hand piece, memungkinkan ujung skope dikendalikan ke lobus paru
atau segmen bronkus. Kebanyak bronkoskop fleksibel dilengkapi
dengan saluran untuk suksion atau untuk memasukkan instrumen.
Penggunaan bronkoskopi fleksibel dapat mengurangi ketidaknyamanan
penderita dibanding yang kaku. Selain itu prosedur pemeriksaan lebih
mudah dan aman dibawah sedasi yang ringan. Teknik penggunaan
bronkoskopi kaku sekarang ini menjadi pilihan bagi kebanyakan
bronkoskopis

Indikasi
 Kelainan saluran napas
 Hemoptisis (paling sering)
 Batuk atau sesak yang kronis
 Aspirasi benda asing atau muntah darah yang ditemukan pada anak-anak
 Obstruksi bronkial dengan tanda-tanda kolaps paru
 Perubahan pada gambaran radiologis paru : coin lesion, emfisema dan
atelektasis

Kontraindikasi
 Tidak ada kontra indikasi absolut.
 Pasien dengan kesulitan jalan nafas yang tidak bisa diintervensi dengan
bronkoskopi rigid seperti kelainan leher sehingga tidak bisa diekstensikan,
trismus, dan makroglosia.
 Keadaan urgen seperti asfiksia, bronkoskopi ditunggu 1-2 minggu sampai
pulih dari syok, dehidrasi dan fatique.
 Bila ada riwayat telah dikerjakan bronkoskopi sehari sebelumnya,
bronkoskopi ulangan ditunda beberapa hari.
 Aneurisme aorta
 Kecendrungan perdarahan/gangguan pembekuan darah
 Keadaan fisik yang lemah setelah hemoptysis berat
 Infeksi akut traktus respiratorius
 Gangguan fungsi jantung dan paru.

Komplikasi
 Subglotik edema terutama pada anak di bawah 2 tahun dengan benda asing
berupa makanan. Hal ini dihindari dengan tidak melakukan tindakan
bronkoskopi yang berulang. Bila terjadi sub glotik edema segera dilakukan
trakeostomi rendah yaitu di bawah cincin trakea II.
22
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

 Surgical syok, tergantung lamanya operasi dianjurkan bronkoskopi pada


bayi 15 menit sedangkan untuk anak dibawah 5 tahun 30 menit.
 Penumpukan sekret pada bronkus terutama bila benda asing berupa
makanan, sehingga akhirnya terjadi impending asphyxia akibat sekretnya
sendiri.
 Komplikasi awal : sianosis, Respiratory distress, Respiratory arrest
 Komplikasi akhir : Pneumoni, Emfisema, Fistula bronkial, Pneumothorax

Perawatan Pasca Tindakan


Pasca tindakan penderita dirawat di ruang yang tenang memberi waktu yang
cukup untuk istirahat. Memberikan pasien cukup minum untuk menghindari
dehidrasi terutama bila pasien panas. Hindari pemberian sedatif. Opium
merupakan kontra indikasi absolut. Lakukan suction dari penumpukan sekret
yang ada. Bila pasien memakai trakea kanul sekret di suction melalui kanul
dengan ukuran kanul kecil No. 8 F / soft ruber canule.

Follow up
Vital sign : pernafasan, suhu tubuh.
Medikamentosa : antibiotika, kortikosteroid.

Prognosis
 Sebagian besar sembuh tanpa komplikasi menetap
 Penundaan diagnosis, morbiditas lebih besar

23
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

Algoritma Dan Prosedur Penegakan Diagnosis

24
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

25
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

26
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing

Komplikasi Tindakan
1. Subglotik edema terutama pada anak di bawah 2 tahun dengan benda asing
berupa makanan. Hal ini dihindari dengan tidak melakukan tindakan
bronkoskopi yang berulang. Bila terjadi sub glotik edema segera dilakukan
trakeostomi rendah yaitu di bawah cincin trakea II.
2. Surgical syok, tergantung lamanya operasi dianjurkan bronkoskopi pada bayi
15 menit sedangkan untuk anak dibawah 5 tahun 30 menit.
3. Penumpukan sekret pada bronkus terutama bila benda asing berupa makanan,
sehingga akhirnya terjadi impending asphyxia akibat sekretnya sendiri.

Perawatan Pasca Tindakan


Pasca tindakan penderita dirawat di ruang yang tenang memberi waktu yang
cukup untuk istirahat. Memberikan pasien cukup minum untuk menghindari
dehidrasi terutama bila pasien panas. Hindari pemberian sedatif. Opium
merupakan kontra indikasi absolut. Lakukan suction dari penumpukan sekret yang
ada. Bila pasien memakai trakea kanul sekret di suction melalui kanul dengan
ukuran kanul kecil No. 8 F / soft ruber canule.

Follow up
Vital sign : pernafasan, suhu tubuh.
Medikamentosa : antibiotika, kortikosteroid.

N. KEPUSTAKAAN

1. Lore JM., Medina JE. Diagnostic Endoscopy. The Trachea and


Mediastinum. In: An Atlas Of Head And Neck Surgery. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005; pp. 188, 1015.
2. Jackson C, Jackson CL. Bronchi and Esophagus. In: Diseases of the Nose,
Throat and Ear. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1959; pp. 728-38.
3. Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company, 1950; pp. 264-67.
4. Warren KY., Ellen MF., Ingestion Injury and Foreign Bodies in the
Aerodigestive Tract. In: Bailey’s Head & Neck Surgery, Otolaryngology.
Baltimore: M.D. Lippincott Williams & Wilkins, 2014; pp. 1399-1408
5. Marshall ES., Mark RE., Bronchology. In: Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Philadelphia: B.C. Dekker,
2009;pp. 963-973

27

Anda mungkin juga menyukai