Hemiparesis sinistra
Disusun oleh:
19.p1.0030
Pembimbing:
ii. Anamnesa
Dilakukan alloanamnesis pada hari selasa , tanggal 18 September 2023,
pukul 09.00 WIB di ruang Tulip RSUD RAA Soewondo Pati.
A. Keluhan Utama
Pasien penurunan kesadaran dan lemas
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien makan 3x sehari, merokok (-), pasien jarang berolahraga
B. Antropometri
Berat badan: ± 35 kg
Tinggi badan: ± 160 cm
Imt: 13,4
C. Pemeriksaan Sistemis
Kepala: normocephali, rambut berwarna hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan,nyeri tekan(-)
Mata: konjungtiva anemia (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor, diameter 3 mm, reflex cahaya (+/+), kornea jernih.
Telinga: bentuk normal, liang telinga lapang, serumen (-/-), tanda
peradangan (-/-) cairan (-/-), darah (-/-)
Hidung: bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak tampak
sekret pada cavum nasi dan mukosa hidung tidak hiperemis.
Mulut: tidak ada perioral sianosis. Mukosa mulut tidak hiperemis.
Lidah kotor (-), atrofi papil lidah (-)
Leher: simetris, dev. Trakea (-), p. Kgb (-)
Paru-Paru
I : Bentuk dada normal, kanan-kiri simetris saat diam dan
nafas, tidak ada retraksi
Pa : Stem fremitus kanan kiri sama kuat
Pe : Sonor pada seluruh lapang paru
Au : SDV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba di ics v midclavicula line sinistra
Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Bj i dan ii regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Distensi (-)
A : BU (+)
Pe : Timpani, NK (-)
Pa : Supel, NT (-)
Ekstermitas
Akral teraba hangat, pucat (-), edema (-), atrofi otot (-) crt < 2 detik
Anus dan genital
Dalam batas normal
D. Scrining Gizi
Berat badan: ± 35 kg
Tinggi badan: ± 160 cm
Lingkar lengan atas dextra et sinistra: 17 cm
Lingkar gastronemius dextra: 20 cm
Lingkar gastronemius sinistra: 19 cm
Wasting: bisep (+/+), triceps (+/+)
Fat loss: selangka (+/+), betis (+/+), belikat (+/+)
Asupan gizi dirumah 10-20%
Asupan gizi dengan selang NGT 50%
v. Diagnosis
Stroke non-hemoragik
Hemiparesis sinistra
Malnutrisi moderate
Hypercholesterol
vi. Tatalaksana
Inf. Asering 20 tpm
Inj. Omepazole 1 x 40 mg
Inj. Citicolin 2 x 500 mg
Inj. Pamol 2 x 500 mg
Inf. Ezola 1x40 mg
Inj. dexamethasone 2 x 30 mg
Amlodipine 1 x 5 mg
Candistatin drop 2x1 drop
Cilostazole 1x50
ix. Resume
Pasien datang ke IGD RSUD RAA Soewondo dengan keluhan Pasien
datang ke IGD RSUD RAA Soewondo dengan keluhan lemas kurang lebih
5 hari, pasien tiba-tiba lemas dan tidak mau makan dan minum sama sekali
sejak 5 hari ini, sariawan (+), nyeri telan (+), BAB (+), BAK (+), demam
(-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hemiparesis sinistra, wasting +
pada bisep dan triceps, fat loss + pada selangka, betis dan belikat, pasien
juga mengalami penurunan kesadaran dan terpasang NGT karena
mengalami disfagia. Pada Hasil pemeriksaan radiologi CT-Scan Kepala
ditemukan adanya Gamb. Infark pada ganglia basalis kanan Sups. SOL
pada sella tursika. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis Stroke, Hemiparesis sinistra,
Malnutrisi moderate, sehingga diperlukan tatalaksana Konservatif ,
operatif, dan perbaikan status gizi pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat terhambatnya aliran darah ke
otak karena pendarahan maupun sumbatan pembuluh darah dengan tanda dan
gejala sesuai bagian otak yang terkena yang terkadang dapat sembuh dengan
sempurna, sembuh dengan kecacatan, atau sampai dengan kematian.
Hemiparesis adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progesif cepat, berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non-traumatic. Hemiparesis atau
kelemahan pada satu sisi tubuh merupakan gejala lain dari disfungsi motorik.
Disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiparesis karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan.
Disfagia adalah salah satu tantangan paling umum bagi pasien pasca
stroke, dengan tingkat kejadian yang dilaporkan antara 7-65%. Disfagia
menyebabkan kesulitan hidrasi dan nutrisi pada pasien stroke. Pasien dengan
disfagia ringan hingga sedang mungkin menerima “diet disfagia”, yang terdiri
dari cairan kental dan makanan dengan tekstur halus, sedangkan pasien
disfagia berat mungkin memerlukan pemberian makanan melalui
selang. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kekentalan minuman yang
diberikan kepada pasien stroke berbanding terbalik dengan jumlah cairan
yang dikonsumsi pasien, yang kemungkinan besar disebabkan oleh kesulitan
menelan.
B. Etiologi
Etiologi Hemiparese Sinistra masuk ke dalam stroke non hemoragik yang
disebabkan karena terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak bagian kanan
sehingga terjadi kelemahan otot di sisi tubuh kiri. Penyebab dari
tersumbatnya pembuluh darah di otak atau pembuluh darah yang lain yaitu:
1. Trombosis pembentukan bekuan darah atau proses terbentuknya
trombus dalam sistem vaskuler yaitu pembuluh darah atau jantung selama
manusia masih hidup yang menyebabkan penggumpalan darah.
2. Embolisme Serebral tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan
darah, lemak dan udarayang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain. Emboli
berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebri.
3. Hipoperfusion sistemik berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh yang diakibatkan karena adanya gangguan denyut jantung.
4. Arteritis peradangan yang terjadi pada arteri.
C. Faktor Risiko
i. Faktor yang Dapat Diubah /Reversible
1. Kolesterol tinggi
2. Hipertensi
3. Penyakit jantung
4. DM
5. Stress emosional
6. Perokok
7. Obesitas
E. Manifestasi Klinis
Mengalami kelumpuhan atau kelemahan di salah satu atau kedua sisi
Nyeri kepala hebat
Vertigo
Gangguan penglihatan
Gangguan daya ingat
Gangguan fungsi otak
Kesadaran menurun
Bicara cadel
Proses perkemihan terganggu
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnostik
Scan kepala, pemeriksaan yang menunjukkan secara spesifik posisi
hematoma, letak edema, menentukan posisi adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia.
EEG, digunakan untuk melihat dampak dan masalah yang timbul dari
jaringan yang infark sehingga menurunkan impuls listrik dalam
jaringan otak.
Angiografi serebral, pemeriksaan yang membantu menemukan
penyebab dari stroke secara spesifikseperti perdarahan atriovena,
aneurisma.
MRI, menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
serta luasnya terjadinya perdarahan di otak.
X-Ray tengkorak
2. Laboratorium
Hitung darah lengkap
Kimia klinik
Urinalisis
Masa protomb in
G. Tatalaksana
1. Konservatif
Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
Mencegah peningkatan TIK
Pemberian obat-obat
a) Antihipertensi
b) Antikoagulan
c) Deuretika
d) Vasodilator perifer
e) Diazepam bila kejang
f) Manitol, berfungsi mengurangi edema otak
2. Operatif
Memantau penurunan TIK, apabila upaya penurunan tidak berhasil perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intracranial yang
menetap akan membahayakan
H. Tatalaksana Nutrisi
Energi diberikan cukup yaitu 25-45 kkal/kg BB, pada fase akut 1100-1500
kkal/hari
Protein diberikan cukup yaitu 0,8-1 g/kg BB, pasien kurang gizi 1,2 - 1,5
g/kg BB, pasien disertai komplikasi gagal ginjal kronik yaitu 0,6 g/kg BB
Lemak diberikan cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
Pemilihan lemak diutamakan dari sumber lemak tidak jenuh ganda, batasi
lemak jenuh yaitu <10% dari kebutuhan energi total. Kolesterol dibatasi
<300 mg
karbohidrat diberikan 60-70% dari kebutuhan energi total. Pasien dengan
komplikasi DM diutamakan dengan pemulihan KH kompleks.
Vitamin diberikan cukup, terutama Vit A, riboflavin, Vit B6, asam folat,
Vit B12, Vit C dan E
Mineral diberikan cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium,
penggunaan natrium dibatasi dengan memberikan garam dapur maks 1 ½
sdt/hari (setara dengan kurang lebih 5 gr garam dapur atau 2 gr natrium
Serat diberikan cukup untuk menurunkan kolesterol serta mencegah
konstipasi
Cairan diberikan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema
dan asites cairan yang diberikan di batasi
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien
Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi (lemak jenuh), dan
kolesterol tinggi, makanan atau minuman berkadar tinggi garam, serta
makanan kaleng yang diawetkan, minuman beralkohol atau makanan yang
mengandung ethanol dan berkadar gula tinggi