Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,

metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kumpulan dua orang

atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Didalam

sebuah keluarga terdapat tujuan, tugas dan fungsi serta peran-peran angota keluarga.

Didalam fungsi keluarga salah satunya yaitu terdapat fungsi pemenuhan kesehatan.

Fungsi pemenuhan kesehatan keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

keturunan, lingkungan pelayanan kesehatan dan prilaku dari keluarga itu sendiri

dalam melakukan pemeliharan kesehatan guna untuk mengatasi masalah yang

muncul terutama masalah dengan kesehatan. Salah satu upaya untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal perlu dilakukan asuhan keperawatan keluarga

khususnya keluarga dengan resiko tinggi atau keluarga yang rentan mengalami

masalah kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga pendekatan yang digunakan

adalah dengan asuhan keperawatan. Dengan pendekatan ini maka dapat membantu

petugas kesehatan khususnya perawat untuk mengidentifikasikan masalah-masalah

kesehatan didalam keluarga dan membantu keluarga untuk mengatasi masalah


2

kesehatan yang ditemukan. Permasalahan atau gangguan kesehatan yang dapat

timbul didalam keluarga terdiri dari semua sistem termasuk dalam gangguan sistem

muskuloskeletal salah satunya yaitu rematik.

Seiring dengan bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan-perubahan tubuh

salah satunya sistem jaringan dan sistem organ yang dimulai sejak awal kehidupan

hingga akhir kehidupan. Perubahan ini juga terjadi dalam sistem muskuloskeletal dan

jaringan lain yang mungkin dapat muncul beberapa golongan rematik. Rematik yang

menyerang orang dewasa yaitu disebut artritis rematoid. lebih banyak diderita oleh

perempuan dibandingkan laki-laki .(Arif Mansjoer).

Penyakit rematik yang sering disebut artritis (radang sendi) dan dianggap sebagai

satu keadaan yang sebenarnya terdiri lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda..

Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan

persendian. Rematik dapat menyerang laki-laki dan wanita dengan segala usia.

Sebagian gangguan terjadi dalam waktu tertentu dalam kehidupan pasien Sebagian

gangguan terjadi dalam waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Dampak ini dapat

mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan.

Masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan

yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek

sistemik yang dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau

mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri

serta gangguan tidur (Brunner and suddart, 2002). Dalam keadaan yang lebih lanjut

bisa bersifat akut atau insidius, dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh remisi
3

(suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak terdapat) dan eksaserbasi

(suatu periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah berat). Tetapi dapat

sangat sederhana dan bertujuan untuk melokalisasi rasa nyeri, atau dapat kompleks

dan dimaksudkan untuk mengurangi efek sistemiknya. Perubahan yang permanen

dapat terjadi akibat penyakit ini.

Fakta statistik mengenai arthritis sangat mengejutkan yaitu 14,3 % dari populasi

Amerika Serikat (Gordon, 2002). Data di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa

prevalensi tertinggi dari rheumatoid Arthritis adalah pada suku Amerika Indian

dibanding dengan yang Non Indian. Lebih dari 36 juta penduduk Amerika menderita

1 dari 100 jenis artritis (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Di Indonesia sendiri

diperkirakan kasus rheumatoid arthritis berkisar 0,1 % sampai dengan 0,3 % dari

jumlah penduduk Indonesia yaitu sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari

119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Berdasarkan data yang diambil

dari wikipedia jumlah penduduk DKI jakarta khususnya Jakarta pusat berkisar

898.883 jiwa. jumlah kasus rheumatoid di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

bekisar 674 jiwa. Sedangkan jumlah kasus rheumatoid di Puskesmas Kelurahan

Cempaka Putih Barat II berkisar 2551jiwa, Dari hasil survei yang yang dilakukan

mahasiswa jumlah penduduk di RW 09 berjumlah 1455 jiwa dan penderita rematik

sebanyak 32 jiwa dengan presentase 3,49%.

Begitu banyak kasus rematik dan akibat yang dapat ditimbulkannya. Untuk itu

penulis tertarik untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan rematik

sehingga penulis mendapat pengalaman nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.


4

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

Adapun tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang mengalami

rematik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah

diharapkan penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam :

1. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah rematik.

2. Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah rematik untuk

merumuskan diagnosa keperawatan.

3. Melakukan penapisan masalah untuk memprioritaskan diagnosa keperawatan.

4. Menyusun rencana keperawatan keluarga dengan masalah rematik.

5. Meleksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada keluarga dengan

rematik.

6. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada keluarga

dengan masalah rematik.

7. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga dengan masalah

rematik

8. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata

9. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga
5

C. Ruang Lingkup

Penulisan makalah ilmiah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan

keperawatan pada salah satu keluarga yaitu keluarga Bpk. W dengan masalah

Rematik di RT 003/ RW 09, Kelurahan Cempaka Putih Barat,

Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang dilaksanakan mulai tanggal 02 Juli

2013 sampai dengan tanggal 05 Juli 2013.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dimana penulis mengambil salah satu keluarga

yang terdapat di wilayah RT 03/RW 09, kelurahan Cempaka Putih Barat,

kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat untuk diberikan asuhan keperawatan.

Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah : wawancara, observasi

dan pengukuran terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu

rumah.

2. Studi kepustakaan dengan mempelajari literatur yang mendasari asuhan

keperawatan yang diberikan kepada keluarga.

E. Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini terdiri dari lima bab, yang disusun secara sistematik sebagai

berikut : Bab satu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,

ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri dari

konsep penyakit rematik, dan konsep asuhan keperawatan keluarga. Bab tiga terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan masalah, intervensi, implementasi

dan evaluasi. Bab empat pembahasan menguraikan tentang kesenjangan antara teori
6

dengan fakta yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan

masalah, perancanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang sudah sesuai dengan langkah-

langkah proses kepeawatan. Bab lima terdiri dari kesimpulan dan saran.
7

BAB II

TINJAUAN TEORI

Sebelum membahas lebih lanjut tentang asuhan keperawatan keluarga, maka pada

bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori yang melandasi asuhan keperawatan

yang diberikan meliputi konsep penyakit rematik dan konsep asuhan keperawatan

keluarga.

A. Konsep Penyakit Rematik

Pada sub bab ini akan diuraikan menganai konsep penyakit rematik yang meliputi

pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan pada rematik

1. Pengertian

Dibawah ini akan diuraikan mengenai beberapa pengertian mengenai rematik.

Menurut Rizasyah Daud (2006) artritis reumatoid adalah suatu penyakit autoimun

yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang terutama mengenai

jaringan persendian dan organ tubuh lainya. Artritis reumatoid merupakan penyakit

autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan

tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.

Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai

dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot

dan penipisan tulang. (Wikipedia, 2012). Suatu sindroma yang kronis dengan gejala

yang tidak khas, menyerang sendi perifer dan simetris, otot-otot skeletal, tulang

ligamentum, tendon dan persendian. Bila penyakit berlarut – larut, terjadi


8

penghancuran jaringan sendi dan sekitarnya. (Penyakit Tulang dan Persendian

Arthritis atau Arthralgia hal 98, 2006).

Dari ketiga pengertian disana maka dapat disimpulkan bahwa artritis reumatoid

adalah suatu penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi yang terutama

mengenai otot-otot skeletal, tulang ligamentum, tendon dan bersifat progesif, simetri

dan sistemik, serta belum diketahui penyebab terjadinya artritis reumatoid.

2. Patofisiologi

Pada sendi synovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada

sendi dan menghasilkan permukaan yang licin untuk mempermudah gerakan.

Membrane synovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan

cairan ke dalam ruangan antar tulang. Cairan synovial ini berfungsi sebagai peredam

kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak

secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi

yang terlihat pada penyakit reumatik. Semua penyakit reumatik meliputi inflamasi

dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan

terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,

inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses

sekunder yang timbul akibat pembentukkan pannus (proliferasi jaringan synovial).

Inflamasi merupakan akibat dari respons imun. Sebaliknya pada penyakit rematik

degenerative dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya

lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif dan lebih besar

kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lebih lanjut. sinovitis dapat
9

berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas deri kartilago

artikuler. Kartilago artikuler mengalami degenerasi, faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi adalah imunologi. Pemahaman mengenai bagaimana proses ini saling

berhubungan merupakan kunci untuk menetapkan diagnostik, penatalaksanaan

penyakit dan intervensi keperawatan yang akurat bagi penderita penyakit rematik.

3. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Untuk artritis reumatoid yang dini , Penangan medik dimulai dengan pemberian

salisilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Jika diberikan dalam dosisi terapeutik

yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti-inflamasi maupun analgesik.

Pasien perlu diberitahukan untuk penggunaan obat sesuai resep dokter agar kadar

obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-

inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal. Pada keadaan akut kadang

dibuutuhkan steroid atau imunosupresan. Pada keadaan kronik sinovektomi mungkin

berguna bila tidak ada destruksi aendi yang luas. Bila terdapat destruksi sendi atau

deformitas, dapat dianjurkan artrodesis atau artroplastik.

b. Penatalaksanaan Non Medis.

Terapi dimulai dengan pendidikan pasien, keseimbangan antara istirahat dengan

aktivitas , diet rendah lemak dan kolesterol, mengkonsumsi makanan kaya vitamin C,

latihan rentang gerak dan rujukan ke lembaga kemasyarakatan yang dapat

memberikan dukungan.
10

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga

Pada sub bab ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai konsep keluarga dan

konsep proses keperawatan keluarga.

1. Konsep Keluarga

Di dalam konsep keperawatan keluarga hal yang akan dibahas yaitu mengenai

pengertian keluarga, tipe keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga

dan tahap perkembangan keluarga serta tugas perkembangan keluarga.

a. Pengertian Keluarga

Pengetian keluarga menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh Suprajitno (2004)

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan

aturan, emosional dan inndividu mempunyai peran masing-masing yang merupakan

bagian dari keluarga. Menurut Sayekti (1994) yang dikutip oleh Suprajitno (2004)

mendefinisikan keluarga sebagai suatu ikatan/ persetujuan hidup atas dasar

perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau

seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa

anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1992 mengenai Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang dikutip oleh Suprajitno (2004)

mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-

istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok

manusia yang hidup dalam satu rumah, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi

keluarga tersebut jika dalam keluarga ada salah satu anggota keluarga yang
11

mempunyaai masalah kesehatan , maka akan mempengaruhi sistem kesehatan

keluarga sacara keseluruhan.

b. Tipe atau Jenis Keluarga

Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010) membagi tipe

keluarga tradisional menjadi 8 tipe keluarga yaitu :

1) Nuclear Family (keluarga inti)

Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggunganya dan tinggal dalam

satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainya.

2) Extended Family (keluarga besar)

Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal salam satu

rumah dan saling menunjang satu sama lain.

3) Single Parent Family

Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan

anak-anak yang masih bergantung kepadanya.

4) Nuclear dyed

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah

yang sama

5) Blanded Family

Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang masing-masing

pernah menikah dan membawa anak dari hasil perkaawinan mereka sebelumnya.

6) Three generation Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak

dalam satu rumah.

7) Single adult living alone


12

Bentuk keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

8) Middle age atau elderly couple

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

Tipe keluarga non tradisional menurut Sussman (1974) yang dikutip oleh Santun

Setiawati (2008) membagi keluarga non tradisional menjadi 6 yaitu:

1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah

2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah

3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)

4) Keluarga gay

5) Keluarga lesbi

6) Keluarga komuni : keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan

anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber dan

memiliki pengalaman yang sam

c. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melakukan fungsi

keluarga dimasyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh

Friedman yang dikutip oleh suprajitno ( 2004) mengatakan terdapat empat elemen

struktur keluarga yaitu:

1) Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan

peranya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

2) Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga,

khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.


13

3) Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang

tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)

dengan keluarga inti.

4) Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga

untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku

keluarga yang mendukung keluarga.

d. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Santun Setiawati (2008),

mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga antara lain :

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga.

Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling

menghargai antar anggota keluarga.

2) Fungsi Sosial

Fungsi sosial adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga.

Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi

3) Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan

dan menambah sumber daya manusia

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota

keluarganya yaitu : sandang , pangan, dan papan.


14

5) Fungsi perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya

masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan.

e. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas Perkembangan Keluarga

Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mempunyai tahapan perkembangan

sesuai dengan perkembangan anggota keluarga. Masing – masing tahapan

perkembangan keluarga mempunyai tugas yang harus diselesaikan. Menurut Duvall

dan Miller dikutip oleh Friedman (1998) yang dikutip oleh Santun Setiawati (2008),

yaitu :

1) Keluarga pemula (Begginning family) : Adalah keluarga yang baru menikah,

keluarga baru, dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke

hubungan baru yang intim.Tugas perkembangannya adalah membangun sebuah

perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan ikatan persaudaraan yang

harmonis, dan keluarga berencana.

2) Keluarga yang sedang mengasuh anak (Child Bearing) : Tahap ini dimulai

dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas

perkembangannya adalah membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap

(mengintegrasikan bayi baru kedalam sebuah keluarga), merekonsiliasi tugas

perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga,

mempertahankan hubungan perkawainan yang memuaskan, dan memperluas

persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua dan

kakek, nenek.
15

3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah : tahap ini dimulai ketika anak pertama

berusia 2 ½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Tugas

perkembangannya yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti (rumah,

ruang bermain, privasi, keamanaan), mensosialisasikan anak, mengintegrasikan

anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, serta

mempertahankan hubungan yang sehat dengan keluarga (hubungan perkawinan

danhubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan

komunitas )

4) Keluarga dengan anak usia sekolah : Tahap ini dimulai ketika anak berusia 6

tahun ( mulai masuk sekolah dasar), dan berakhir pada usia 13 tahun (awal dari

usia remaja). Tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak,

(meningkatkan prestasi sekolah, mengambangkan hubungan dengan teman

sebaya yang sehat), mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

5) Keluarga dengan anak remaja : Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia

13 tahun hingga berusia 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangannya adalah

mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa

dan semakin mandiri, Memfokuskan kembali hubungan pernikahan,

berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak.

6) Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda : Fase ini ditandai oleh anak

pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “ rumah kosong “

ketika anak meninggalkan rumah. Tugas perkembangannya adalah memperluas

siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru yang didapat melalui

pernikahan anak-anak, melanjutkan/memperbaharui keharmonisan pernikahan


16

dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan dan, membantu orang tua

lanjut usia dan cenderung sakit – sakitan dalam kehidupan dan kesehatannya.

7) Orang tua usia pertengahan : Tahap ini dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu

pasangan orang tua. (Tahap ini dimulai biasanya ketika orang tua memasuki

usia 45 – 55 tahun dan berakhir pada saat salah seorang pasangan pensiun

biasanya 16 – 18 tahun kemudian). Tugas perkembangannya adalah

menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan

hubungan harmonis dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak,

serta memperkokoh hubungan perhikahan.

8) Keluarga dalam masa pensiun dan lansia : Tahap ini dimulai ketika salah

satu/pasangan suami istri memasuki masa pensiun, sampai dengan salah satu

pasangan meninggal dunia. Tugas perkembangannya adalah mempertahankan

pengaturan kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan diri terhadap

pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan pernikahan,

menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan

keluarga antar generasi, meneruskan upaya memahami eksistensi

mereka/penelaahan dan integrasi hidup.

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan salah satu pemdekatan yang digunakan untuk menyelesaikan

masalah keperawatan keluarga. Langkah – langkah proses keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


17

a. Pengkajian

Data yang perlu dikaji pada keluarga menurut Friedmen (1998), sebagai berikut :

1) Data dasar keluraga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan,

alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, agama, status sosial

ekonomi,aktifitas rekreasi, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, riwayat

keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya.

2) Lingkungan meliputi perumahan, denah rumah, pengelolaan sampah, sumber

air, jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial dan fasilitas

kesehatan, karakteristik tetangga dan komunitas, mobilitas geografis keluarga

dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga sebelumnya.

3) Struktur keluarga meliputi

a) Pola dan proses komunikasi keluarga yang menjelaskan cara keluarga

berkomunikasi, cara pengambilan keputusan utama, peran anggota keluarga

dalam menciptakan komunikasi dan hal yang mempengaruhi komunikasi

keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga, menjelaskan kemampuan keluarga untuk

mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan.

c) Struktur peran menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara

formal maupun informal baik dalam keluarga ataupun di masyarakat.

d) Nilai - nilai atau norma budaya menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan

dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

4) Fungsi keluarga meliputi

a) Fungsi afektif, data yang harus dikaji adalah bagaiman respon keluarga terhadap

kebutuhan anggota keluarga.


18

b) Fungsi sosialisasi, bagaimana keluarga membesarkan anak, yang bertanggung

jawab dalam membesarkan anak, bagaiman anak dihargai, masalah – masalah

keluarga dalam membesarkan anak.

c) Fungsi reproduksi, hal yang perlu dikaji, yaitu jumlah anak, bagaimana keluarga

merencanakan jumlah keluarga, dan metode yang digunakan keluarga dalam

upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.

d) Fungsi ekonomi, hal yang perlu dikaji, yaitu upaya keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah

untuk meningkatkan penghasilan keluarga

e) Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan tahap dua) berkaitan dengan lima tugas

keluarga, hal yang perlu dikaji adalah :

(1) Kemampuan keluarga mengenal masalah, data yang perlu dikaji adalah sejauh

mana keluarga mengetahui fakta – fakta dari masalah kesehatan, yang meliputi

pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab dan yang mempengaruhi serta

persepasi keluarga terhadap masalah.

(2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang

tepat, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat

dan luasnya masalah, apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, apakah

keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada dan apakah keluarga

mendapat informasi yang salah terhadap tindakan menghadapi masalah.

(3) Kemampuan keluarga mengatasi masalah kesehatan, data yang perlu dikaji

adalah pengetahuan keluarga tentang keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran,

komplikasi, prognosa dan cara perawatan), pengetahuan tentang sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan, pengetahuan keluarga tentang

sumber – sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
19

jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik dan psikososial), bagaimana

sikap keluarga yang sakit.

(4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, data yang perlu

dikaji adalah : pengetahuan keluarga tentang sumber – sumber yang dimiliki

keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan

lingkungan, pengetahuan keluarga, pentingnya hygiene sanitasi, pengetahuan

keluarga tentang upaya pencegahaan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan

keluarga terhadap hygiene sanitasi dan kekompakan antar keluarga.

(5) Kemampuan keluarga keluarga menggunakan fasilitas kesehatan, data yang harus

dikaji adalah pemahaman keluarga tentang keuntungan – keuntungan yang dapat

diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas

kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap

petugas kesehatan, dan apakah petugas kesehatan yang ada terjangkau oleh

keluarga.

5) Stress dan stategi koping, meliputi stessor jangka pendek dan panjang,

kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, stategi koping yang digunakan

dan strategi koping disfungsional.

b. Diagnosa Keperawatan.

Setelah data dikumpulkan selanjutnyta dianalisa untuk menentukan diagnosa

keperawatan. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga perlu memahami

tipologi diagnosa keperawatan. menurut Suprayitno (2004) bahwa tipologi diagnosa

keperawatan keluarga ada tiga, yaitu :

1. Aktual adalah masalah kesehatan keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga

dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.


20

2. Risiko (ancaman kesehatan) adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,

tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan

cepat apabila tidak segera mendapat bantuan dari perawat .

3. Potensial (keadaan sejahtera atau “ wellness “) yaitu suatu keadaan sejahtera dari

keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatanya dan

mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat

ditingkatkan..

Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga kategori sakit berdasarkan gambaran

kemampuan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (mengenal masalah, mengambil

keputusan, merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan), berdasarkan hasil pengkajian tahap dua, Jika yang terganggu lebih dari

satu tugas, maka dapat digunakan tugas ke tiga sebagai etiologi, jika terganggu

dominan satu tugas maka gunakan tugas yang dominan sebagai etiologi.

c. Penapisan Masalah

Dalam penyusunan prioritas masalah ada beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan pada setiap kriteria. Kriteria yang digunakan untuk menentukan

prioritas masah keperawatan keluarga sebagai berikut :

Kriteria Skor Bobot

Sifat masalah

Skala : - Tidak / kurang sehat/ aktual 3 1

- Ancaman kesehatan / resiko 2


21

- Keadaan sejahtera / potensial 1

Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala : - Mudah 2 2

- Sebagian 1

- Tidak dapat diubah 0

Potensi masalah dapat dicegah

Skala : - Tinggi 3 1

- Sedang 2

- Rendah 1

Menonjolnya masalah

Skala : - Masalah berat, harus segera diatasi 2 1

- Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1

- Masalah tidak dirasakan 0

Cara penghitungan skor :

Tentukan skore untuk setiap kriteria kemudian dilakukan perhitungan dengan cara

skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot lalu dijumlahkan

hasil perhitungan skor untuk seluruh kriteria.

Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas adalah :

1) Sifat masalah : tidak / kurang sehat, amcaman kesehatan dan kesejahteraan

kurang atau tidak sehat bobot tinggi karena memerlukan tindakan yang segera

dan biasanya dirasakan oleh keluarga. Sejahtera bobot rendah karena

memerlukan faktor kebudayaan dapat memberikan dukungan bagi keluarga

untuk mengatasi masalah dengan baik.


22

2) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil yang dapat

mengurangi atau mencegah masalah jika diintervensi. Faktor – faktor yang dapat

diperhatikan : Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan

untuk menangani masalah, sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan

dan tenaga, sumber daya perawatan dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan

waktu, sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi

masyarakat dan dukungan sosial masyarakat.

3) Potensi masalah dapat di cegah : sifat dan beratnya masalah yang akan timbul

yang dapat dikurangi atau dicegah. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan

dalam potensi masalah dapat dicegah. Kepelikan masalah : berkaitan dengan

beratnya penyakit atau masalah, prognosa makin sedikit kemungkinan untuk

merubah / mencegah sehingga makikn kecil potensi masalah yang akan timbul.

Lamanya masalah kaitanya dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut.

Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi

masalah bila dicegah. Adanya kelompok “ high risk “ atau kelompok yang peka

atau rawan, adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi

masalah bila di cegah.

4) Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga, melihat dan menilai masalah

tentang beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi.

Hal yang perlu diperhatikan perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana

keluarga melihat masalah. Jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu

ditangani segera mendapat skore tertinggi.


23

d. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah

keperawatan yang telah teridentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas dapat

menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta mengatasi masalah

keperawatan.

Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana

keperawatan keluarga menurut Zaidin ali (2010), yaitu :

1) Rencana keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah disusun

dengan jelas dan benar.

2) Rencana tersebut harus realistis, dapat dilaksanakan ( ada sarana, mtodelogi, dan

sumber daya manusianya ).

3) Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan pemerintah

dan institusi layanan kesehatan tersebut.

4) Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengan keluarga karena keluarga

sebagai obyek dan subyek pelayanan.

5) Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang lain secara

berkesinambungan dan mudah di evaluasi

6) Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat mencegah

masalah/meringankan masalah yang sedang dihadapi.

7) Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarjkan proses yang sistematis.

8) Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah

yang telah diidentifikasi sebelumnya.

9) Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan masalah

keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya.


24

10) Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai tujuan.

11) Rencana asuhan keperawatan merupakan proses yang berlangsung secara terus

menerus.

Perencanaan asuhan keperawatan keluarga mempunyai manfaat yaitu :

1) Memudahkan pemberian tindakan keperawatan yang tepat dengan

memperhatikan keunikan klien ( individu, keluarga atau masyarakat )

2) Memudahkan pemberian tindakan keperawatan Sesuai dengan prioritas.

3) Memudahkan pengembangan klien.

4) Menghindari pelayanan yang tumpang tindih atau tidak diberikannya pelayanan

pada klien karena setiap klien kemungkinan besar dilayani oleh tenaga

perawat/kesehatan yang berbeda dan dapat diberikan asuhan keperawatan yang

berkelanjutan karena ada dokumentasi keperawatan.

5) Memudahkan koordinasi tim kesehatan melalui pemberian informasi oleh

perawat karena masalah klien diselesaikan oleh perawat.

Menurut Wright dan Leahey, (1984) dikutip oleh Santun Setiawati (2008) ada dua

tingkatan intervensi yaitu : intervensi tingkat dasar dan intervensi tingkat lanjut.

Intervensi tingkat dasar adalah intervensi yang bersifat suportif dan mendidik

(edukatif yang langsung ke arah sasaran). Sedangkan intervensi tingkat lanjut adalah

sejumlah intervensi terapi keluarga yang bersifat psikososial dan tidak langsung,

Friedman (1970) yang dikutip oleh Santun setiawati (2008) mengklasifikasikan

intervensi keperawatan sebagai berikut :

1. Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan langsung

dengan mengintervensi bidang – bidang yang tidak dapat dilakukan keluarga.


25

2. Fasilitatif, perawat keluarga memfasilitasi pemanfaatan pelayanan yang

dibutuhkan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan

pelayanaan kesehatan dirumah.

3. Perkembangan, tujuan perawatan diarahkan kepada kemandirian keluarga dan

membantu keluarga memanfaatkan sumber – sumber perawatan kesehatan pribadi

seperti sisten dukungan sosial internal maupun eksternal.

Wright dan Leahey, dukutip oleh Santun Setiawati (2008) menggolongkan intervensi

keperawatan dalam tingkatan fungsi keluarga yaitu :

1. Kognitif, intervensi diarahkan pada fungsi keluarga yang terdiri dari tindakan

perawat memberikan informasi dan gagasan baru tentang suatu keadaan atau

pengalaman.

2. Afektif yang dirancang untuk mengubah emosi dari anggota keluarga, sehingga

keluarga dapat menyelesaikan masalah lebih efektif, misalnya membantu

mengurangi kecemasan dalam merawat anak anak yang sakit.

3. Perilaku, strategi perawatan yang diarahkan membantu anggota keluarga

berinteraksi/ bertingkah laku satu sama lain. Misalnya mengajar keluarga untuk

berkomunikasi secara lebih fungsional seperti mendengar satu sama lain tanpa

menginterupsi.

Langkah pertama dalam perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan yang

berorientasi pada klien. Penyususnan tujuan bersama keluarga menjadi penentu

perencanan yang efektif. Ada dua macam tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan

jangka pendek. Tujuan jangka panjang (Goal) adalah tujuan umum yang merupakan

hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai oleh keluarga melalui semua usaha. Tujuan
26

jangka panjang (sasaran) ditentukan oleh perawat bersama dengan keluarga

berhubungan dengan masalah keperawatan keluarga. Sedangkan tujuan jangka

pendek atau objektif merupakan pernyataan spesifik tentang hasil tindakan

keperawatan yang sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistik serta ada

batasan waktu. Tujuan jangka pendek penting untuk memotivasi dan memberikan

kepercayaan kepada keluarga, serat membimbing keluarga kearah pencapaian tujuan

yang konprehensif. Dalam penyusunan tujuan sangat diperlukan kerjasama dengan

keluarga dalam membedakan masalah-masalah yang perlu diselesaikan dengan

intervensi keperawatan.

Setelah tujuan ditetapkan dilanjutkan dengan perencanaan dan tindakan keperawatan

yang akan dilakukan. Dalam melakukan tindakan keperawatan sangat bergantung

pada masalah keperawatan dan sumber-sumber yang tersedia untuk menyelesaikan

masalah. Menurut Zaidin Ali (2010) berikut ini adalah tindakan keperawatan yang

dilakukan keluarga sebagai berikut :

untuk mengatasi penyebab masalah keperawatan maka yang harus dilakukan adalah:

1. Perluas dasar pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi

2. Bantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dan situasi yang ada

3. Hubungan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah ditentukan.

4. Kembangkan sikap positif dalam menghadapi masalah.

Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam

rangka memutuskan masalah, tindakan yang dapat dilakukan adalah :

1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak

melakukan tindakan.
27

2. Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil

serta sumber-sumber yang diperlukan alternatif tersebut.

3. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing – masing alternatif

tindakan.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara lain:

1. Demontrasikan tindakan yang diperlukan

2. Manfaatkan fasilitas sarana yang ada dirumah

3. Hindari hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk klien atau

mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.

Setelah perencanaan disusun dilanjutkan dengan langkah yang terakhir yaitu

menentukan kriteria dan standar evaluasi.

e. Pelaksanaan Keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga merupakan salah satu tahapan

proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapat kesempatan untuk

meningkatkan minat keluarga dan mengadakan perbaikan kearah perilaku yang

sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan, kesulitan dan kebingungan

keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang ada.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga yaitu sumber daya keluarga (keuangan), tingkat pendidikan keluarga, adat

istiadat yang berlaku. Disamping itu, perhatikan respon dan penerimaan keluarga,

juga sarana dan pra sarana yang ada pada keluarga. Dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan ini ada beberapa faktor penghambat, baik dari keluarga maupun dari
28

petugas itu sendiri. Faktor penghambat dari keluarga, yaitu keluarga kurang mampu

memperoleh informasi, keluarga mendapatkan informasi yang tidak lengkap

sehingga melihat masalah secara sebagian, keluarga tidak dapat mengkaitkan

informasi dengan situasi yang sedang dihadapi, keluarga tidak mau menghadapi

situasi, anggota keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial dan keluarga,

keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan

tindakan dengan sasaran keluarga, tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan

oleh perawat. Sedangkan faktor penghambat dari petugas yaitu perawat cenderung

menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang memberikan

penghargaan atau perhatian terhadap faktor – faktor sosial budaya, petugas kurang

mampu mengambil tindakan dan menggunakan bermacam tehnik dalam mengatasi

masalah yang rumit.

f. Evaluasi Keperawatan.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dalam menentukan

sejauh mana tujuan keperawatan telah tercapai. Pada umumnya terdapat dua jenis

evaluasi, yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif adalah

kuantitas atau jumlah kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi kualitatif

difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yaitu dimensi struktur atau sumber,

terkait dengan tenaga manusia atau bahan – bahan yang diperlukan dalam melakukan

kegiatan. Dimensi proses, dan dimensi hasil tindakan yang kita lakukan. Dari ketiga

dimensi ini untuk melihat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dapat dilihat

dari dimensi yang terakhir yaitu dimensi hasil.


29

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dan tindakan

keperawatan telah tecapai adalah sebagi berikut :

1. Observasi langsung, metode ini adalah metode yang paling valid untuk

menentukan adanya perubahan, yaitu bila interpretasi yang subjektif dan pangamat

dapat dikuarangi dan menggunakan instrumen yang tepat dan petunjuk tujuan yang

telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.

2. Memeriksa laporan, laporan mengenai test dignostik yang menunjukan perubahan

dalam status kesehatan pasien dapat diperoleh dan kartu penderita.

3. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih rumit,

wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.

4. Latihan simulasi, latihan stimulasi ini berguna menentukan perkembangan

kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan,

menanggapi masalah dan menganalisa masalah.


30

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan keluarga dengan

rematik, di Cempaka Putih Barat RT 003/RW 09, Kelurahan Cempaka Putih Barat,

Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang dilaksanakan dari tanggal 2 Juli

sampai dengan 5 July 2013, dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi, implementasi dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Data diperoleh dengan menggunakan berbagai metode ,yaitu wawancara, observasi,

dan pemeriksaan fisik, Sehingga diperoleh data sebagai berikut :

1. Data Dasar Keluarga

a. Identitas keluarga

Nama kepala keluarga Bpk. W, usia 31 tahun, pendidikan SD, pekerjaan wirausaha,

alamat Cempaka Putih Barat RT 003/ 09, Kecamatan Cempaka Putih, Kelurahan

Cempaka Putih Barat , Jakarta Pusat

b. Komposisi keluarga

NO Nama Jenis kelamin Hub.Dgn KK Usia Pendidikan Pekerjaan

1. Ny. E P Istri 29 tahun SD IRT

2. An. C L Anak 14 tahun - Pelajar

3. An. U P Anak 17 bulan - -


31

c. Genogram

70 65

asma

12

29
rematik

14

17 bulan.ISPA

keterangan :

: laki-laki / : meninggal

: perempuan : menikah

: Klien : tinggal serumah

d. Tipe keluarga : Bpk. W termasuk kedalam tipe Nuclear Family atau keluarga inti

dimana dalam satu rumah terdapat bapak, ibu dan anak.

e. Suku bangsa Keluarga Bpk. W dan Ibu. E berasal dari suku sunda, bahasa yang

digunakan dalam sehari-hari dirumah dan lingkungan sekitarnya adalah bahasa

sunda. Tidak ada pantangan atau kebiasaan suku yang mengikat dalam

keluarganya, serta tidak ada kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

f. Agama : Seluruh anggota keluarga Bpk. W menganut agama islam. Tidak ada

perbedaan agama dalam keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga menjalankan


32

ibadah sesuai dengan kepercayaan. Tidak ada kepercayaan yang bertentangan

dengan kesehatan keluarga

g. Status sosial ekonomi keluarga : Bpk. W bekerja sebagai wirausaha dan Ibu. E

sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga Bpk.W dalam sebulan bekisar

Rp.1.000.000 s/d Rp.2.200.000.penghasilan keluarga dalam sebulan dapat

mencukupi kehidupan sehari-hari. Keluarga Bpk. W tidak mempunyai tabungan,

yang mengelola keuangan keluarga Bpk. W adalah Ibu. E yang sebagai ibu

rumah tangga.

h. Aktivitas rekreasi : Ibu. E mengatakan tidak tentu dalam berekreasi karena

disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga. Waktu senggang digunakan

keluarga untuk menonton tv dan berbincang-bincang dengan keluarga dan

tetangga.

i. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan saat ini adalah keluarga dengan anak remaja dimana anak

pertama berusia 13 tahun sampai berusia 19 tahun. Tugas keluarga pada tahap

ini yaitu memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab

mengingat remaja adalah seorang dewasa muda, mempertahankan hubungan

intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antar anak dan

orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)

keluarga untuk memennuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

semua tugas perkembangan telah tercapai.

j. Riwayat keluarga inti : Bpk. W tidak memiliki penyakit keturunan, ibu. E

mengatakan kedua tumit kakinya sakit jika dipakai berjalan, kedua telapak tangan

dan telapak kaki sering kesemutan. An.U saat ini sedang batuk pilek sejak

seminggu yang lalu.


33

k. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Bpk. W mengatakan tidak ada riwayat

penyakit yang diturunkan, namun ibu. E memiliki penyakit keturunan yaitu asma

yang diderita oleh neneknya, tetapi ibu. E tidak menderita asma.

2. Lingkungan

Setelah pengkajian data dasar keluarga dilanjutkan pengkajian mengenai lingkungan,

yaitu sebagai berikut :

a. Perumahan, Jenis perumahan keluarga Bpk. W adalah semi permanen dengan

ukuran 3x3m, status rumah kontrakan dengan atap asbes, pencahayaan tidak

masuk kedalam rumah, ventilasi ada, kurang dari 10% dari luas lantai,

penerangan menggunakan listrik, lentai menggunakan papan, keadaan rumah

kotor, lantai disapu 1x/hari, penataan kurang rapih, keluarga memiliki WC

sendiri dengan jenis leher angsa, kondisi bersih. Sumber air minum keluarga

menggunakan air Aqua botol. Pembuangan air limbah rumah tangga langsung

keselokan, sampah dikumpulkan didalamplastik lalu dibawa ke pasar.

b. Denah rumah

A B skala: 1: 100cm

Keterangan:

A: kamar tidur

B: WC
34

c. Fasilitas sosial dan kesehatan yang terdapat dimasyarakat antara lain, pengajian,

PKK, arisan, Ibu E jarang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Terdapat

fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, klinik 24 jam dan bidan.

Fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau keluarga dengan berjalan kaki,

motor, angkutan umum, dan ojek. Keluarga Bpk. W sudah memanfaatkan

fasilitas kesehatan.

d. Karakteristik tetangga dan komunitas : Di lingkungan Bpk. W penduduknya

padat, jarak antara rumah satu dengan rumah lainya berdekatan, status sosial

ekonomi bervariasi dari ekonomi menengah hingga kebawah.pekerjaan rata-rata

sebagai pedagang. Antar tetangga baik dan akrab.

e. Mobilitas geografi : Keluarga Bpk. W sudah tinggal disana sejak 14 tahun yang

lalu dan tidak ada rencana untuk pindah rumah.

f. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Hubungan dengan

masyarakat baik dan tidak ada konflik dengan tetangga.

g. Sistem pendukung keluarga : Bila ada keluarga yang sedang membutuhkan

bantuan dan mempunyai masalah keluarga Bpk. W siap membantu dan

menyelesaikan masalah secara musyawarah.

3. Struktur Keluarga

Pengkajian struktur keluarga yaitu terdiri dari :

a. Pola komunikasi : Keluarga selalu berkomunikasi dengan keluarga lain dengan

baik. Komunikasi yang digunakan dua arah, dalam keluarga yang mengambil

keputusan adalah Bpk. W. Untuk mengatasi masalah biasanya keluarga

bermusyawarah terlebih dahulu dan menghasilkan secara bersama-sama.


35

b. Struktur kekuatan keluarga : Bpk. W dapat mengendalikan dan mempengaruhi

keluarga dalam hal kesehatan Bpk. W selalu mengingatkan ibu. E agar

memperhatikan kesehatannya dan kesehatan anak-anaknya. Jika ada anggota

keluarga yang sakit Bpk. W langsung membawanya berobat kepuskesmas atau

rumah sakit.

c. Struktur peran : Bpk. W berperan sebagai kepala keluarga dan bekerja sebagai

wirausaha untuk mencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman. Ibu. E

sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai peran dalam mengurus anak dan

rumah tangga. Sedangkan An. C adalah sorang pelajar. Keluarga dalam

menjalankan peranya masing-masing tidak ada masalah.

d. Nilai dan norma budaya Dalam keluarga Bpk. W tidak ada nilai dan kebudayaan

yang bertentangan dengan kesehatan, tidak ada konflik yang menonjol dalam

keluarga. Bpk. W mendukung apapun yang positif yang dilakukan untuk

keluarga dan memberi dukungan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.

4. Fungsi Keluarga

Pengkajian fungsi keluarga meliputi :

a. Fungsi afektif : Keluarga Bpk. W selalu memperhatikan kebutuhan anak-

anaknya terutama An.C yang masih bersekolah. Bpk. W dan Ibu. E menyayangi

semua anak-anaknya. Keluarga Bpk. W sangat khawatir jika ada anggota

keluarga yang sakit. Bpk. W selalu memberikan semangat dan menggupayakan

yang terbaik untuk anggota keluarga yang sakit.

b. Fungsi sosialisasi keluarga : Seluruh anggota keluarga berinteraksi baik dengan

tetangga dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merasa bahagia dengan

keadaan keluarga yang selalu rukun.


36

c. Fungsi reproduksi : Keluarga Bpk. W memiliki 2 orang anak, anak pertama

berusia 14 tahun dan anak kedua berusia 17 bulan. Ibu. E mengatakan saat ini

mengikuti program KB dengan jenis kontrasepsi suntik 1 bulan. Ibu. E

mengatakan menggunakan KB sejak 14 tahun yang lalu dan tidak ada keluhan.

5. Stress dan Koping Keluarga.

a. Stres jangka panjang dan jangka pendek : stresor jangka pendek yaitu ibu. E

memikirkan dirinya yang sedang sakit dan linu pada tumit kanan dan kiri dan

memikirkan batuk pilek An. U yang tidak kunjung sembuh. Stresor jangka

panjang yaitu Ibu. E takut jika anak-anaknya tidak dapat melanjutkan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi.

b. Kemampuan keluarga merespon terhadap masalah : Ibu. E mengatakan jika ada

masalah selalu didiskusikan bersama-sama sehingga masalah dapat diselesaikan

dengan baik.

c. Strategi koping yang digunakanKeluarga Bpk. W mengatakan jika ada masalah

selalu dibicarakan bersama- sama untuk mencari jalan keluar.

d. Strategi adaptasi disfungsional : Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya

cara keluarga menyelesaikan masalah secara maladaptif.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Bpk.W tidak terkaji.

b. Ibu. E berusia 29 tahun, TD: 120/80 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S:

36oC, BB: 85 kg, TB : 156cm, rambut pendek, bersih, tidak rontok, tidak ada

luka, tidak ada gatal-gatal/luka, kelopak mata tidak ptosis, tidak peradangan,

tidak menggunakan kaca mata, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, fungsi


37

pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri pada telinga, hidung tidak

ada sumbatan dan sekret, tidak ada kelainan bentuk, gigi bersih, gosok gigi 2 x

sehari setiap mandi, gigi tidak caries, suara nafas vesikuler, whezing (-),

ektremitas atas terutama kedua pergelangan tangan sering kesemutan, ekstremitas

bawah terutama tumit kaki kanan dan kiri sakit bila dipakai berjalan dan suka

kesemutan. Pada Abdomen tidak ada asites, bising usus (+), tidak ada kelainan

bentuk tulang serta ekstremitas atas maupun bawah.

Kesimpulan : Rematik

c. An. C berusia 14 tahun, N: 90x/menit, RR: 19/menit, S: 36 °C, BB : 39 kg, TB:

158cm, kulit tidak ada kelainan, tidak ada luka dan gatal. kelopak mata tidak

ptosis, tidak peradangan, tidak menggunakan kaca mata, konjungtiva ananemis,

sklera anikterik, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri

pada telinga, tidak ada kelainan pada telinga, hidung tidak ada pilek, tidak ada

sumbatan dan sekret, mulut bersih, tidak stomatitis, gigi tidak caries, gosok gigi 2

x setiap mandi. Pada Abdomen tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, perut tidak

kembung, suara nafas vesikuler, whezing (-), Pada Abdomen tidak ada nyeri

tekan, tidak ada asites, bising usus (+), ektremitas tidak ada kelainan bentuk baik

atas maupun bawah.

Kesimpulan : sehat.

d. An U berusia 17 bulan, N: 92x/menit, RR: 25x/menit, S: 36°C, BB: 10kg, TB:

85cm, kulit tidak ada kelainan, tidak ada luka dan gatal. kelopak mata tidak

ptosis, tidak peradangan, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, fungsi

pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri pada telinga, tidak ada

kelainan pada telinga, hidung pilek, ada sumbatan dan sekret, mulut bersih, tidak

stomatitis, gigi tidak caries, gosok gigi 2 x setiap mandi, batuk. Pada Abdomen
38

tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, perut tidak kembung, ronchi (+), whezing

(-), Pada Abdomen tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, bising usus (+),

ektremitas tidak ada kelainan bentuk baik atas maupun bawah.

Kesimpulan : ISPA.

7. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

Keluarga merasa senang dengan kehadiran perawat dan berharap dapat membantu

keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga saat ini

8. Fungsi Perawatan Kesehatan ( Penjajakan Tahap II ).

Pada saat pengkajian ibu. E sering mengeluh nyeri pada kedua tumitnya ketika

berjalan. Kedua telapak tangan dan telapak kaki sering kesemutan. Menurut Ibu. E

sakit yang dirasakan adalah sakit rematik yang sudah dideritanya sejak satu tahun

yang lalu. Ibu. E tidak tahu akibat yang dirasakan jika penyakitnya tidak diobati. Ibu.

E hanya meminum obat warung seperti neoremasil jika nyerinya sudah tidak dapat

ditahan. Ibu.E mengatakan sering memakan jeroan seperti sate usus. Ibu. E

menggunakan fasilitas kesehatan jika sakit yang dirasakan sudah tidak dapat diobati

oleh obat warung.

Ibu. E mengatakan An. U mengalami batuk pilek sejak satu minggu yang lalu. Ibu. E

mengatakan An. U sempat demam. Ibu. E mengatakan batuk pilak yang dialami oleh

An. U adalah batuk pilek biasa. Ibu. E tidak mengetahui akibat yang akan terjadi jika

batuk pilek An. U tidak segera diobati. Ibu. E mengatakan saat ini An. U diberi obat

hufagrip dan paracetamol. Ibu. E mengatakan bahwa An. U sering diberi minum es.
39

Ibu. E memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti bidan jika sakit yang dialami An. U

tidak dapat diatasi oleh obat warung.

9. Analisa Data

Setelah data dikunpulkan, selanjutnya data tersebut dianalisa dengan menentukan

diagnosa keperawatan sebagai berikut :

No. Data Diagnosa keperawatan

1. Data Subjektif:

- Ibu. E mengatakan nyeri pada kedua tumit Nyeri pada keluarga Bpk.

nya ketika berjalan. Skala nyeri 3. Kedua W khususnya ibu. E

telapak tangan dan telapak kaki sering berhubungan dengan

kesemutan. menurut Ibu. E sakit yang ketidakmampuan keluarga

dirasakan adalah sakit rematik yang sudah dalam merawat anggota

dideritanya sejak satu tahun yang lalu. keluarga dengan rematik

- Ibu. E tidak tahu akibat yang akan terjadi

jika penyakitnya tidak diobati

- Ibu. E hanya meminum obat warung yaitu

neoremasil jika nyerinya kambuh

- Ibu. E mengatakan sering makan jeroan

seperti sate usus.

- Ibu. E menggunakan fasilitas kesehatan jika

sakit yang dirasakan sudah tidak dapat

ditangani oleh obat warung.


40

Data objektif:

- TTV: TD: 120/80mmHg, N: 88x/menit, S:

36°C, RR: 20x/menit

- Ibu. E tampak meringis kesakitan ketika

berjalan.

- Tampak tertatih saat berjalan

2. Data subjektif:

- Ibu. E mengatakan An. U mengalami batuk Bersihan jalan nafas tidak

pilek sejak satu minggu yang lalu. Ibu. E efektif pada keluarga Bpk.

mengatakan An. U sempat demam. Ibu. E W khususnya An. U

mengatakan batuk pilek yang dialami An. U berhubungan dengan

adalah batuk pilek biasa. ketidakmampuan

- Ibu. E tidak mengetahui akibat yang terjadi keluarga dalam merawat

jika batuk pilek An. U tidak diobati anggota keluarga dengan

- Ibu. E mengatakan saat ini An. U diberi obat ISPA

hufagrip dan paracetamol jika anaknya

panas.

- Ibu. E mengatakan An. U sering

diminumkan es

- Ibu. E memanfaatkan fasilitas kesehatan

sperti bidan jika sakit yang dialami tidak

dapat ditangani oleh obat warung.

Data objektif:

- Terdapat sekret dihidung


41

- An. U tampak batuk

- Ronchi sebelah kiri ( +), kanan (+)

- BB: 10kg, TB: 85cm

- An. U tampak sedang minum es

B. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil analisa data diatas teridentifikasi diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan rematik

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khusunya An. U

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga dengan ISPA.

C. Penapisan Masalah

Setelah diagnosa keperawatan teridentifikasi dilanjutkan dengan penapisan untuk

menentukan prioritas masalah sebagai berikut :

1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dlam merawat anggota keluarga dengan rematik.

No. Kriteria Perhitungan Pembenaran

1. Sifat masalah : aktual 3/3x1= 1 Ibu. E mengatakan bahwa kedua tumit

kanan dan kiri sakit bila berjalan,

telapak tangan dan telapak kaki sering

kesemutan. Ibu. E bahwa ia menderita

rematik sudah sejak satu tahun yang

lalu..
42

2. Kemungkinan masalah 2/2x2= 2 Pengetahuan keluarga Bpk. W dapat

dapat diubah: mudah ditingkatkan, keluarga memiliki tingkat

kemauan yang tinggi. Sumber daya

keuangan cukup memadai. Terdapat

fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau

seperti puskesmas, bidan dan perawat

yang siap membantu

3. Potensi masalah dapat 2/3x1= 2/3 Ibu. E mengatakan menderita rematik

dicegah: sejak 1 tahun yang lalu. Masalah yang

Sedang dialami Ibu. E dapat dicegah apabila

keluarga mempunyai motivasi untuk

mencegah masalah.

4. Menonjolnya masalah: 2/2x1= 1 Jika nyeri yang dirasakan Ibu. E sedang

Ada masalah dan perlu kambuh Ibu. E langsung meminum obat

segera ditangani warung neoremsil untuk menghilangkan

nyerinya dan beristirahat sejenak.

Namun apabila tidak kunjung sembuh

Ibu. E memeriksakan diri ke puskesmas

dan klinik yang ada didekat rumah.

Total score 4 2/3

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khusunya An. U

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga dengan ISPA.


43

No. Kriteria Perhitungan Pembenaran

1. Sifat masalah : aktual 3/3 x 1= 1 Ibu. E mengatakan An. U

mengalami batuk pilek sejak satu

minggu yang lalu. Ibu. E

mengatakan bahwa batuk pilek

yang dialami An. U adalah batuk

biasa. An. U tampak keluar sekret

dari hidung. An. U tampak batuk,

RR: 24x/menit. Ibu. E

mengatakan jika sakit An. U tidak

segera diatasi anggota keluarga

yang lain akan ikut tertular.

2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Pengetahuan keluarga dapat

dapat diubah: mudah ditingkatkan. Sumber keuangan

memadai, ada perawat siap

membantu mengatasi masalah

keluarga. Fasilitas kesehatan

tersedia dan mudah dijangkau

dengan berjalan kaki dan

angkutan umum. Keluarga mau

memanfaatkan fasilitas kesehatan.

3. Potensi masalah dapat 2/3 x1 = 2/3 Masalah yang dialami oleh An. U

dicegah :sedang saat ini masih tergolong ISPA

ringan dan dapat diatasi dengan

cara keluarga melakukan


44

perawatan yang optimal.

4. Menonjolnya masalah: 1/2 x 1= ½ Ibu. E mengatakan bahwa sakit

ada masalah tetapi tidak batuk pilek An. U adalah batuk

perlu ditangani. pilek biasa.

total skor 4 1/6

Setelah dilakukan penapisan maka prioritas diagnosa keperawatan pada keluarga

Bpk. W sebagai berikut :

1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan rematik.

Skor ( 42/3)

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W khususnya An. U

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

dengan ISPA. Skor ( 41/6).

D. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi

Setelah masalah diprioritaskan selanjutnya disusun perencanaan keperawatan

dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi.

Diagnosa keperawatan : 1. Nyeri pada keluarga Bpk. W khususnya ibu. E

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

dengan rematik

Tujuan Umum : Setelah dilakukan pembinaan selama 3 hari diharapkan nyeri pada

keluarga Bpk. W khususnya Ibu. E berkurang.


45

Tujuan khusus : setelah dilakukan selama 3x pertemuan masing-masing 45 menit

keluarga mampu:

1. Mengenal masalah rematik dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda,

gejala serta mengidentifikasai penyebab dan tanda, gejala rematik yang dialami

Ibu.E.

Kriteria : Respon verbal

Standar: rematik adalah penyakit yang mengenai sendi dan menahun, biasanya

mengenai pergelangan kaki, lutut ,tumit, serta pinggang, rasanya seperti ditusuk

jarum. Keluarga menyebutkan 2 dari 4 penyebab rematik, yaitu: 1) proses menua, 2)

infeksi kuman, 3) cedera mendadak, 4) keletihan. Keluarga menyebutkan 2 dari 3

tanda dan gejala rematik, yaitu: 1) 4L (lemah, letih, lesu, lelah), 2) tidak nafsu

makan, 3) nyeri, bengkak dan kaku pada sendi. Ungkapan keluarga tentang penyebab

dan tanda gejala yang dialami Ibu. E

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengartian, penyebab dan tanda gejala

rematik. (presiapan, materi dan leflet yang digunakan ada pada lampiran 1).

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

c. Motivasi keluarga untuk mengidentifiikasi penyebab dan tanda gejala rematik

yang dialami ibu.E

d. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 13.30 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab dan tanda gejala

rematik dengan menggunakan lembar balik. Respon : keluarga menyimak

penjelasan yang diberikan.


46

b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala rematik. Respon : Ibu. E menyebutkan

kembali apa yang telah didiskusikan.

c. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala yang

dialami Ibu. E. Respon : Ibu. E mengatakan bahwa penyebab rematik yang

dialaminya karena kecapean, tanda dan gejala yang dirasakan yaitu nyeri pada

kedua tumit saat berjalan dan kedua telapak tangan serta telapak kaki sering

kesemutan, dan suka merasa letih.

d. Memberikan pujian pada keluarga dengan kata “Bagus“ atas usaha keluarga

mengulang kembali informasi yang telah diberikan. Respon : keluarga tampak

tersenyum.

Evaluasi tanggal 03 juli 2013 pukul 14.10

S : Ibu. E mengatakan rematik adalah penyakit yang mengenai sendi dan menahun,

biasanya mengenai pergelangan kaki, lutut ,tumit, rasanya seperti ditusuk jarum.

Keluarga menyebutkan penyebab rematik, proses menua, infeksi kuman, cedera

mendadak, keletihan. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala rematik, 4L (lemah,

letih, lesu, lelah), tidak nafsu makan, nyeri, bengkak dan kaku pada sendi. Ibu. E

mengatakan bahwa penyebab rematik yang dialaminya karena kecapean, tanda dan

gejala yang dirasakan yaitu nyeri pada kedua tumit saat berjalan dan kedua telapak

tangan serta telapak kaki sering kesemutan dan suka merasa letih.

O : Keluarga tampak tersenyum, keluarga tampak antusias menjawab pertanyaan.

A :Tuk 1 tercapai

P : Pertahankan TUK 1, lanjutkan tindakan keperawatan TUK 2.


47

2. Mengambil keputusan untuk mengatasi rematik dengan cara menyebutkan akibat

dari rematik bila rematik tidak cepat diatasi dan memutuskan untuk mengatasi

rematik.

Kriteria : Respon verbal

Standar : keluarga menyebutkan 2 dari 4 akibat rematik, yaitu: 1) berat badan

turun, 2) mata dan mulut turun, 3) penyakit jantung, 4) peningkatan suhu tubuh

(38°C). Ungkapan keluarga untuk mengatasi rematik yang dialami Ibu. E dan

menanyakan apa yang harus Ibu. E lakukan bila rematiknya kambuh.

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga tentang akibat dari rematik.

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

c. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dan menangani masalah rematik

ibu. E.

d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 13.30 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang akibat dari rematik dengan

menggunakan lembar balik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang

diberikan.

b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

Respon : keluarga dapat mengulang penjelasan yang diberikan.

c. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan. Respon : keluarga menyimak

penjelasan yang diberikan dan menanyakan apa yang harus dilakukan.

d. Memberikan pujian pada keluarga dengan menggunakan “Bagus” ibu sudah

dapat mengambil keputusan. Respon : keluarga tampak tersenyum.


48

Evaluasi tanggal 03 Juli 2013 pukul 14.10 WIB.

S : Ibu. E mengatakan akibat rematik adalah penyakit jantung, berat badan turun,

mata dan mulut kering, peningkatan suhu tubuh (38°C). Keluarga menanyakan apa

yang harus dilakukan untuk mengatasi agar hal tersebut tidak terjadi.

O : Ibu. E tampak kooperatif dalam berdiskusi dan mengungkapkan keinginanya

untuk mengatasi penyakit yang dialami.

A : TUK 2 tercapai

P : pertahankan TUK 2, lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 3.

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga Ibu. E yang mengalami rematik

dengan cara menyebutkan cara perawatan, diet rematik dan mendemonstrasikan cara

pengobatan tradisional rematik.

Kriteria : respon verbal dan psikomotor.

Standar : Keluarga menyebutkan 3 dari 4 cara perawatan rematik, yaitu : 1) istirahat

yang cukup, 2) kompres es bila bengkak dan kompres dengan air hangat saat nyeri,

3) konsumsi makanan yang mengandung vitamin C, 4) tidak bekerja terlalu berat.

Keluarga menyebutkan cara pengobatan tradisional rematik adalah dengan 25-

30gram temulawak dipotong kecil-kecil lalu rebus potongan temulawak dengan 2

gelas air hingga mendidih, tunggu hingga airnya bersisa 1gelas, lalu campurkan gula/

asam, minum 2-3x/hari. Cara kedua yaitu siapkan 5 ruas jahe dipotong kecil-kecil,

rebus jahe tersebut dalam 2 gelas air hingga mendidih, tunggu sampai air bersisa 1

gelas, lalu minum 2-3x,/hari.


49

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan mendemonstrasikan

cara pengobatan tradisional rematik.

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

c. Demonstrasikan cara pengobatan tradisional untuk mengatasi penyakit rematik

d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara

perawatan asma yang telah diajarkan dengan cara inhalasi alternatif.

e. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluarga.

f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 13.30 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan pengobatan

tradisional rematik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.

b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang

cara perawatan dan pengobatan rematik. Respon : keluarga dapat menyebutkan

cara perawatan rematik yaitu kompres dengan air hangat saat nyeri muncul dan

kompres air dingin jika bengkak, istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang

banyak mengandung vitamin C, tidak bekerja terlalu berat.

c. Mendemonstrasikan cara perawatan rematik dengan temulawak dan jahe. Respon

: Keluarga tampak memperhatikan dengan seksama.

d. Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional

untuk mengatasi penyakit rematik. Respon : keluarga tampak berusaha untuk

melakukan secara maksimal.

e. Memberikan reinforcement positif dengan “Bagus” Ibu sudah bisa membuat obat

tradisional untuk mengatasi rematik. Respon : keluarga tampak tersenyum.


50

Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 11.30 WIB

a. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan

perawatan rematik. Respon : keluarga belum dapat melaksanakan perawatan

rematik.

b. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara perawatan rematik yang telah

didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.

Evaluasi tanggal 04 Juli 2013 pukul 11.30 WIB

S : keluarga mengatakan cara perawatan rematik yaitu istirahat yang cukup, kompres

dengan es saat bengkak dan air hangat jika nyeri

O : Keluarga tampak kooperatif dan aktif saat mendemonstrasikan cara pengobatan

tradisional rematik dengan menggunakan jahe dan temulawak. Namun keluarga

belum melakukan secara rutin.

A : TUK 3 tercapai sebagian.

P : pertahankan TUK 3, lanjutkan tindakan keperawatan untuk tuk 4.

4. Memodifikasi lingkungan untuk mengatasi atau mencegah penyakit rematik

dengan menyebutkan cara pencegahan dan diit rematik.

Kriteria : Respon verbal dan respon Psikomotor.

Standar : keluarga menyebutkan 2 dari 3 cara pencegahan rematik, yaitu olahraga

secara teratur, kurangi makanan yang mengandung jeroan dan lemak, dan periksa

kesehatan secara teratur. Keluarga menyebutkan diit rematik yaitu makanan yang

boleh dimakan adalah nasi, jagung, roti, kentang, daging ayam, ikan, tahu, tempe dan

buah-buahan. Makanan yang tidak boleh dimakan adalah sarden, jeroan, kerang,

daging bebek, daging kambing, tape,dan minum minuman berakohol dan bersoda.
51

Perencanaan :

1. Diskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan penyebab rematik.

2. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

3. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat kebiasaan keluarga.

4. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 03 Juli 2013 pukul 19.00 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan dan diet rematik.

Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan

b. Memotifasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan

mengenai cara pencegahan dan diet rematik. Respon : Ibu. E dapat menyebutkan

kembali apa yang telah dijelaskan dengan bantuan perawat.

c. Memberikan reinforcement positif dengan menggunakan kata “Bagus” Ibu sudah

dapat mengulang kembali informasi yang telah dijelaskan. Respon : keluarga

tampak terssenyum.

Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 11.30 WIB

a. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan cara

pencegahan rematik. Respon : keluarga belum dapat melakukan cara pencegahan

rematik

b. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara pencegahan rematik yang telah

didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.

Evaluasi tanggal 04 Juli 2013 pukul 12.00 WIB

S : Ibu. E mengatakan cara pencegahan rematik yaitu olahraga secara teratur, hindari

makanan jeroan dan berlemak. Diet rematik yaitu yang boleh dimakan adalah nasi,

jagung, kentang, roti, daging ayam, ikan, tahu, tempe dan buah-buahan. Makanan

yang tidak boleh dimakan yaitu sarden, jeroan, kerang, daging bebek, daging
52

kambing, tape , minuman yang berakohol dan bersoda. Ibu. E mengatakan berusaha

mencoba melakukan pencegahan.

O : keluarga tampak kooperatif dan dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan

diit rematik. saat kunjungan yangtidak direncanakan Ibu. E tampak sedang memakan

jeroan sate usus

A : TUK tercapai sebagian

P : Pertahankan TUK 4, lanjutkan diagnosa 2.

Diagnosa keperawatan 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk. W

khususnya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga dengan ISPA.

Tujuan Umum: Setelah dilakukan pembinaan selama 3 hari diharapkan jalan nafas

pada keluarga Bpk. W khususnya An. U efektif.

Tujuan khusus : setelah dilakukan selama 3x pertemuan masing-masing 45 menit

keluarga mampu:

1. Mengenal masalah rematik dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda,

gejala serta mengidentifikasai penyebab dan tanda, gejala ISPA yang dialami An. U.

Kriteria : Respon verbal

Standar : ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian atau lebih

saluran pernafasan mulai dari hidung sampai dengan paru-paru. Penyebab ISPA yaitu

virus dan bakteri. Keluarga menyebutkan 2 dari 3 Tanda dan gejala dari ISPA yaitu

1) ISPA ringan (batuk, pilek, demam), 2) ISPA sedang (batuk, pilek, demam dan

sesak nafas), 3) ISPA berat (batuk, pilek, demam, sesak nafas, dan ada tarikan

dinding dada). Ungkapan keluarga tentang penyebab dan tanda gejala ISPA yang

dialami An. U.
53

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengartian, penyebab dan tanda gejala

ISPA . (persiapan materi dan leafleat ada pada lampiran 2).

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

c. Motivasi keluarga untuk mengidentifiikasi penyebab dan tanda gejala ISPA yang

dialami An. U

d. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 12.30 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab dan tanda gejala

ISPA dengan menggunakan leflet. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang

diberikan.

b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala rematik. Respon : Ibu. E menyebutkan

kembali apa yang telah didiskusikan.

c. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala yang

dialami An. u. Respon : Ibu. E mengatakan bahwa penyebab ISPA yang dialami

An. U karena virus, tanda dan gejala yang dirasakan yaitu batuk, pilek dan

awalnya demam.

d. Memberikan pujian pada keluarga dengan kata “Bagus“ atas usaha keluarga

mengulang kembali informasi yang telah diberikan. Respon : keluarga tampak

tersenyum.

Evaluasi tanggal 04 juli 2013 pukul 13.00

S : Ibu. E mengatakan ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian atau

lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai paru-paru.. Keluarga

menyebutkan penyebab ISPA, yaitu: bakteri dan virus. Keluarga menyebutkan tanda
54

dan gejala rematik, yaitu: ISPA ringan (batuk, pilek dan demam), ISPA sedang

(batuk, pilek, demam dan sesak nafas), ISPA berat ( batuk, pilek, demam, sesak nafas

dan terdapat tarikan dinding nafas). Ibu. E mengatakan bahwa penyebab ISPA yang

dialaminya karena virus, tanda dan gejala yang dirasakan yaitu batuk, pilek, dan

demam

O : Keluarga tampak tersenyum, keluarga tampak antusias menjawab pertanyaan.

A :Tuk 1 tercapai

P : Pertahankan TUK 1, lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 2

2. Mengambil keputusan untuk mengatasi ISPA dengan cara menyebutkan akibat

dari ISPA bila ISPA tidak cepat diatasi dan memutuskan untuk mengatasi ISPA.

Kriteria : Respon verbal

Standar : Keluarga menyebutkan 2 dari 4 akibat ISPA, yaitu: 1) menular pada

orang lain, 2) kejang yang dapat menimbulkan kematian, 3) penurunan daya tahan

tubuh, 4) biaya pengobatan tinggi. Ungkapan keluarga untuk mengatasi ISPA yang

dialami An. U dan menanyakan apa yang harus Ibu. E lakukan bila terjadi ISPA

berulang pada An. U.

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga tentang akibat dari ISPA.

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

c. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dan menangani masalah ISPA

pada An. U.

d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.


55

Pelaksanaan tanggal 04 Juli 2013 pukul 12.30 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang akibat dari ISPA dengan menggunakan

lembar balik. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.

b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

Respon : keluarga dapat mengulang penjelasan yang diberikan.

c. Memotivasi keluarga untuk mengambil keputusan. Respon : keluarga menyimak

penjelasan yang diberikan dan menanyakan apa yang harus dilakukan.

d. Memberikan pujian pada keluarga dengan menggunakan “Bagus” ibu sudah

dapat mengambil keputusan. Respon : keluarga tampak tersenyum.

Evaluasi tanggal 04 Juli 2013 pukul 13.00 WIB.

S : Ibu. E mengatakan akibat ISPA adalah menular pada orang lain, kejang yang

dapat menimbulkan kematian, penurunan daya tahan tubuh, biaya pengobatan tinggi.

Keluarga menanyakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi agar hal tersebut

tidak terjadi.

O : Ibu. E tampak kooperatif dalam berdiskusi dan mengungkapkan keinginanya

untuk mengatasi penyakit yang dialami An. U.

A : TUK 2 tercapai

P : pertahankan TUK 2, lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 3

3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga An. U yang mengalami ISPA

dengan cara menyebutkan cara perawatan, dan mendemonstrasikan cara pengobatan

tradisional ISPA.

Kriteria : respon verbal dan psikomotor.

Standar : Keluarga menyebutkan 2 dari 3 cara perawatan ISPA, yaitu : 1) bersihkan

hidung dengan kain bersih, 2) kompres air hangat dan beri obat penurun panas, 3)
56

bila sakitnya semakin parah segera bawa kepuskesmas/ RS terdekat. Keluarga

menyebutkan cara pengobatan tradisional obat batuk adalah dengan potong jeruk

nipis sisi ujungnya, lalu peras sebanyak 1 sendok, beri sdm madu/kecap, minum 3-

4x/hari

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan mendemonstrasikan

cara pembuatan obat batuk tradisional untuk ISPA

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

c. Demonstrasikan cara pembuatan obat batuk tradisional untuk mengatasi

penyakit ISPA

d. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluarga

e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanaggal 04 Juli 2013 pukul 12.30 WIB

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara perawatan dan pengobatan

tradisional ISPA. Respon : keluarga menyimak penjelasan yang diberikan.

b. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan

tentang cara perawatan dan pengobatan ISPA. Respon : keluarga dapat

menyebutkan cara perawatan ISPA yaitu bersihkan hidung dengan kain bersih,,

kompres air hangat dan beri obat penurun panas, bila sakitnya semakin parah

segera bawa kepuskesmas/ RS terdekat.

c. Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional

untuk mengatasi penyakit ISPA. Respon : keluarga menyimak dan berusaha

mendemonstrasikan kembali.
57

d. Memberikan reinforcement positif dengan “Bagus” Ibu sudah bisa membuat

obat tradisional untuk mengatasi ISPA yang dialami An. U. Respon : keluarga

tampak tersenyum.

Pelaksanaan tanggal 05 Juli 2013 pukul 11.30 WIB

a. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan

perawatan ISPA. Respon : keluarga belum dapat melakukan perawatan ISPA.

b. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara perawatan ISPA yang telah

didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.

Evaluasi tanggal 05 Juli 2013 pukul 11.40 WIB

S : Keluarga mengatakan cara perawatan ISPA, yaitu bersihkan hidung dengan kain

bersih, kompres dengan air hangat dan beri obat penurun panas, bila sakitnya

semakin parah segera bawa kepuskesmas/ rumah sakit terdekat.

O : Keluarga tampak kooperatif dan aktif saat mendemonstrasikan cara pengobatan

tradisional ISPA dengan jeruk nipis dan madu. Namun keluarga belum melakukan

secara rutin.

A : TUK 3 tercapai sebagian.

P : pertahankan TUK 3, lanjutkan tindakan keperawatan untuk tuk 4.

4. Memodifikasi lingkungan untuk mengatasi atau mencegah penyakit ISPA

dengan menyebutkan cara pencegahan ISPA

Kriteria : Respon verbal dan respon psikomotor.

Standar : Menyebutkan 3 dari 5 cara pencegahan ISPA, yaitu 1) jauhkan anak dari

penderita ISPA lain, 2) jagalah kebersihan tubuh dan lingkungan, 3) imunisasi

lengkap, 4) makan-makanan yang bergizi, 5) berikan ASI tetap untuk anak usia

kurang dari 2 tahun.


58

Perencanaan :

a. Diskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan penyebab ISPA.

b. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan.

c. Lakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluarga.

d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.

Pelaksanaan tanggal 05 Juli 2013 pukul 11.30

a. Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara pencegahan ISPA. Respon :

keluarga menyimak penjelasan yang diberikan

b. Memotifasi keluarga untuk mengulang kembali apa yang telah dijelaskan

mengenai cara pencegahan ISPA. Respon : Ibu. E dapat menyebutkan kembali

apa yang telah dijelaskan dengan bantuan perawat.

c. Memberikan reinforcement positif dengan menggunakan kata “Bagus” Ibu sudah

dapat mengulang kembali informasi yang telah dijelaskan. Respon : keluarga

tampak terssenyum.

Pelaksanaan tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.30

a. Melakukan kunjungan ulang untuk melihat apakah keluarga telah melakukan cara

pencegahan ISPA. Respon : keluarga belum dapat melakukan cara pencegahan

rematik

b. Memotivasi keluarga untuk melakukan cara-cara pencegahan ISPA yang telah

didiskusikan sebelumnya. Respon : Ibu. E mengatakan berusaha mencoba.


59

Evaluasi tanggal 05 Juli 2013 pukul 17.30

S : Ibu. E mengatakan cara pencegahan ISPA yaitu dengan cara menjauhkan anak

dari penderita ISPA lain, menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, imunisasi

lengkap, makan-makanan yang bergizi, memberikan ASI tetap untuk anak usia

kurang dari 2 tahun. Ibu. E mengatakan berusaha mencoba melakukan pencegahan.

O : keluarga tampak kooperatif dan dapat menjelaskan kembali cara pencegahan dan

diit rematik. saat kunjungan yangtidak direncanakan Ibu. E tampak sedang

meminumkan anaknya ES.

A : TUK tercapai sebagian

P : Pertahankan TUK 4
60

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan-kesenjangan yang ada

antara teori dan kasus, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang

ditemukan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang dimulai

dari pengkajian hingga evaluasi.

A. Pengkajian

Dalam teori pada tahap pengkajian data yang dikaji meliputi data dasar keluarga,

lingkungan, struktur dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap asuhan

keperawatan keluarga dan fungsi perawatan kesehatan. Pada kasus data dikaji sesuai

dengan teori, namun hasil yang diperoleh sesuai dengan kondisi keluarga. Pada

penjajakan tahap I ditemukan bahwa keluarga Bpk.W mengalami masalah kesehatan

dimana Ibu. E menderita rematik. Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan mempunyai lima tugas keluarga yang harus

dilaksanakan yaitu kemampuan mengenal masalah, kemampuan mengambil

keputusan, kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit, kemampuan

memodifikasi lingkungan untuk mencegah penyakit rematik, serta kemampuan

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga. Dari

pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Bpk. W belum dapat melaksanakan

empat tugas keluarga, yaitu tugas keluarga 1 : kemampuan keluarga mengenal

masalah, tugas keluarga 2 : mengambil keputusan terhadap tindakan yang sesuai,

tugas keluarga 3 : merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

dan tugas keluarga 4 : memodfikasi lingkungan. Untuk tugas yang kelima sudah
61

dilaksanakan dengan baik dimana keluarga sudah mau memeriksakan anggota

keluarganya yang sakit ke puskesmas dan bidan. Pada teori terdapat 4 faktor yang

dapat menjadi penyebab terjadinya rematik, yaitu proses menua, virus, cedera

mendadak dan aktivitas berat, pada kasus faktor penyebab terjadinya rematik yaitu

karena aktivitas Ibu. E yang berat. Perbedaan yang didapatkan antara teori dan kasus

yaitu pada teori disebutkan adanya bengkak dan tidak nafsu makan, namun pada

kasus tidak ditemukan data-data seperti itu. Pada kasus hanya ditemukan nyeri saat

berjalan seperti ditusuk-tusuk. Dalam melakukan pengkajian tidak ditemukan adanya

faktor penghambat. Sedangkan faktor pendukungya yaitu dalam melakukan

pengkajian keluarga Bpk. W sangat kooperatif dan mau bekerja sama dengan baik.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Suprajitno (2004), bahwa tipologi diagnosa keperawatan keluarga ada tiga

yaitu diagnosa aktual, mengancam/resiko dan potensial (sejahtera). Namun pada

kasus kedua diagnosa yang didapatkan adalah bersifat aktual, dimana salah satu

anggota keluarga yaitu Ibu. E sudah menderita rematik sejak satu tahun yang lalu

dan, dan diagnosa kedua didapatkan aktual dikarenakan saat pengkajian ditemukan

adanya tanda dan gejala dari ISPA yaitu batuk pilek yang sudah diderita An. U sejak

satu minggu yang lalu. Untuk diagnosa resiko tidak ditemukan karna dari hasil

pengkajian tidak ditemukan data yang menunjang untuk ditegakanya masalah

keperawatan yang bersifat resiko sedangkan untuk diagnosa potensial tidak

ditemukan karena pada keluarga Bpk.W terdapat anggota keluarga yang sedang

mengalami gangguan kesehatan yaitu Ibu. E yang menderita rematik, dan An. U

yang sedang ISPA. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga, penulis

tidak menemukan hambatan. Sedangkan untuk faktor pendukung adalah adanya


62

kerjasama yang baik dengan keluarga Bpk. W sehingga penulis dapat

mengidentifikasi masalah bersama keluarga.

C. Penapisan masalah

Dalam menyusun masalah berdasarkan prioritas secara teori menggunakan empat

kriteria penapisan, yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi

masalah dapat dicegah, dan menonjolnya masalah. Pada kasus penapisan

menggunakan kriteria sesuai dengan teori, namun skor disesuaikan dengan kondisi

keluarga saat itu.

Pada perhitungan skor yang disesuaikan dengan kondisi keluarga didapat diagnosa

keperawatan dengan prioritas yang pertama yaitu nyeri pada keluarga Bpk. W

khususnya Ibu. E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga dengan rematik didapat skor 42/3. Sedangkan prioritas diagnosa

keperawatan yang kedua yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Bpk.

W khususnya An. U berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga dengan ISPA didapat skor 41/6.

Dalam memprioritaskan masalah keperawatan, penulis tidak menemukan hambatan,

sedangkan faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis

dengan keluarga Bpk. W.


63

D. Perencanaan

Dalam penyusunan perencanaan yang ada pada teori perencanaan harus ditetapkan

tujuan umum dan tujuan khusus, kriteria, dan standar rencana tindakan keperawatan.

Pada tujuan khusus dalam penyusunanya harus didasarkan pada lima tugas yaitu

mengenal masalah, mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat untuk

mengatasi masalah, melakukan perawatan dan memodifikasi lingkungan. Menurut

Friedman (1998) yang dikutip oleh Satun Setiawati (2008) perencanaan

diklasifikasikan atas suplemental, fasilitatif dan developmental. Dimana pada kasus

hanya terdapat perencanaan suplemental, sedangkan untuk fasilitatif dan

developmental tidak direncanakan karena keluarga sudah memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada dan dekat dengan masyarakat.

Wright dan Leahey (1984) dikutip oleh Sulistyo Andarmoyo (2012), menggolongkan

intervensi keperawatan pada tiga tingkatan fungsi yaitu fungsi koognitif, afektif, dan

perilaku. Pada kasus perencanaan mengacu pada teori, tetapi tidak semua dapat

direncanakan sesuai teori. Untuk intervensi sesuai dengan tindakan fungsi, perawat

hanya dapat merencanakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan

informasi kepada keluarga terkait masalah yang di hadapi keluarga. Sedangkan untuk

afektif dan perilaku tidak direncanakan, karena dalam waktu tiga hari dalam

memberikan asuhan keperawatan, kemampuan tersebut tidak dapat dicapai karena

membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menumbuhkan rasa kemandirian serta

kesadaran keluarga dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada

keluarga baik bersifat internal maupun eksternal. Pada perencanaan penulis tidak

mengalami hambatan karna keluarga dapat bekerja sama.


64

E. Pelaksanaan

Secara teori dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ada beberapa faktor

penghambat yang dapat ditemukan, baik dari keluarga maupun petugas. Sedangkan

pada kasus tidak ditemui faktor-faktor penghambat , hal ini disebabkan karna

terjalinya rasa saling percaya antara perawat dan keluarga, motivasi dan antusias

yang tinggi yang ditunjukan oleh keluarga untuk mengenal lebih jauh masalah

kesehatan yangdihadapi, serta cara-cara alternatif pemecahan masalah guna

meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

Pada kasus penulis hanya melaksanakan tindakan yang bersifat suplemental yaitu

mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi, memotivasi

keluarga untuk melakukan tindakan yang telah didiskusikan, mendemonstrasikan

tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh keluarga, melakukan kunjungan

ulang untuk melihat usaha keluarga, serta memberikan pujian terhadap upaya yang

telah dilakukan keluarga., sedangkan untuk fasilitatif (membantu keluarga dalam

memperoleh pelayanan kesehatan) dan developmental (membuat keluarga belajar

mandiri dengan sumber keluarga yang terdapat didalam keluarga) tidak dilaksanakan

karena keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dimasyarakat,

dan membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan kemandirian dan

kesadaran keluarga dalam memanfaatkan sumber daya yang ada pada keluarga baik

internal maupun eksternal. Pada tahap pelaksanaan penulis tidak mengalami

hambatan karena keluarga sangat kooperatif dan menyimak informasi yang diberikan

dengan baik.
65

F. Evaluasi

Pada tahap proses keperawatan yang kelima, penulis melakukan evaluasi terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh

mana keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan pada keluarga.

Menurut Zaidin ali (2006), evaluasi yang digunakan adalah evaluasi kuantitatif

(jumlah kegiatan), dan evaluasi kwalitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang

difokuskan pada tiga dimensi yang saling terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan

kegiatan. Evaluasi proses (terkait dengan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan), evaluasi hasil (bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan

tugas-tugas keluarga.

Pada kasus untuk evaluasi proses terkait dengan tindakan yang telah penulis lakukan,

pada diagnosa keperawatan keluarga ke satu mulai dari TUK 1 sampai TUK 2 semua

tujuan tercapai dan TUK 3 dan TUK 4 tujuan tercapai sebagian, serta

mempertahankan TUK 5 dengan cara bekerjasama dengan pihak puskesmas

khususnya perawat puskesmas agar keluarga tetap memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada. Sedangkan pada diagnosa keperawatan keluarga kedua mulai dari TUK 1

sampai TUK 2 tujuan tercapai dan TUK 3, TUK 4 tujuan tercapai sebagian serta

mempertahankan TUK 5 dengan cara bekerjasama dengan pihak puskesmas

khususnya perawat puskesmas agar keluarga tetap memanfaatkan kesehatan yang

ada.

Sedangkan untuk evaluasi hasil dimana mengacu pada fungsi afektif dan perilaku

dimana pada hasil akhir diharapkan terjadi perubahan perilaku serta tumbuhnya

kemandirian keluarga dalam menghadapi masalah dan mengambil keputusan untuk


66

mengatasi masalah secara efektif. Hal ini belum bisa tercapai kerena keterbatasan

waktu pemberian asuhan keperawatan keluarga, serta dibutuhkanya motivasi tinggi

yang tidak hanya berasal dari perawat tetapi yang terpenting adalah berasal dari

keluarga dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan keluarga, dimana hal ini tidak

dapat dicapai dalam waktu yang singkat . dalam evaluasi penulis tidak mengalami

hambatan , karena apa yang dicapai keluarga sesuai dengan waktu pemberian asuhan

keperawatan. Semua asuhan keperawatan yang diberikan didokumentasikan sesuai

langkah-langkah proses keperawatan agar mudah dilakukan pemantauan dan ditindak

lanjuti oleh perawat kesehatan masyarakat yang bertugas di Puskesmas Kelurahan

Cempaka Putih Barat.


67

BAB V

KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran dalam

melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada Bpk. W khususnya Ibu. E dengan

rematik di RT 003, RW 009, kelurahan Cempaka Putih Barat, kecamatan Cempaka

Putih, Jakarta Pusat.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan antara teori dan kasus, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian secara teori dan kasus aspek yang dikaji sama, data yang

diperoleh berbeda karena pada kasus disesuaikan dengan kondisi keluarga, tidak

ada faktor penghambat dalam melakukan pengkajian, sedangkan faktor

pendukungnya yaitu keluarga sangat kooperatif dan dapat bekerja sama dengan

perawat.

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus berdasarkan tipologi yaitu

keduanya aktual, sedangkan diagnosa resiko dan potensial tidak ditemukan

dikarenakan tidak ada data yang menunjang. Pada tahap ini penulis tidak

mengalami hambatan karena keluarga sangat kooperatif

3. Penapisan Masalah yang dibuat sesuai dengan kriteria pada teori, sedangkan

skor disesuaikan dengan kondisi keluarga. Dalam memprioritaskan masalah

keperawatan tidak ditemukan adanya hambatan akrena keluarga sangat

kooperatif.
68

4. Pada perencanaan yang direncanakan adalah meningkatkan pengetahuan

keluarga sesuai dengan tindakan fungsi, perawat hanya dapat merencanakan

untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan informasi kepada

keluarga terkait masalah yang dihadapi keluarga. Sedangkan untuk afektif dan

perilaku tidak direncanakan karena keterbatasan waktu. Dalam perencanaan

penulis tidak menemukan hambatan, keluarga sangat kooperatif dan mau

bekerjasama.

5. Pada tahap pelaksanaan tidak ditemukan adanya hambatan baik dari keluarga

maupun perawat seperti tercantum dalam teori. Pelaksanaan tindakan

disesuaikan dengan kondisi keluarga dan memperhatikan faktor penghambat

dalam teori

6. Pada evaluasi untuk evaluasi hasil berupa fungsi psikomotor dan perilaku belum

tercapai karena keterbatasan waktu pemberian asuhan keperawatan keluarga.

Untuk mengevaluasi aspek tersebut dibutuhkan asuhan yang berkelanjutan, dari

2 diagnosa keperawatan tujuan tercapai sebagian pada TUK 3 dan TUK 4 karena

keluarga belum melaksanakan secara maksimal. Pada tahap ini penulis tidak

mengalami hembatan.
69

B. Saran.

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi keluarga Bpk. W agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah terbina

dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan tindakan sesuai

dengan kemampuan yang telah dicapai keluarga.

2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas

bekerjasama dengan kader kesehatan untuk menindaklanjuti asuhan keperawatan

keluarga yang telah dilakukan oleh penulis dan memotivasi keluarga untuk tetap

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang

terdapat didalam keluarga.


70

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BPK. W KHUSUSNYA IBU. E

DENGAN REMATIK DI RT 03/RW 09 KELURAHAN CEMPAKA

PUTIH BARAT KECAMATAN CEMPAKA PUTIH

JAKARTA PUSAT

NAMA : MICHELLE ANDREA

NIM : 10.053

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKPER RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2013

Anda mungkin juga menyukai