Anda di halaman 1dari 31

KASUS ETIK PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Septi Ambia (22090270001)


Seni Handayani (22090270004)
Nurul Chafifah (22090270005)
Nina Suryani (22090270010)
Novia Ayu Wardani (22090270013)
Andre Firdaus (22090270015)
Rimala Reka Sinta (22090270017)
Iqbal Maulana (22090270029)
Widya Nuzul Azizah (22090270032)
Listriana Intan K (22090270036)
Muhammad Syahroni (22090270039)
Yumba Larasati (22090270045)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang
tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu kelompok kami selalu membuka diri
untuk setiap saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya
kami selanjutnya.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak.


Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu,baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat


balasan yang setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan kelompok kami khususnya dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan
pada umumnya.

Jakarta , 25 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kode etik merupakan persyaratan profesi  yang memberikan penentuan
dalamm mepertahankan dan meningkatkan standar pofesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah
diterima oleh professi. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan
sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis,  klien, dan tenaga
kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal.
Etik merupakan prinsip  yang menyangkut benar atau salah dan
tindakan apa yang akan dilakukan. Etika keperawatan merefleksikan
bagaimana seharusnya perawat berperilaku,  apa yang harus dilakukan perawat
terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan keperawatan kritik.
Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang
harus dilakukan, sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan
mampu berpikir kritis untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sesuai prosedur yang benar tanpa ada kelalaian.
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan yaitu sebagai aturan dasar
terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga
kesehatan lainnya, sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika
terdapat perawat yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk
membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil,
sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dalam
memasuki jajaran praktik keperawatan professional, m embantu masyarakat
dalam memahami perilaku keperawatan professional.
Hak – hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-hak tersebut
menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self determination,
perlakuan adil dan integritas diri. Dilema moral masih mungkin terjadi apabila
prinsip moral otonomy dihadapkan dengan prinsip moral lainnya seperti Rule
of Double Effect (RDE) yaitu apabila suatu tindakan untuk memberikan
kenyamanan berdasarkan prinsip beneficence   tetapi sekaligus memiliki
resiko terjadinya perburukan sehingga berlawanan dengan prinsip non
maleficence.
B. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kode etik keperawatan
2. Agar mahasiswa mampu memberikan informasi tentang kode etik
keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Delapan Prinsip Etika dan Moral Keperawatan


Nilai-nilai etika sangat penting untuk setiap penyedia layanan Kesehatan.
Etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti watak. Nilai etika adalah aturan
perilaku universal yang memberikan dasar praktis untuk mengidentifikasi jenis
tindakan, niat dan motif yang mengatur bagaimana orang atau kelompok akan
berperilaku.
Etika dalam perawatan kesehatan penting karena pekerja harus mengenali
dilema perawatan kesehatan penting karena pekerja harus mengenali dilemma
perawatan Kesehatan, membuat penilaian dan keputusan yang bbaik berdasarkan
prinsip etik keperawatan sambal tetap mematuhi undang-undang yang mengatur.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan etika keperawatan adalah peraturan
atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang
berkaitan dengan tindakan yang baik dalam suatu kewajiban dan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan.
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam
memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan
masyarakat.
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri.
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal
yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.

3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika


perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan


bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.

6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah


meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien


harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien
hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa


tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,
klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional.

B. Cara Pemecahan Masalah dalam Keperawatan


Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan
yang dikehendaki. Dalam manajemen diperlukan proses pemecahan masalah
secara sistematis. Hal ini perlu untuk mengatasi kesulitan pada waktu membuat
keputusan, misalnya menghadapi situasi yang tidak diduga (pada keputusan yang
tidak terprogram atau tidak rutin).
Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:
1. Masalah
2. Desired state (keadaan yang diharapkan)
3. Current state (keadaan saat ini)
4. Pemecah masalah/manajer
5. Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah
6. Solusi.
Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus
mengetahui perbedaan antara masalah dengan gejala. Pertama, gejala dihasilkan
oleh masalah. Kedua, masalah menyebabkan gejala. Ketiga, ketika masalah
dikoreksi maka gejala akan berhenti, bukan sebaliknya.
Masalah mempunyai beberapa struktur :
1. Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan
hubungan antar elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah.
Pemecah masalah tersebut adalah komputer. Karena komputer dapat
memecahkan masalah tanpa perlu melibatkan manajer.
2. Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau
hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah.
Pemecahan masalah dilakukan oleh manajer. Karena manajer harus melakukan
sebagian besar tugas memecahkan masalah.
3. Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau
hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah
dilakukan oleh manajer dan komputer, yang harus bisa bekerja sama
memecahkan masalah
Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia
University pada tahun 1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:
1. Mengenali kontroversi (masalah)
2. Menimbang klaim alternatif.
3. Membentuk penilaian (solusi).
Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap
pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Menyelidiki Situasi
Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu
aspek penentuan masalah, pengenalan tujuan dan penentuan diagnosis.
2. Mengembangkan Alternative
Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan penemuan
berbagai alternative yang kreatif dan imajinatif.
3. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik
Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus
mengevaluasinya untuk melihat keefektifan setiap alternative melalui dua
kriteria, yaitu seberapa realistis alternative itu dipandang dari sumber daya
organisasi yang dimiliki dan seberapa baik alternative itu akan membantu
memecahkan masalah.
4. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut
Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada beberapa
langkah yang dapat ditempuh :
a. Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa bukti
untuk mencari arti atau penafsiran, yang merupakan suatu cara untuk
menghasilkan data dan informasi baru dari data yang ada.
b. Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang sesungguhnya
dari perwujudan sasaran.
c. Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi
beberapa bagian masalah yang lebih sederhana agar dapat dipecahkan
secara sendiri-sendiri.
d. Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan dari
bukti, pengertian dan penghayatan.
e. Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.
f. Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari sasaran
kepada data yang ada.
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara
ilmiah. Adapun model pemecahan masalah menurut Megan 1989 yaitu ada 5
langkah dalam pemecahan masalah dilema etik, yaitu :
1. Mengkaji situasi
2. Mendiagnosa masalah etik moral
3. Membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah
4. Malaksanakan rencana
5. Mengevaluasi hasil
BAB III
KASUS

