Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NEFROTIK SINDROM / PENYAKIT GINJAL

DISUSUN OLEH:

MUHAMA RIFKI (20.0)

RIKA NURPETI (20.042)

UNIVERSITA CENDIKIA ABDITAMA

Jl. Islamic Raya KelapaDua Tangerang 15810

Telepon / Fax : 021-5462852, Website : www.akperisvill.ac.id

Email :info@akperisvill.ac.id, akperislamicvillage@yahoo.co.id


DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................ii

BAB I

A. Latar belakang.................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................1
C. Manfaat dan tujuan penulisan........................................................1

BAB II
1. PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Pengertian sindrom..........................................................................2
B. Gejala sindrom.................................................................................2
C. Penyebab...........................................................................................2
D. Patofisiologi......................................................................................3
E. Pemeriksaan penunjang .................................................................3
F. Komplikasi…………………………………………………………3
BAB III
A. Kesimpulan.......................................................................................3
B. Saran.................................................................................................4
C. Daftar pustaka .................................................................................4
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak
dengan Sindroma Nefrotik. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada bapa
sudrajat dan Ibu Delima,S.Pd,M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas bimbingan, pengarahan
dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak
yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Tangerang 8 seftember 2021


BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKAN

Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada anak, dan
didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan glomerulus yang
terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema (Suradi & Yuliani, 2010).

Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan dapat berkurang secara
bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden yang ditemukan pada Sindroma
Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis anak bervariasi berdasarkan penyebab,
keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia anak serta respon anak terhadap pengobatan.
Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan (Betz & Sowden,
2009).

Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris
terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu tahun, dengan prevalensi berkisar 12-16
kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia
dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan
anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y. Prabowo, 2014).

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurisya, dkk (2014) di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung, di dominasi
oleh laki-laki dengan rasio laki-laki berbanding perempuan 1,4:1. Hasil ini sesuai pula dengan
yang dikemukakan oleh Niaudet serta Dolan dan Gill bahwa penderita SN anak laki-laki lebih
banyak dari pada anak perempuan.

Pramana, dkk (2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik yang dirawat di Instalasi
Rawat Inap RSUP.Dr.M.Djamil Padang periode 1 Januari 2009- 30 April 2012 sebanyak 56 orang
yang didominasi oleh anak pada usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio kejadian Sindroma
Nefrotik pada anak laki-laki dan perempuan sebesar 1,43:1.

Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital, sindrom nefrotik
primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian besar (±80%) sindrom nefrotik
primer memberi respon yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira
50% diantaranya akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan
steroid (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y. Prabowo, 2014).

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Tujuan

1. Tujuan Umum Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di Ruang
Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Mampu mendeskripsikan rumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di
Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

4. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di
Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

5. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna
Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

4. Manfaat

1. Penulis Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pada Anak dengan penyakit
Sindroma Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

2. Rumah sakit Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
menerapakan asuhan keperawatan pada Anak dengan Penyakit Sindroma Nefrotik di Ruang Akut
Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

3. Institusi Pendidikan Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit Sindroma
Nefrotik di Ruang Akut Irna Kebidanan & Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009). Sindroma Nefrotik merupakan
penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-
kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).

2. Penyebab
Yang disebabkan oleh glomerulus yang menebal atau membentuk jaringan perut disebut
juga dengan sindrom neprotik primer. Selain penebalan dan pembentukan jaringan perut
pada ginjal, sindrom neprotik dapat disebabkan oleh penyakit lain yang mengakibatkan
kerusakan pada ginjal.

 Etiologi Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab Sindroma
Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun. Umumnya, etiologi
Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:

1. Sindroma Nefrotik Bawaan Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal,
klien ini biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala yang
biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, perkembangan pada klien
terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

1. Sindroma Nefrotik Sekunder Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan
kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti:

1. Malaria kuartana atau parasit lainnya

2. Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid

3. Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis

4. Penyakit sel sabit, dll

2. Sindrom Nefrotik Ideopatik Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga
dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg, dkk membagi Sindrom
Nefrotik Ideopatik kedalam 4 golongan yaitu :

1. Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat normal, namun dengan
mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel berpadu.
2. Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus

3. Glomerulonefritis Proliferatif

3. Glomerulonefritis fokal segmental

Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu sklerosis glomerulus yang
disertai atrofi tubulus.

3. Gejala
 Membutuhkan diagnosis medis
Gejala berupa pembengkakan di sekitar mata dan di kaki, urine berbusa, dan kenaikan
berat badan karena retensi cairan berlebihan.

4. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria akan dapat
mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya jumlah albumin, terjadilah penurunan
tekanan osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler akan berpindah ke interstisial.
Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan volume cairan intravaskuler berkurang dan
terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan
berdampak pada hipotensi.

Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran darah ke renal,
ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada edema. Penurunan daya tahan tubuh
juga mungkin terjadi akibat hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma
Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.

Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol dan trigliserida serum
akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan
onkotik plasma. Selain itu, peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi
hilangnya protein dapat mengakibatkan terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak
didalam urine atau lipiduria. Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma
nefrotik atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin
yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin mengubah
angiotensin yang disekresi hati menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos sekeliling arteriola. Hal
inilah yang menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi. Dalam kondisi lain,
ketidakseimbangan natrium akibat konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan mengakibatkan
anak mengalami hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).
5. Pemeriksaan penunjang
Yang paling di perlukan adalah pemeriksaan protein urine, kadar albumin, dan kadar
kolestrol darah. Pemeriksaan protein urine dapat dilakukan dengan pemeriksaan urine
yang paling sederhana yaitu pemeriksaan urine dengan dipstik.

6. Komplikasi
Hipertensi akibat gangguan pada ginjal. Malnutrisi akibat banyaknya protein di dalam
darah yang terbang bersama urine. Peningkatan kadar kolestrol dalam darah.
Terbentuknya gumpalan darah akibat protein pengencer darah alami ikut terbuang
bersama urine.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penyajian data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a). Angka kejadian penyakit ginjal kronik pada sindrom nefrotik anak di RSUP dr.Kariadi Semarang
perode januari 2011-April 2015 adalah 77%
b). Distribusi derajat penyakit ginjal kronis pada anak sindrom nefrotik tertinggi adalah PGK
stadium 1 sebanyak 57,5%
c). Distribusi kejadian penyakit ginjal kronis menurut usia terbanyak pada kelompok usia > 5
tahun d) Distribusi kejadian penyakit ginjal kronis pada sindrom nefrotik anak lebih banyak pada
laki- laki daripada perempuan
e). Distribusi kejadian penyakit ginjal kronis menurut usia awitan terbanyak pada kelompok usia
awitan < 10 tahun
f). Distribusi kejadian penyakit ginjal kronis menurut lama menderita sindrom nefrotik terbanyak
pada pasien yang menderita selama < 5 tahun
g). Distribusi kejadian penyakit ginjal kronis menurut jenis sindrom nefrotik terbanyak pada jenis
sndrom nefrotik tipe SNRS sebanyak 40%

7.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara jenis kelamin penderita sindrom
nefrotik, usia awitan sindrom nefrotik,lama menderita sindrom nefrotik dan jenis sindrom
nefrotik terhadap kejadian penyakit ginjal kronik dengan menggunakan metode analitik.

Anda mungkin juga menyukai