OTOLOGI
MODUL I.8.2
NEOPLASMA TELINGA
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
DAFTAR ISI
A. WAKTU............................................................................................ 2
B. PERSIAPAN SESI........................................................................... 2
C. REFERENSI.................................................................................... 2
D. KOMPETENSI................................................................................. 3
E. CONTOH KASUS DAN DISKUSI................................................ 3
F. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................... 5
G. METODE PEMBELAJARAN........................................................ 5
H. EVALUASI...................................................................................... 6
I. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF............... 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR....... 7
K. DAFTAR TILIK............................................................................... 9
L. MATERI PRESENTASI.................................................................. 11
M. MATERI BAKU............................................................................... 11
1
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
C. REFERENSI
2
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
D. KOMPETENSI
1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
a. Menjelaskan anatomi, topografi dan fisiologi telinga dan tulang temporal.
b. Menjelaskan definisi dan patofisiologi neoplasma telinga dan temporal.
c. Menjelaskan gambaran klinis dan penatalaksanaan neoplasma telinga dan
temporal.
d. Menegakkan diagnosis neoplasma telinga dan temporal.
e. Menjelaskan penanganan neoplasma telinga dan temporal dan
komplikasinya sesuai kompetensi.
f. Menjelaskan tindakan bedah pada kasus neoplasma telinga dan temporal.
g. Menjelaskan work-up pasien neoplasma telinga dan temporal.
2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam:
a. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pada neoplasma
telinga dan temporal.
b. Menegakkan diagnosis neoplasma telinga dan temporal.
c. Melakukan tindakan bedah pada kasus neoplasma telinga dan temporal.
d. Melakukan rujukan bila pada penderita dengan stadium lanjut
Contoh kasus 1.
Seorang wanita usia 55 tahun dating ke klinik THT dengan keluhan daun telinga
kanan terdapat luka yang tidak sembuh sembuh sejak satu tahun, luka semakin
melebar disertai nyeri. Pada pemeriksaan fisik; lesi tertutup krusta, ketika krusta
dilepas tampak ulkus.
3
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Diskusi :
1. Lengkapi anamnesis pada pasien ini
2. Lengkapi pemeriksaan fisik pada pasien ini
3. Apa diagnosis kerja yang paling mungkin pada pasien ini
4. Jelaskan patogenesisnya
5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini
Jawaban:
1. Perlu ditanyakan apakah sudah pernah berobat atau belum. Apakah
penderita mempunyai riwayat DM. Apakah sebelumnya ada benjolan
berwarna hitam (nevus pigmentosus). Apakah pekerjaan penderita
tersebut, bila seorang petani, paparan sinar matahari sebagai faktor risiko
2. Bagaimana ukuran lesi dan gambaran lesinya
3. Diagnosis kerja adalah karsinoma sel skuamosa
4. Paparan sinar matahari sebagai faktor risiko
5. Komplikasi metastase ke kelenjar limfe leher meskipun jarang
6. Pada pasien ini dilakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dan
dilakukan eksisi dengan tepi bebas tumor. Lesi yang kecil dieksisi dan
dilakukan rekonstruksi, sedangkan lesi yang besar dilakukan aurilektomi
total.
Contoh Kasus 2
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan wajah merot ke
kiri sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat sejak satu tahun terakhir keluar cairan dari
telinga sebelah kanan. Cairan warana kuning kadang disertai darah.. Daun telinga
kanan terasa lebih menonjol ke luar. Demam disangkal. Pada pemeriksaan fisik;
parese nervus fasialis kanan, liang telinga terdapat masa, benjolan pada
retroarikula kanan.
Diskusi:
1. Lengkapi anamnesis pada pasien ini
2. Lengkapi pemeriksaan fisik pada pasien ini
3. Apa diagnosis kerja yang paling mungkin pada pasien ini
4. Jelaskan patogenesisnya
5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi
6. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini
Jawaban:
1. Apakah ada riwayat otore sebelumnya?. Apakah terasa nyeri, terus-
menerus dan semakin berat? Apakah disertai pusing berputar atau
gangguan kesimbangan dan kurang pendengaran? Apakah sakit ketika
membuka mulut?
4
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
2. Ukuran dan konsistensi benjolan. Warna dan bentuk massa pada liang
telinga. Warna cairan telinga. Derajat parese nervus fasialis. Kelenjar
limfe leher
3. Diagnosis kerja adalah tumor ganas telinga tengah. Diagnosis banding
kolesteatoma
4. Tumor yang mengivasi ke tulang temporal ditandai dengan parese nervus
fasialis
5. Komplikasi metastase ke kelenjar limfe leher, invasi ke labirin, metastase
intrakranial, parese nervii kranialis. Destruksi sendi temporomandibula
6. Pada pasien ini dilakukan biopsi, pemeriksaan CT Scan/ MRI temporal,
tes nervus facialis, tes keseimbangan. Penderita dirujuk ke dokter yang
lebih kompeten.
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
G. METODE PEMBELAJARAN
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
a. Presentasi modul
b. Mini lecture
c. Referat/tinjauan pustaka
5
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
d. Journal reading
e. Poliklinik
f. Tindakan operasi di kamar bedah
H. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tertulis dan lisan
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas:
a. Anatomi dan fisiologi telinga dan tulang temporal.
b. Penegakan diagnosis.
c. Penatalaksanaan.
2. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar.
3. Peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang
tertera dalam penuntun belajar melalui metode bedside teaching kepada
pasien sesungguhnya dengan pengawasan fasilitator dan mengisi formulir
penilaian sebagai berikut:
a. Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan.
b. Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan
terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
c. Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien).
4. Melakukan case based discussion (formulir penilaian terlampir).
5. Peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education).
6. Pencapaian pembelajaran:
a. Ujian akhir stase, setiap divisi/unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan.
b. Ujian nasional dilakukan pada akhir tahapan pendidikan spesialis oleh
kolegium ilmu kesehatan THT-KL.
6
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
PENUNTUN BELAJAR
BIOPSI NEOPLASMA DAUN TELINGA
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan
atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)
KEGIATAN KASUS
I. KAJIAN ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
OPERATIF
- Nama :
- Diagnosis:
- Informed Choice dan Informed Concent
- Rencana Tindakan
- Persiapan Sebelum Tindakan
II. PROSEDUR BIOPSI
- Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
- Tindakan aseptik pada daerah tumor dan
sekitarnya dengan povidon iodine
- Biopsi dengan mikrobiopsi forcep
- Evaluasi luka biopsy dan rawat luka biopsi
7
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
PENUNTUN BELAJAR II
PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA T1
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutan tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan) pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan
atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)
KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama
• Diagnosis
• Informed choice & Informed Consent
• Rencana Tindakan
• Persiapan sebelum tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA
- Pemberian antibiotik preoperative secara injeksi
- Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan
digunakan
- Cuci tangan, memakai baju operasi
- Tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah
operasi dengan menggunakan povidon iodine atau
dengan antiseptik lainnya
- Pasang kain penutup steril, kepala miring ke
bawah berlawanan dengan sisi yang dioperasi
III. PROSEDUR OPERASI
- Operasi dengan narkose
- Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan
suntikan
dengan larutan xylocain 1% dengan epinefrin
1:100.000
- Dilakukan insisi retroaurikular 5-10mm dari
sulkus atau