A. Otonomi
1. Pengertian
Prinsip otonomi berdasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
2. Kasus
Suatu hari Tn. A dibawa keluarganya ke salah satu rumah sakit di kota
Padang dengan gejala gangguan pencernaan yang tidak kunjung sembuh,
perut terasa kembung setelah makan, sakit di perut atau di tulang dada,
kesulitan menelan (disfagia), kemudian muntah-muntah dan kadang disertai
darah. Tn. A juga ada riwayat penyakit maag. Keluarga juga mengatakan
bahwa biasanya Tn. A suka sekali memakan makanan yang diasinkan, dan
diasapkan.
Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A melakukan kunjungan
kepada Tn. A, dan meminta kepada perawat untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya meminta
perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah
didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 14.00 WIB hasil
pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh
dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif menderita penyakit ca
lambung. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk
menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin
dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan
penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta
kepada dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya
ini kepada Tn. A.
Pembahasan Kasus
Kerangkan penyelesaian etik meurut Kozier (1989) :
a. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifikasi dilema etik mencari
informasi sebanyak-banyaknya berkaitan dengan :
1) Orang yang terlibat : klien, istri klien, dokter, perawat, rohaniawan
2) Tindakan yang diusulkan : memberikan informasi penyakit yang
dialami pasien setelah melakukan hasil tes.
3) Maksud dari tindakan yaitu : dengan memberikan pendidikan,
konselor, advocasi diharapkan pasien mau menerima terkait yang
dialami pasien
4) Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan : dimana pasien akan
mengalami penurunan kesehatan yang sangat cepat, setelah
mengetahui penyakitnya. Pasien juga akan mengalami tidak
percaya pada penyakit yang dialami oleh pasien.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan kasus tersebut
Untuk memutuskan apakah pasien boleh menerima informasi terkait
penyakit yang dialami oleh pasien. Bila perawat menyampaikan
kondisi terkini terkait penyakit pasien, perawatn khawatir pasien akan
mengalami penurunan kesehatan dan stress. Bila perawatan tidak
menjelaskan terkait penyakit yang dialami pasien, perawat tidak
menjalankan prinsip-prinsip professional perawat dan tidak bekerja
sesuai standar profesi.
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
Bekerja sama dengan tim medis lainnya, seperti dokter dalam
menjelaskan penyakit yang diderita oleh pasien. Menjelaskan dengan
rinci penyebab dari penyakit tersebut dan cara pengobatannya seperti
apa untuk kedepannya. Sedangkan perawat primer seharusnya
bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan
keluarga dapat membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya,
sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih
alternatif yang lebih baik.
d. Mendefinisikan kewajiban perawat
Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu
membuat daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan,
sebagai berikut: memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini
meningkatkan kesejahteran pasien membuat keseimbangan antara
kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung jawab keluarga
tentang kesehatan dirinya.membantu keluarga dan pasien tentang
pentingnya sistem pendukung melaksanakan peraturan Rumah Sakit
selama dirawat melindungi dan melaksanakan standar keperawatan
yang disesuikan dengan kompetensi keperawatan professional dan
SOP yang berlaku diruangan tersebut.
e. Membuat keputusan
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah,
mengatasi dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk
pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan,secara konsisten keputusan
tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus
tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan
tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik,
perlu menggali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua
yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau
kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan
moralitas etis yang dilakukan
f. Kesimpulan
Dalam kasus Tn A, perawat harus tetap memberikan informasi terkait
penyakit pasien sejelas mungkin dan menjelaskan terkain pengobatan
dan perubahan apa saja yang akan dialami pasien setelah menderita
penyakit ini. Keluarga menerima atau menolak penjelasan penyakit
kepada pasien harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal
itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga serta harus
tercatat dalam inform concent. Keputusan yang dapat diambil sesuai
dengan hak otonomi klien dan keluarganya serta pertimbangan tim
kesehatan sebagai seorang tenaga kesehatan.

B. Beneficience
1. Pengertian
Beneficence ialah sesuatu yang bernilai positif dalam kesehatan atau
kesejahteraan. Beneficennce merupakan prinsip untuk melakukan yang baik
dan tidak merugikan orang lain. Perawat diwajibkan untuk melaksanakan
tindakan yang bermanfaat bagi klien, akan tetapi seiring meningkatnya
teknologi dalam sistem asuhan keperawatan.
2. Kasus
Tn. A seorang pengemudi bus pariwisata, berumur 40 tahun,dan
istrinya bernama Ny. S berumur 37 tahun seorang ibu rumah tangga. Sejak
3 hari yang lalu, Tn. A dirawat di RS karena nyeri ulu hati sudah semakin
memburuk. Sesuai hasil pemeriksaan Tn.A menderita cholelithiasis, dimana
batu sudah menyumbat aliran pancreas sehingga menyebabkan kulit Tn. A
tampak dan dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan
operasi untuk membebaskan aliran pancreas dari batu yang menyumbat,
karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan
telah dilakukan untuk persiapan operasi Tn. A. Klien hanya diam, dan
tampak cemas dan bingung dengan rencana operasi yang akan dijalaninya.
Pada saat ingin meninggalkan ruangan, dokter memberitahu perawat kalau
Tn. A atau keluarganya bertanya sampaikan operasi adalah jalan terakhir.
Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang menjelaskan.
Menjelang hari operasi klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan
yang merawatnya. Dan akhirnya sehari sebelum operasi klien berunding
dengan istrinya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan jika
dilakukan operasi apa nanti bisa seperti biasa dan akan mencoba
pengobatan alternatif saja, dengan demikian perawat mengambil tindakan
yang terbaik dalam rangka penerapan hak pasien untuk tidak melakukan
tindakan tersebut, setelah pasien memberikan pernyataan tertulis tentang
penolakannya. padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini
perawat berusaha berbuat yang terbaik dan menghargai keputusan pasien.
Pembahasan Kasus
Kerangkan penyelesaian etik meurut Kozier (1989) :
a. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifikasi dilema etik mencari
informasi sebanyak-banyaknya berkaitan dengan :
b. Orang yang terlibat : klien, istri klien, dokter, perawat.
c. Tindakan yang diusulkan : perawat menjelaskan jika pasien menolak
untuk di lakukan tindakan operasi untuk membebaskan aliran pancreas
dari batu harus mengisi inform konsen surat penolakan, perawat
menghargai keputusan yang di ambil oleh pasien dan keluarga.
d. Maksud dari tindakan yaitu : setiap perawat harus dapat merawat dan
memperlakukan klien dengan baik dan benar, dengan memberikan
edukasi diharapkan pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat
keputusan yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan
tujuan agar luka gangrene nya bisa diamputasi dan tidak menjalar ke
jaringan lain.
e. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan
1) Bila operasi dilaksanakan : perawat menghargai hak-hak pasien
secara keseluruhan dengan pertimbangan jeluarga
2) Bila operasi tidak dilakukan : perawat melakukan edukasi untuk
perawatan luka di rumah, dan psikologis klien dihadapkan pada
suatu ancaman kematian, terjadi kecemasan dan rasa sedih dalam
hatinya dan hidup dalam masa masa sulit dengan penyakitnya.
f. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan kasus tersebut
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat
ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut :
1) Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui
tindakan medis yang akan di lakukan terhadap penyakitnya.
2) Perawat menghargai hak-hak pasien dalam pengambilan
keputusan. Dengan memberikan inform konsen penolakan
amputasi.
g. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
konsekuensi tindakan tersebut. Alternatif rencana yang harus
dipikirkan dan direncanakan oleh perawat yakni :
1) Perawat menayakan tindakan yang harus dilakukan kepada tim
medis lain yakni dokter memberitahu perawat kalau Tn. A atau
keluarganya bertanya sampaikan operasi adalah jalan terakhir.
Penjelasan di lakukan oleh dokter DPJP.
2) Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif,
dengan melakukan edukasi terkait diit yang harus di lakukan di
rumah.
h. Mendefinisikan kewajiban perawat
Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak klien terutama Tn.A untuk mengetahui tindakan
yang akan di lakukan, sehingga dapat di diskusikan dengan keluarga.
i. Membuat keputusan
Perawat wajib menerapkan tindakan yang menguntungkan klien dan
menghindari tindakan yang merugikan klien. Kesepakatan mengenai
prinsip ini adalah bahwa keputusan terbaik klien tetap lebih penting
daripada kepentingan diri sendiri.
j. Kesimpulan
Pada kondisi kasus Tn. A, dapat diputuskan bahwa hak-hak klien
dalam pengambilan keputusan. Perawat memutuskan apa yang terbaik
untuk klien, dengan cara memberikan edukasi discharge planning
untuk perawatan luka dan diit.

C. Justice
1. Pengertian
Prinsip keadilan atau prinsip etik justice dibutuhkan untuk terapi yang
sama, pelayan adil tanpa perbedaan, terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusian. Nilai ini direfleksikan dalam
praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan Kesehatan dan diprioritas bedasarkan keluhan dan skala
kegawatan. Prinsip justice ini bahwa setiap orang berhak atas perlakuan
yang sama dalam upaya pelayanan kesehatan tanpa mempertimbangkan
suku, agama, ras, golongan dan kedudukan sosial serta ekonomi
2. Kasus
Suatu hari Ny.X membawa suaminya Tn. Y berobat IGD ke rumah sakit karena
mengalami pusing, wajah pucat dan terkadang mengeluh nyeri di bagian perut bawah,
serta sudah 3 hari bab sering dan cair dan berkeringat. Pasien sudah minum obat warung
dan meminum rebusan daun jambu karena sudah pernah seperti dan gejalanya
berkurang, namun sekarang kambuh kembali , dan tidak ada perubahan Ny X binggung
lalu memutuskan pergi IGD rumah sakit, pada saat pengkajian dan pemeriksaan tanda
vital TD : 98/70 ND : 110 RR : 20 SH : 37,1 dan skala nyeri 5 , lalu perawat R
Menyuruh Ny. X Melakukan pendaftaran di admisistrasi, Ny X menggunakan kartu
tanda keluarga tak mampu yang dibagikan oleh pemerintah. Pada saat
yang bersamaan, setelah dilakukan pengkajian, ada seorang anggota
perusahaan teknologi Tn. A datang kerumah sakit membawa kartu asuransi
Premium, dengan keluhan sakit perut yang hilang timbul, dan sedikit
kepala. Dengan TD : 110/90 ND : 80 RR : 20 SH : 37,1 dan skala nyeri 2 klien
mengatakan mempunyai riwayat asam lambung, sudah minum obat sakit
maag 2 jam lalu, karena telat makan namun badannya masih terasa lemas.
Perawat A langsung menangani anggota perusahaan besar tersebut, dan mengatakan
kepada ny X itu sakit biasa di tunggu dahulu saja, lalu mengabaikan Ny.X dan
suaminya Tn Y. Lalu Perawat A hanya menyuruh Ny.X untuk menunggu di
ruang tunggu. Karena dokter pun sedang sibuk dan pasien sedang banyak.
Lalu Kembali pasien anggota perusahan dengan menyakan keluhan
kembali. Tentu saja ini melanggar prinsip etik keperawatan justice /
keadilan karena mendahulukan pasien Kasus ini jelas sangat melanggar
prinsip etik keperawatan justice karena membeda-bedakan yang miskin dan
yang kaya. Namun pada kenyatanya dan berbaigai fakta yang ada bahwa
prinsip etik ini sering terjadi pada praktik keperawatan , karena adanya
kesenjangan dalam pelayanan. Pada kasus ini Perawat ini patut diberikan
sanksi yang setimpal.
Pembahasan Kasus
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik ini dapat
dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
a. Mengkaji situasi
Tn Y dan Ny X datang dengan dengan dahulu ke rs igd karena Tn Y
merasa tidakn tahan dengan sakit diperutnya, namun pada situasi yang
sama datang TN A mebawa kartu asuransi premium dengan keluhan
sakit perut dengan ditandai dengan pasien mempunyai riwayat asam
lambung dan sudah minum obat sebelum namun masih terasa lemas
dan di dukung dengan tanda vital normal yang normal ,sedangkan
dalam situasi sebelumnya Tn y dilakukan pengkajian didapatkan tanda
vital yang urgensi yaitu ditandai dengan suhu tubuh yang naik, dan
keluhan pasien yang mengatakan nyeri, Dalam situasi terjadi penyalah
gunaan wewenang yang dilakukan oleh perawat dibuktikan dengan
adanya sikap diskriminatif terhadan pasien dalam hal ini melanggar
etik keperawatan yaitu bersikap adil tidak melihat suku ras dan agama,
status jawaban ,ekonomi dan lainnya
b. Mendiagnosa masalah etik moral
Bedasarkan kasus diatas dapat disampaikan bahwa situasi rtersebut
terdapat masalah etik moral justice membeda-bedakan pasien
bedasarkan golongan ekonomi bukan bedasrkan keluahan dan tingkat
kegawatdaruratan.
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
Pasien tetap dilakukan tindakan sesuai dengan kegawatdaruratan, dan
tidak membeda bedakan bedasarkan hal dan golongan tertentu
d. Melaksanakan rencana
Alternatif tindakan harus didiskusikan terlebih dahulu dengan tim
medis terkait, sehingga todak terjadi dilema etik justice atau keadilan
terhadap TN A Dan Tn X dan harus berdasar prinsip moral yang
berfungsi membuat specific dalam situasi tertentu yang meliputi :
perawat tetap harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien .Adil berarti Tn Y Dilakukan penganan lebih dahulu sesuai
dengan kondisi kegawatan yang saat itu ada, dan tidak mengbaikan
kodisi tersebut dan menunggu, serta mengatakan hal itu hal biasa saja,
namun berbeda dengan penganan untuk tn A untuk mendapatkan hak,
di lebih dahulukan karena tn A dengan premi yang lebih mendapatkan
pelayanan terlebih dahulu
e. Mengevaluasi hasil
Setiap individu memiliki kontibusi yang relatif sama dan mendapat
perlakuan tindakan adil dan sama bagi setiap pasien yang ada pada
ruang lingkup rumah sakit. Terkhusus tidakan keperawatan dan sebagai
perawat kita tidak boleh menmbeda-bedakan . namun dengan tingkat
urgensi dan keluhan pasien. Dan bagi perawat yang melanggar pada
etik ini diberikan sangs iserta teguran.

D. Non maleficience
1. Perngertian
Non malefience (tidak merugikan) berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada pasien. Prinsip nonmaleficence
berarti bahwa tenaga kesehatan dalam memberikan upaya pelayanan
kesehatan harus senantiasa dengan niat untuk membantu pasien mengatasi
masalah kesehatannya.
Maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang
mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang tidak
menimbulkan secara fisik maupun mental.
2. Kasus
Tn A 54 tahun dirawat dengan diagnosa ca colon, TD : 102/45mmhg,
N : 99x/menit, R: 20x/menit, S: 36C, SPO2 : 95%, keluhan dirasakan
sudah 4 hari ini bab melena 5x sehari, pasien mengeluh lemas, pandangan
kabur, akral dingin, perut tampak asites, setiap makan muntah, hasil
laboratorium menunjukkan HB : 7g/dL, leukosit : 22.000ul. Dokter DPJP
datang menjelaskan tentang penyakitnya dan memberikan informasi kepada
pasien serta keluarga bahwa pasien akan direncanakan tranfusi darah PRC
500 ml/hari selama 2 hari. Setelah itu, perawat datang menghampiri pasien
dan keluarga untuk meminta tanda tangan surat persutujuan rencana
transfusi darah. Keluarga dan pasien mengatakan menolak dilakukan
transfusi darah karena pasien trauma sebelumnya pernah dilakukan tranfusi
namun ada reaksi sesak nafas. Perawat sudah menjelaskan bahaya bila tidak
dilakukan transfusi dan membujuk keluarga karena ini demi kebaikan
pasien, jika tidak di lakukan transfusi akan bahaya terhadap pasien.
Keluarga tetap tidak mau memutuskan dan menolak di lakukan transfuse.
Pembahasan Kasus :
a. Mengembangkan data dasar :
1) Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawat
2) Tindakan yang diusulkan : perawat menjelaskan bahaya bila tidak
dilakukan transfusi
3) Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien
4) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak dilakukan transfusi
pasien akan mengalami menurunan kesadaran dan berbahaya bagi
pasien, dan keluarganya akan menyalahkan perawat apabila tetap
dilakukan transfusi.
b. Konflik yang terjadi adalah :
1) Pasien dan keluarga menolak pemberian transfusi darah, karena
trauma.
2) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak
pasien.
c. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
konsekuensi tindakan tersebut
1) Keluarga menuruti keinginan pasien tentang menolak pemberian
transfusi darah. Konsekuensi :
a) Mempercepat kematian klien
b) Keluhan pada klien akan tetap berlangsung
2) Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk
manajemen pemberian tambahan diit pasien berkolaborasi dengan
ahli gizi serta pemberian suplemen tambah darah. Konsekuensi :
a) Tidak mempercepat kematian pasien
b) Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada kondisi
pasien (meningkatkan hb pasien)
3) Menuruti keinginan klien untuk tidak dilakukan pemberian transfuse
darah. Konsekuensi :
a) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
b) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari rasa
khawatir dengan kondisinya.
d. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena
dokterlah yang secara legal dapat memberikan keputusan jika terjadi
kegawatan terhadap kondisi pasien. Namun hal ini perlu didiskusikan
dengan klien dan keluarganya mengenai bahaya yang dapat ditimbulkan
dari tidak dilakuakan transfusi darah. Perawat membantu klien dan
keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu
mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan
yang dapat mengobservasi mengenai kondisi pasien.
e. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan
konsekuensi masing-masing terhadap pasien. Perawat dan dokter perlu
mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling
tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan
terlebih dahulu misalnya memberikan diit tambahan dan suplemen yang
dapat meningkatkan HB pasien dan kemudian dievaluasi efektifitasnya.
Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan
tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas
kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan pemberian transfusi
darah.

E. Veracity/ kejujuran
1. Kasus
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran/kejujuran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprenhesif dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya sendiri selama menjalani perawatan.
Kebenaran/kejujuran adalah dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.
2. Kasus
Seorang laki-laki usia 65 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan
keluhan mual/muntah, lemas, kembung dan nyeri perut terkadang bab
disertai darah. Tn. A mempunyai Riwayat maag. Di IGD dokter
menginstruksikan untuk melakukan opname diruang penyakit dalam karena
kondisi Tn.A yang sangat lemah dan meminta perawat melakukan
pemeriksaan laboratorium. Tn.A yang ingin sekali mengetahui mengenai
tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaandan perawat
menyetujuinya. Siang harinya jam 14.00 WIB hasil pemeriksaan telah
diterima oleh perawat dan telah dibaca oleh dokter. Hasil yang didapatkan
Tn.A positif menderita Ca. Colon, kemudian perawat memanggil anggota
keluarga Tn.A untuk bertemu dokter penanggung jawab klien untuk
dijelaskan tentang kondisi Tn.A dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget
dan bingung, keluarga meminta kepada dokter dan perawat untuk tidak
memberitahukan tentang penyakitnya ini kepada Tn.A.
Pembahasan Kasus
Kerangka penyelesaian :
a. Mengembangkan data dasar :
1) Orang yang terlibat : Keluarga klien, klien, perawat dan dokter
2) Hal yang dilakukan: memberikan informasi terkait kondisi dan
penyakit klien saat ini.
3) Maksud dari tindakan : agar klien dan keluarga klien mengetahui
tentang kondisi dan penyakit klien.
4) Konsekuensi Tindakan : bila informasi tidak diberitahu, klien akan
merasa cemas dan mungkin akan menolak Tindakan yang akan
dilakukan sehingga proses penyembuhan akan terganggu.
b. Identifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Konflik yang terjadi pada perawat yaitu:
1) Ingin jujur kepada klien tetapi tidak dapat dilakukan karena
permintaan dari keluarga klien
2) Konflik tentang efek yang mungkin timbul pada klien jika tidak
diberi informasi
c. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
konsekuensi tindakan tersebut. Alternatif rencana yang harus
dipikirkan dan direncanakan oleh perawat yakni :
1) Perawat memberikan edukasi kepada keluarga bahwa klien berhak
mendapatkan informasi mengenai keadaannya
2) Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif
d. Mendefinisikan kewajiban perawat :
Perawat bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi
Tn.A tentang kondisi dan penyakitnya. Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat dalam memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh Tn.A secara benar dan jujur, sehingga Tn.A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
F. Fidelity/Menepati Janji
1. Pengertian
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Komitmen yang tinggi diperlukan untuk
memenuhi janji yang dibuat kepada siapapun. Perawat setia pada
komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan adalah kewajiban seorang perawat untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya kepada pasien. Hal ini karena kepatuhan perawat
terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab
seorang perawat menuntutnya untuk dapat meningkatkan kesehatan,
menekan penyakit, memulihkan Kesehatan dan meminimalkan penderitaan
klien.
2. Kasus
Seorang laki-laki usia 65 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan
keluhan mual/muntah, lemas, kembung dan nyeri perut terkadang bab
disertai darah. Tn. A mempunyai Riwayat maag. Di IGD dokter
menginstruksikan untuk melakukan opname diruang penyakit dalam karena
kondisi Tn.A yang sangat lemah dan meminta perawat melakukan
pemeriksaan laboratorium. Tn.A yang ingin sekali mengetahui mengenai
tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan dan perawat
menyetujuinya. Siang harinya jam 14.00 WIB hasil pemeriksaan telah
diterima oleh perawat dan telah dibaca oleh dokter. Hasil yang didapatkan
Tn.A positif menderita Ca. Colon, kemudian perawat memanggil anggota
keluarga Tn.A untuk bertemu dokter penanggung jawab klien untuk
dijelaskan tentang kondisi Tn.A dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget
dan bingung, keluarga meminta kepada dokter dan perawat untuk tidak
memberitahukan tentang penyakitnya ini kepada Tn.A.
Pembahasan Kasus :
Kerangka penyelesaian :
a. Data dasar :
1) Orang yang terlibat : klien, keluarga klien, perawat dan dokter
2) Hal yang dilakukan : memberikan informasi terkait kondisi dan
penyakit klien saat ini.
3) Maksud dari tindakan: agar klien dan keluarga klien mengetahui
tentang kondisi dan penyakit klien
4) Konsekuensi Tindakan : bila informasi tidak diberitahu, klien akan
merasa cemas dan mungkin akan menolak Tindakan yang akan
dilakukan sehingga proses penyembuhan akan terganggu.
b. Identifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Konflik yang terjadi pada perawat yaitu:
1) Perawat tidak dapat menepati janji kepada klien karena permintaan
dari keluarga untuk tidak memberitahukan kondisi klien.
2) Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan
dimana harus memenuhi permintaan keluarga klien, tapi disisi lain
juga harus memenuhi hak klien untuk memperoleh informasi
tentang hasil pemeriksaan dan kondisinya
3) Konflik tentang efek yang mungkin timbul pada klien jika tidak
diberi informasi
c. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
konsekuensi tindakan tersebut. Alternatif rencana yang harus dipikirkan
dan direncanakan oleh perawat yakni :
1) Perawat memberikan informasi dengan memilih waktu yang tepat
dan situasi yang mendukung mengenai kondisi klien
2) Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai petrawat
dalam memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn.A untuk
mendapatkan informasi kondisinya
d. Mendefinisikan kewajiban perawat :
Dalam kasus ini perawat harus menepati janji dengan klien sebelum
dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersedia untuk
menginformasikan kepada Tn.A tentang kondisi dan penyakitnya jika
hasil pemeriksaan sudah didapatkan. Janji tersebut harus tetap dipenuhi
walaupun hasil pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan oleh klien
karena ini mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn.A terhadap perawat
nantinya.

G. Confidentiality
1. Definisi
Dalam melakukan asuhan keperawatan hal yang terpenting adalah
menjaga prinsip kerahasian tentang semua informasi yang berkaitan
tentang dokumen pasien, seorang perawat harus menjaga privasi pasien
seperti dokumen ( resume medis ), hasil laboratorim dan hasil-hasil
pemeriksaan lainnya tidak boleh diberitahukan kepada siapapun kecuali
adanya persetujuan yang dituangkan dalam surat perjanjian dari pasien
kepada orang yang diberi wewenang. Menceritakan hasil medis pasien
kepada orang laen yang tidak memiliki wewenang atau persetujuan pasien
merupak prilaku yang tercela dan tidak di anjurkan karena akan menciderai
privasi pasien.
2. Kasus
Tn. K usia 56 tahun, dirawat di Ruang ICU Rumah Sakit. R. Tn. K
dirawat memasuki hari ketiga diruangan tersebut dengan diagnosa
Obstruksi Ileus ec Ca colon, dengan kondisi masuk Tn. K tidak BAB sejak
5 hari, perut tampak ditensi. TD: 90/57 mmHg, Nadi: 120x/menit, RR: 30
x/menit, suhu: 37,8 C, 1 minggu SMRS pasien mengeluh Perut semakin
membesar, sulit BAB, perut terasa tidak nyaman, nafsu makan kurang dan
mual. Dokter DPJP datang Visit dan menemui pasien serta keluarga
pasien, dokter menjelaskan tentang penyakitnya dan memberikan
informasi kepada keluarga bahwa pasien akan direncanakan operasi
laparatomy dan pembuatan stoma. Setelah dokter menjelaskan tentang
kondisi dan yang akan di rencanan operasi perawat datang menghampiri
keluarga untuk menandatangani surat persutujuan tindakan rencana
laparatomy. Keluarga mengatakan kepada dokter dan perawat bahwa
keluarga yang terdiri dari anak-anak pasien meminta di rahasiakan rencana
tersebut dari istri pasien karena istrinya memiliki penyakit jantung dan
khawatir bila istrinya mengetahu akan menjadi pikiran dan penyakit
jantungnya kambuh. Perawat menjelaskan bahwa tindakan operasi ini
berdampak sangat besar, tidak hanya pada pasiennya namun juga
keluarganya, maka dari itu dibutuhkan dukungan yang besar dari keluarga
terutama istri pasien, namun keluarga tetap tidak mau memutuskan dan
menolak untuk diberitahukan ke istri pasien.
Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical
dilemma). Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak
ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang
memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada
yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Pembahasan Kasus
a. Mengembangkan data dasar :
1) Orang yang terlibat : Istri Klien, Keluarga Klien, Dokter, dan
Perawat
2) Tindakan yang diusulkan : Perawat menjelaskan dampak dari
tindakan laparotomy dan pebuatan stoma
3) Maksud dari tindakan tersebut : Agar Keluarga dan Istri klien
mampu mendukung kesembuhan pasien baik dari segi psikis
maupun fisik
4) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak diberitahukan
kepada istri pasien akan menghambat proses penyembuhan dan
mengganggu psikis pasien.
b. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Kondisi pasien saat masuk ke RS Tn. K tidak BAB sejak 5 hari, Perut
tampak distensi, Tanda-tanda vital: . TD: 90/57 mmHg, Nadi:
120x/menit, RR: 30 x/menit, suhu: 37,8 C, 1 minggu SMRS pasien
mengeluh perut semakin membesar, sulit BAB, perut terasa tidak
nyaman, nafsu makan kurang dan mual.
c. Konflik yang terjadi adalah :
1) Keluarga menolak memberitahu tindakan pembedahan kepada istri
pasien.
2) Tidak memenuhi keinginan keluarga klien terkait dengan
pelanggaran hak pasien dan keluarganya.
d. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
konsekuensi tindakan tersebut
1) Keluarga tetep manolak memberitahukan tindakan pembedahan
dari istri pasien
Konsekuensi :
a) Menghambat proses penyembuhan akibat tidak ada dukungan
lansung dari istri pasien.
b) Menimbulkan konflik antar keluarga
c) Keluarga akan selalu diliputi rasa cemas dan bersalah dengan
situasi tersebut ( terutama anak-anak pasien)
d) Hak pasien dan keluarga terpenuhi
2) Memberitahukan tindakan tersebut kepada istri pasien
Konsekuensi :
a) Kesehatan istri pasien akan terganggu
b) Istri dan Anak-anak pasien mampu memberikan dukungan
langsung dalam proses penyembuhan
c) Hak keluarga klien tidak dapat terpenuhi.
d) Kecemasan pada keluarganya dapat sedikit berkurang.
e. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :
Pada kasus di atas keluarga ( anak-anak pasien ) adalah pihak yang
membuat keputusan, karena keluarga mengambil peran penting dalam
proses kesembuhan pasien. Namun hal ini perlu pertimbangkan
dengan baik, perlu menggali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya
siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan
pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan
dengan moralitas etis yang dilakukan. Perawat membantu keluarga
klien dalam membuat keputusan. Perawat selalu mendampingi pasien
dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang dapat
mengobservasi mengenai kondisi pasien.
f. Mendefinisikan kewajiban perawat
1) Memfasilitasi keluarga pasien untuk mendapatkan informasi
mengenai tindakan yang tepat untuk pasien setelah operasi
2) Mengoptimalkan sistem dukungan
3) Membantu keluarga pasien untuk menemukan mekanisme koping
yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi
4) Membantu keluarga pasien untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya
g. Membuat keputusan
Pada kondisi kasus Tn. K dapat diputuskan menerima penolakan
keluarga pasien tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis,
menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan
dampaknya bila dilakukan operasi tersebut. Penjelasan dapat dilakukan
melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan
pengobatan Tn.K. Tetapi harus juga diingat dengan memberikan
penjelasan dahulu beberapa alternatif terapi agar pasien tidak terpuruk
dengan kondisinya dan langkah -langkah pengobatan terhadap
penyebuhan luka post operasinya sebagai bentuk tanggung jawab
perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Keluarga
pasien meminta merahasiakan suatu hal mengenai kondisi pasien yang
bersangkutan merupakan hak pasien dan keluarga serta harus tercatat
dalam inform concent.

H. Accountability
1. Definisi
Prinsip Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.yaitu
seperti perawat harus bertanggung jawab mengenai tindakan yang
dilakukan terhadap klien maupun keluarga.
2. Kasus
Seorang perawat salah memberikan obat ke pasien dengan post op Ca
Colon, karena nama pasien hampir mirip. Sehingga mengakibatkan pasien
meninggal dunia. Perawat tidak melaporkan kejadian tersebut sehingga
tidak ada yang mengetahuinya.
Pembahasan Kasus :
a. Penyelesaian :
1) Deffine the problem (memperjelas masalah) yaitu mengkaji
prosedur keperawatan yang seharusnya dilakukan, dokumentasi
keperawatan, serta rekam medis.
2) Ethical review (identifikasi komponen etik) perawat harus mampu
menggambarkan komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan
hukum dalam masalah ini berkaitan dengan kelalaian dan
malparaktik.
b. Identifikasi orang yang terlibat.
c. Identifikasi alternative yang terlibat yaitu : menjelaskan dengan jalan
damai dan kekeluargaan, jika perawat tidak mau bertanggung jawab
maka jalan terakhir adalah hukum.
d. Terapkan prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficience, dan justice.
e. Memutuskan tindakan yaitu pengambilan serta bertanggung jawab
dalam keputusan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip etik.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kode Etik keperawatan adalah suatu pedoman yang bertujuan untuk mengatur
prilaku maupun tindakan seorang perawat dalam melakukan kerangka
pekerajaan. Kode etik digunakan untuk mengambil keputusan seorang perawat
secara professional, kode etika kperawatan sangat di butuhkan dalam pelayanan
kepada pasien agar tercipta pelayanan yang akuntable dan professional dan
berguna berguna bagi perawat untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang
dapat melanggar kode etik keperawatan.
Kode etik bertujuan untuk mengenai hubungaqan antara perawat, perawat
dengan pasien, maupun perawat dengan anggota tenaga Kesehatan laennya serta
membantu seorang perawat yang mengalami permasalahan tuduhan secara tidak
adil.
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam
memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan
masyarakat, yaitu : otonom, berbuat baik, keadilan, tidak merugikan, kejujuran,
menepati janji, kerahasiaan dan akuntabilitas.
Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia
University pada tahun 1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:
1. Mengenali kontroversi (masalah)
2. Menimbang klaim alternatif.
3. Membentuk penilaian (solusi).
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada
dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara
ilmiah. Adapun model pemecahan masalah menurut Megan 1989 yaitu ada 5
langkah dalam pemecahan masalah dilemma etik.

B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa keperawatan, sebaiknya harus mendalami etik dan
kode etik keperawatan terlebih dahulu agar dapat menerapkan saat praktik,
sehingga dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimal
sesuai dengan wewenang profesinya.
Sebagai seorang perawat hendaknya selalu menerapkan dan menjadi kan kode
etik keperawatan sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan. Sehingga
klien akan merasa nyaman dengan pelayanan perawat dan akan segan dengan
profesi perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Beo, Yosef Andrian. (2022). Etika keperawatan. Padang. PT. Global Eksekutif
Teknologi

https://gustinerz.com/8-prinsip-etika-dalam-keperawatan/

https://www.scribd.com.prinsip etik keperawatan

https://www.academia.edu/34938436/contoh_kasus_dilema_etik (diakses melalui


website pada 24 Mei 2023)

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6366/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y (diakses melalui website pada 24 Mei 2024)

https://www.academia.edu/34509453/MAKALAH_ETIKA_KEPERAWATAN
(diakses melalui website pada 24 Mei 2024)

https://myblogsik2.blogspot.com/2016/11/dilema-etik.html (diakses melalui website


pada 24 Mei 2024)

www.academia.edu/35388974/MAKALAH_DILEMA_ETIK_KEPERAWATAN
(diakses melalui website pada 25 Mei 2024)

Kedokteran dan Hukum Kesehatan E/3. Jakarta : Buku kedokteran EGC

Pieter, Herri Zan. (2017). Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta: Kencana

Utami, Ngesti, dkk. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional.


Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Tat, Florentianus. (2022). Buku Ajar Etika Keperawatan. Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai