Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUM KESEHATAN

PRINSIP-PRINSIP ETIK

Dosen Pengampu :

Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.kep

Disusun Oleh

Latifah (233311310)

Muthia Andila Zikra (233311316)

Nisaul Nabila (233311319)

Silvi Julia Safitri (233311325)

Zahirah Wafi (233311333)

Zahra Apriliani Putri (233311334)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-
Nya, yang telah melimpahkan keberkahan serta kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, yang merupakan sumber inspirasi dan teladan bagi seluruh umat manusia.

Makalah ini kami persembahkan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan yang dibimbing oleh ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep,
M.kep. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan inspirasi serta motivasi.

Makalah ini tentunya masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan dating

Padang, 15 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1. Latar belakang.................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1. Prinsip-Prinsip Etika Secara Umum................................................................................3

2.2. Contoh Kasus dan Penerapan Prinsip-Prinsip Etika dalam Keperawatan......................4

2.3. Komponen-Komponen dalam Prinsip Etika...................................................................6

2.4. Undang-Undang yang mengatur Keperawatan...............................................................7

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................10

3.1. Kesimpulan...................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Etika adalah aturan atau norma yang mengatur tentang tingkah laku manusia. Etika
berfungsi mengatur sikap seseorang kepada orang lain, sehingga tercipta keadaan lingkungan
yang harmonis. Individu yang beretika secara tidak langsung sedang menunjukkan
intelektualitasnya.

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang
akan dilakukan. Etika keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat
berperilaku, apa yang harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan
pelayanan keperawatan kritis.

Aspek etika keperawatan merupakan hal penting bagi perawat di pelayanan.


Banyaknya kasus pelanggaran etik yang terjadi di Indonesia seperti bayi melepuh karena
ditinggal perawat, salah suntik, pasien jatuh, pembiaran pasien sehingga terlambat
mendapatkan penanganan merupakan hal-hal yang masih saja terjadi dalam perawatan
pasien. Hal tersebut bisa saja terjadi karena perawat kurang memperhatikan prinsip etika
dalam asuhan keperawatan.

Etika keperawatan melibatkan prinsip-prinsip seperti menghormati otonomi pasien,


keadilan, kebaikan, dan tidak melukai (non-maleficence). Perkembangan etika keperawatan
juga dipengaruhi oleh isu-isu medis, teknologi, dan perubahan sosial dalam masyarakat.

Prinsip etika keperawatan berasal dari perkembangan sejarah praktik keperawatan,


filosofi moral, dan refleksi terhadap isu-isu etis yang timbul dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan sering kali melibatkan berbagai isu etis yang kompleks dan menantang.
Isu-isu etis ini memerlukan pemikiran kritis, pertimbangan moral, dan diskusi yang cermat
untuk mencapai keputusan yang paling baik untuk kesejahteraan pasien dan masyarakat
secara keseluruhan.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diberikan, maka kami mendapatkan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apa prinsip-prinsip etika secara umum?


2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip etika dalam keperawatan?
3. Apa saja komponen-komponen dalam prinsip etika?
4. Apa Undang-Undang yang mengatur Keperawatan?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka kami simpulkan tujuan masalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika secara umum


2. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip etika dalam keperawatan
3. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam prinsip etika
4. Untuk mengetahui Undang-Undang yang mengatur Keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Prinsip-Prinsip Etika Secara Umum


a) Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang


sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.

b) Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,


memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.

c) Keadilan (Justice)

Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d) Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.

e) Kejujuran (Veracity)

Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan


kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
dirinya selama menjalani perawatan.

3
f) Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya


terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.

g) Kerahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga
kesehatan lain harus dihindari.

h) Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.2. Contoh Kasus dan Penerapan Prinsip-Prinsip Etika dalam Keperawatan


1. Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah mengalami metastase mengeluh
nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Keluarga
meminta penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya
dan memutuskan untuk tidak memberikan alat bantu apapun termasuk oksigen,
Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri.
Konflik yang terjadi adalah:
 Tidak memberikan Oksigen dan penambahan dosis pemberian morphin dapat
mempercepat kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik beneficience.
 Tidak memenuhi keinginan klien terkaitdengan pelanggaran hak klien yang dapat
melanggar nilai autonomy.

4
2. Kasus Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang
berumur 6 tahun dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja
sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2
hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker rahim grade
III, dan dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi
pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan.
Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak
hanya diam dan tampak cemas dan bingung dengan rencana operasi yang akan
dijalaninya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan, dokter memberitahu perawat
kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan
jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.

Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya, yaitu:

“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasinanti”.karena kami masih ingin
punya anak. “apakah masihada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah
operasisaya bisa diundur dulu suster”

Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,

“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi, penyakit ibu hanya bisa
dengan operasi, tidak ada jalan lain, yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…
Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya ya.”

Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak
operasi dengan alasa klien dan suami masih ingin punya anak lagi. Hal ini melanggar
otonomi.

3. Contoh Kasus “Kasus Jari Bayi Tergunting”

Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan perawat itu tidak meminta
pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian tersebut
mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS anak di Inggris
salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia tiga
minggu. Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih
ditemukan di bak sampah. Ini adalah contoh pelanggaran Akuntabilitas.

5
2.3. Komponen-Komponen dalam Prinsip Etika
Komponen-komponen dalam prinsip etik meliputi:

1. Otonomi

Kita tahu bahwasanya setiap individu memiliki hak asasi dan memiliki hak untuk
berpendapat. Tentu saja mereka pun akhirnya memiliki prinsip, teori dan cara berfikir
yang berbeda. Dimana teori yang mereka miliki akan mempengaruhi sebuah keputusan.
Jadi seorang perawat dituntut untuk bisa menerapkan hak kemandirian dan kebebasan
terhadap orang lain, dan tidak menuntut atau membeda-bedakan dengan orang lain.

2.Bersikap Baik

Etika keperawatan yang tidak kalah penting adalah berbuat baik. Perbuatan atau sikap
baik akan meminimalisir kesalahan dan kejahatan.

3. Keadilan

Penting juga seorang perawat memiliki sikap adil terhadap orang lain. Perawat tetap
menjunjung prinsip moral, kemanusiaan dan legal. Tentu saja sikap keadilan mengacu
pada standar praktek dan keyakinan yang sesuai dengan prinsip moral.

4. Tidak Merugikan

Etika keperawatan tidak merugikan orang lain atau non-maleficence. Konteks tidak
merugikan bagi perawat adalah tidak menyebabkan bahaya dan cedera fisik maupun
psikologi bagi para pasiennya. Misalnya, pasien ingin melakukan olahraga, padahal dia
memiliki penyakit yang tidak membolehkan dia terlalu aktif bergerak.

5. Kejujuran

Kejujuran juga menjadi etika keperawatan yaitu dengan memberikan informasi secara
objektif, akurat dan komprehensif terhadap pasien mereka. Tugas seorang perawat pun
juga dituntut agar pasien bisa memahami apa yang disampaikan oleh perawat.

6. Menepati Janji

Etika keperawatan yang lain adalah menepati janji pasien. Wujud menepati janji yang
dimaksud adalah upaya perawat untuk menghargai setiap komitmen untuk orang lain.

6
7. Menjaga Rahasia

Dalam dunia medis, etika keperawatan yang paling penting adalah menjaga rekam
medis pasien, yang sangat menjunjung kerahasiaan. Karena kerahasiaan pasien adalah
privasi mereka. Jadi hanya pihak dokter dan perawat saja yang diijinkan untuk keperluan
perawan dan kesembuhan.

8. Akuntabilitas

Etika keperawatan juga memiliki peran dan tanggungjawab dalam setiap tindakan
agar tetap professional. misalnya, harus berhati-hati agar tidak salah memberikan dosis
obat kepada pasien

2.4. Undang-Undang yang mengatur Keperawatan


Ada beberapa Undang-Undang yang mengatur Keperawatan, diantaranya yaitu:

 Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan,
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Perawat dapat melakukan tindakan medis dengan syarat adanya
pelimpahan wewenang dari dokter. Tenaga kesehatan perawat memiliki kompetensi
dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan profesional, kepada pasien bukan
melakukan tindakan medis tertentu. Tindakan medis tertentu tersebut merupakan
kegiatan kolaborasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini jelas bahwa
tindakan medis hanya legal dilakukan oleh dokter, bukan perawat.

 Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,


Tenaga Kesehatan dikategorikan sebagai berikut:
1. Tenaga Medis; 8. Tenaga Gizi;
2. Tenaga Psikologi Klinis; 9. Tenaga Keterapian Fisik;
3. Tenaga Keperawatan; 10. Tenaga Keteknisian Medis;
4. Tenaga Kebidanan; 11. Tenaga Teknik Biomedika;
5. Tenaga Kefarmasian; 12. Tenaga Kesehatan Tradisional;
6. Tenaga Kesehatan Masyarakat; 13. Tenaga Kesehatan Lain.
7. Tenaga Kesehatan Lingkungan;

7
 Pasal 14 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan
bahwa pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Yang berarti bahwasanya penyelenggaraan upaya
kesehatan dilakukan secara serasi dan seimbang oleh pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta. Agar penyelenggaraan upaya kesehatan atau pun sumber dayanya
secara serasi dan seimbang dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat.

Adapun hak perawat sebagaimana diatur pada Pasal 36 UndangUndang Nomor 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan adalah sebagai berikut:

 Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dan profesi sepanjang


melaksanakan tugas sesuai (SOP). Ini merupakan salah satu hak perawat di bidang
hukum serta menyangkut aspek legal atas dasar peraturan perundangundangan;
 Perawat berhak untuk memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien
dan atau keluarganya agar mencapai tujuan segala informasi mengenai kesehatan
pasien, karena yang berhadapan langsung dengan pasien tidak lain adalah perawat
itu sendiri;
 Perawat berhak melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonom
profesi, ini dimaksudkan agar perawat dapat melaksanakan tugasnya hanya yang
sesuai dengan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan jenjang pendidikan
dimana profesi lain tidak dapat melakukan jenis kompetensi ini;
 Perawat berhak mendapatkan penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi yang
luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan;
 Perawat berhak memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya. Di Indonesia biasanya kita kenal dengan Asuransi
Kesehatan (ASKES), bagi pegawai Negeri sipil (PNS) berhak memiliki ASKES
tersebut tak terkecuali perawat yang berstatus non PNS sebagai jaminan kesehatan
selama menjalani masa tugas hingga masa pensiun nantinya;
 Perawat berhak menerima imbalan jasa profesi yang proporsional sesuai dengan
ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

8
Selanjutnya berkaitan dengan kewajiban Perawat diatur pada Pasal 37 Undang-Undang
Keperawatan, menyebutkan bahwa Perawat wajib:

1. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar


Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundangundangan;
2. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
3. Merujuk pasien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan lain
yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
4. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar; 5. Memberikan
informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah dimengerti mengenai tindakan
Keperawatan kepada pasien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas
kewenangannya;
5. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai
kompetensi Perawat, dan melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
Pemerintah.

Pelimpahan kewenangan terkait tenaga kesehatan diatur dalam Pasal 65 Undang-


Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dan dalam Pasal 32 Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, yang mana dijelaskan bahwa
pelimpahan wewenang tenaga medis kepada perawat diberikan hanya secara tertulis dapat
berupa delegatif maupun mandat dalam pelimpahan wewenang secara delegatif tugas yang
dilimpahkan disertai dengan pelimpahan tanggung jawab. Namun dalam pelimpahan
wewenang secara mandat, pelimpahan tugas tidak disertai dengan pelimpahan tanggung
jawab yang artinya tanggung jawab masih berada pada pemberi mandat. Sebagai tenaga
kesehatan dalam menjalankan tugasnya tidak hanya akan berjalan sesuai harapan, akan ada
suatu masalah yang mungkin muncul maka dari itu sangat diperlukan perlindungan hukum
sebagai bentuk adanya kepastian hukum. Perlindungan hukum pemerintah terhadap perawat
sudah diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, yang isinya menjelaskan bahwa perawat berhak memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar
prosedur operasional dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Prinsip-prinsip etika secara umum, yaitu Otonomi (Autonomy) , berbuat baik
(Beneficience), Keadilan (Justice), Tidak merugikan (Nonmaleficience), Kejujuran
(Veracity), Menepati janji (Fidelity), Kerahasiaan (Confidentiality), Akuntabilitas
(Accountability). Sedangkan komponen dalam prinsip etika meliputi Otonomi, Bersikap
Baik, Keadilan, Tidak Merugikan, Kejujuran, Menepati Janji, Menjaga Rahasia, dan
Akuntabilitas.
Undang-Undang yang mengatur Keperawatan yaitu Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2014 Pasal 1 ayat 2 tentang Keperawatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Pasal 11 tentang Tenaga Kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 36 tentang Hak Perawat dan Pasal
37 tentang Kewajiban Perawat, dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Pasal 65 tentang
Tenaga Kesehatan, serta Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 32 tentang
Keperawatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdhul, y. (2022, desember 2). Retrieved from deepublishstore:


https://deepublishstore.com/blog/etika-keperawatan/#Prinsip_Etik_Keperawatan
Anugra, Asmira. (2022). Retrieved from scribd:
https://id.scribd.com/document/374592215/Contoh-contoh-Kasus-Dalam-Prinsip-Etika-
Keperawatan
Haryati, Tutik Sri, et all, 2019, Manajemen Risiko Bagi Manajer Keperawatan Dalam
Meningkatkan Mutu dan Keselamatan Pasien, Rajawali Pers, Depok

Riasari. (2021, oktober). Retrieved from: https://ojs.rewangrencang.com/index.php

iii

Anda mungkin juga menyukai