Anda di halaman 1dari 26

Gangguan Ansietas

(Agorafobia, Panik, GAD)

Kelompok 3

Pembimbing : dr. Imelda, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT - CIBUBUR
Agorafobia
Fobia : Ketakutan irasional yang jelas, menetap, dan
berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau
situasi tertentu.

Agorafobia : Ketakutan terhadap ruang terbuka, orang


banyak, serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke
tempat aman.
Perjalanan penyakit
 Sering dicetuskan oleh gangguan panik, jika gangguan panik
diobati maka agorafobia nya akan membaik
 Dengan terapi perilaku, penyembuhan cepat dari agorafobia
dapat terjadi
 Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik sering menjadi kronis
 Jika disertai gangguan depresi dan ketergantungan alkohol akan
memperberat perjalanan agorafobia
Epidemiologi

• Usia rata-rata timbulnya adalah kira-kira 25 tahun.


• Prevalensi seumur hidup agorafobia dilaporkan antara 0,6-
6%.
Etiologi
 Faktor biologik
• Gangguan neurotransmitter seperti GABA dan NE

 Faktor Genetik
• Agorafobia diperkirakan dipicu oleh gangguan panik.
• Keturunan pertama pasien dengan gangguan
panik+agorafobia mempunyai resiko 4-8 kali mengalami
serangan yang sama

 Faktor Psikososial
Gambaran Klinis

• Pasien secara kaku menghindari situasi dimana akan sulit


untuk mendapatkan bantuan.
• Lebih suka ditemani oleh seorang teman atau anggota
keluarga ditempat-tempat tertentu seperti jalanan yang
sibuk, toko yang padat, ruangan yang tertutup.
• Pasien memaksa bahwa mereka harus ditemani tiap kali
mereka keluar rumah.
• Pasien yang mengalami gangguan parah dapat menolak
meninggalkan rumah.
• Sebelum didiagnosis yang benar dibuat, pasien mungkin
ketakutan bahwa mereka akan gila.
Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III
F40.0 Agorafobia
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis
pasti:

a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul


harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya
dan bukan skunder dari gejala-gejala lain seperti
misalnya waham atau pikiran obsesif
b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada (terutama
terjadi dalam hubungan dengan ) setidaknya 2 dari
situasi berikut: banyak orang atau keramaian, tempat
umum, berpergian keluar rumah dan berpergian sendiri
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan
gejala yang menonjol( penderita menjadi “house
bound”)
Penatalaksanaan

Psikoterapi
• Terapi Perilaku dan Kognitif
• Terapi Psikososial lain :
- Terapi keluarga
- Psikoterapi Berorietasi Tilikan
- Psikoterapi Kombinasi dan Farmakoterapi

Farmakoterapi
Terapi agorafobia adalah sama seperti pada gangguan
panik, terdiri dari anti-depresan, anti-ansietas, dan
psikoterapi khususnya terapi kognitif.
Penatalaksanaan
Farmakoterapi
• Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)
- Fluoxamine : Dosis awal 2-4 mg/hari dan harus dinaikkan 2-4 mg/hari
setiap 2-4 hari. Tujuannya untuk mencapai dosis terapeutik penuh pada
sekurangnya 20 mg/hari.
- Paroksetin : 5-10 mg/hari selama 1-2 minggu kemudian dosisnya
ditingkatkan 10 mg/hari setiap 1-2 minggu hingga maksimum 60 mg.
- Fluoxentine : 10 mg/hari.

• Benzodiazepin
- Alprazolam
- Lorazepam
- Klonazepam

• Trisiklin dan Tetrasiklik.


F41.0
Gangguan
Panik Gangguan Panik
Gangguan Panik : ditandai dengan terjadinya serangan
panik yang spontan dan tidak terduga.
Serangan Panik : periode kecemasan atau ketakutan yang
kuat dan relatif singkat (biasanya <1 tahun), yang disertai
oleh gejala somatik tertentu seperti palpitasi dan takipnea.

Epidemiologi
• Prevalensi serangan panik 3-4%.
• Wanita : pria = 2-3:1
etiologi

• Berhubungan dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak


• Neurotransmiter yang mengalami gangguan fungsi: Serotonin,
Biologik GABA (ama Amino Butiric Acid), Norepinefrin

• Pada keturunan pertama pasien dengan agorafobia mempunyai


risiko 4-8kali mengalami serangan yang sama
Genetik

• Teori psikodinamik: pola ansietas akan sosialisasi saat masa


kanak, hubungan dengan orang tua yang tidak mendukung serta
perasaan terperangkap atau terjebak
Psikososial • Teori kelekatan: bentuk preokupasi terhadap kelekatannya itu
DSM-IV-TR kriteria diagnostik Serangan Panik
Suatu Periode diskret rasa takut atau ketidaknyamananyang intens dengan
tiba-tiba timbul 4/ lebih gejala berikut dan mencapai puncaknya dalam 10
menit:
1. Palpitasi, jantung berdebar, atau denyut jantung meningkat
2. Berkeringat
3. Gemetaran
4. Rasa napas sesak atau tertahan
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman di dada
7. Mual atau gangguan abdomen
8. Perasaan pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Derealisasi (perasaan tidak realistas) atau depersonalisasi (bukan merasa
diri sendiri).
10. Ketakutan lepas kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Paresthesia
13. Menggigil atau rona merah di wajah