pada kulit rambut daerah retroarikular mulai dari
kulit,
8
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
K. DAFTAR TILIK
KEGIATAN KASUS
III. KAJIAN ULANG DIAGNOSIS &
PROSEDUR OPERATIF
- Nama :
- Diagnosis:
- Informed Choice dan Informed Concent
- Rencana Tindakan
- Persiapan Sebelum Tindakan
IV. PROSEDUR BIOPSI
- Cuci tangan, mengenakan sarung tangan steril
- Tindakan aseptik pada daerah tumor dan
sekitarnya dengan
povidon iodine
- Biopsi dengan mikrobiopsi forcep
- Evaluasi luka biopsy dan rawat luka biopsi
9
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
DAFTAR TILIK II
PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA T1
KEGIATAN KASUS
IV. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
• Nama
• Diagnosis
• Informed choice & Informed Consent
• Rencana Tindakan
• Persiapan sebelum tindakan
V. PERSIAPAN PROSEDUR RESEKSI NEOPLASMA LIANG TELINGA
- Pemberian antibiotik preoperative secara injeksi
- Menyiapkan mikroskop dan alat-alat yang akan
digunakan
- Cuci tangan, memakai baju operasi
- Tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah
operasi dengan menggunakan povidon iodine atau
dengan antiseptik lainnya
- Pasang kain penutup steril, kepala miring ke
bawah berlawanan dengan sisi yang dioperasi
VI. PROSEDUR OPERASI
- Operasi dengan narkose
- Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan
suntikan
dengan larutan xylocain 1% dengan epinefrin
1:100.000
- Dilakukan insisi retroaurikular 5-10mm dari
sulkus atau
pada kulit rambut daerah retroarikular mulai dari
10
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
kulit,
subkutis hingga periosteum
- Cari dinding posterior liang telinga, elevasi seluruh
kulit dan jaringan lunak liang telinga, reseksi tepi
dengan tepi bebas tumor, pertahankan membrana
timpani
- Pasang tampon liang telinga yang sudah dilapisi
antibiotik
- Luka operasi jahit lapis demi lapis
- Tutup dengan kasa steril
L. MATERI PRESENTASI
M. MATERI BAKU
11
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Melanoma
Melanoma telinga luar jarang ditemukan. Terjadi pada penderita umur
muda dari pada basal sel karsinoma atau Karsinoma sel skuamous.
Mempunyai prognosis yang jelek tergantung dari lokasi misalnya pada
tepi heliks lebih baik dari area tengah, tragus atau retroaurukuler.
Pengobatannya adalah eksisi primer ( Mohs technique)
12
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
progresif kearah mastoid dan telinga tengah maka akan cepat meluas ke
bagian perifer dari tulang temporal. Adanya vaskuler dan saraf yang yang
melintangi tulang temporal dan jaringan sekitarnya membuka peluang
ekstensi tumor tersebut. Sehingga deteksi dini tumor ini dan pengobatan akan
meningkatkan kontrol dari penyakit tersebut. Penyakit ini dianggap masih
localized bila tidak mencapai mukosa telinga tengah atau tidak mengenai
nervus fasialis. Ekstensi yang terbatas ini memungkinkan reseksi secara en
bloc dari tulang dan kartilago meatus eksternus, bersama-sama osikula dan
membrana timpani. Bila tumor meluas ke mastoid atau menginvasi nervus
fasialis maka dianggap telah lanjut atau tumor yang ekstensif.
Crabtree dkk mengusulkan, penanganan yang berhasil dari suatu
karsinoma meatus eksternus tergantung pada 4 faktor, yaitu diagnosis dini,
penentuan yang tepat dari perluasannya, pembedahan yang adekuat dan
radiasi pasca operasi bila spesimen patologi menunjukan tepi yang tidak
bersih.
Beberapa tumor ganas yang sering ditemukan adalah Karsinoma sel
skuamosa, Hans-Schuller-Christian Syndrome ( Langerhans cell
histiocytosis).
Patofisiologi
Glomus tumor mempunyai kekhasan yaitu neoplasma yang sangat lambat
pertumbuhannya dengan interval yang panjang antara gejala awal sampai
kepada diagnosis yang difinitif.
Sarang-sarang dari sel bulat dan sel kuboid disokong oleh jaringan
retukuler dan saluran vaskuler. Elektron mikroskop dan pewarnaan
imunohistokimiawi menunjukan granule neurosekretori yang mengandung
katekolamin dan serotonin.
13
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Gambaran klinik
Lebih sering ditemukan pada orang kulit putih, dekade V, wanita 1,5:
laki-laki 1, multipel tumor dapat ditemukan 10%, menjadi ganas 1-3%.
Gejala yang ditemukan berupa tinitus pulsative, ketulian konduktip, pada
tumor yang besar ketulian sensorineural, kelumpuhan nervi kranialis
VII,IX,X,XI dan XII, perdarahan.
Pada pemeriksaan ditemukan membran timpani tampak merah keunguan
menonjol atau massa yang merah, berpulsasi. Dengan pneumootoskopi
ditemukan Brown`s sign yaitu warna pucat dan berpulsasi.
Audiologi ditemukan ketulian konduktip, ketulian sensorineural dapat terjadi
bila telah terjadi invasi ke kohlea atau kompresi retrokohlea.
Radiologi
CT scan tanpa dan dengan kontrast, MRI, arteriografi, embolisasi
preoperative
Laboratorium
Peningkatan serum katekolamin dengan ditemukannnya vanillylmandelic
acid dan metanephrine dalam urine
Pengobatan
Pembedahan, radioterapi, embolisasi atau kombinasi.
Tergantung dari perluasan tumor makapembedadahan dapat dilakukan
melalui pendekatan transmeatal, transmastoid atau skull base.
Radioterapi tidak menyembuhkan tetapi dapat mereduksi vaskularisasi
dan menghentikan pertubuhan tumor. Radioterapi digunakan pada keadaan
tumor yang inoperable, residual tumor, rekuren atau pada orang tua dimana
pembedahan ekstensive dasar tengkorak tidak diindikasikan .
Embolisasi dapat mengurangi vaskularisasi tumor sebelum pembedahan
atau merupakan terapi tunggal pada penderita yang inoperabel yang
menerima radioterapi.
14
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Ruang lingkup
Neoplasma yang timbul pada liang telinga dan telinga tengah
Faktor Presdiposisi
1. Inflamasi kronik
2. Paparan aflatoksin B yg dihasilkan oleh jamur
3. Riwayat radioterapi pada kepala dan leher
Patologi
Ada berbagai jenis tumor yang timbul pada telinga luar dan tulang temporal,
namun yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa. Jenis lainnya adenoid
cystic carcinoma, adenocarcinoma, basal sel karsinoma, melanoma.
Embryonal rhabdomyosarcoma mungkin dijumpai pada anak anak. Tumor
seringkali berasal dari liang telinga dan meluas ke telinga tengah.
Gejala klinik
Diagnosis seringkali terlambat, tanda dan gejala mirip dengan OMSK dengan
cairan yang keluar disertai darah. Tumor menyebar menginvasi tulang
sehingga dapat mengenai nervus VII, temporomandibula join, labirin dan tuba
Esustachii dengan ditandai adanya parese otot wajah, kesulitan atau terasa
sakit ketika membuka mulut, kurang pendengaran. Rasa sakit yang
progresive, sulit diredakan dengan analgetik.
Pemeriksaan penunjang
Biopsi, foto mastoid (posisi Schuller), audiometri dan CT scan temporal bila
dicurigai tumor telah meluas.
Staging
Belum diterimanya protokol staging dari AJC atau UICC untuk keganasan
pada tulang temporal dan telinga. Ini mungkin dengan pertimbangan
heterogenitas histopatologi yg menyebabkan kesulitan dalam
mengidentifikasi asal dari tumor tersebut. Salah satu sistem staging yg sering
dipergunakan adalah yang berasal dari University of Pittsburgh, yg
mengevaluasi klinik dan radiologik.
15
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Terapi
Operasi dilanjutkan dengan radioterapi adalah pilihan utama. Tindakan
operasi adalah dengan mereseksi en bloc tumor dan dengan sebisa mungkin
mempertahankan fungsi pendengaran dan nervus facialis. Tumor kecil T1
tidak menginvasi tulang dapat dieksisi dengan mengangkat kulit liang telinga.
Pada tumor T2 yang terbatas pada liang telinga tetapi sudah mengenai tulang
temporal, lateral bone resection diperlukan. Prosedurnya adalah dengan
deseksi tulang temporal sekitar liang telinga mulai dari luar sampai mendekati
telinga tengah dengan mempertahankan membrana timpani. Tumor T3
dengan perluasan ke mastoid atau telinga tengah dengan reseksi sub total
tulang temporal, tindakan ini dengan mengankat liang telinga, telinga tengah,
tulang petrosus, temporomandibula join dengan partial atau total
parotidektomi. Nervus fasialis dikorbankan bila sudah terkena, grafting
dengan nervus sural atau greater auricle bila tepi proksimal dan distal bebas
dari tumor. Bila tumor T4, tumor meluas ke sisi medial tulang temporal,
diperlukan reseksi total tulang temporal dengan mengorbankan arteri carotis.
Karsinoma sel skuamosa yang mengenai tulang petrosus pada dasarnya tidak
dapat diterapi dengan prosedur tersebut, meskipun demikian rosedur tersebut
dapat dilakukan pada adenoid cystic carcinoma dan sarcoma. Setelah
dilakukan reseksi total, regional atau free flap rekonstruksi dapat digunakan
untuk menutup dura yang terbuka, mencegah bocornya LCS dan menutup
dead space pasca operasi.
16
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Radioterapi pasca operasi diberikan pada penderita dengan tumor yang luas.
Insidens
Neuroma akustik meliputi sekitar 6% dari semua tumor intracranial, 30%
tumor batang otak dan sekitar 85% dari tumor cerebellopontin. Dapat
ditemukan diseluruh dunia dengan insidens 1 : 100.000 penduduk. Ditemukan
lebih banyak pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:2, dengan usia
antara 30-60 tahun. (1,2,3,4,)
Etiologi
Penyebab neuroma akustik secara umum tidak diketahui. Tumor ini dapat
terjadi secara spontan atau dapat disebabkan oleh suatu neurofibromatosis
tipe II akibat abnormalitas gen penekan tumor yang berlokasi pada kromosom
17
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
22. Neuroma akustik dapat juga disebabkan oleh mekanisme molekuler yang
berhubungan dengan faktor proliferasi yakni nerve growth factor (NGF).
Selain itu juga berhubungan dengan adanya pengaruh faktor hormon yang
berpotensi seperti estrogen, progesteron dan testosteron.
Patogenesis
Neuroma akustik mula-mula berada pada nervus VIII kemudian
membesar dan menekan struktur didekatnya yaitu nervus VII, n facialis
secara berangsur-angsur meregang dan secara perlahan-lahan membesar
kearah otak menonjol dari saluran telinga dalam masuk ke satu area di otak
yaitu daerah cerebellopontin. Dalam tahap ini tumor berebntuk seperti buah
peer atau jamur dimana bagian yang lebih kecil berada di dalam saluran
telinga dan bagian yang besar kearah otak. Tumor ini kemudian menekan N V
atau N Trigeminus yang berfungsi menjaga sensibilitas dari wajah dan
dengan meningkatnya ukuran tumor dapat terjadi penuttupan pada aquaductus
sylvii yang kemudian dapat tejadi hydrosefalus yang disertai peningkatan
tekanan, akhirnya terjadi herniasi tentorial dari foramen magnum dan dengan
kompresi pada medulla oblongata yang mengakibatkan henti nafas.
Gejala Klinis
Gambaran klinik dari pasien dengan neuroma akustik terdiri atas 5 tahap
yaitu :
a. Tumor masih berada di dalam intra kanalikuli sehingga kelainan terbatas
pada n. Vestibulokoklearis dan dapat meluas ke n fasialis, yang dapat
menimbulkan gejala berupa
- Rasa penuh pada telinga
- Hilangnya pendengaran atau ketulian unilateral dan tinnitus
b. Gejala ini paling sering terjadi (> 90%), ketulian ini terjadi secara
perlahan-lahan dalam jangka wakrtu beberapa bulan sampai 20 tahun
lebih, rata-rata 2 tahun. Pasien menyadari adanya tanda-tanda awal
ketulian tetapi sering diabaikan. Tanda awal berupa berkurangnya
kemampuan pasien untuk membedakan kata-kata dalam percakapan
sehari-hari terutama bila berkomunikasi lewat telepon. Tinnitus biasanya
terjadi bersamaan atau mendahului ketulian dan hanya terbatas pada
telinga yang sakit.
- Ketidakseimbangan
Terutama dirasakan pada saat perubahan posisi kepala dan posisi badan
terutama dalam gelap.
- Keterlibatan n fasialis
18
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Diagnosis
Dalam beberapa kasus dengan keluhan tuli sensorineural, tinnitus dan
ketidakseimbangan diperlukan beberapa tahap pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis. Pemeriksaan tersebut antara lain:
a. Tes audiologi
- Pure tune audiometry (PTA)
Dengan PTA akan didapatkan gambaran ketulian sensorineural pada
frekuensi tinggi.
- Speech Audiometri
Didapatkan skor 0-30% pada pemeriksaan Speech discrimination test
dimana pasien tidak mampu mengulang kata-kata dengan benar.
- BERA
Tes ini dapat digunakan untuk mengetahui lesi yang terjadi pada
retrokoklea, pada neuroma akusitik didapatkan hasil gelombang V
yang memanjang.
- Timpanometri
Pada neuroma akustik, sekitar 88% pasien refleks akustiknya negatif.
b. Tes vestibuler
Tes kalori akan memperlihatkan depresi atau hilangnya fungsi vestibuler
pada telinga yang sakit. Elektroneurografi dan tes kalori infra merah sangat
berguna untuk mengidentifikasi apakah tumor berasal dari nervus vestibuler
superior atau inferior. Hasil pemeriksaan tersebut sangat membantu dalam
upaya mempertahankan fungsi pendengaran dimana kemungkinan untuk
mempertahankan fungsi pendengaran lebih besar bila yang terkena adalah
nervus vestibuler superior.
a. Pemeriksaan radiologi
19
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
- CT-Scan
CT scan merupakan radiasi non invasif relatif aman untuk melihat
struktur anatomi dalam otak. Ini khususnya berguna untuk melihat
perubahan dalam struktur tulang. Karakteristik yang ditemukan pada
neuroma akustik adalah pelebaran dari kanalis auditorius internus. CT
scan potongan tipis pada kanalis auditorius internus dengan kontras dapat
menentukan tumor ukuran sedang atau besar tetapi tidak dapat
mendeteksi tumor yang lebih kecil dari 1 – 1,5 cm.
- MRI
MRI adalah pemeriksaan yang non invasif yang memberi gambaran lebih
terperinci mengenali struktur otak . Kontras godalinium disuntikkan ke
dalam aliran darah selama scanning agar tumor lebih mudah terlihat
- Cisternogram kontras udara mempunyai sensivitas yang tinggi dan
dapat digunakan secara relatif pada tumor-tumor intra kanalikuler
kecil bila dicurigai dan terdapat kontra indikasi pada pengunaan MRI
Pemeriksaan Histologi
Secara mikroskopis sel-sel neoplastik memperlihatkan dua bentuk yang
khas yang dijelaskan oleh Atoni (1920) yaitu jaringan Atoni tipe A dan tipe
B. Pada Atoni tipe A atau tipe fasikulasi terdapat sel-sel paralel yang tersusun
rapih dengan inti fusiform yang berwarna gelap tersusun di dalam bungkusan
atau terpisah satu dengan lainnya oleh jaringan fibrous aseluler secara relatif.
Yang lebih sering adalah Atoni tipe B atau tipe retikuler yaitu terdapat
susunan retikuler tersebar dengan elemen seluler lebih sedikit dan suatu
nukleus yang tersusun lebih rapi. Suatu neuroma akustik dapat mengandung
kedua tipe jaringan tersebut. Disamping itu gambaran histologis neuroma
akustik kadang sulit dibedakan dari meningioma
Penatalaksaan
Pada tumor yang besar penanganannya lebih kompleks. Oleh karena itu
diagnosis dini dan terapi sangat penting. Umumnya penanganan neuroma
akustik yang dianjurkan adalah operasi yang dilakukan oleh seorang ahli
bedah saraf dan ahli otologi.
1. Observasi
Kadang merupakan penanganan terbaik mungkin tanpa pengobatan.
Tumor akustik yang kecil dan mempunyai gejala yang sedikit dapat
diobservasi dengan pemeriksaan MRI secara rutin setiap tahun hingga
pertumbuhan dan gejala memerlukan pembedahan. Observasi
mungkin merupakan pilihan terbaik untuk penderita yang lebih tua dengan
20
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
kondisi kesehatan yang kurang baik atau penderita dengan tumor yang
pendengarannya masih baik.
2. Pembedahan
Prioritas pertama pembedahan adalah melindungi hidup, yang kedua
mempertahankan fungsi saraf fasialis dan ketiga memelihara manfaat
pendengaran pada tumor telinga secara sosial jika memungkinkan. Terdapat
beberapa tehnik pendekatan untuk mencapai tumor. Tiga pendekatan yang
berbeda digunakan dalam penanganan neuroma akustik yaitu retrosigmoid
approach, translabirin approach dan fossa kranii media approach. Pendekatan
yang dipilih tergantung pada beberapa faktor termasuk ukuran tumor, posisi
tumor, status pendengaran dan keadaan umum penderita dan pengalaman ahli
bedah
3. Stereotactic Surgery
Menggunakan suatu radiasi tunggal yang terkonsentrasi dan sinar
langsung secara tepat untuk mengobati tumor-tumor otak secara aman, efektif
dan tanpa insisi tunggal. Prosedur ini dilakukan pada penderita rawat jalan.
Suatu bingkai metal diletakkan di kepala penderita dengan 4 peniti. Sewaktu
menggunakan bingkai penderita di scan dalam MRI. Penggunaan bingkai
sebagai petunjuk, lokasi pasti dari tumor ditentukan secara tiga dimensi pada
komputer. Ahli bedah kemudian menggunakan sinar radiasi yang terfokus
untuk merusak tumor dan menghambat pertumbuhannya.
Yang terbaru, terdapat dua tipe teknik radiosurgery yaitu LINAC dan
Gamma Knife, suatu alat hemisferis yang mengelilingi kepala penderita, 201
sasaran sorotan radiasi cobalt-60 pada tumor. Masing-masing perjalanan sinar
melalui suatu daerah yang berbeda dalam otak. Dengan sendirinya, ini cukup
kuat tanpa merugikan jaringan yang dilaluinya. Sinar-sinar akan tumpang
tindih dalam daerah sasaran, dan dimana sinar terpotong dapat membuat suatu
lesi. LINAc merupakan tipe yang lain adalah suatu akselerator linier khas
yang berputar di sekitar penderita, menghasilkan sinar radiasi multipel,
masing-masing memancar mengarah ke sasaran tumor melalui jaringan yang
berbeda. Masing-masing sinar terkumpul yang menyebabkan kerusakan
ringan.
Penggunaan radiostatik pembedahan ditunjang oleh 25 tahun penelitian
dan keberhasilan pengobatan diantara 1000 penderita di Eropa dan Amerika
Utara. Pengaruh pengobatan terjadi lebih dari satu periode waktu, sehingga
tumor tidak akan memperlihatkan hasil yang cepat. Secara bertahap, lesi
berhenti bertumbuh dan pada beberapa kasus mungkin menyusut ukurannya.
21
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Hal ini seringkali efektif dalam mengobati tumor-tumor yang tidak berespon
terhadap pembedahan, radiasi konvensional atau kemoterapi.
Beberapa pemeriksaan dilakukan sebelum pembedahan termasuk EKG
dan tes darah. Seorang audiologis akan melakukan tes pendengaran dan
penilaian pra bedah tentang fungsi saraf kranial.
Ada tiga cara pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengangkat tumor
akustik yaitu pendekatan melalui fossa kranii media, sub occipital dan
translabirin.
a. Fossa media approach umumnya digunakan untuk tumor-tumor
intrakanali yang kecil dimana pemeliharaan fungsi saraf fasialis dan
pendengaran optimal
b. Suboccipital approach atau disebut juga retrosigmoid memungkinkan ahli
bedah mengangkat tumor-tumor kecil dan besar selain menjaga fungsi
saraf fasial dan derajat fungsi pendengaran bila memungkinkan.
c. Translabirin approach, biasanya digunakan bila penderita mempunyai
ketulian atau ukuran tumor dan posisi pengangkatan labirin.
Prognosis
Angka kematian neuroma akustik berhubungan dengan ukuran tumor.
Untuk tumor berukuran kecil angka kematiannya nol dan meningkat 2% bila
tumornya bertambah besar.
Angka kematian 1-3% dan biasanya disebabkan oleh kerusakan struktur
vaskuler yang penting yaitu arteri cerebellum anterior inferior.
Definisi
Tindakan pembedahan berupa reseksi tulang temporal yang disebabkan keganasan
pada telinga.
Indikasi Tindakan
Keganasan pada tulang temporal
22
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Komplikasi
1. Kelumpuhan nervus kranialis
2. Kegagalan flap
Persiapan Operasi
1. Pencitraan untuk mengidentivikasi perluasan tumor
2. Konsultasi ke bagian lain yang terkait tergantung lesi
(bedah saraf dan rekonstruksi)
Prosedur Operasi
Reseksi tulang temporal lateral
Dapat dilakukan untuk tumor yang melibatkan kartilago dan tulang liang telinga,
tetapi tidak melibatkan annulus timpanikus maupun kavum timpani. Keseluruhan
liang telinga bagian luar dibuang dengan teknik en bloc termasuk membran
timpani, maleus, dan inkus. Pertama dilakukan pembuatan landmark dari liang
telinga luar dan dilakukan insisi post aurikular. Daun telinga ditarik ke depan
hingga dapat mengekspos kelenjar karotis. Nervus fasialis didiseksi dari foramen
stilomastoideus hingga pes ancerinus. Dilakukan simple mastoidektomyhingga
resesus fasialis terpapar. Nervus fasialis bagiansecond genuharus dibuka sampai
ke foramen stilomastoid. Sendi inkudostapedial dilepaskan dan nervus fasialis
lebih dipaparkan ke arah anterior sepanjang segmen horizontal. Kemudian
spesimen tumor dibuang dengan cara en bloc. Dilakukan dua sudut lapangan
operasi. Bagian atas liang telinga bagian tulang diekspos dengan cara membuka
bagian epitimpani dan pangkal zigomatikus. Lapangan pandang kedua dibentuk
dengan arah anterior-inferior dan medial, transeksi bagian medial tulang timpani
sampai ke annulus timpanikus, tetapi sebelah lateral dari bulbus jugularis dan
nervus fasialis. Lapangan pandang ini diteruskan ke anterior sampai fossa glinoid
terekspos. Massa yang terletak disisi anterior dari tulang timpani dapat dibebaskan
dengan menggunakan osteotom. Kavitas mastoid yang luas terbentuk. Sisa massa
tumor yang melekat pada kelenjar parotis kemudian diangkat. Tuba eusthacius
dapat ditutup dengan menggunakan otot, dan defek yang terbentuk ditutup dengan
split-thickness skin graft.
23
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
Prognosis
Angka harapan hidup pasien malignansi tulang temporal secara keseluruhan
adalah 28-66%. Penelitian terbaru mengenai angka harapan hidup untuk lima
tahun adalah 77 %. Hasil dari operasi ini tidak menggambarkan secara akurat
buruknya prognosis pada pasien.
24
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
25
Modul I.8.2 – Neoplasma Telinga
26