ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI
MODUL V.2
TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL
BENDA ASING
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
DAFTAR ISI
A. WAKTU........................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 2
C. REFERENSI .................................................................................................... 3
D. KOMPETENSI ................................................................................................ 3
E. GAMBARAN UMUM .................................................................................... 3
F. CONTOH KASUS .......................................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................... 4
H. METODA PEMBELAJARAN ........................................................................ 4
I. EVALUASI ..................................................................................................... 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF.............................. 6
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR .................... 11
L. MATERI PRESENTASI ............................................................................... 15
M. MATERI BAKU ............................................................................................ 17
N. KEPUSTAKAAN ........................................................................................ 277
1
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
1. Materi Benda Aaing Traktus Ttakeo Bronkial:
a. Slide 1: Anatomi dan fisiologi laring-trakeo-bronkial
b. Slide 2: Patofisiologi benda asing laring-trakeo-bronkial
c. Slide 3: Gejala dan tanda
d. Slide 4: Pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis
e. Slide 5: Penegakkan diagnosis
f. Slide 6: Penatalaksanaan
g. Slide 7: Kegawat-daruratan
h. Slide 8: Bronkoskopi
i. Slide 9: Teknik bronkoskopi
j. Slide 10: Perawatan pasca bronkoskopi
k. Slide 11: Komplikasi
2
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
C. REFERENSI
D. KOMPETENSI
1. Kompetensi Umum
a. Mampu membuat diagnosis benda asing traktus trakeo bronkial
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan ( Laringoskopi Direk/ Fiber-Optic Laringoscopy
(FOL)/ X-ray dan lateral/ CT scan leher)
b. Mampu melakukan tatalaksana serta merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi bila diperlukan.
2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Mengenali gejala dan tanda benda asing laring-trakeo-bronkial
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksaan penunjang seperti foto
Rontgen toraks, CT Scan, dan fluoroskopi.
4. Melakukan keputusan untuk tindakan bronkoskopi
5. Melakukan tindakan bronkoskopi gawat darurat
E. GAMBARAN UMUM
Benda asing di dalam suatu organ adalah benda atau bahan yang pada
keadaan normal tidak terdapat didalam organ tersebut. Merupakan kasus
gawat darurat yang harus segera ditangani. Sesak nafas atau distres
pernafasan merupakan ancaman yang sering terjadi. Untuk penegakan
diagnosis dan pengobatan, diperlukan keterlibatan beberapa disiplin ilmu
3
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
Diskusi :
Jenis benda asing laring-trakea-bronkial
Patogenesis obstruksi saluran nafas atas dan bawah
G. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana benda asing traktus trakeo bronkial seperti yang telah
disebutkan diatas, yaitu:
1. Mengenali gejala, dan tanda benda asing laring-trakeo-bronkial
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen,
CT Scan, dan fluoroskopi
4. Melakukan keputusan untuk tindakan bronkoskopi klinik
H. METODA PEMBELAJARAN
1. Presentasi Modul
2. MiniLecture
3. Referat/Tinjuan Pustaka
4. Jurnal Reading
5. Skills Lab
6. Wet Lab
7. Poliklinik
8. Bed Side Teaching (BST)
9. Tindakan/Operasi
10. Laporan kasus
4
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
I. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk lisan dan tulisan,
yang bertujuan untuk menilai kinerja awal, yang dimiliki peserta didik dan
untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :
- Anatomi, fisiologi dan histologi esofagus
- Penegakan diagnosis
- Terapi (teknik ekstraksi)
- Komplikasi dan penanganannya
- Follow-up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama fasilitator untuk
membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang
berkenan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada
saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar
kepada model anatomik (manekin) dan setelah kompetensi tercapai peserta
didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan
langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai
berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien
- Baik : pelaksaan baik dan benar
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien dan memberi masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar
6. Pendidik mengevaluasi melalui:
- Pengamatan langsung dengan memakai evaluation check list form
(terlampir)
- Penjelasan lisan dari dari peserta didik / diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan : cakap / tidak cakap / lalai
7. Pada akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan
diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
education)
8. Pencapaian pembelajaran :
5
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
7
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
biru tetapi tidak mau makan. Kemungkinan apakah yang terjadi pada anak
tersebut?
a. ada BA stadium akut
b. ada BA stadium asimtomatik
c. ada BA stadium pulmonal
d. ada BA tapi sudah masuk lambung waktu batuk
e. ada BA tapi sudah keluar bersama muntah
Jawaban: B
SOAL OSCE
1. Seorang gadis berusia 15 tahun dibawa oleh orang tuanya ke IGD RS di
Surabaya dengan pengantar dari dokter THT-KL di Jombang. Orang
tersebut mengaku menghisap jarum pentul sejak 6 jam sebelumnya. Saat itu
dia sedang memasang jilbab dengan meletakkan jarum pentul di mulutnya.
Kemudian dikageti oleh temannya hingga jarum pentul terhirup masuk. Dia
sempat batuk bertubi-tubi sesaat kemudian batuk mereda. Tidak didapatkan
sesak. Sekarang penderita merasa tidak nyaman di dada sebelah kanan.
Dia masih dapat makan minum lancar, tidak ada muntah. Batuk kadang-
kadang. Belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Dia sekolah di
sebuah pondok pesantren di Jombang.
8
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
Keadaan umum tampak baik, tidak sesak. Tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80x/menit, napas 18x/menit. Suhu 36C.
PERTANYAAN
1. Menurut perkiraan saudara, apa yang terjadi pada gadis tersebut?
2. Pemeriksaan lanjutan apa yang diperlukan untuk membantuk diagnosis?
3. Dibuat foto x-ray pada toraks (terlampir). Apa interpretasi saudara?
4. Bagaimana tindakan selanjutnya?
PENILAIAN
2. Seorang anak laki berusia 2 tahun diantar oleh ibu kandung ke IGD RS di
Surabaya datang dengan keluhan batuk-batuk sejak 17 hari yang lalu. Anak
sedang mengunyah kacang dan tiba-tiba menangis sehingga terbatuk-batuk.
Kacang sebagian dapat keluar. Saat itu anak batuk-batuk hebat namun tidak
9
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
sesak dan tidak sampai biru. Kemudian anak dibawa ke dokter anak dan
dikatakan jika anak menderita radang paru-paru. Anak dirawat 5 hari di RS
di Gresik dan dipulangkan setelah dokter anak mengatakan sembuh.Namun
setelah pulang dari RS, si anak tetap batuk-batuk sering, namun tidak sesak.
Batuk tidak berdahak.
Anak tidak sakit batuk sebelumnya, tidak ada demam. Tidak ada riwayat
asma. Makan dan minum masih normal. Keadaan umum cukup dengan anak
yang masih aktif. Sesekali terbatuk-batuk namun tidak sesak. Nadi
100x/menit, napas 26x/menit, suhu 37,2 C, dan saturasi oksigen perifer 97-
99% tanpa oksigen tambahan.Gerak napas simetris kanan kiri, palpasi dan
perkusi toraks dalam batas normal. Suara napas vesikuler kanan kiri
simetris.
PERTANYAAN
1. Menurut perkiraan saudara, apa yang terjadi pada anak tersebut?
2. Untuk menunjang diagnostik, pemeriksaan lanjutan apa yang saudara
usulkan?
3. Telah dilakukan x-foto toraks (terlampir). Jelaskan interpretasi saudara
4. Apa usul tindakan selanjutnya menurut saudara?
PENILAIAN
Pertanyaan Jawaban Nilai Nilai
Maksimal Peserta
Pertanyaan 1 Benda asing jalan napas 20
Dugaan penyakit (penjelasan)
Pertanyaan 2 X-foto torakal AP dan 20
Pemeriksaan lateral
penunjang
Pertanyaan 3 Tidak tampak benda 30
Bacaan foto asing. Paru tidak tampak
atelektasis ataupun
infiltrat
Pertanyaan 4 Ekstraksi benda asing 30
Tindakan dengan bronkoskopi
(prosedur)
10
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR BRONKOSKOPI KAKU
KASUS
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS &
PROSEDUR OPERATIF
1. Nama
2. Diagnosis
3. Informed Choice & Informed Consent
4. Rencana Tindakan
5. Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR OPERASI
1. Informed consent
Penjelasan kepada penderita dan
keluarganya mengenai tindakan operasi
yang akan dijalani serta risiko komplikasi
disertai dengan tanda tangan persetujuan
dan permohonan dari penderita untuk
dilakukan operasi.
2. Laboratorium
3. Pemeriksaan tambahan : analisa gas
11
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
12
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
14
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
L. MATERI PRESENTASI
1. Benda asing metal yang halus dan non obstruktif hanya menyebabkan
kongesti pembuluh darah mukosa ringan.
2. Benda asing metal yang kasar dan obstruktif menimbulkan stop valve
type obstruction atau one way valve obstruction.
3. Benda asing organic (tumbuh-tumbuhan) menimbulkan reaksi yang
lebih cepat dan hebat.
15
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
Gejala:
- Batuk tiba-tiba (coughing)
- Rasa tercekik (choking)
- Rasa tersumbat (gasping)
- Menahan napas (gagging)
- Mendehem
Tanda-tanda:
- Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang atau
menghilang (fase asimptomatik)
- Gejala dan tanda sesuai dengan lokasi tersangkutnya benda
asing (fase komplikasi)
o Slide 6. Penatalaksanaan
Ekstraksi benda asing sesuai lokasi
o Slide 7. Kegawat-daruratan
Obstruksi total jalan nafas
o Slide 8. Bronkoskopi
Emfisema
Atelektasis
Pneumonia
Pembentukan abses
Sepsis
Perforasi/fistula
M. MATERI BAKU
1. Kekerapan
Insiden benda asing trakeo bronkial secara signifikan dari tahun ke tahun
tidak banyak berubah, tetapi keamanan dalam hal ekstraksi sangat
meningkat secara dramatis. Kebanyakan benda asing jalan napas terjadi
pada anak kelompok umur dibawah 15 tahun. Pada kelompok umur ini,
yang datang ke instalasi gawat darurat dengan gejala tersedak jumlahnya
sekitar 29,9/100.000 populasi. Insiden tertinggi terjadi antara umur 1 – 3
tahun jumlahnya mencapai 25%. Faktor-faktor penyebab antara lain :
Gigi molar yang belum tumbuh, berkurangnya kendali kordinasi pada
proses menelan dan imaturitas dalam proses elevasi laring dan bukaan
glottis, Kebiasaan menaruh benda di dalam mulut dalam rangka proses
pengenalan lingkungan, Kebiasaan bermain dan berlari pada saat makan.
17
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
Anak yang lebih besar lebih sering disebabkan oleh abnormalitas anatomi
atau gangguan neurologik. Tersedaknya benda asing 2 kali lebih sering
terjadi pada anak laki-laki. Di Indonesia sekitar 70% - 80% jenis benda
asing trakeo-bronkial yang paling banyak adalah kacang-kacangan,
selebihnya berupa sempritan, jarum pentul dan potongan plastik. .
2. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing tersedak masuk ke
traktus trakeo-bronkial :
a. Faktor Personal : umur, kesadaran menurun, epilepsi dan alkoholisme
b. Faktor Fisik : Adanya kelainan dan penyakit neurologik, proses
menelan yang belum sempurna pada anak, siat dan bentuk benda asing
c. Faktor Dental : Medikal dan surgikal (tindakan ekstraksi gigi, belum
tumbuh gigi molar pada anak yang berumur < 4 tahun)
d. Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis
e. Faktor kecerobohan : Meletakkan sesuatu di mulut, persiapan makan
yang kurang baik, makan tergesa gesa sambil bermain, memberikan
permen atau kacang pada anak yang belum tumbuh lengkap gigi
molarnya.
3. Klasifikasi
Benda asing endogen : Sekret kental (bronkolit), darah atau bekuan
darah, mekonium, proses perkejuan, krusta, nanah, membran difteri.
Benda asing eksogen : Padat (organik dan anorganik), Cair (iritatif
dan non iritatif) dan Gas
4. Patofisiologi
Pada saat anak menjerit atau tertawa tawa sambil berlari dengan makanan
atau benda asing di dalam mulut, makanan atau BA akan masuk ke dalam
laring pada saat inspirasi. Pada saat benda asing akan melewati plika
vokalis, refleks penutupan plika vokalis akan menahan benda asing masuk
lebih dalam, dengan bantuan refleks batuk, benda asing akan keluar. Bila
pertahan plika vokalis terlewati benda asing akan terjepit di sfingter laring,
menyebabkan penderita batuk paroksisimal, bila BAnya besar dapat segera
menyumbat trakea, pada saat ini penderita dapat mengeluhkan sesak
dengan berbagai tingkatan sampai terjadi sianosis. Bila BA asing kecil
seperti kacang tanah atau jarum pentul, BA dapat langsung masuk kedalam
bronkus atau tersangkut di karina, pada saat ini tidak ada keluhan yang
berarti (fase asimptomatis) hal ini bisa terjadi selama 24 jam. Tergantung
dari sifat dan jenis benda asing,serta derajat sumbatan, keluhan pulmonum
segera akan dapat terlihat.
Jika BA bersifat higroskopik (contoh kacang tanah) benda ini akan cepat
melunak dan mengembang sehingga dapat mengiritasi mukosa bronkus
18
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
hingga terjadi edema dan radang, bila telah terbentuk jaringan granulasi,
sumbatan akan bertambah berat dan penderita akan mengalami toksemia,
batuk hebat, demam akibat infeksi yang terjadi. Benda anorganik
memberikan reaksi yang lebih ringan. BA dari metal dan tipis memberikan
gejala batuk spasmodik.
6. Gejala Klinik
a. Benda asing laring
Bila BA berada di atas plika vokalis, masih dapat di batukkan,
tetapi bila telah melewati plika vocalis (sub glottik) bisa
menyebabkan sumbatan total, hal ini merupakan keadaan gawat
darurat karena dapat menyebabkan asfiksia dalam waktu singkat.
Bila sumbatan tidak total, bisa menyebabkan suara parau sampai
afoni, batuk disertai serak (croupy cough}, odinofagi, mengi,
sianosis, hemoptisis dan dispneu dengan berbagai derajat
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi dan Laboratorium
Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa serta
tanda infeksi
Untuk benda asing radioopak dibuat rontgen foto segera setelah
kejadian
Untuk yang bersifat radiolusen dibuat rontgen foto setelah 24 jam
kejadian (biasanya setelah diatas 24 jam terlihat tanda atelectasis
atau emfisema)
Posisi Rongen foto : leher (posisi tegak); toraks (PA dan Lateral)
b. Video flouroskopi
Untuk melihat saluran napas secara keseluruhan
Dapat mengevaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
Dapat menilai adanya Mediastinal shift dan pelebaran interkostasl (
dapat terlihat berupa pergeseran mediastinum ke sisi paru yang
sehat saat inspirasi )
c. Bronkogram
Dengan kontras dapat melihat adanya bronkoektasi
8. Penatalaksanaan
Prinsip : Pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimal
a. Terapi suportif : Pemberian oksigen, Monitor jantung, Pulse oxymetri,
Pemberian steroid dan antibiotic preoperative
b. Pengeluaran benda asing dengan bantuan endoskopi
Tujuan :
Untuk mengembalikan fisiologi, drenase dan ventilasi secret dengan
memperbaiki gerakan silia, kekuatan batuk dan mendehem
Pada sumbatan bronkus dengan peradangan : atasi infeksi dan drenase
paru dengan memberikan ekspektoran dan mukolitik (mengurangi
adhesi-kohesi secret sehingga mudah untuk dibatukkan, tidak
dianjurkan pemberian antitusif
20
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
Bronkoskopi
Tindakan bronkoskopi pertama kali dilakukan oleh seorang berkebangsaan
Jerman bernama Gustav Killian, pada tahun 1897. Killian menggunakan
bronkoskop kaku pada pasien sadar dengan menggunakan kokain topikal
sebagai anestesi lokal.Sejak saat itu sampai tahun 1970an, bronkoskopi
kaku digunakan secara eksklusif. Pada tahun 1920an , Chevalier
Jackson,seorang bangsa Amerika menyempurnakan bronkoskop dengan
menggunakan tabung kaku untuk melihat trakea dan bronkus utama.
Seorang laryngologis Inggris bernama Victor Negus, yang bekerja
bersama Jackson, memperbaiki desain endoskop tersebut yang nantinya
dikenal sebagai 'Negus bronchoscope'.
Shigeto Ikeda,seorang berkebangsaan Jepang pertama kali
memperkenalkan bronkoskopi fleksibel pada tahun 1966. Awalnya skope
fleksibel dibuat dari serat fiber yang dibundel dan membutuhkan lampu
yang berada di luar sebagai sumber cahaya, diameternya kurang lebih
5 mm sampai 6 mm, dengan kemampuan untuk fleksi sebesar 180 derajat
dan ekstensi sebesar 120 derajat, alat ini dapat mencapai bonkus segmental
dan bronkus lobar. Sekarang ini skope fiberoptik telah digantikan dengan
bronkoskop yang dilengkapi dengan video charge coupled device (CCD)
video chip yang terletak di dital skope.
9. Jenis Bronkoskopi
a. Bronkoskopi kaku.
Bronkoskopi kaku lebih banyak digunakan untuk mengambil benda
asing bronkus oleh karena dapat melindungi jalan napas saat ekstraksi
dan juga dengan lumen yang lebih besar dibandingkan dengan fleksibel,
pendekatan terapeutik seperti elektrokauter untuk mengendalikan
perdarahan dapat dilakukan.
21
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
b. Bronkoskopi fleksibel
Bronkoskopi fleksibel mempunyai bentuk yang lebih kecil dan panjang
dibandingkan dengan yang kaku. Didalamnya terdapat sistem fiberoptik
yang dapat memindahkan gambar dari ujung skopeke video kamera.
Penggunaan Bowden cables yang dihubungkan dengan pengungkit pada
hand piece, memungkinkan ujung skope dikendalikan ke lobus paru
atau segmen bronkus. Kebanyak bronkoskop fleksibel dilengkapi
dengan saluran untuk suksion atau untuk memasukkan instrumen.
Penggunaan bronkoskopi fleksibel dapat mengurangi ketidaknyamanan
penderita dibanding yang kaku. Selain itu prosedur pemeriksaan lebih
mudah dan aman dibawah sedasi yang ringan. Teknik penggunaan
bronkoskopi kaku sekarang ini menjadi pilihan bagi kebanyakan
bronkoskopis
Indikasi
Kelainan saluran napas
Hemoptisis (paling sering)
Batuk atau sesak yang kronis
Aspirasi benda asing atau muntah darah yang ditemukan pada anak-anak
Obstruksi bronkial dengan tanda-tanda kolaps paru
Perubahan pada gambaran radiologis paru : coin lesion, emfisema dan
atelektasis
Kontraindikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut.
Pasien dengan kesulitan jalan nafas yang tidak bisa diintervensi dengan
bronkoskopi rigid seperti kelainan leher sehingga tidak bisa diekstensikan,
trismus, dan makroglosia.
Keadaan urgen seperti asfiksia, bronkoskopi ditunggu 1-2 minggu sampai
pulih dari syok, dehidrasi dan fatique.
Bila ada riwayat telah dikerjakan bronkoskopi sehari sebelumnya,
bronkoskopi ulangan ditunda beberapa hari.
Aneurisme aorta
Kecendrungan perdarahan/gangguan pembekuan darah
Keadaan fisik yang lemah setelah hemoptysis berat
Infeksi akut traktus respiratorius
Gangguan fungsi jantung dan paru.
Komplikasi
Subglotik edema terutama pada anak di bawah 2 tahun dengan benda asing
berupa makanan. Hal ini dihindari dengan tidak melakukan tindakan
bronkoskopi yang berulang. Bila terjadi sub glotik edema segera dilakukan
trakeostomi rendah yaitu di bawah cincin trakea II.
22
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
Follow up
Vital sign : pernafasan, suhu tubuh.
Medikamentosa : antibiotika, kortikosteroid.
Prognosis
Sebagian besar sembuh tanpa komplikasi menetap
Penundaan diagnosis, morbiditas lebih besar
23
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
24
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
25
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
26
Modul V.2 – Traktus Trakeobronkial
Benda Asing
Komplikasi Tindakan
1. Subglotik edema terutama pada anak di bawah 2 tahun dengan benda asing
berupa makanan. Hal ini dihindari dengan tidak melakukan tindakan
bronkoskopi yang berulang. Bila terjadi sub glotik edema segera dilakukan
trakeostomi rendah yaitu di bawah cincin trakea II.
2. Surgical syok, tergantung lamanya operasi dianjurkan bronkoskopi pada bayi
15 menit sedangkan untuk anak dibawah 5 tahun 30 menit.
3. Penumpukan sekret pada bronkus terutama bila benda asing berupa makanan,
sehingga akhirnya terjadi impending asphyxia akibat sekretnya sendiri.
Follow up
Vital sign : pernafasan, suhu tubuh.
Medikamentosa : antibiotika, kortikosteroid.
N. KEPUSTAKAAN
27