Anda di halaman 1dari 34

EPISTAKSIS

PENDAHULUAN
EPISTAKSIS

Perdarahan spontan yang berasal dari dalam hidung

Epistaksis terbanyak dijumpai


pada usia 2-10 tahun dan 50-80
tahun, sering dijumpai pada
musim dingin dan kering.
Hidung Luar
• Menonjol pada garis
tengah di antara pipi
dengan bibir atas
• Bagian-bagian
hidung luar dari atas
ke bawah:
1. Pangkal hidung
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung
(nares anterior)

Nasal Tip
AlaHidung
Lubang Nasi
Kolumela
Dorsum
Pangkal Nasi
Hidung
• 1/3 bagian atas  bagian
tulang
• Os Nasalis
• Processus frontalis os
maxillaris
• Processus nasalis os
frontalis

• 2/3 bagian bawah 


bagian tulang rawan
• Upper lateral cartilages
• Lower lateral cartilages
(alar cartilages)
• Lesser alar (or
sesamoid) cartilages
• Septal cartilage
Hidung Dalam:
Vestibulum Nasi

 Merupakan bagian anterior dan inferior dari cavum nasi.


 Dilapisi oleh kulit dan mengandung kelenjar sebaceous, folikel rambut, dan
rambut yang disebut vibrissae.
 Dinding lateral ditandai oleh katup nasal : dibentuk oleh batas kaudal dari
kartilago lateral atas.
 Dinding medialnya dibentuk oleh columella dan bagian bawah dari septum nasi.
Hidung Dalam:
Kavum Nasi

 Rongga yang dibagi jadi 2 bagian kanan & kiri oleh septum nasi
 Mempunyai 4 dinding :
• Inferior (lantai) :
Processus Palatinus os
Maxilla (3/4 depan) +
Processus Horizontalis os
Palatinus (1/4 belakang)
• Superior (atap) :
Processus Nasalis os
Frontalis (depan) + Lamina
Cribrosa os Ethmoidalis +
Os. Sphenoidalis (belakang)
• Dinding lateral :
Concha nasalis
superior, Concha
nasalis media,
Concha nasalis
inferior, Os maxilla

Dinding Lateral Cavum Nasi

• Dinding medial :
Os vomer, Lamina
perpendicularis os
ethmoidalis,
Cartilago septi

Dinding Medial Cavum Nasi


Septum Nasi

• Kartilago septal
• Os vomer
• Perpendicular plate os
ethmoid
Konka

3 pasang proyeksi tulang pada dinding lateral


•Konka nasal superior & inferior: bagian dari os ethmoid
•Konka inferior: os konka inferior
Meatus
 Celah yang mendasari tiap konka hidung
a. Meatus nasi inferior: muara duktus nasolakrimalis
b. Meatus nasi medius: muara sinus kelompok anterior
c. Meatus nasi superior: muara sinus ethmoid posterior
Vaskularisasi
Arteri
Cavum nasi  Plexus Kiesselbach (Little’s area).
a.Cabang arteri facialis : A. labialis superior
b.Cabang arteri ophthalmica (dari A.carotis interna) :
A. ethmoidalis anterior
A. ethmoidalis posterior
a. Cabang arteri maxillaris :
A. sphenopalatina
A. palatina major
A. septalis
Cont…
Cont…

• Wodruff’s area
– Dibentuk oleh a.sphenopalatina dan a. faringeal posterior
Vaskularisasi
Vena

 Vena-vena hidung
mempunyai nama yang sama
dan berjalan berdampingan
dengan arterinya.
 Vena-vena di hidung tidak
memiliki katup  faktor
predisposisi mudahnya
penyebaran infeksi sampai
intrakranial.
Innervasi
• Nervus olfactorius : carry sense of smell + supply olfactory region of nose
• Nervus of common sensation
– n. ethmoidalis anterior : supply anterior and superior part of nasal cavity (lateral wall+septum)
– r. n. ganglion sphenopalatina : supply 2/3 posterior of nasal cavity (septum+lateral wall)
– r. n. Infraorbita : supply vestibule of nose (medial+lateral side)
• Nervus autonom
– n. Vidianus : supply the nasal glands + control nasal secretion + supply blood vessels
Cont…
• Olfactory carry sheaths of dura,
arachnoid and pia with them into
the nose
• Dendrit saraf olfaktori menjulur
keluar ke arah permukaan bebas
dari membrana mukosa dan
membentuk cilia-cilia disebut
Olfactory hair
• Area / pusat olfactorius 
Berada di dalam cortex cerebri:
Pusat olfactory lateral berada
di dalam cortex temporalis
Pusat olfactory medial berada
di dalam cortex lobus frontalis
FISIOLOGI HIDUNG
DEFINISI
• Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala
dari suatu kelainan yang hampir 90% dapat berhenti
sendiri.
• Epistaksis merupakan perdarahan spontan yang
berasal dari dalam hidung.
ETIOLOGI
Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya
pembuluh darah di dalam selaput mukosa
hidung. 80% perdarahan berasal dari pembuluh
darah Pleksus Kiesselbach (area Little). Epistaksis
dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan
umum atau kelainan sistemik.
Lokal Sistemik

• Trauma • Kelainan Darah


Mengorek hidung, trauma Trombositopenia, Hemofilia,
ringan/berat, bersin terlalu
keras, spina septum tajam, pipa Leukimia.
NGT/Nasotrachea. • Penyakit Cardiovascular
• Infeksi Lokal
Hipertensi, arteriosklerosis,
Rhinitis, Sinusitis. sirosis hepatis, diabetes melitus.
• Neoplasma
• Infeksi Akut (DHF)
Hemangioma, angiofibroma.
• Kelainan Kongenital • Gangguan Hormonal
Telengiectasis Hemorrhagic • Alkoholisme
Herediretary, Von Willendbrand
Disease.
• Pengaruh Lingkungan
Udara kering, musim dingin.
• Deviasi Septum
PATOFISIOLOGI
Epistaksis Anterior Epistaksis Posterior
Epistaksis Anterior berasal dari Epistaksis Posterior berasal dari
Pleksus Kiesselbach, dapat juga Arteri Sphenopalatina dan Arteri
berasal dari Arteri Ethmoidalis Ethmoidalis Posterior.
Anterior. Perdarahan dapat berhenti Perdarahan cenderung lebih
sendiri (spontan) dan dapat berat dan jarang berhenti sendiri,
dikendalikan dengan tindakan sehingga dapat menyebabkan
sederhana. Sering pada anak-anak. anemia, hipovolemi dan syok.
Sering ditemukan pada pasien
dengan penyakit kardiovaskular.
GAMBARAN KLINIS
• Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal
dari bagian depan dan belakang hidung.
• Kebanyakan kasus epistaksis timbul sekunder trauma
yang disebabkan oleh mengorek hidung menahun
atau mengorek krusta yang telah terbentuk akibat
pengeringan mukosa hidung berlebihan.
• Riwayat trauma.
• Riwayat pengobatan (Aspirin) atau penyalahgunaan
alkohol.
• Riwayat hipertensi.
PEMERIKSAAN
• Rhinoskopi Anterior
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke posterior dan
harus diperiksa dengan cermat.
• Rhinoskopi Posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rhinoskopi posterior untuk menyingkirkan
neoplasma.
• Rontgen Sinus dan CT-Scan / MRI
Mengenali neoplasma atau infeksi.
• Endoskopi Hidung
Melihat atau menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya.
• Skrining Koagulopati
Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin
parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan
PENATALAKSANAAN

• Epistaksis yang tidak hilang dengan


penekanan dan pemberian topical
vasokonstriktor membutuhkan tindakan
kauterisasi kimia dengan silver nitrate.
Hanya satu sisi septum yang di kauterisasi
pada satu waktu agar menurunkan resiko
perforasi septum iatrogenic.

• Epistaksis berat yang tidak berespon


dengan kauterisasi kimia memerlukan
kauterisasi elektrikal.
• Epistaksis yang tidak hilang dengan penekanan dan
pemberian topical vasokonstriktor membutuhkan
tindakan kauterisasi kimia dengan silver nitrate.
Hanya satu sisi septum yang di kauterisasi pada satu
waktu agar menurunkan resiko perforasi septum
iatrogenic.
• Epistaksis berat yang tidak berespon dengan
kauterisasi kimia memerlukan kauterisasi elektrikal.
• Apabila perdarahan masih berlanjut walaupun
setelah dilakukan tindakan diatas, diperlukan
pemasangan anterior nasal pack / tampon
hidung anterior.
Epistaksis posterior
jarang terjadi
dibandingkan epistaksis
anterior dan biasanya
ditangani oleh dokter
spesialis. Posterior nasal
packing atau tampon
posterior dilakukan
dengan memasukkan
kateter melalui salah satu
lubang hidung atau
keduanya ke nasofaring
dan keluar melalui mulut.
• Beragam sistem balon efektif dalam menangani
perdarah posterior. Konsepnya tetap sama, dengan
memasukkan udara atau cairan kedalam balon,
balon akan mengembang dan memberikan
penekanan pada dinding lateral hidung dan septum.
• Ketika tindakan konservatif gagal untuk
menghentikan perdarahan, embolisasi atau ligasi
pembuluh darah diperlukan. Ahli radiologi intervensi
dapat melakukan embolisasi pada cabang distal dari
arteri maxillaris interna dan arteri sphenopalatina
untuk epistaksis posterior. Tingkat kesuksesan ligasi
arteri sphenopalatina adalah sama atau lebih tinggi
dibandingkan tindakan embolisasi.
KOMPLIKASI
• Dapat terjadi langsung akibat epistaksis sendiri atau akibat usaha
penanggulangannya.
• Akibat pemasangan tampon anterior dapat timbul sinusitis (karena ostium
sinus tersumbat), air mata yang berdarah (bloody tears) karena darah
mengalir secara retrograd melalui duktus nasolakrimalis dan septikemia.
• Akibat pemasangan tampon posterior dapat timbul otitis media,
haemotympanum, serta laserasi palatum mole dan sudut bibit bila benang
yang dikeluarkan melalui mulut terlalu kencang ditarik.
• Sebagai akibat perdarahan hebat dapat terjadi syok dan anemia. Tekanan
darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi
koroner dan infark miokard dan akhirnya kematian. Harus segera
dilakukan pemberian infus atau transfusi darah.
DIAGNOSIS BANDING
Termasuk perdarahan yang bukan berasal dari
hidung tetapi darah mengalir keluar dari hidung.
•Hemoptisis
•Varises oesofagus yang berdarah
•Perdarahan di basis cranii yang kemudian darah
mengalir melalui sinus sphenoid ataupun tuba
eustachius.
PENCEGAHAN
• Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, pada kedua
lubang hidung 2-3 kali sehari.
• Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.
• Gunakan gel hidung larut air di hidung, oleskan dengan cotton bud.
Jangan masukkan cotton bud melebihi 0,5 – 0,6cm ke dalam hidung.
• Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.
• Bersin melalui mulut.
• Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.
• Batasi penggunaan obat – obatan yang dapat meningkatkan
perdarahan (aspirin atau ibuprofen).
• Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat
alergi biasa.
• Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering
dan menyebabkan iritasi.
PROGNOSIS
• 90 % kasus epistaksis anterior dapat berhenti
sendiri.
• Pada pasien hipertensi dengan / tanpa
arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat,
sering kambuh dan prognosisnya buruk.
HATUR NUWUN..

\\(^_^’)//

Anda mungkin juga menyukai