Catatan : Serangan panik bukanlah gangguan yang diberi kode. Buatlah kode diagnosis
spesifik saat serangan panik terjadi (cth: gangguan panik dengan agorafobia).
Kriteria diagnostik (PPDGJ III)
F41.0 (Gangguan Panik)
Gangguan panik baru ditegakan sebagai diagnosis utama bila
tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)
Terjadinya beberapa serangan berat ansietas otonomik, yang
terjadi dalam periode kira-kira 1 bulan :

A. Pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara objektif


tidak ada bahaya
B. Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui
atau yang dapat diduga sebelumnya
C. Dengan keadaan yang relatif bebas gejala-gejala
ansietas pada periode diantara serangan-serangan panik
(meskipun lazim terjadi juga ansietas antisipatorik,
yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan
sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi)
Gejala klinis

• Serangan panik berulang, terjadi secara spontan dan tidak


terduga.
• Gejala autonomik terutama sistem kardiovaskular dan
pernapasan.
• Gejala mental utama : perasaan ketakutan yg hebat dan
ancaman kematian dan kiamat.
• Serangan sering timbul selama 10 menit, meningkat secara
cepat(< 1 jam).
• Gejala sering berulang sehingga membuat pasien menjadi
sangat khawatir terjadinya serangan berulang.
F41.0
Gangguan
Panik Penatalaksanaan

Psikoterapi:
• Terapi relaksasi melatih pernapasan
• Terapi kognitif perilaku membentuk kembali pola
perilaku dan pikiran irasional menjadi lebih rasional
• Psikoterapi dinamik individu diajak untuk memahami diri
dan kepribadiannya

Farmakoterapi:
• SSRI : Setralin, fluoksetin, fluvoksamin, escitalopram,dll.
Diberikan dalam 3-6 bulan atau lebih tergantung individu
• Alprazolam diberikan 4-6 minggu, lalu dilakukan tappering
off
Gangguan Ansietas Menyeluruh
(GAD)

Epidemiologi General Anxiety Disorder (GAD)


• Gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan.
• Perempuan > Laki-laki
• Prevalensi seumur hidup GAD : 45%
• 50 – 90 % pasien dengan GAD memiliki gangguan jiwa lain.
• 25 % pasien akhirnya mengalami gangguan panik.
etiologi
 Teori Biologi
 Area otak yang terlibat lobus oksipitalis yang memiliki
resepetor benzodiazepin tertinggi
 Basal ganglia, sistem limbik&korteks frontal
 Teori Genetik
 25%keluarga tingkat pertama penderita GAD juga
menderita gangguan yang sama
 Teori Psikoanalitik
 Gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan
 Teori Kognitif-Perilaku
 Respon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman
Kriteria Diagnosis Menurut DSM IV-TR
A. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebih yang timbul
hampir tiap hari, sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6
bulan.
B. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
C. Kecemasan dan kekhawatiran disertai 3 atau lebih dari 6
gejala:
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi/pikiran jadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur
Kriteria Diagnosis Menurut DSM IV-TR

D. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas


pada gangguan axis 1
E. Ansietas, kekhawatiran atau gejala fisik
menyebabkan gangguan secara klinis ,fungsi sosial
dan pekerjaan.
F. Gangguan bukan disebabkan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat atau kondisi medis tertentu.
Gambaran Klinis

Gejala Utama Ansietas

Ketegangan
motorik

Hiperaktivitas
Otonom

Kewaspadaan
secara kognitif
Gejala Klinis

Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum


dengan keluhan somatik atau ke dokter
spesialis dengan gejala spesifik seperti diare
kronis. Biasanya pasien dengan perilaku
mencari perhatian
Prognosis

• Keadaan kronis dapat berlangsung seumur hidup.


• 25% akhirnya mengalami gangguan panik dan depresi.
Penatalaksanaan
Psikoterapi Farmakoterapi

• Terapi perilaku- • Benzodiazepin pilihan obat


kognitif pertama
• Terapi suportif • Buspiron efektif memperbaiki
• Psikoterapi gejala kognitif
berorientasi tilikan • SSRI efektif pada pasien
GAD+depresi
Farmakoterapi
No Obat Sediaan Dosis anjuran

1 Diazepam (benzodiazepine) Tab 2-10mg Oral : 2-3x2-


Amp 10mg/2cc 5mg/hari
Rectal tube 5 mg, Inj : 5-10 mg
10 mg / 2,5 cc (im/iv)
Rectal tube :
Anak <10 kg/BB :
5mg
Anak >10 kg/BB :
10mg
2 Chlordiazepoxide Cap/ tab, 5-10 mg 2-3x5-10mg/hari
(benzodiazepine)
3 Lorazepam Tab 0,5-2 mg 2-3 x 1mg/hari
(benzodiazepine)
4 Clobazam (benzodiazepine) Tab, 10 mg 2-3 x10 mg/hari
Farmakoterapi
No Obat Sediaan Dosis anjuran
5 Bromazepam Tab, 1,5mg 3x1,5 mg/hari
(benzodiazepine)
6 Alprazolam Tab 0,25-0,5-1-2 mg 3x0,25-0,5mg/hari
(benzodiazepine) 1x0,5-1mg/hari
3x0,25-0,5mg/hari
7 Buspirone Tab, 10mg 2-3x10mg/hari
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai