Anda di halaman 1dari 15

MENIERE DISEASE

1. Definisi
Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan
vertigo, tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif
dan perasaan penuh di telinga. Penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang menyebabkan manusia tidak mampu mempertahankan
posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops
(pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861 dan dia yakin
bahwa penyakit itu berada dalam telinga (Bashirudin dkk, 2007).

Gambar 1. Labirin pada Penyakit Meniere

2. Epidemiologi
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau
perempuan dewasa. Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun.
Kemungkinan ada komponen genetik yang berperan dalam penyakit
Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar 21% pada
pasien dengan penyakit Meniere. Pasien dengan resiko besar terkena
penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi,
merokok, stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin
mengonsumsi aspirin (Bashirudin dkk, 2007).
Pada tabel di bawah ini akan menggambarkan tentang insidensi
penyakit Meniere di beberapa negara.
Tabel I. Insiden penyakit Meniere di beberapa negara
Tahun Negara Kasus
(per juta penduduk)
1973 Swedia 114
1977 Jepang 160
1979 India 200
1985 Italia 85
1990 Amerika Serikat 153

3. Etiologi
Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai
teori termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada
aliran darah yang menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam
cairan labirin, reaksi alergi dan autoimun (Bashirudin dkk, 2007)
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga
disebabkan oleh terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.
Selain itu para ahli juga mengatakan terjadinya suatu robekan
endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini menurut para ahli dapat
menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Selain itu gejala dari
penyakit Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi
saluran pernapasan atas, aspirin, merokok, alkohol, atau konsumsi
garam berlebihan. Namun pada dasarnya belum ada yang tahu secara
pasti apa penyebab penyakit Meniere (Bashirudin dkk, 2007).
4. Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops
endolimfa (peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin
membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang
terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh meningkatnya
tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik
dalam kapiler, meningkatnya tekananosmotik ruang ekstrakapiler,
jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau
karena defek dari sejak lahir) (Bashirudin dkk, 2007).
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang
bila mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran
dan endolimfa akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini
menyebabkan potensial aksi di telinga dalam sehingga menimbulkan
gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran serta rasa penuh di
telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh
dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur
kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna (Bashirudin dkk,
2007).
Menurut Paparella (2006), penyakit Meniere dapat menimbulkan :
Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian
sel rambut organ korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli
sensorineural unilateral. Sel rambut vestibuler masih dapat
berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan kemunduran
fungsi.
Perubahan mekanisme telinga
Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan
utrikulus dan sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi
tulang temporal ditemukan perubahan morfologi pada
membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibuli terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus juga
mengalami pelebaran yang sama yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari
apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli
saraf nada rendah pada penyakit ini.

5. Gejala Klinis
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif
gejala lain bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang
khas sering disebut trias Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf
sensorineural fluktuatif terutama nada rendah. Serangan pertama
dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai rasa mual dan muntah.
Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan merasa berputar, mual
dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu, kemudian keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa
seembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali.
Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak
seperti serangan pertama kali. Pada penyakit Meniere, vertigonya
periodik dan makin mereda pada serangan-serangan selanjutnya (Boeis
dkk, 2013).
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran
dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik
kembali. Gejala lain yang menyertai serangan adalah tinnitus yang
kadang menetap walaupun diluar serangan. Gejala lain yang menjadi
tanda khusus adalah perasaan penuh pada telinga. Vertigo
menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan
biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga
tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan
pendengaran akan pulih kembali. Dari keluhan vertigonya kita sudah
dapat membedakan dengan penyakit lainnya yang juga memiliki gejala
vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibularis
atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) (Boeis dkk, 2013).
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik
dengan intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler
serangan vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada
VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang
dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah
namun tidak berlangsung lama (Boeis dkk, 2013).
Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di
luar serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan
vertigo. Tinnitus sering didekripsikan pasien sebagai suara motor,
mesin, gemuruh, berdenging, berdengung, dan denging dalam telinga.
Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada
awal serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi
kehilangan pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin
melibatkan semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara
pendengaran namun paling mungkin melibatkan semua kerusakan
saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum terjadi
pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak
nyaman dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.(11)
Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami
perubahan tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang
dengan perasat valsava dan toynbee (Bashirudin dkk, 2007).

6. Diagnosis
Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti
penyakit Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus
disingkirkan dalam rangka menegakkan diagnosis yang akurat.
Evaluasi awal didasarkan pada anamnesi yang sangat hati-hati.
Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis :
(Boeis dkk, 2013)
Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa
penuh pada telinga
Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural
Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya
tumor N.VIII
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula
lemah dan semakin lama makin kuat. Pada sklerosis
multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap
serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak
periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan
vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang
dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan
muntah namun tidak berlangsung lama.
Pemeriksaan fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil
pemeriksaan fisik telinga kemungkinan kelainan telinga
luar dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan kelainan
berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis
didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata
dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat
mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada tuli saraf
yang membaik kecuali pada penyakit Meniere.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit
Meniere adalah:
Pemeriksaan audiometri
Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan,
untuk mengetahui secara objektif kuantitas dari
gangguan keseimbangan pada pasien. Pada sebagian
besar pasien dengan penyakit Meniere mengalami
penurunan respons nistagmus terhadap stimulasi dengan
air panas dan air dingin yag digunakan pada tes ini.
Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi
cairan di telinga dalam dengan cara merekam potensial
aksi neuron auditoris melalui elektroda yang
ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan
penyakit Meniere, tes ini juga menunjukkan
peningkatan tekanan yang disebabkan oleh cairan yang
berlebihan pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan
adanya pelebaran bentuk gelombang bentuk gelombang
dengan puncak yang multipel.
Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya
normal pada pasien dengan penyakit Meniere,
walaupun terkadang terdapat penurunan pendengaran
ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf
pusat.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras
yang disebut gadolinium spesifik memvisualisasikan
n.VII. Jika ada bagian serabut saraf yang tidak terisi
kontras menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain
itu pemeriksaan MRI juga dapat memvisualisasikan
kokhlea dan kanalis semisirkularis.

7. Penatalaksanaan
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila
perlu bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai
dengan penyebabnya. Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah
sebagai berikut : (Becker dkk, 2004)
A. Diet dan gaya hidup
Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi
sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi
dalam ginjal untuk mempertahankan level sodium dalam plasma.
Untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal
menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan transport ion
berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini diperankan oleh
hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol jumlah transport ion
di ginjal sehingga akan memengaruhi regulasi sodium di endolimfe
sehingga mengurangu serangan penyakit Meniere.
Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi
diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan
salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
Retensi natrium dan cairan dalam tubuh dapat merusak
keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga.
Garam natrium yang ditambahkam ke dalam makanan biasanya
berupa ikatan natrium klorida atau garam dapur, monosodium
glutamat (vetsin), natrium bikarbonat (soda kue), natrium benzoat
(daging kornet).
Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan
nikotin juga merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi dan penurunan aliran darah arteri kecil
yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah. Dengan
menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.
Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah
sehingga perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus
menghindari penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik
seperti aspirin karena dapat memperberat tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang
keras, berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi
pada satu objek tidak bergerak, jangan mencoba minum walaupun
ada perasaan mau muntah, setelah vertigo hilang pasien diminta
untuk bangun secara perlahan karena biasanya setelah serangan
akan terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat yang
nyaman untuk tidur selama beberapa jam untuk memulihkan
keseimbangan.
B. Farmakologi
Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer,
antihistamin, antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk
mengurangi tekanan pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat
pula diberikan sebagai obat alternatif dan neurotonik untuk
menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat infeksi virus dapat
diberikan antivirus seperti asiklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada
kasus akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena
sifat adiktifnya tidak digunakan tidak digunakan sebagai
pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti prometazin tidak
hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga mengurangi gejala
vertigo. Diuretik seperti tiazide dapat membantu mengurangi gejala
penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam sistem
endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak makanan yang
mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika
menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.
C. Latihan
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan
sistem vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala
vertigo dapat diatasi dengan latihan yang teratur danbaik. Orang-
orang yang karena profesinya menderita vertigo dapat diatasi
dengan latihan yang intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi
mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Ada beberapa latihan, yaitu : canalit reposition treatment (CRT) /
epley manouver dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan
ini kadang memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada
juga yang dapat dikerjakan sendiri.
Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah
CRT jika masih terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff
exercise.
Gambar 2. canalit reposition treatment (CRT) / epley manouver

Gambar 3. brand-darroff exercise

D. Penatalaksanaan bedah
Operasi yang direkomendasikan bila serangan veertigo tidak
terkontrol antara lain :
Dekompresi sakus endolimfatikus
Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di
telinga dalam dan menyebabkan kembali normalnya tekanan
terhadap ujung saraf vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di
belakang telinga yang terinfeksi dan air cell mastoid diangkat
agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan pada
sakus endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga
mastoid.
Labirinektomi
Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf
vestibulokokhlearis. Dilakukan dengan insisi di telinga
belakang dan air cell mastoid diangkat, bila telinga dalam
sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu
atau dua hari paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo berat.
Hal ini dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan. Setelah
seminggu, pasien mengalami periode ketidakseimbangan
tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga yang normal
mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini
menghilangkan fungsi pendengaran telinga.
Neurektomi vestibuler
Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi
vestibuler merupakan pilihan untuk menyembuhkan vertigo
dan pendengaran yang tersisa. Dilakukan insisi di belakang
telinga dan air cell mastoid diangkat, dilakukan pembukaan
pada fossa durameter dan n.VIII dan dilakukan pemotongan
terhadap saraf keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip
labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan daerah
intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat
paskaoperasi. Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah
60 tahun yang sehat.
Labirinektomi dengan zat kimia
Merupakan operasi dimana menggunakan antibiotik
(streptomisin atau gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke
telinga dalam. Operasi ini bertujuan mengurangi proses
penghancuran saraf keseimbangan dan mempertahankan
pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere,
diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan
serangan vertigo dan pendengaran dapat dipertahankan.
Endolimfe shunt
Ada dua tipe dari operasi ini yaitu:
a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan
mempertahankan tuba diantara endolimfe dan
kranium
b) Endolimfe mastoid shunt : dengan
menempatkan tuba antara sakus endolimfatikus
dan rongga mastoid. (14,15)

Gambar 4. Skema pentalaksanaan penyakit Meniere


8. Prognosis
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi
tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit
ini berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan
dalam jangka waktu hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan
gejala secara cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan
penyakitnya lambat (Becker dkk, 2004).
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas
penyakit. Sebaiknya pasien dengan verigo berat disarankan untuk tidak
mengendarai mobil, naik tangga dan berenang (Becker dkk, 2004).

Adams, G.L., Boies, L.R., dan Hilger, P.A., 2013. Boies: Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose, and Throat
Disease. Second Revised Edition. New York : Thiemes; 2004. 100-101.

Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Editor : Soepardi
EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 200.

Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta


Otolaryngol (Stockh). 2006
STEP 3 no 4

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu vertigo vestibular dan


non-vestibular. Vertigo vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan
sistem vestibular, sedangkan vertigo non vestibular adalah vertigo yang
disebabkan oleh gangguan sistem visual dan somatosensori.
Tabel. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral
Karakteristik V. Vestibular Perifer V. Vestibular Sentral
Onset Tiba-tiba, onset Perlahan, onset gradual
mendadak
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan
Frekuensi Biasanya hilang timbul Biasanya konstan
Intensitas Berat Sedang
Mual muntah Tipikal Sering kali tidak ada
Diperparah perubahan Ya Kadang tidak berkaitan
posisi kepala
Usia pasien Berapapun, biasanya Usia lanjut
muda
Gangguan status Tidak ada atau kadang- Biasanya ada
mental kadang
Defisit nervi cranial Tidak ada Kadang disertai ataxia
atau cerebellum
Pendengaran Seringkali berkurang Biasanya normal
atau dengan tinnitus
Nistagmus Nistagmus horizontal Nistagmus horizontal atau
dan rotatoar; ada vertikal; tidak ada nistagmus
nistagmus fatique 5-30 fatique
detik
Penyebab Menieres disease Massa Cerebellar / stroke
Labyrinthitis Encephalitis/ abscess otak
Positional vertigo Insufisiensi A. Vertebral
Neuroma Akustik
Sklerosis Multiple

Pada skenario dijelaskan bahwa pasien mengalami pusing yang berputar


selama 15 menit saat serangan, hal ini merujuk pada diagnosis vertigo perifer.
Karena, gejala klinis pada vertigo ini terjadi dalam durasi menit hingga jam
(Baehr M, 2010).

Baehr M, Fotscher M. Diagnosis topic neurologi Duus: anatomi, tanda, gejala.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. h.22-4,60-80.

STEP 1

1.1 Dizzines
Dizziness adalah rasa pusing tidak spesifik seperti goyah, rasa disorientasi
ruangan seperti berbalik (Joesoef, 2002).
Andradi, S. Vertigo dan Gangguan Keseimbangan pada Usia Tua. In:
Joesoef A A, Kusumawati K. 2002. Neuro-otologi klinis vertigo.
Surabaya: Airlangga University Press.
1.2 Tinitus
Tinnitus merupakan persepsi bunyi yang diterima oleh telinga penderita
tanpa adanya rangsangan bunyi dari luar (Yew, 2014)

Yew S. Kenneth. (2014). Diagnostic Approach to Patients with Tinnitus.


American Family Physician, Vol. 89, Number 2

1.3 Nausea
Nausea adalah suatu sensasi tidak enak yang bersifat subjektif yang
berhubungan dengan keinginan untuk muntah. Muntah adalah ekspulsi
dengan tenaga penuh dari isi gaster (Honkavavaara, 2004).
Honkavaara, P., 2004. Effect of ondansetron on nausea and vomiting after
middle ear surgery during general anaesthesia. British Journal

Anda mungkin juga menyukai