Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK 4

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


KODE ETIK KEPERAWATAN

Disusun oleh :
Nabilah Sarli Utami (22230131P)
Tria Anugrah Putri Darfi (22230134P)
Teuku Michael Seupeng (22230132P)

Kelas :
S1 Konversi Kepahiang

Program Studi S1 Keperawatan Konversi


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen
2022/2023
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1. Kode Etik Keperawatan


A. Pengertian Kode Etik Keperawatan
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai
perdoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Kode
etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, serta apa yang tidak benar dan tidak baik
bagi profesional. Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan
penentuan dalam mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik
menunjukan bahwa tanggung jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah
diterima oleh profesi (Kelly, 1987).
Jika anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut,
maka pihak organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan
pihak tersebut dari organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut
bertujuan sebagai penghubung antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan
tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta kolaborasi yang maksimal. Secara
etimologis, etika berasal dari kata Yunani ethikos,ethos,yang berarti adat,
kebiasaan, praktek (Inggris: customs).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip Christine S.T.
Kansil, yang dimaksudkan dengan etika adalah :
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Kode etik perawatan merupakan bagian dari etika kesehatan. Inti dari hal
tersebut, yaitu menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau
pelayanan.
Kozier berpendapat bahwa kode etik keperawatan adalah:
1) Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional serta
memperbaiki dan memelihara standar tersebut
2) Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional. Artinya, diikuti
orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi
anggota profesional
3) Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan
4) Etika akan menunjukan standar profesi untuk kegiatan keperawatan, standar
ini akan melindungi perawat dan pasien.

B. Tujuan Kode Etik Keperawatan


Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang
menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang
konsekuen dan absolut.
Menurut Hasyim, dkk, pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah
upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat
menghargai dan menghormati martabat manusia.
Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau
pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi
keperawatan maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
3) Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4) Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan
agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional
keperawatan.
5) Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa
pelayanan keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam
melaksanakan tugas praktek keperawatan.

C. Fungsi kode etik keperawatan


kode etik keperawatan adalah standar profesional yang dijadikan sebagai acuan
atau pedoman perilaku perawat saat menjalankan profesi pekerjaannya. Tentu
saja kode etik keperawatan ini bersifat wajib dijalankan bagi setiap perawat.
Macam-maam fungsinya yaitu :
1) Untuk membangun sikap kepemimpinan dan juga sikap bertanggung
jawab akan suatu hal.
2) Dapatkan meningkatkan mutu serta pelayanan asuhan keperawatan
3) Mendorong para perawat untuk memiliki sikap loyalitas dan integritas bagi
para masyarakat
4) Untuk memberikan bimbingan kepada para perawat baik secara sistematis
maupun ilmiah guna memecahkan suatu permasalahan yang dimiliki oleh
klien melalui asuhan keperawatan
5) Untuk memberikan motivasi kepada perawat agar terus melakukan
penelitian guna mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang keperawatan.

D. Jenis Kode Etik Keperawatan


1) Autonomy ( Kemandirian)
Sebagai seorang perawat yang profesinal haruslah mampu berpikir logis dan
cepat dalam mengambil keputusan. Selain itu, seorang perawat juga harus
menghormati dan menghargai orang lain khususnya pasien.
2) Beneficence ( Berbuat Baik)
Berbuat baik harus dilakukan kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan,
khususnya ketika sedang memberikan pelayanan keperawatan kepda pasien.
Perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang perawat haruslah berlandaskan
kepada ilmu dan kiat keperawatan.
3) Justice (Keadilan)
Menjunjung tinggi keadilan harus selalu dilakukan oleh seorang perawat.
Contohnya : ketika ada pasien baru masuk dan di waktu yang sama ada pasein
yang membutuhkan bantuan segera maka perawat harus segera
mempertimbangkan berbagai faktor sesuai dengan asas keadilan.
4) Non-Maleficence (Tidak Merugikan)
Seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus
mempertimbangkan bahaya terhadap pasien.
5) Veracity (Kejujuran)
Pada seorang perawat kejujuran adalah hal yang wajib diberikan kepada
pasien.
6) Fidelity (Menepati Janji)
Seorang perawat membutuhkan komitmen yang tinggi dalam menepati janji
terhadap pasien maupun rekan kerja.
7) Confidentiality ( Kerahasiaan)
Perawat harus benra-benar menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh pasien,
harus berani menolak untuk memberikan informasi jika diluar wilayah
pelayanan kesehatan secara tegas, kecuali dalam kondisi tertentu, misalnya
dibutuhkan informasi didalam hukum.
8) Accountability (Akuntabilitas)
Seorang perawat harus memiliki sifat tanggung jawab yang tinggi terhadap
pasien.
9) Freedom (Kebebasan)
Seorang perawat harus secara bebas bekerja menjalankan profesinya tanpa ada
tekanan atau paksaan dalam menentukan sesuatu dari luar dirinya.
10) Advocacy ( Advokasi)
Peran advokasi yang harus dimiliki seorang prawat ini berasal dari etika
beneficince (kewajiban untuk berbuat baik) dan nonmaleficence (kewajiban
tidak merugikan).

2. Isue Etik dalam Praktik Keperawatan


Pengertian Isue Etik dalam Keperawatan
A. Permasalahan Dasar Etika Keperawatan
Dalam banyak hal, seorang perawat seringkali dihadapkan pada masalah etika
dan moral ketika menjalankan fungsinya sebagai perawat. Masalah itu biasanya
adalah pertimbangan prinsip etika yang bertentangan.
Berikut ini, lima masalah dasar etika dan moral menurut yang berhubungan
dengan pertimbangan prinsip etika yang bertentangan (Amelia, 2013).
1) Kuantitas versus Kualitas Hidup
Contoh ilustrasi, yaitu :
Ada seorang ibu yang meminta kepada perawat untuk melepas semua
peralatan medis yang dipasang pada anaknya yang berusia 12 tahun, yang
telah koma selama 1 minggu. Dalam keadaan seperti ini, perawat menghadapi
permasalahan tentang posisi apakah yang dimilikinya untuk menentukan
keputusan secara moral. Sebenarnya perawat tersebut berada pada posisi
kuantitas melawan kualitas hidup, karena keluarga pasien menanyakan apakah
peralatan yang dipasang di hampir semua bagian tubuh pasien dapat
mempertahankan pasien untuk tetap hidup.
2) Kebebasan Versus Penanganan dan Pencegahan Bahaya
Seorang pasien yang menolak untuk dilakukan asuhan keperawatan
pemasangan infus. Ia beralasan tangannya tidak bisa bergerak dengan bebas
apabila dipasang infus. Pada situasi ini, perawat menghadapi masalah dalam
upaya memberikan pelayanan kesehatan yang professional kepada pasien guna
kesembuhan pasien tersebut. Tetapi disisi lain perawat tidak bisa memaksa
pasien tersebut untuk menerima tindakan keperawatan yang akan diberikan
karena pasien tersebut memiliki kebebasan untuk menolak atau menerima
tindakan keperawatan yang akan dilakukan diberikan kepadanya.
3) Berkata Jujur versus Berkata Bohong
Perawat menangani pasien yang terkena suatu penyakit karena
mengkonsumsi obat-obatan terlarang yaitu narkoba. Permasalahan yang
timbul adalah apakah ia harus melaporkan tindakan pasien tersebut kepada
pihak berwajib atau tidak. Sementara pasien sedang berobat dan meminta
pelayanan kesehatan kepada perawat tersebut. Tentu dalam kondisi seperti ini,
tidak mudah bagi perawat untuk mengambil keputusan yang tegas dan tepat.
4) Keingintahuan yang Bertentangan dengan Falsafah Agama, Politik, Ekonomi
dan Ideologi
Kecenderungan beberapa masyarakat yang masih menjadikan jasa
dukun sebagai solusi untuk menyembuhkan sakit kanker, mendapatkan
keturunan, menyembuhkan gangguan kehamilan dan sebagainya. Kejadian ini
memang nyata bahwa masih banyak anggota masyarakat yang lebih memilih
ke dukun daripada ke dokter.
5) Terapi Ilmiah Konvensional Versus Terapi Coba-Coba
Hampir semua suku di Indonesia memiliki praktek terapi konvensional
yang masih dianggap sebagai tindakan yang dapat dipercaya. Secara ilmiah,
tindakan tersebut sulit dibuktikan kebenarannya, namun sebagian masyarakat
mempercayainya.
Misalnya masyarakat percaya bahwa obat sakit perut adalah dengan
cara mengikat perutnya dengan tali rumput yang tumbuh di halaman rumah.
Contoh lain, beberapa masyarakat juga masih percaya bahwa untuk mengobati
sakit gigi adalah dengan cara memberi getah pepohonan tertentu ke gigi yang
berlubang. Bahkan sebagian masyarakat juga masih percaya bahwa untuk
memperindah suara adalah dengan memakan buah pinang yang masih sangat
muda.

Anda mungkin juga menyukai