Anda di halaman 1dari 34

PENYAKIT MENIERE Definisi Penyakit Meniere Penyakit Meniere adalah kekacauan dari aliran cairan-cairan dari telinga dalam.

Meskipun penyebab dari penyakit Meniere tidak diketahui, ia mungkin berakibat dari kelainan dalam cara cairan telinga dalam. Pada kebanyakan kasuskasus hanya satu telinga yang terlibat, namun kedua telinga mungkin dipengaruhi pada kira-kira 10% sampai 20% dari pasien-pasien. Penyakit Meniere secara khas mulai antara umur 20 dan 50 tahun (meskipun telah dilaporkan pada hampir semua kelompok umur). Pria-pria dan wanita-wanita sama-sama dipengaruhi. Gejala-gejala mungkin hanya gangguan minor, atau dapat menjadi melumpuhkan, terutama jika serangan-serangan dari vertigo berat/parah, seringkali, dan terjadi tanpa peringatan. Penyakit Meniere juga disebut idiopathic endolymphatic hydrops. Patofisiologi Gejala klinis penyait Meniere disebabkan oleh adanya hidrops cairan endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh: Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri Berkurangnya tekanan osmotik pada ujung kapiler Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan pelebaran dan perubahan morfologi pada membran Reisner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya penekanan skala media dimulai pada apeks koklea, kemudian dapat meluas kebagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit Meniere.

Gejala klinis Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli sensorineural terutama nada rendah. Serangan pertama sangat berat yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual dan terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, meskipun keadaannya berlangsung baik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan penyakit ini bisa sembuh sama sekali pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya, penyakit ini dirasakan lebih ringan, tidak seperti serangan yang pertama kali. Pada penyakit menire vertigonya periodik yang makin mereda dengan serangan-serangan berikutnya. Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam keadaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah tinitus, yang kadang-kadang menetap, meskipun diluar serangan. Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah rasa penuh di dalam telinga. Diagnosa Diagnosa dipermudah dengan dengan dibakukannya kriteria diagnoasa, yaitu: Vertigo hilang timbul Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N.VIII Bila gejala-gejala khas pnyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis penyakit Meniere dapat ditegakan. Pemeriksaan fisik dilakukan hanya untuk meguatkan dignosis penyakit ini. Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan terdapat tuli sensorineural, maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada penyakit lain yang dapat menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli sensorineural, kecuali pada penyakit Meniere. Dalam hal

yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini juga berguna untuk menentukan prognostik tindakan operatif pada pembuatan shunt. Bila terdapat hidrops maka diduga operasi akan berhasil dengan baik. Pengobatan Pada saat datang biasanya diberikan obat simtomatik, seperti sedatif, dan bila diperlukan dapat diberikan obat antimuntah. Bila diagnosis telah ditemukan, pengobatan yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Khusus untuk Meniere diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke tempat lain dengan jalan operasi shunt. Obat-obat anti iskemia dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan juga diberikaan obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.

BENIGN PAROXIMAL POSITIONAL VERTIGO Definisi Benign Paroximal Positional Vertigo (BPPV) adalah pusing yang disebabkan oleh debris yang terkumpul pada kanal semisirkularis di dalam telinga dalam yang mempengaruhi fungsinya. Insiden penyakit meningkat pada pertambahan usia, tetapi terlihat juga pada setiap usia. Pada orang-orang yang berusia lebih dari 50 tahun sekitar setengah dari kasus gejal pusing disebabkan oleh BPPV. Pada umumnya, sekitar 20% pusing disebabkan oleh BPPV dan 9% setiap orang tua mempunyau BPPV. Gejala Gejala BPPV meliputi vertigo, disorientasi, disequilibrum,

ketidakseimbangan dan mual. Gejal yang paling khas dari BPPV adalah perasaan berputar hebat paling kurang 5 sampai 15 detik. Aktivitas yang dapat menimbulkan gejala pada setiap orang bervariasi tetapi selalu meliputi pergerakan

atau perubahan posisi kepala atau tubuh. Pasien mungkin sensitif terhadp suatu posisi yang pasti. Kira-kira 30% pasien mendapat serangan ulang gejal BPPV. Riwayat timbulnya gejala vertigo dimulai ketika menggunakan hair dryer, ketika mencuci rambut di salon kecantikan, memindahkan benda dar atas rak-rak dapur. Patofisiologi BPPV terjadi akibat dari perubahan posisi kepala yang cepat dan tiba-tiba seperti saat berguling di tempat tidur, membungkuk, atau menengadah ke atas, dan biasanya akan disertai sensasi pusing yang sangat berat, yang berlangsung bervariasi pada masing-masing penderita, vertigo dapat berlangsung hanya beberapa menit hingga berhari-hari dan dapat disertai dengan gejala mual dan muntah. Beberapa dugaan yang dikemukakanoleh para ahli adalah kemungkinan adanya trauma pada alat keseimbangan, infeksi, sisa pembedahan telinga, faktor degeneratif karena usia dan kelainan pembuluh darah. Mekanisme pasti

terjadinya BPPV masih samar. Tapi penyebabnya sudah diketahui pasti yaitu debris yang terdapat pada kanalis semisirkularis biasanya pada kanalis posterior. Debris berupa kristal kalsium karbonat itu dalam keadaan normal tidak ada. Diduga debris itu menyebabkan perubahan tekanan endolimfe dan defleksi kupulasehingga timbul gejala vertigo. Untuk memahami patofisiologi terjadinya BPPV, dibutuhkan pemahaman tentang anatomi dan fisiologi normal dari kanalis semisirkularis. Setiap telinga bagian dalam mengandungi 3 kanalis semisirkularis. Masing-masing kanal terdiri dari krura yang ujungnya melebar (ampulla) yang terletak berdekatan dengan krista ampullaris (reseptor saraf). Krista ampullaris memiliki cupula, yang mendeteksi aliran cairan dalam kanalis semisirkularis. Jika seseorang tiba-tiba menoleh ke kanan, cairan dalam kanal horizontalkanan akan tertinggal, menyebabkan cupula terdeviasi ke kiri (ke arah ampulla, atauampullopetal). Deviasi ini berikutnya akan diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang menegaskan bahwa posisi kepala sedang berputar ke kanan. Ketidakcocokan informasi sensorik antara gerakan kepala dan deviasi cupula inilah yang menghasilkan sensasi vertigo.

Teori Cupulolithiasis Pada tahun 1962, Harold Schuknecht, MD, mengusulkan teori cupulolithiasis sebagai penjelasan untuk BPPV. Melalui pemeriksaan photomicrograph, beliau menemukan partikel basofilik atau

densitas yang adheren terhadap cupula tersebut. Beliau menduga bahwa kanal semisirkularis posterior akan lebih sensitif terhadap gravitasi dikarenakan partikel padat yang melekat pada cupula tersebut. Teori ini dianalogkan dengan situasi benda berat yang melekat pada puncak tiang, di mana berat ekstra akan membuat tiang tidak stabil dan sulit mempertahankan posisinetral. Bahkan, tiang cenderung terlempar dari satu sisi ke sisi lainnya tergantung pada arah itu dimiringkan. Setelah posisi tersebut tercapai, berat partikel tersebut akanmempertahankan posisi cupula kembali ke netral. Hal ini tercermin dari nystagmus persisten dan menjelaskan sensasi pusing ketika pasien melentur ke belakang. Teori Canalithiasis Pada tahun 1980, Epley memperkenalkan teoriteorinya tentang canalithiasis. Beliau berpikir bahwa gejala BPPV jauh lebih konsisten dengan partikel bebaS bergerak (canaliths) di kanalis semisirkularis posterior daripada partikel melekat pada cupula tersebut. Sementara kepala ditegakkan, partikel di kanalis semisirkularis posterior berada pada posisi yang tergantunggravitasi. Ketika kepala melentur ke belakang (supinasi), partikel berputar sampai sekitar 90 sepanjang arkus kanalis semisirkularis posterior. Setelah lag sesaat (inersia), gravitasi akan menarik partikel menuruni arkus. Hal in imenyebabkan aliran endolimfe untuk menjauh dari ampula dan menyebabkan cupula terdefleksi. Defleksi cupular menghasilkan nystagmus. Teori canalithiasis dibuktikan lebih lanjut oleh Parnes dan McClure pada tahun1991 dengan penemuan partikel bebas-bergerak dalam kanalis semisirkularis posterior setelah dilakukan pembedahan Faktor Predisposisi Sehingga kini etiologi pasti BPPV masih belum diketahui. Meskipun penelitian-penelitian belum mengidentifikasi penyebab tunggal gangguan BPPV, namun parapeneliti dan tenaga medis sepakat bahwa terdapat beberapa faktor predisposisi yang mendukung terjadinya BPPV termasuklah kurangnya aktivitas, alkoholisme akut, operasimayor, dan penyakit sistem saraf pusat (SSP). Pemeriksaan neurologis lengkap sangat penting dalam membantu menegakkan

diagnosa BPPV karena kebanyakan pasien turutmengidap penyakit telinga bagian dalam secara bersamaan, sebagai berikut: Idiopatik - 39% Trauma - 21% Penyakit telinga - 29% Otitis media - 9% Neuritis vestibular - 7% Mnire disease- 7% Otosklerosis - 4% Penyakit sistem saraf pusat (SSP) - 11% Insufisiensi vertebra basilar - 9% Neuroma akustik - 2% Vertigo servikal - 2%

Gejala Klinis dan Diagnostik Penderita BPPV biasanya akan menimbulkan keluhan jika terjadi perubahan posisi kepala pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala ditengadahkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang pada penderita BPPV dapat disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas. Penderita biasanya menyadari keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.Vertigo tidak akan terjadi jika kepala dalam posisi tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi. Pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun. BPPV khususnya dapat dibedakan dari Menire disease karena biasanya pada BPPV tidak terjadi gangguan pendengaran atautelinga berdenging (tinnitus).

Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan THT, uji posisi dan uji kalori. Pada anamnesis, penderita BPPV sering mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan kondisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THTsecara umum tidak didapatkan kelainan berarti. Pada uji kalori, gerakan mata yang abnormal menunjukan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak. Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga. Uji posisi dapat membantu membedakan lesi perifer atau sentral sekaligus mendiagnosa BPPV, yang paling baik dan mudah adalah dengan melakukan manuver Dix-Hallpike: penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi olehpemeriksa, lalu menggerakkan kepala pasien dengan cepat ke kanan, kiri dan kembali ketengah. Pada lesi perifer, dalam hal ini positif BPPV, akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala: Mata berputar dan bergerak ke arah telinga yang terganggu dan mereda setelah 5-20 detik. Disertai vertigo berat. Mula gejala didahului periode laten selama beberapa detik (3-10 detik).

Pada uji ulangan akan berkurang sampai menghilang (fatigue), tetapi juga berguna sebagai cara diagnosis yang tepat. Berbeda dengan lesi sentral, periode laten tidak ditemukan, vertigo dan nistagmus berlangsung lebih dari 1 menit, dan bila diulang gejala tetap ada (non fatigue). Terapi

Pilihan pengobatan untuk penatalaksanaan BPPV adalah observasi, medikasi vestibulosuppresan, rehabilitasi vestibular, reposisi canalith, dan pembedahan. Observasi: Sejak BPPV adalah jinak dan gejalanya dapat berkurang dan menghilangtanpa pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, ada beberapa argumentasi mengatakan observasi sederhana. Medikasi vestibulosuppresan: Pengobatan ini biasanya tidak mengatasi vertigo tersebut secara tuntas, malah cenderung dihindari karena penggunaan obat vestibulosuppresan yang berkepanjangan hingga lebih dari 2 minggu dapat mengganggu mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas vestibular perifer yangsudah terjadi. Selain itu, efek samping yang timbul bisa berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan. Rehabilitasi vestibular: Rehabilitasi vestibular adalah terapi non-invasif yang bisa sukses setelah melewati jangka waktu yang panjang. Pasien dapat diinstruksikan lewat latihan Cawthorne yang membantu dalam penyebaran partikel. Reposisi Canalith: Sejak rasio manfaat-resikonya sangat tinggi setelah dilakukan penelitan, reposisi canalith tampaknya menjadi pilihan pertama di antara semua modalitas pengobatan yang tersedia. Reposisi partikel diwakili oleh dua manuver utama yang dikembangkan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Perancis. Kedua metode inimerupakan manuver Epley dan manuver Semont. Manuver Epley ini bertujuan untuk mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis posterior ke vestibular labirin. Angka keberhasilan manuver Epley dapat mencapai 100%bila dilatih secara berkesinambungan. Bahkan, uji Dix-Hallpike yang semula bahwa penatalaksanaan BPPV cukup dengan

positif menjadi negatif. Angka rekurensi ditemukan 15% dalam 1 tahun. Setelah melakukanmanuver Epley, pasien disarankan untuk tetap tegak lurus selama 24 jam untuk mencegahkemungkinan debris kembali lagi ke kanal semisirkularis posterior. Bila pasien tidak adaperbaikan dengan manuver Epley dan medikamentosa, operasi dapat dipertimbangkan.

VERTIGO Definisi Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.

Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otototot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya. Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan tubuh : 1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation) Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya

terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah. 2. Teori konflik sensorik Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab. 3. Teori neural mismatch Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu;

sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala. 4. Teori otonomik Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan. 5. Teori neurohumoral Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan

neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo. 6. Teori sinap Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis. Etiologi

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi : Labirin, telinga dalam vertigo posisional paroksisimal benigna pasca trauma penyakit menierre labirinitis (viral, bakteri) toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin) oklusi peredaran darah di labirin fistula labirin

Saraf otak ke VIII neuritis iskemik (misalnya pada DM) infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster) neuritis vestibular neuroma akustikus tumor lain di sudut serebelo-pontin

Telinga luar dan tengah Otitis media Tumor

SENTRAL Supratentorial Trauma Epilepsi

Infratentorial Obat Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung Insufisiensi vertebrobasiler

platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo Klasifikasi Vertigo Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular). 1. Psikogenik : sindrom fobia 2. Patologik : - sentral - perifer 3. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.

VERTIGO SENTRAL Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah. VERTIGO PERIFER Lamanya vertigo berlangsung : a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),

namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan. b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis nistagmus. vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai

Ciri-ciri Lesi

Vertigo perifer

Vertigo sentral

Sistem vestibuler (telinga Sistem vertebrobasiler dan dalam, saraf perifer) gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Penyebab

Vertigo

posisional iskemik

batang

otak,

paroksismal jinak (BPPV), vertebrobasiler insufisiensi, penyakit neuronitis maniere, neoplasma, migren basiler vestibuler,

labirintis, neuroma akustik, trauma Gejala gangguan Tidak ada SSP Diantaranya parestesi, sensibilitas motorik, dan :diplopia, gangguan fungsi disartria,

gangguan serebelar

Masa laten Habituasi Jadi cape Intensitas vertigo Telinga berdenging atau tuli Nistagmus spontan dan

3-40 detik Ya Ya Berat Kadang-kadang

Tidak ada Tidak Tidak Ringan Tidak ada

Gejala Klinik Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput (tipis). Anamnesis Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemi, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik Pemeriksaan Fisik

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik. Selain itu harus dipertimbangkan pula faktor

psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung,hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai. Pemeriksaan Fisik Umum Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, tekanan darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa. Pemeriksaan Neurologis Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada: 1. Fungsi vestibuler/serebeler a. Uji Romberg Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih. Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi

garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebellar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun mata tertutup.

b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh. c. Uji Unterberger. Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany) Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Fungsi Vestibuler a. Maneuver Nylen Barany atau Manuver Hallpike Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini

penderita disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.

b. Tes kalori Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30C (kira-kira 7 di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites. Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita

sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi. Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif atau tidak berfungsi. c. Elektronistagmografi Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan pada tes kalori, dikembangkan pemeriksaan elektronistagmografi. Pada pemeriksaan dengan alat ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang timbul dapat dicatat pada kertas, menggunakan tekhnik yang mirip dengan elektrokardiografi.

d. Posturografi Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap : a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan biasa (normal) b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes romberg) c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan. d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah dapat diganggu. e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang. f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.

Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input (informasi) PENGOBATAN 1. Terapi kausal Obati penyebab dasarnya 2. Terapi simptomatik (medikamentosa) Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali

menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

ANTIHISTAMIN Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif. - Betahistin Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit. Betahistin Mesylate (Merislon) Dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per oral.

Betahistin di Hcl (Betaserc) Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. - Dimenhidrinat (Dramamine) Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk. - Difhenhidramin Hcl (Benadryl) Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk. ANTAGONIS KALSIUM Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui. - Cinnarizine (Stugerone) Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.

FENOTIAZINE

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.

Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo. - Promethazine (Phenergan) Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya. - Khlorpromazine (Largactil) Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

OBAT SIMPATOMIMETIK Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin. - Efedrin Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah gugup.

OBAT PENENANG MINOR Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek

samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur. - Lorazepam Dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg - Diazepam Dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg. OBAT ANTI KHOLINERGIK Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo. - Skopolamin Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg 0,6 mg, 3 4 kali sehari.

3. Terapi fisik Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadangkadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah : 1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata. 3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan Contoh latihan : 1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup. 2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring). 3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. 4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. 5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah). 6. Jalan menaiki dan menuruni lereng. 7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal. 8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam. Terapi Fisik Brand-Darrof Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan BrandDarrof.

Keterangan Gambar: Ambil posisi duduk.

Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.

MOTION SICKNESS
Definisi Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai mabuk perjalanan, adalah suatu kondisi di mana ada perselisihan antara gerakan visual dirasakan dan rasa sistem vestibular dari gerakan. Tergantung pada penyebabnya juga dapat disebut sebagai mabuk laut, mobil, penyakit sakit atau mabuk udara simulasi. Pusing, kelelahan, dan mual adalah gejala yang paling umum dari penyakit gerakan. Sindrom Sopite di mana seseorang merasa lelah atau kelelahan juga berhubungan dengan penyakit gerakan. Mual dalam bahasa Yunani berarti mabuk laut (kapal Naus berarti). Jika gerak menyebabkan mual tidak diselesaikan, penderita akan sering muntah. Tidak seperti penyakit biasa, muntah pada mabuk cenderung tidak untuk meredakan rasa mual. Kejadian Sekitar 33% dari orang yang rentan terhadap mabuk bahkan dalam keadaan ringan seperti berada di sebuah perahu di air tenang, meskipun hampir 66% dari orang yang rentan dalam kondisi yang lebih berat. Individu dan hewan tanpa sistem vestibular fungsional kebal terhadap penyakit gerakan. Mabuk di laut dapat hasil dari berada di tempat tidur sebuah perahu bergulir tanpa bisa melihat cakrawala. Dendeng gerakan tiba-tiba cenderung lebih buruk untuk penyakit gerakan yang halus memprovokasi dari lambat, karena mereka mengganggu keseimbangan cairan lebih. Sebuah "corkscrewing" perahu akan marah orang lebih dari satu yang meluncur lancar di gelombang mendekat. Mobil mengemudi cepat di seluruh berliku jalan atau naik dan turun serangkaian bukit akan marah orang lebih dari mobil yang bergerak lebih halus, jalan lurus. Melihat ke bawah ke pangkuan seseorang untuk berkonsultasi peta atau mencoba untuk membaca buku sambil seorang penumpang di mobil juga dapat membawa

pada penyakit gerakan. Mabuk adalah terbesar untuk gerak sinusoidal vertikal dalam rentang frekuensi Hz dan 0,05-0,8 maksimal pada 0,167 Hz. Penyebab Hipotesis yang paling umum untuk penyebab penyakit gerakan adalah bahwa ia berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap neurotoksin. Para postrema daerah di otak yang bertanggung jawab untuk merangsang muntah saat racun terdeteksi, dan untuk menyelesaikan konflik antara visi dan keseimbangan. Ketika merasa gerak tetapi tidak melihat itu (misalnya, dalam sebuah kapal tanpa jendela), telinga bagian dalam mengirimkan ke otak bahwa itu indra gerak, tapi mata memberitahu otak bahwa semuanya masih. Sebagai hasil dari kejanggalan tersebut, otak akan sampai pada kesimpulan bahwa salah satu dari mereka berhalusinasi dan selanjutnya menyimpulkan bahwa halusinasi adalah karena menelan racun. Otak merespon dengan muntah merangsang, untuk membersihkan toksin seharusnya. Jenis Mabuk dapat dibagi menjadi tiga kategori:

Gerak penyakit yang disebabkan oleh gerakan yang dirasakan tetapi tidak terlihat

Mabuk kendaraan disebabkan oleh gerakan yang terlihat tapi tidak merasa Mabuk kendaraan disebabkan ketika kedua sistem mendeteksi gerakan, tetapi mereka tidak sesuai.

Gerak yang dirasakan tetapi tidak terlihat Dalam kasus ini, gerak dirasakan oleh sistem vestibular dan karenanya gerakan dirasakan, tetapi tidak ada gerak atau gerak sedikit yang terdeteksi oleh sistem visual. Suatu bentuk khusus dari penyakit gerakan, penyakit mobil cukup umum dan sering dibuktikan oleh ketidakmampuan untuk membaca peta atau buku selama perjalanan. Mobil penyakit hasil dari konflik sensorik yang timbul di otak dari input sensorik yang berbeda. Sebagian besar mata melihat bagian dalam mobil yang bergerak sedangkan sistem vestibular dari gerak indera telinga bagian dalam sebagai kendaraan berjalan sekitar sudut atau di atas bukit dan bahkan

gundukan kecil. Oleh karena itu efeknya terburuk ketika melihat ke bawah, tetapi dapat dikurangi dengan melihat luar kendaraan.

Mabuk udara Mabuk udara adalah sensasi yang disebabkan oleh perjalanan udara. Ini adalah bentuk khusus dari mabuk dan dianggap sebagai respon normal pada orang sehat. Mabuk udara terjadi ketika sistem saraf pusat menerima pesan yang bertentangan dari tubuh (termasuk mata telinga bagian dalam, dan otot) yang mempengaruhi keseimbangan dan kesetimbangan. Ini adalah dasarnya sama dengan carsickness tetapi terjadi di pesawat terbang. Namun, beberapa perbedaan yang signifikan adalah bahwa pesawat mungkin bank dan kemiringan tajam dan karena ukuran jendela kecil, penumpang cenderung hanya melihat interior pesawat stasioner. Faktor lain adalah bahwa saat dalam penerbangan, ada sedikit yang bisa dilihat di luar jendela yang akan menunjukkan gerakan ke sistem visual.

Mabuk laut Mabuk laut adalah bentuk penyakit gerakan ditandai oleh perasaan mual dan, dalam kasus yang ekstrim, vertigo dialami setelah menghabiskan waktu di kerajinan di atas air. Hal ini, sekali lagi, pada dasarnya sama dengan carsickness, meskipun gerak sebuah perahu cenderung lebih konstan. Hal ini biasanya disebabkan oleh gerakan goyang dari kerajinan atau gerakan saat direndam dalam air. Dengan mabuk udara, bisa sulit untuk visual mendeteksi gerakan bahkan jika kita melihat di luar perahu karena air tidak menawarkan titik tetap yang dapat digunakan untuk menilai visual gerak. Beberapa pengalaman orang mabuk perjalanan namun mereka tidak mengalami mabuk laut. Juga cenderung menjadi lebih buruk ketika itu berkabut.

Sentrifugal Perangkat berputar seperti sentrifus digunakan dalam pelatihan astronot dan wahana taman hiburan seperti Rotor dan Gravitron dapat menyebabkan penyakit gerakan pada banyak orang. Sementara interior centrifuge tidak muncul untuk bergerak, satu akan mengalami rasa gerakan. Selain itu, gaya sentrifugal

dapat menyebabkan sistem vestibular memberikan satu arti bahwa ke bawah dalam arah menjauh dari pusat centrifuge daripada arah ke bawah benar.

Karena berputar Pusing Ketika satu berputar dan berhenti tiba-tiba, cairan di telinga bagian dalam terus memutar menyebabkan rasa terus berputar, sementara sistem visual seseorang tidak lagi mendeteksi gerakan.

Gerak yang terlihat tapi tidak merasa Dalam kasus ini, gerakan terdeteksi oleh sistem visual dan karenanya gerakan yang dilihat, tapi tidak ada gerakan atau gerak sedikit yang dirasakan oleh sistem vestibular. Motion sickness yang timbul dari situasi tersebut telah disebut sebagai Penyakit Gerak visual Terimbas (VIMS).

Gerak karena film dan video lainnya sakit Jenis penyakit ini sangat lazim ketika orang yang rentan yang menonton film di layar besar seperti Imax tetapi juga dapat terjadi di bioskop format yang biasa atau bahkan saat menonton TV. Demi kebaruan, teater Imax dan lainnya jenis panorama yang dramatis sering menunjukkan gerakan seperti terbang di atas lanskap atau mengendarai roller coaster. Ada cara yang sedikit untuk mencegah jenis penyakit gerakan kecuali untuk menutup mata seseorang selama adegan tersebut atau untuk menghindari film tersebut. Di bioskop Format biasa, contoh dari sebuah film yang menyebabkan mabuk pada orang banyak adalah The Blair Witch Project. Teater pelanggan diperingatkan efek yang mungkin memuakkan, memperingatkan wanita hamil pada khususnya. Dalam hal ini, camcorder digunakan untuk film film. Sebagai kamera adalah tangan memegang, kamera menjadi sasaran gerak jauh lebih banyak daripada rata-rata kamera film. Rumah film, seringkali difilmkan dengan kamera genggam, juga cenderung menyebabkan penyakit gerak pada mereka yang melihatnya. Kameraorang jarang pemberitahuan ini selama syuting sejak / nya rasa nya gerak sesuai dengan gerak yang terlihat melalui jendela bidik kamera. Mereka yang melihat

film sesudahnya hanya melihat gerakan, yang mungkin cukup besar, tanpa rasa gerakan. Menggunakan fungsi zoom tampaknya berkontribusi mabuk serta zoom tidak fungsi normal dari mata. Penggunaan tripod atau camcorder dengan teknologi stabilisasi gambar saat syuting dapat meminimalkan efek ini.

Simulasi penyakit Simulasi penyakit, atau penyakit simulator, adalah suatu kondisi dimana seseorang menunjukkan gejala yang mirip dengan mabuk yang disebabkan oleh bermain komputer / simulasi / video game. Teori yang paling umum penyebab penyakit simulasi adalah bahwa ilusi gerak yang diciptakan oleh dunia maya, dikombinasikan dengan tidak adanya gerakan terdeteksi oleh telinga dalam, menyebabkan postrema daerah dalam otak manusia untuk menyimpulkan bahwa seseorang berhalusinasi dan selanjutnya menyimpulkan bahwa halusinasi adalah karena menelan racun. Otak merespon dengan mual dan muntah menginduksi massa, untuk membersihkan toksin seharusnya. Menurut teori ini, penyakit simulasi hanyalah bentuk lain dari penyakit gerakan. Gejala-gejala ini sering digambarkan sebagai sangat mirip dengan mabuk, dan dapat berkisar dari sakit kepala, mengantuk, mual, pusing, muntah dan berkeringat. Penelitian yang dilakukan di University of Minnesota memiliki siswa memainkan Halo untuk kurang dari satu jam, dan menemukan bahwa hingga 50 persen merasa sakit setelahnya. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh US Army Research Institut untuk Ilmu Perilaku dan Sosial dalam laporan yang diterbitkan Mei 1995 berjudul "Laporan Teknis 1027 - Penyakit Simulator di Lingkungan Virtual", dari 742 eksposur 11 pilot dari simulator penerbangan militer, "kira-kira setengah dari pilot (334) melaporkan pasca-efek dari beberapa jenis: 250 (34%) melaporkan bahwa gejala hilang dalam waktu kurang dari 1 jam, 44 (6%) melaporkan bahwa gejala berlangsung lebih dari 4 jam, dan 28 (4%) melaporkan bahwa gejala berlangsung lebih lama dari 6 jam. Ada juga 4 (1%) melaporkan kasus kilas balik spontan terjadi .

Fenomena ini dikenal dalam budaya populer sebelum itu dikenal sebagai penyakit simulasi. Dalam film komedi 1983 Joystick, manajer arcade video lokal mengatakan, "Alasan mengapa saya tidak pernah memainkan permainan ini, juga, mereka membuat saya secara fisik sakit Maksudku,. Setiap kali saya melihat di salah satu layar, mereka membuat saya pusing. "

Gerak karena sakit Virtual Reality Mabuk karena virtual reality sangat mirip dengan penyakit simulasi dan mabuk karena film. Dalam virtual reality, Namun, efeknya dibuat lebih akut sebagai semua titik referensi eksternal diblokir dari visi, gambar simulasi 3dimensi dan dalam beberapa kasus suara stereo yang juga dapat memberikan rasa gerak. Simulator dunia yang paling maju, NADS-1, yang terletak di Driving Simulator Lanjutan Nasional yang mampu secara akurat merangsang sistem vestibular dengan bidang 360 derajat horizontal dan 16 derajat pandangan dasar kebebasan gerak. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan gerakan rotasi di lingkungan sekitarnya virtual dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam mual dan gejala lain dari penyakit gerakan.

Gerakan yang dilihat dan dirasakan tapi tidak sesuai

Efek Coriolis Ketika bergerak dalam kerangka acuan yang berputar seperti di centrifuge atau lingkungan di mana gravitasi adalah simulasi dengan gaya sentrifugal, efek Coriolis menyebabkan rasa gerak dalam sistem vestibular yang tidak cocok dengan gerakan yang terlihat. Kadang-kadang ketika mengendarai kendaraan untuk waktu yang lama di jalan buruk dipertahankan pada kecepatan yang sangat lambat (10-20 km / jam) dua indra gagal untuk berkorespondensi. Karena kualitas jalan yang buruk kendaraan akan brengsek terlalu banyak memberikan rasa gerak parah pada telinga bagian dalam. Namun karena kecepatan lambat mata tidak rasa gerak jumlah yang proporsional.

Pengobatan Banyak obat dan preventatives untuk mabuk telah diusulkan. Aktivitas Salah satu saran yang umum adalah untuk hanya melihat keluar dari jendela kendaraan bergerak dan untuk menatap ke arah cakrawala di arah perjalanan. Hal ini membantu untuk kembali mengarahkan perasaan batin keseimbangan dengan memberikan penegasan kembali visual gerak. Di malam hari, atau di sebuah kapal tanpa jendela, akan sangat membantu untuk hanya menutup mata, atau jika mungkin, tidur siang. Ini menyelesaikan konflik input antara mata dan telinga dalam. Tidur siang juga membantu mencegah efek psikogenik (yaitu efek dari penyakit yang diperbesar dengan berpikir tentang hal itu). Sebuah metode sederhana untuk meredakan mabuk perjalanan umum dan ringan adalah mengunyah [kutipan diperlukan]. Mengunyah permen karet memiliki efektifitas luar biasa untuk mengurangi penyakit mobil di terpengaruh mereka. Permen karet, bagaimanapun, adalah bukan satu-satunya satu mungkin mengunyah untuk meringankan efek ringan dari penyakit mobil, mengemil permen atau hanya mengunyah secara umum tampaknya mengurangi efek buruk dari konflik antara visi dan keseimbangan. Segar, udara dingin juga dapat meredakan mabuk sedikit, meskipun kemungkinan ini berhubungan untuk menghindari bau busuk yang dapat memperburuk mual.

Obat Over-the-counter dan resep obat yang tersedia, seperti Dramamine (dimenhydrinate), Stugeron (cinnarizine), dan Bonine / Antivert (meclozine). Skopolamin efektif dan kadang-kadang digunakan dalam bentuk patch transdermal (1,5 mg) atau sebagai bentuk tablet lebih baru (0,4 mg). Pemilihan sebuah transdermal patch atau tablet skopolamin ditentukan oleh dokter setelah mempertimbangkan usia pasien, berat, dan lamanya waktu pengobatan yang diperlukan.

Menariknya, banyak pengobatan farmakologis yang efektif untuk mual dan muntah pada beberapa kondisi medis mungkin tidak efektif untuk penyakit gerakan. Sebagai contoh, metoclopramide dan proklorperazin, walaupun digunakan secara luas untuk mual, tidak efektif untuk gerak-penyakit pencegahan dan pengobatan. Hal ini disebabkan fisiologi pusat muntah SSP dan masukan dari zona pemicu kemoreseptor versus telinga bagian dalam. Penenang obat anti histamin seperti bekerja prometazin cukup baik untuk mabuk, meskipun mereka dapat menyebabkan kantuk yang signifikan. Jahe umumnya dianggap anti emetik-efektif. Satu review percobaan menunjukkan bahwa menghisap minum jahe atau teh jahe dapat membantu meredakan mual, sementara studi sebelumnya menunjukkan bahwa itu hanya efek plasebo. Tes yang dilakukan di televisi menunjukkan Mythbusters dan Detektif Makanan dukungan. teori bahwa jahe adalah pengobatan yang efektif untuk mual yang disebabkan oleh penyakit gerakan. Jahe dilaporkan untuk menenangkan katup pilorus terletak di dasar perut. Ini relaksasi katup memungkinkan perut untuk beroperasi secara normal dimana isi akan memasuki usus kecil bukannya dipertahankan dalam perut. Ini adalah efek yang tidak diinginkan dari retensi di lambung yang akhirnya menghasilkan muntah. Muntah tidak mabuk laut tetapi hanya gejala atau efek samping; meskipun efeknya paling sering dikaitkan dengan mabuk laut. Link ini dilaporkan studi jahe, perhatikan komentar tentang muntah kurang saat mengambil jahe, tapi tidak mual kurang. Stugeron tidak tersedia di Amerika Serikat baik over-the-counter atau dengan resep. Ini telah terlibat dalam memicu kelumpuhan dan telah dilarang oleh FDA.

Elektronik Seperti astronot sering mengalami mabuk perjalanan, NASA telah melakukan penelitian ekstensif mengenai penyebab dan pengobatan untuk penyakit gerakan. Salah satu perawatan tampak sangat menjanjikan adalah untuk orang yang menderita dari penyakit gerak untuk memakai kacamata rana LCD yang menciptakan visi stroboskopik dari 4 Hz dengan berdiam dari 10 milidetik.

Daftar Pustaka

1. Lumbantobing S M, Vertigo tujuh keliling.Balai penerbit FK UI. Jakarta. 2007 2. Wreksoatmodjo B R, Vertigo: aspek neurologi dalam Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004. 3. Ballenger, J.J., 1997, Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid 2. Ed ke 13, Binarupa Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai