Anda di halaman 1dari 27

MODUL UTAMA

OTOLOGI

MODUL I.8.2
NEOPLASMA TELINGA

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

DAFTAR ISI

A. WAKTU............................................................................................ 2
B. PERSIAPAN SESI........................................................................... 2
C. REFERENSI.................................................................................... 2
D. KOMPETENSI................................................................................. 3
E. CONTOH KASUS DAN DISKUSI................................................ 3
F. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................... 5
G. METODE PEMBELAJARAN........................................................ 5
H. EVALUASI...................................................................................... 6
I. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF............... 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR....... 7
K. DAFTAR TILIK............................................................................... 9
L. MATERI PRESENTASI.................................................................. 11
M. MATERI BAKU............................................................................... 11

1
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

A. WAKTU

Proses pengembangan kompetensi Alokasi waktu


Sesi dalam kelas 6 x 60 menit (classroom session)
Sesi praktikum 6 x 60 menit (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 6 x 60 menit (facilitation and
assessment)

B. PERSIAPAN SESI

1. Bahan penunjang presentasi:


a. Power point :
- Slide 1 : Anatomi telinga
◦ Slide 2 : Patologi neoplasma telinga
◦ Slide 3 : Gejala dan tanda neoplasma telinga
◦ Slide 4 : Pemeriksaan penunjang neoplasma telinga
◦ Slide 5 : Gambar neoplasma daun telinga
◦ Slide 6 : Gambar neoplasma liang telinga
◦ Slide 7 : Diagnosis neoplasma telinga
◦ Slide 8 : Komplikasi neoplasma
◦ Slide 9 : Biopsi neoplasma
◦ Slide 10 : Pengobatan
◦ Slide 11 : Komplikasi terapi
b. Video

2. Kasus: Neoplasma telinga.

3. Sarana dan alat bantu latih: (disesuaikan dengan pencapaian kompetensi)


a. Penuntun belajar (learning guide): terlampir.
b. Tempat belajar (training setting): instalasi rawat jalan, instalasi rawat
inap, kamar operasi, ruang praktikum.
c. Model/manekin telinga.
d. Komputer/laptop.
e. In focus.

C. REFERENSI

1. Adam GL, Boies Lr and Higler Peter A.:Fundamentals of Otolaryngology,


(Buku Ajar Penyakit THT), Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997.

2
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

2. Efiaty Soepardy, Nurbaiti Iskandar:Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Ed 5,


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Ballenger JJ. Disease of the Ear, Nose, Throat and Head and Neck, 13th ed.
Lea and Febiger, 1985
4. Lee K.J : Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery, 9th ed, Mac
Graw Hill, 2008
5. Byron J Bailey. Ed V : head and Neck Surgery Otolaryngology, J P
Lippincot, Philadelphia, 2014
6. Scott Brown: Otolaryngology, JP Lippincot, Sixth Ed. 1997

D. KOMPETENSI

1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
a. Menjelaskan anatomi, topografi dan fisiologi telinga dan tulang temporal.
b. Menjelaskan definisi dan patofisiologi neoplasma telinga dan temporal.
c. Menjelaskan gambaran klinis dan penatalaksanaan neoplasma telinga dan
temporal.
d. Menegakkan diagnosis neoplasma telinga dan temporal.
e. Menjelaskan penanganan neoplasma telinga dan temporal dan
komplikasinya sesuai kompetensi.
f. Menjelaskan tindakan bedah pada kasus neoplasma telinga dan temporal.
g. Menjelaskan work-up pasien neoplasma telinga dan temporal.

2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam:
a. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada neoplasma
telinga dan temporal.
b. Menegakkan diagnosis neoplasma telinga dan temporal.
c. Melakukan tindakan bedah pada kasus neoplasma telinga dan temporal.
d. Melakukan rujukan bila pada penderita dengan stadium lanjut

E. CONTOH KASUS DAN DISKUSI

Contoh kasus 1.
Seorang wanita usia 55 tahun dating ke klinik THT dengan keluhan daun telinga
kanan terdapat luka yang tidak sembuh sembuh sejak satu tahun, luka semakin
melebar disertai nyeri. Pada pemeriksaan fisik; lesi tertutup krusta, ketika krusta
dilepas tampak ulkus.

3
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Diskusi :
1. Lengkapi anamnesis pada pasien ini
2. Lengkapi pemeriksaan fisik pada pasien ini
3. Apa diagnosis kerja yang paling mungkin pada pasien ini
4. Jelaskan patogenesisnya
5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini

Jawaban:
1. Perlu ditanyakan apakah sudah pernah berobat atau belum. Apakah
penderita mempunyai riwayat DM. Apakah sebelumnya ada benjolan
berwarna hitam (nevus pigmentosus). Apakah pekerjaan penderita
tersebut, bila seorang petani, paparan sinar matahari sebagai faktor risiko
2. Bagaimana ukuran lesi dan gambaran lesinya
3. Diagnosis kerja adalah karsinoma sel skuamosa
4. Paparan sinar matahari sebagai faktor risiko
5. Komplikasi metastase ke kelenjar limfe leher meskipun jarang
6. Pada pasien ini dilakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dan
dilakukan eksisi dengan tepi bebas tumor. Lesi yang kecil dieksisi dan
dilakukan rekonstruksi, sedangkan lesi yang besar dilakukan aurilektomi
total.

Contoh Kasus 2
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan wajah merot ke
kiri sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat sejak satu tahun terakhir keluar cairan dari
telinga sebelah kanan. Cairan warana kuning kadang disertai darah.. Daun telinga
kanan terasa lebih menonjol ke luar. Demam disangkal. Pada pemeriksaan fisik;
parese nervus fasialis kanan, liang telinga terdapat masa, benjolan pada
retroarikula kanan.

Diskusi:
1. Lengkapi anamnesis pada pasien ini
2. Lengkapi pemeriksaan fisik pada pasien ini
3. Apa diagnosis kerja yang paling mungkin pada pasien ini
4. Jelaskan patogenesisnya
5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini

Jawaban:
1. Apakah ada riwayat otore sebelumnya?. Apakah terasa nyeri, terus-
menerus dan semakin berat? Apakah disertai pusing berputar atau
gangguan kesimbangan dan kurang pendengaran? Apakah sakit ketika
membuka mulut?

4
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

2. Ukuran dan konsistensi benjolan. Warna dan bentuk massa pada liang
telinga. Warna cairan telinga. Derajat parese nervus fasialis. Kelenjar
limfe leher
3. Diagnosis kerja adalah tumor ganas telinga tengah. Diagnosis banding
kolesteatoma
4. Tumor yang mengivasi ke tulang temporal ditandai dengan parese nervus
fasialis
5. Komplikasi metastase ke kelenjar limfe leher, invasi ke labirin, metastase
intrakranial, parese nervii kranialis. Destruksi sendi temporomandibula
6. Pada pasien ini dilakukan biopsi, pemeriksaan CT Scan/ MRI temporal,
tes nervus facialis, tes keseimbangan. Penderita dirujuk ke dokter yang
lebih kompeten.

F. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti sesi ini peserta didik terampil dalam:
a. Mampu menegakkan diagnosis klinis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus neoplasma
telinga dan temporal.
b. Mampu memutuskan dan menangani kasus neoplasma telinga dan
temporal sesuai kompetensi.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
a. Menjelaskan anatomi, topografi dan fisiologi telinga dan tulang temporal.
b. Menjelaskan definisi dan patofisiologi neoplasma telinga dan temporal.
c. Menjelaskan gambaran klinis neoplasma telinga dan temporal.
d. Melakukan biopsi pada kasus neoplasma telinga dan temporal.
e. Melakukan penanganan bedah pada neoplasma telinga dan temporal
sesuai kompetensi.
f. Melakukan follow up pasien neoplasma telinga dan temporal.
g. Melakukan rujukan bila pada penderita dengan stadium lanjut

G. METODE PEMBELAJARAN

Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
a. Presentasi modul
b. Mini lecture
c. Referat/tinjauan pustaka

5
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

d. Journal reading
e. Poliklinik
f. Tindakan operasi di kamar bedah

H. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tertulis dan lisan
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas:
a. Anatomi dan fisiologi telinga dan tulang temporal.
b. Penegakan diagnosis.
c. Penatalaksanaan.
2. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar.
3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang
tertera dalam penuntun belajar melalui metode bedside teaching kepada
pasien sesungguhnya dengan pengawasan fasilitator dan mengisi formulir
penilaian sebagai berikut:
a. Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan.
b. Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan
terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
c. Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien).
4. Melakukan case based discussion (formulir penilaian terlampir).
5. Peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education).
6. Pencapaian pembelajaran:
a. Ujian akhir stase, setiap divisi/unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan.
b. Ujian nasional dilakukan pada akhir tahapan pendidikan spesialis oleh
kolegium ilmu kesehatan THT-KL.

I. INSTRUMENT PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF


Sebutkan jenis-jenis neoplasma telinga

6
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
BIOPSI NEOPLASMA DAUN TELINGA

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan
atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

NAMA PESERTA:.................. TANGGAL:......................

KEGIATAN KASUS
I. KAJIAN ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
OPERATIF
- Nama :
- Diagnosis:
- Informed Choice dan Informed Concent
- Rencana Tindakan
- Persiapan Sebelum Tindakan
II. PROSEDUR BIOPSI
- Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
- Tindakan aseptik pada daerah tumor dan
sekitarnya dengan povidon iodine
- Biopsi dengan mikrobiopsi forcep
- Evaluasi luka biopsy dan rawat luka biopsi

7
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

PENUNTUN BELAJAR II
PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA T1

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutan tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan) pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan
atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

NAMA PESERTA:............................... TANGGAL:..................

KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama
• Diagnosis
• Informed choice & Informed Consent
• Rencana Tindakan
• Persiapan sebelum tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA
- Pemberian antibiotik preoperative secara injeksi
- Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan
digunakan
- Cuci tangan, memakai baju operasi
- Tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah
operasi dengan menggunakan povidon iodine atau
dengan antiseptik lainnya
- Pasang kain penutup steril, kepala miring ke
bawah berlawanan dengan sisi yang dioperasi
III. PROSEDUR OPERASI
- Operasi dengan narkose
- Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan
suntikan
dengan larutan xylocain 1% dengan epinefrin
1:100.000
- Dilakukan insisi retroaurikular 5-10mm dari
sulkus atau
pada kulit rambut daerah retroarikular mulai dari
kulit,

8
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

subkutis hingga periosteum


- Cari dinding posterior liang telinga, elevasi seluruh
kulit dan jaringan lunak liang telinga, reseksi tepi
dengan tepi bebas tumor, pertahankan membrana
timpani
- Pasang tampon liang telinga yang sudah dilapisi
antibiotik
- Luka operasi jahit lapis demi lapis
- Tutup dengan kasa steril

K. DAFTAR TILIK

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR BIOPSI NEOPLASMA DAUN TELINGA

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang


diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur,
dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai
dengan prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak
diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

NAMA PESERTA:.................. TANGGAL:......................

KEGIATAN KASUS
III. KAJIAN ULANG DIAGNOSIS &
PROSEDUR OPERATIF
- Nama :
- Diagnosis:
- Informed Choice dan Informed Concent
- Rencana Tindakan
- Persiapan Sebelum Tindakan
IV. PROSEDUR BIOPSI
- Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
- Tindakan aseptik pada daerah tumor dan
sekitarnya dengan
povidon iodine
- Biopsi dengan mikrobiopsi forcep
- Evaluasi luka biopsy dan rawat luka biopsi

9
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

DAFTAR TILIK II
PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA T1

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang


diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur,
dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai
dengan prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak
diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

NAMA PESERTA:............................... TANGGAL:..................

KEGIATAN KASUS
IV. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama
• Diagnosis
• Informed choice & Informed Consent
• Rencana Tindakan
• Persiapan sebelum tindakan
V. PERSIAPAN PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA
- Pemberian antibiotik preoperative secara injeksi
- Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan
digunakan
- Cuci tangan, memakai baju operasi
- Tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah
operasi dengan menggunakan povidon iodine atau
dengan antiseptik lainnya
- Pasang kain penutup steril, kepala miring ke
bawah berlawanan dengan sisi yang dioperasi
VI. PROSEDUR OPERASI
- Operasi dengan narkose
- Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan
suntikan
dengan larutan xylocain 1% dengan epinefrin
1:100.000
- Dilakukan insisi retroaurikular 5-10mm dari
sulkus atau
pada kulit rambut daerah retroarikular mulai dari

10
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

kulit,
subkutis hingga periosteum
- Cari dinding posterior liang telinga, elevasi seluruh
kulit dan jaringan lunak liang telinga, reseksi tepi
dengan tepi bebas tumor, pertahankan membrana
timpani
- Pasang tampon liang telinga yang sudah dilapisi
antibiotik
- Luka operasi jahit lapis demi lapis
- Tutup dengan kasa steril

L. MATERI PRESENTASI

M. MATERI BAKU

Neoplasma Telinga Dan Cerebellopontine Angle

Pada umumnya karsinoma dari aurikulum dan meatus eksternus akan


lebih mudah didiagnosis sehingga baik prognosisnya, sedangkan pada telinga
tengah , mastoid dan dasar tengkorak diagnosis dan pengobatannya menjadi
lebih sulit dan prognosisnya menjadi buruk.

Neoplasma Pada Aurikulum


Neoplasma jinak pada aurikulum dan meatus eksternus
Osteoma
Merupakan tumor jinak pada meatus eksternus berupa benjolan tunggal,
keras, bundar yang menempel pada bagian tulang meatus eksternus. Harus
dibedakan dengan eksotosis yang lazim dijumpai, berpa tonjolan bundar.
Pengobatannya dengan pengangkatan bagian osteoma

Polip jinak meatus eksternus atau cavum timpani


Pengobatannya dengan jalan ekstirpasi

Nodulus (Keloid) pada heliks


Pengobatannya dengan injeksi steroid

11
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Neoplasma ganas aurikulum dan meatus eksternus


Aurikulum mempunyai resiko yang meningkat terhadap keganasan
disebabkan karena terpaparnya dalam waktu yang lama pada sinar matahari.
Keganasan ini terdapat pada sekitar 6 % dari keganasan pada kulit.
Selain faktor paparan sinar matahari, terdapat juga faktor predisposisi
lain seperti tingkat pigmentasi yaitu lebih sering pada orang kulit putih-
rambut pirang jarang pada kulit hitam.

Basal sel karsinoma :


Mempunyai riwayat paparan sinar matahari, biasanya pada orang tua,
lelaki lebih banyak dari wanita. Ditemukan pada orang kulit putih.
Gambaran klinik berupa gambaran ulserasi dengan tepi yang meninggi, tidak
nyeri, berbatas tegas, tetapi dapat berupa nodul atau plaque. Sering ditemukan
pada heliks dan anterior aurikulum.
Pengobatannya adalah eksisi primer

Karsinoma sel skuamous


Lebih ulserasi dari basal sel karsinoma, lebih mudah berdarah dengan
tepi yang kurang jelas, terjadinya lebih sering pada heliks
Pengobatanya adalah eksisi primer ( Mohs technique) karena mempunyai
kecendrungan munculnya residif.

Melanoma
Melanoma telinga luar jarang ditemukan. Terjadi pada penderita umur
muda dari pada basal sel karsinoma atau Karsinoma sel skuamous.
Mempunyai prognosis yang jelek tergantung dari lokasi misalnya pada
tepi heliks lebih baik dari area tengah, tragus atau retroaurukuler.
Pengobatannya adalah eksisi primer ( Mohs technique)

Neoplasma Dari Tulang Temporal Dan Meatus Eksternus


Kebanyakan keganasan tulang temporal berawal dari tumor pada meatus
eksternus. Umumnya penderita adalah orang tua dengan gejala seperti
gangguan pendengaran, perdarahan telinga, krusta, gatal dan kadang otore
yang berbau.
Karena sering ditemukan sebagai otitis eksterna kronis maka tidak
terdiagnosis atau terabaikan untuk jangka waktu lama.
Tumor yang berawal pada pars kartilagineus meatus eksternus,
cenderung menyebar lebih luas karena hanya sedikit barrier alami. Sementara
tumor pada pars osseus lebih dibatasi tulang timpani yang kompak dan
jaringan fibrous membrana timpani. Namun demikian, bila perluasan

12
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

progresif kearah mastoid dan telinga tengah maka akan cepat meluas ke
bagian perifer dari tulang temporal. Adanya vaskuler dan saraf yang yang
melintangi tulang temporal dan jaringan sekitarnya membuka peluang
ekstensi tumor tersebut. Sehingga deteksi dini tumor ini dan pengobatan akan
meningkatkan kontrol dari penyakit tersebut. Penyakit ini dianggap masih
localized bila tidak mencapai mukosa telinga tengah atau tidak mengenai
nervus fasialis. Ekstensi yang terbatas ini memungkinkan reseksi secara en
bloc dari tulang dan kartilago meatus eksternus, bersama-sama osikula dan
membrana timpani. Bila tumor meluas ke mastoid atau menginvasi nervus
fasialis maka dianggap telah lanjut atau tumor yang ekstensif.
Crabtree dkk mengusulkan, penanganan yang berhasil dari suatu
karsinoma meatus eksternus tergantung pada 4 faktor, yaitu diagnosis dini,
penentuan yang tepat dari perluasannya, pembedahan yang adekuat dan
radiasi pasca operasi bila spesimen patologi menunjukan tepi yang tidak
bersih.
Beberapa tumor ganas yang sering ditemukan adalah Karsinoma sel
skuamosa, Hans-Schuller-Christian Syndrome ( Langerhans cell
histiocytosis).

Neoplasma Pada Telinga Tengah Dan Mastoid


Glomus Tumor
Paraganglioma dari tulang temporal umumnya digambarkan sebagai
glomus tympanicum dan glomus jugulare tumor. Glomus tumor merupakan
tumor yang sangat sering pada telinga tengah. Tumor ini muncul dari glomus
bodies (paraganglioma) yang ditemukan pada tunika adventitia dari bulbus
jugularis dan pada regio nervus Jacobson atau nervus Arnold pada telinga
tengah. Karena sangat dekat hubungan antara struktur ini maka asal dari
tumor ini biasanya sulit untuk ditentukan.

Patofisiologi
Glomus tumor mempunyai kekhasan yaitu neoplasma yang sangat lambat
pertumbuhannya dengan interval yang panjang antara gejala awal sampai
kepada diagnosis yang difinitif.
Sarang-sarang dari sel bulat dan sel kuboid disokong oleh jaringan
retukuler dan saluran vaskuler. Elektron mikroskop dan pewarnaan
imunohistokimiawi menunjukan granule neurosekretori yang mengandung
katekolamin dan serotonin.

13
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Klasifikasi Menurut Fisch dan Glasscock-Jackson


Klasifikasi membagi tumor menurut asal, perluasan dan pendekatan
pembedahan

Gambaran klinik
Lebih sering ditemukan pada orang kulit putih, dekade V, wanita 1,5:
laki-laki 1, multipel tumor dapat ditemukan 10%, menjadi ganas 1-3%.
Gejala yang ditemukan berupa tinitus pulsative, ketulian konduktip, pada
tumor yang besar ketulian sensorineural, kelumpuhan nervi kranialis
VII,IX,X,XI dan XII, perdarahan.
Pada pemeriksaan ditemukan membran timpani tampak merah keunguan
menonjol atau massa yang merah, berpulsasi. Dengan pneumootoskopi
ditemukan Brown`s sign yaitu warna pucat dan berpulsasi.
Audiologi ditemukan ketulian konduktip, ketulian sensorineural dapat terjadi
bila telah terjadi invasi ke kohlea atau kompresi retrokohlea.

Radiologi
CT scan tanpa dan dengan kontrast, MRI, arteriografi, embolisasi
preoperative

Laboratorium
Peningkatan serum katekolamin dengan ditemukannnya vanillylmandelic
acid dan metanephrine dalam urine

Pengobatan
Pembedahan, radioterapi, embolisasi atau kombinasi.
Tergantung dari perluasan tumor makapembedadahan dapat dilakukan
melalui pendekatan transmeatal, transmastoid atau skull base.
Radioterapi tidak menyembuhkan tetapi dapat mereduksi vaskularisasi
dan menghentikan pertubuhan tumor. Radioterapi digunakan pada keadaan
tumor yang inoperable, residual tumor, rekuren atau pada orang tua dimana
pembedahan ekstensive dasar tengkorak tidak diindikasikan .
Embolisasi dapat mengurangi vaskularisasi tumor sebelum pembedahan
atau merupakan terapi tunggal pada penderita yang inoperabel yang
menerima radioterapi.

Neoplasma liang telinga dan telinga tengah


Definisi
Tumor dari liang telinga tengah seringkali meluas ke telinga tengah dan
sebaliknya tumor telinga tengah juga seringkali melias ke liang telinga.

14
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Gambaran ini tentunya akan menyebabkan kesulitan menentukan asal dari


tumor tersebut. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis paling banyak
neoplasma telinga tengah.

Ruang lingkup
Neoplasma yang timbul pada liang telinga dan telinga tengah
Faktor Presdiposisi
1. Inflamasi kronik
2. Paparan aflatoksin B yg dihasilkan oleh jamur
3. Riwayat radioterapi pada kepala dan leher

Patologi
Ada berbagai jenis tumor yang timbul pada telinga luar dan tulang temporal,
namun yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa. Jenis lainnya adenoid
cystic carcinoma, adenocarcinoma, basal sel karsinoma, melanoma.
Embryonal rhabdomyosarcoma mungkin dijumpai pada anak anak. Tumor
seringkali berasal dari liang telinga dan meluas ke telinga tengah.

Gejala klinik
Diagnosis seringkali terlambat, tanda dan gejala mirip dengan OMSK dengan
cairan yang keluar disertai darah. Tumor menyebar menginvasi tulang
sehingga dapat mengenai nervus VII, temporomandibula join, labirin dan tuba
Esustachii dengan ditandai adanya parese otot wajah, kesulitan atau terasa
sakit ketika membuka mulut, kurang pendengaran. Rasa sakit yang
progresive, sulit diredakan dengan analgetik.

Pemeriksaan penunjang
Biopsi, foto mastoid (posisi Schuller), audiometri dan CT scan temporal bila
dicurigai tumor telah meluas.

Staging
Belum diterimanya protokol staging dari AJC atau UICC untuk keganasan
pada tulang temporal dan telinga. Ini mungkin dengan pertimbangan
heterogenitas histopatologi yg menyebabkan kesulitan dalam
mengidentifikasi asal dari tumor tersebut. Salah satu sistem staging yg sering
dipergunakan adalah yang berasal dari University of Pittsburgh, yg
mengevaluasi klinik dan radiologik.

15
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

SISTEM STAGING UNTUK KARSINOMA LIANG TELINGA,


UNIVERSITAS PITTSBURGH
T1 : Tumor terbatas didalam liang telinga belum menginvasi tulang
atau meluas ke jaringan lunak
T2 : Tumor dengan erosi terbatas liang telinga atau gambaran
radiologik menunjukkan gambaran tumor < 0,5 cm.
T3 : Tumor mengerosi tulang dengan masa tumor < 0,5 cm atau
tumor yang meliputi telinga tengah dan atau mastoid atau
menunjukkan paralisis
T4 : Tumor mengerosi koklea, apek petrosus, dinding medial telinga
tengah, kanalis carotis, foramen jugular, atau dura atau tumor
sebesar > 0,5 cm
N : Prognosis buruk bila ada penyebaran ke kelenjar limfe, dan
secara otomatis masuk stadium lanjut. Misal stadium III
(T1,N1), IV (T2,3,4 N1)
M : Metastasis jauh menunjukkan prognosis yg sangat buruk, masuk
stadium IV.

Terapi
Operasi dilanjutkan dengan radioterapi adalah pilihan utama. Tindakan
operasi adalah dengan mereseksi en bloc tumor dan dengan sebisa mungkin
mempertahankan fungsi pendengaran dan nervus facialis. Tumor kecil T1
tidak menginvasi tulang dapat dieksisi dengan mengangkat kulit liang telinga.
Pada tumor T2 yang terbatas pada liang telinga tetapi sudah mengenai tulang
temporal, lateral bone resection diperlukan. Prosedurnya adalah dengan
deseksi tulang temporal sekitar liang telinga mulai dari luar sampai mendekati
telinga tengah dengan mempertahankan membrana timpani. Tumor T3
dengan perluasan ke mastoid atau telinga tengah dengan reseksi sub total
tulang temporal, tindakan ini dengan mengankat liang telinga, telinga tengah,
tulang petrosus, temporomandibula join dengan partial atau total
parotidektomi. Nervus fasialis dikorbankan bila sudah terkena, grafting
dengan nervus sural atau greater auricle bila tepi proksimal dan distal bebas
dari tumor. Bila tumor T4, tumor meluas ke sisi medial tulang temporal,
diperlukan reseksi total tulang temporal dengan mengorbankan arteri carotis.
Karsinoma sel skuamosa yang mengenai tulang petrosus pada dasarnya tidak
dapat diterapi dengan prosedur tersebut, meskipun demikian rosedur tersebut
dapat dilakukan pada adenoid cystic carcinoma dan sarcoma. Setelah
dilakukan reseksi total, regional atau free flap rekonstruksi dapat digunakan
untuk menutup dura yang terbuka, mencegah bocornya LCS dan menutup
dead space pasca operasi.

16
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Radioterapi pasca operasi diberikan pada penderita dengan tumor yang luas.

Tumor Fossa Posterior, Cerebellopontine Angle Tumor


Neuroma Akustik
Neuroma adalah suatu tumor jinak yang mengenai selubung atau sarung
saraf. Nama lainnya neurolemmoma atau schwannoma. Umumnya neuroma
berkembang lambat dan lebih sering terjadi pada nervus kranial V ( n.
Trigeminus) dan VIII (n. Vestibulokokhlear), namun dapat juga terjadi pada
saraf kranial lainnya. Dalam perjalanannya nervus vestibulokokhlear berjalan
berdampingan dengan nervus fasialis dalam satu saluran yaitu kanalis
auditorius internus yang panjangnya kurang lebih 2 cm (0,8 inci). Adanya
hubungan yang dekat antara nervus vestibulokokhlear dengan nervus fasialis
ini dapat menerangkan terjadinya kelemahan otot wajah apabila ada
pertumbuhan tumor yang besar.Tumor ini merupakan tumor infratentorial
tersering yang tumbuh pada permukaan batang saraf maupun dapat meluas
difus pada batang saraf dan memisahkan serabut dan fasikulus saraf.
Neuroma akustik tumbuh secara perlahan-lahan dan kemudian dapat
mengerosi saluran telinga dalam dan kemudian muncul di sudut
serebellopontin yang kemudian akan tumbuh kearah anterosuperior menekan
N V, ke inferior menekan N IX, X, XI, cerebellum, meningkatkan tekanan
intra cranial dan menekan syaraf kranialis lainnya seiring dengan bertambah
besarnya tumor tersebut.
Neuroma akustik adalah tumor ekstraaksial intrakranial yang berasal dari
selubung sel Schwann yang membungkus salah satu saraf vestibuler atau
kokhlear. Nervus vestibulokokhlear merupakan saraf kranial yang
bertanggung jawab terhadap keseimbangan dan pendengaran . Neuroma
akustik ini terutama terjadi pada bagian vestibuler saraf kranial VIII sehingga
lebih tepat dinamakan vestibular schwannomas

Insidens
Neuroma akustik meliputi sekitar 6% dari semua tumor intracranial, 30%
tumor batang otak dan sekitar 85% dari tumor cerebellopontin. Dapat
ditemukan diseluruh dunia dengan insidens 1 : 100.000 penduduk. Ditemukan
lebih banyak pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:2, dengan usia
antara 30-60 tahun. (1,2,3,4,)

Etiologi
Penyebab neuroma akustik secara umum tidak diketahui. Tumor ini dapat
terjadi secara spontan atau dapat disebabkan oleh suatu neurofibromatosis
tipe II akibat abnormalitas gen penekan tumor yang berlokasi pada kromosom

17
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

22. Neuroma akustik dapat juga disebabkan oleh mekanisme molekuler yang
berhubungan dengan faktor proliferasi yakni nerve growth factor (NGF).
Selain itu juga berhubungan dengan adanya pengaruh faktor hormon yang
berpotensi seperti estrogen, progesteron dan testosteron.

Patogenesis
Neuroma akustik mula-mula berada pada nervus VIII kemudian
membesar dan menekan struktur didekatnya yaitu nervus VII, n facialis
secara berangsur-angsur meregang dan secara perlahan-lahan membesar
kearah otak menonjol dari saluran telinga dalam masuk ke satu area di otak
yaitu daerah cerebellopontin. Dalam tahap ini tumor berebntuk seperti buah
peer atau jamur dimana bagian yang lebih kecil berada di dalam saluran
telinga dan bagian yang besar kearah otak. Tumor ini kemudian menekan N V
atau N Trigeminus yang berfungsi menjaga sensibilitas dari wajah dan
dengan meningkatnya ukuran tumor dapat terjadi penuttupan pada aquaductus
sylvii yang kemudian dapat tejadi hydrosefalus yang disertai peningkatan
tekanan, akhirnya terjadi herniasi tentorial dari foramen magnum dan dengan
kompresi pada medulla oblongata yang mengakibatkan henti nafas.

Gejala Klinis
Gambaran klinik dari pasien dengan neuroma akustik terdiri atas 5 tahap
yaitu :
a. Tumor masih berada di dalam intra kanalikuli sehingga kelainan terbatas
pada n. Vestibulokoklearis dan dapat meluas ke n fasialis, yang dapat
menimbulkan gejala berupa
- Rasa penuh pada telinga
- Hilangnya pendengaran atau ketulian unilateral dan tinnitus
b. Gejala ini paling sering terjadi (> 90%), ketulian ini terjadi secara
perlahan-lahan dalam jangka wakrtu beberapa bulan sampai 20 tahun
lebih, rata-rata 2 tahun. Pasien menyadari adanya tanda-tanda awal
ketulian tetapi sering diabaikan. Tanda awal berupa berkurangnya
kemampuan pasien untuk membedakan kata-kata dalam percakapan
sehari-hari terutama bila berkomunikasi lewat telepon. Tinnitus biasanya
terjadi bersamaan atau mendahului ketulian dan hanya terbatas pada
telinga yang sakit.
- Ketidakseimbangan
Terutama dirasakan pada saat perubahan posisi kepala dan posisi badan
terutama dalam gelap.
- Keterlibatan n fasialis

18
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

- Nervus fasialis dapat tertekan oleh desakan tumor yang semakin


besar dan dapat menimbulkan gejala berupa parese otot-otot wajah
dan gangguan pengecapan.
c. Keterlibatan n trigeminus
Gejala trigeminal terjadi jika ukuran tumor 2-2,5 cm berupa parestesi,
rasa nyeri pada wajah dan penurunan refleks kornea.
d. Pada tahap ini telah terjadi penekanan pada batang otak dan cerebellum,
yang menimbulkan gejala neurologi berupa ataksia dan nistagmus.
e. Peningkatan tekanan intrakranial
Gejala yang muncul jika terjadi peningkatan intrakranial adalah nyeri
kepala hebat yang seringkali disertai gejala nausea dan vomitus.
f. Tahap terminal
Ditandai dengan kegagalan tanda-tanda vital.

Diagnosis
Dalam beberapa kasus dengan keluhan tuli sensorineural, tinnitus dan
ketidakseimbangan diperlukan beberapa tahap pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis. Pemeriksaan tersebut antara lain:
a. Tes audiologi
- Pure tune audiometry (PTA)
Dengan PTA akan didapatkan gambaran ketulian sensorineural pada
frekuensi tinggi.
- Speech Audiometri
Didapatkan skor 0-30% pada pemeriksaan Speech discrimination test
dimana pasien tidak mampu mengulang kata-kata dengan benar.
- BERA
Tes ini dapat digunakan untuk mengetahui lesi yang terjadi pada
retrokoklea, pada neuroma akusitik didapatkan hasil gelombang V
yang memanjang.
- Timpanometri
Pada neuroma akustik, sekitar 88% pasien refleks akustiknya negatif.
b. Tes vestibuler
Tes kalori akan memperlihatkan depresi atau hilangnya fungsi vestibuler
pada telinga yang sakit. Elektroneurografi dan tes kalori infra merah sangat
berguna untuk mengidentifikasi apakah tumor berasal dari nervus vestibuler
superior atau inferior. Hasil pemeriksaan tersebut sangat membantu dalam
upaya mempertahankan fungsi pendengaran dimana kemungkinan untuk
mempertahankan fungsi pendengaran lebih besar bila yang terkena adalah
nervus vestibuler superior.
a. Pemeriksaan radiologi

19
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

- CT-Scan
CT scan merupakan radiasi non invasif relatif aman untuk melihat
struktur anatomi dalam otak. Ini khususnya berguna untuk melihat
perubahan dalam struktur tulang. Karakteristik yang ditemukan pada
neuroma akustik adalah pelebaran dari kanalis auditorius internus. CT
scan potongan tipis pada kanalis auditorius internus dengan kontras dapat
menentukan tumor ukuran sedang atau besar tetapi tidak dapat
mendeteksi tumor yang lebih kecil dari 1 – 1,5 cm.
- MRI
MRI adalah pemeriksaan yang non invasif yang memberi gambaran lebih
terperinci mengenali struktur otak . Kontras godalinium disuntikkan ke
dalam aliran darah selama scanning agar tumor lebih mudah terlihat
- Cisternogram kontras udara mempunyai sensivitas yang tinggi dan
dapat digunakan secara relatif pada tumor-tumor intra kanalikuler
kecil bila dicurigai dan terdapat kontra indikasi pada pengunaan MRI

Pemeriksaan Histologi
Secara mikroskopis sel-sel neoplastik memperlihatkan dua bentuk yang
khas yang dijelaskan oleh Atoni (1920) yaitu jaringan Atoni tipe A dan tipe
B. Pada Atoni tipe A atau tipe fasikulasi terdapat sel-sel paralel yang tersusun
rapih dengan inti fusiform yang berwarna gelap tersusun di dalam bungkusan
atau terpisah satu dengan lainnya oleh jaringan fibrous aseluler secara relatif.
Yang lebih sering adalah Atoni tipe B atau tipe retikuler yaitu terdapat
susunan retikuler tersebar dengan elemen seluler lebih sedikit dan suatu
nukleus yang tersusun lebih rapi. Suatu neuroma akustik dapat mengandung
kedua tipe jaringan tersebut. Disamping itu gambaran histologis neuroma
akustik kadang sulit dibedakan dari meningioma

Penatalaksaan
Pada tumor yang besar penanganannya lebih kompleks. Oleh karena itu
diagnosis dini dan terapi sangat penting. Umumnya penanganan neuroma
akustik yang dianjurkan adalah operasi yang dilakukan oleh seorang ahli
bedah saraf dan ahli otologi.

1. Observasi
Kadang merupakan penanganan terbaik mungkin tanpa pengobatan.
Tumor akustik yang kecil dan mempunyai gejala yang sedikit dapat
diobservasi dengan pemeriksaan MRI secara rutin setiap tahun hingga
pertumbuhan dan gejala memerlukan pembedahan. Observasi
mungkin merupakan pilihan terbaik untuk penderita yang lebih tua dengan

20
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

kondisi kesehatan yang kurang baik atau penderita dengan tumor yang
pendengarannya masih baik.

2. Pembedahan
Prioritas pertama pembedahan adalah melindungi hidup, yang kedua
mempertahankan fungsi saraf fasialis dan ketiga memelihara manfaat
pendengaran pada tumor telinga secara sosial jika memungkinkan. Terdapat
beberapa tehnik pendekatan untuk mencapai tumor. Tiga pendekatan yang
berbeda digunakan dalam penanganan neuroma akustik yaitu retrosigmoid
approach, translabirin approach dan fossa kranii media approach. Pendekatan
yang dipilih tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran tumor, posisi
tumor, status pendengaran dan keadaan umum penderita dan pengalaman ahli
bedah

3. Stereotactic Surgery
Menggunakan suatu radiasi tunggal yang terkonsentrasi dan sinar
langsung secara tepat untuk mengobati tumor-tumor otak secara aman, efektif
dan tanpa insisi tunggal. Prosedur ini dilakukan pada penderita rawat jalan.
Suatu bingkai metal diletakkan di kepala penderita dengan 4 peniti. Sewaktu
menggunakan bingkai penderita di scan dalam MRI. Penggunaan bingkai
sebagai petunjuk, lokasi pasti dari tumor ditentukan secara tiga dimensi pada
komputer. Ahli bedah kemudian menggunakan sinar radiasi yang terfokus
untuk merusak tumor dan menghambat pertumbuhannya.
Yang terbaru, terdapat dua tipe teknik radiosurgery yaitu LINAC dan
Gamma Knife, suatu alat hemisferis yang mengelilingi kepala penderita, 201
sasaran sorotan radiasi cobalt-60 pada tumor. Masing-masing perjalanan sinar
melalui suatu daerah yang berbeda dalam otak. Dengan sendirinya, ini cukup
kuat tanpa merugikan jaringan yang dilaluinya. Sinar-sinar akan tumpang
tindih dalam daerah sasaran, dan dimana sinar terpotong dapat membuat suatu
lesi. LINAc merupakan tipe yang lain adalah suatu akselerator linier khas
yang berputar di sekitar penderita, menghasilkan sinar radiasi multipel,
masing-masing memancar mengarah ke sasaran tumor melalui jaringan yang
berbeda. Masing-masing sinar terkumpul yang menyebabkan kerusakan
ringan.
Penggunaan radiostatik pembedahan ditunjang oleh 25 tahun penelitian
dan keberhasilan pengobatan diantara 1000 penderita di Eropa dan Amerika
Utara. Pengaruh pengobatan terjadi lebih dari satu periode waktu, sehingga
tumor tidak akan memperlihatkan hasil yang cepat. Secara bertahap, lesi
berhenti bertumbuh dan pada beberapa kasus mungkin menyusut ukurannya.

21
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Hal ini seringkali efektif dalam mengobati tumor-tumor yang tidak berespon
terhadap pembedahan, radiasi konvensional atau kemoterapi.
Beberapa pemeriksaan dilakukan sebelum pembedahan termasuk EKG
dan tes darah. Seorang audiologis akan melakukan tes pendengaran dan
penilaian pra bedah tentang fungsi saraf kranial.
Ada tiga cara pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengangkat tumor
akustik yaitu pendekatan melalui fossa kranii media, sub occipital dan
translabirin.
a. Fossa media approach umumnya digunakan untuk tumor-tumor
intrakanali yang kecil dimana pemeliharaan fungsi saraf fasialis dan
pendengaran optimal
b. Suboccipital approach atau disebut juga retrosigmoid memungkinkan ahli
bedah mengangkat tumor-tumor kecil dan besar selain menjaga fungsi
saraf fasial dan derajat fungsi pendengaran bila memungkinkan.
c. Translabirin approach, biasanya digunakan bila penderita mempunyai
ketulian atau ukuran tumor dan posisi pengangkatan labirin.

Prognosis
Angka kematian neuroma akustik berhubungan dengan ukuran tumor.
Untuk tumor berukuran kecil angka kematiannya nol dan meningkat 2% bila
tumornya bertambah besar.
Angka kematian 1-3% dan biasanya disebabkan oleh kerusakan struktur
vaskuler yang penting yaitu arteri cerebellum anterior inferior.

RESEKSI TULANG TEMPORAL

Definisi
Tindakan pembedahan berupa reseksi tulang temporal yang disebabkan keganasan
pada telinga.

Indikasi Tindakan
Keganasan pada tulang temporal

Kontra Indikasi Tindakan


Keganasan stadium lanjut atau yang sudah bermetastasis seperti: tumor- tumor
yang sudah menyebar ke apeks petrosus dan tumor-tumor yang sudah menyebar
ke basis kranii, invasi ke sinus kavernosus, arteri karotis interna, fossa
infratemporal, dan otot paraspinous.

22
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Komplikasi
1. Kelumpuhan nervus kranialis
2. Kegagalan flap

Persiapan Operasi
1. Pencitraan untuk mengidentivikasi perluasan tumor
2. Konsultasi ke bagian lain yang terkait tergantung lesi
(bedah saraf dan rekonstruksi)

Prosedur Operasi
Reseksi tulang temporal lateral
Dapat dilakukan untuk tumor yang melibatkan kartilago dan tulang liang telinga,
tetapi tidak melibatkan annulus timpanikus maupun kavum timpani. Keseluruhan
liang telinga bagian luar dibuang dengan teknik en bloc termasuk membran
timpani, maleus, dan inkus. Pertama dilakukan pembuatan landmark dari liang
telinga luar dan dilakukan insisi post aurikular. Daun telinga ditarik ke depan
hingga dapat mengekspos kelenjar karotis. Nervus fasialis didiseksi dari foramen
stilomastoideus hingga pes ancerinus. Dilakukan simple mastoidektomyhingga
resesus fasialis terpapar. Nervus fasialis bagiansecond genuharus dibuka sampai
ke foramen stilomastoid. Sendi inkudostapedial dilepaskan dan nervus fasialis
lebih dipaparkan ke arah anterior sepanjang segmen horizontal. Kemudian
spesimen tumor dibuang dengan cara en bloc. Dilakukan dua sudut lapangan
operasi. Bagian atas liang telinga bagian tulang diekspos dengan cara membuka
bagian epitimpani dan pangkal zigomatikus. Lapangan pandang kedua dibentuk
dengan arah anterior-inferior dan medial, transeksi bagian medial tulang timpani
sampai ke annulus timpanikus, tetapi sebelah lateral dari bulbus jugularis dan
nervus fasialis. Lapangan pandang ini diteruskan ke anterior sampai fossa glinoid
terekspos. Massa yang terletak disisi anterior dari tulang timpani dapat dibebaskan
dengan menggunakan osteotom. Kavitas mastoid yang luas terbentuk. Sisa massa
tumor yang melekat pada kelenjar parotis kemudian diangkat. Tuba eusthacius
dapat ditutup dengan menggunakan otot, dan defek yang terbentuk ditutup dengan
split-thickness skin graft.

Reseksi tulang temporal total


Reseksi tulang temporal totaldilakukan untuk membuang tulang temporal secara
keseluruhan dan mengangkat arteri karotis interna. Tindakan ini memerlukan
evaluasi preoperatif yang khusus, apakah pasien dapat bertahan dengan satu arteri
karotis interna. Flap kulit aurikular dan servikal diangkat dan pembuluh darah
besar serta nervus di leher diidentivikasi. Kelenjar karotis, nervus fasialis, dan
ramus asendens mandibula direseksi. Arteri karotis interna dan eksterna

23
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

dipisahkan beserta nervus kranial IX (glosofaringeus), nervus X (vagus), dan


nervus XI (assesorius), dan vena jugularis internus, otot pterigoideus dipisahkan.
Nervus trigeminalis bagian mandibular (V3) diidentivikasi dan dipreservasi.
Kraniotomi dilakukan. Fossa dura media dan posterior diekspos. Sinus transversus
diligasi di bagian posterior pada pertemuan dengan sinus sigmoideus. Sinus
petrosus superior dipisahkan di bagian anteriornya sebelum ia masuk kedalam
sinus kavernosus. Pahat diletakkan di foramen ovale dan diarahkan ke sinus
petrosus superior. Ia melewati bagian lateral sinus kavernosus melalui kanalis
karotikus, basis kranii, dan dinding kranii lateral, untuk membebaskan bagian
anterior dasar fossa media. Insisi posterior dilakukan pada sebelah lateral hingga
ke medial diarahkan ke anterior dan dihentikan pada bagian posteromedial hingga
ke tip mastoid dan posterior dari foramen jugular. Insisi yang menyambung
dilakukan dari insisi posterolateral melalui bagian medial foramen jugular dan
lateral dari foramen magnum. Sinus petrosus inferior dipisahkan dan koneksi
akhir membuat massa dapat dikeluarkan melalui teknik en bloc.

Prognosis
Angka harapan hidup pasien malignansi tulang temporal secara keseluruhan
adalah 28-66%. Penelitian terbaru mengenai angka harapan hidup untuk lima
tahun adalah 77 %. Hasil dari operasi ini tidak menggambarkan secara akurat
buruknya prognosis pada pasien.

PENUNTUN BELAJAR RESEKSI TULANG TEMPORAL


KASUS
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama
• Diagnosis
• Informed Choice & Informed Consent
• Rencana Tindakan
• Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR OPERASI
1. Pemberian antibiotika preoperatif, secara injeksi
2. Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan
digunakan
3. Cuci tangan, memakai baju operasi
4. Tindakan a dan antiseptik pada daerah operasi dan
sekitarnya dengan menggunakan povidon iodine atau
antiseptik lainnya
5. Pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali
di area operasi
6. Posisi pasien: terlentang, kepala miring ke arah
berlawanan dengan sisi telinga yang dioperasi
III. PROSEDUR OPERASI

24
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

Tindakan reseksi tulang temporal lateral


1. Dilakukan pembuatan landmark dari liang telinga
luar dan dilakukan insisi post aurikular.
2. Daun telinga ditarik ke depan hingga dapat mengekspos
kelenjar karotis. Nervus fasialis didiseksi dari foramen
stilomastoideus hingga pes ancerinus.
3. Dilakukan simple mastoidektomyhingga resesus fasialis
terpapar. Nervus fasialis bagian second genu harus
dibuka sampai ke foramen stilomastoid. Sendi
inkudostapedial dilepaskan dan nervus fasialis lebih
paparkan ke arah anterior sepanjang segmen horizontal.
4. Kemudian spesimen tumor dibuang dengan cara en
bloc. Dilakukan dua sudut lapangan operasi.
5. Bagian atas liang telinga bagian tulang diekspos dengan
cara membuka bagian epitimpani dan pangkal
zigomatikus. Lapangan pandang kedua dibentuk
dengan arah anterior-inferior dan medial, transeksi
bagian medial tulang timpani sampai ke annulus
timpanikus, tetapi sebelah lateral dari bulbus jugularis
dan nervus fasialis. Lapangan pandang ini diteruskan ke
anterior sampai fossa glinoid terekspos.
6. Massa yang terletak disisi anterior dari tulang timpani
dapat dibebaskan dengan menggunakan osteotom.
Kavitas mastoid yang luas terbentuk.
7. Sisa massa tumor yang melekat pada kelenjar parotis
kemudian diangkat. Tuba eusthacius dapat ditutup
dengan menggunakan otot dan defek yang terbentuk
ditutup dengan split-thickness skin graft.
Tindakan reseksi tulang temporal total
1. Flap kulit aurikular dan servikal diangkat dan
pembuluh darah besar serta nervus di leher
diidentifikasi. Kelenjar karotis, nervus fasialis, dan
ramus asendens mandibula direseksi.
2. Arteri karotis interna dan eksterna dipisahkan beserta
nervus kranial IX (glosofaringeus), nervus X (vagus),
dan nervus XI (assesorius), dan vena jugularis internus,
otot pterigoideus dipisahkan. Nervus trigeminalis
bagian mandibular (V3) diidentivikasi dan dipreservasi.
3. Kraniotomi dilakukan. Fossa dura media dan posterior
diekspos. Sinus transversus diligasi di bagian posterior
pada pertemuan dengan sinus sigmoideus. Sinus
petrosus superior dipisahkan di bagian anteriornya
sebelum ia masuk kedalam sinus kavernosus. Pahat
diletakkan di foramen ovale dan diarahkan ke sinus
petrosus superior. Ia melewati bagian lateral sinus
kavernosus melalui kanalis karotikus, basis kranii, dan
dinding kranii lateral, untuk membebaskan bagian
anterior dasar fossa media.
4. Insisi posterior dilakukan pada sebelah lateral hingga
ke medial diarahkan ke anterior dan dihentikan pada

25
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga

bagian posteromedial hingga ke tip mastoid dan


posterior dari foramen jugular. Insisi yang
menyambung dilakukan dari insisi posterolateral
melalui bagian medial foramen jugular dan lateral dari
foramen magnum.
5. Sinus petrosus inferior dipisahkan dan koneksi akhir
membuat massa dapat dikeluarkan melalui teknik en
bloc.
IV. PASCA OPERASI
1. Penderita dirawat di ruang yang tenang memberi waktu
yang cukup untuk istirahat
2. Observasi tanda-tanda perforasi atau komplikasi lain

26

Anda mungkin juga menyukai