Anda di halaman 1dari 22

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

Psoriasis

Dosen Pengajar :

1. Ns. Martha K. Silalahi, M.Kep

2. Ns. Seven Sitorus, M.Kep., Sp.KMB

3. Ns. Tri Mochartini M.kep

Disusun oleh:

1. Mega Frisca

2. Mardiana Anjelin D.R

UNIVERSITAS MH. THAMRIN

Jl. Raya Bogor KM.20, RT2/RW.5 Kp. Tengah, Kramatjati Kota Jakarta Timur,

Kode Pos 13450 Telp (021)8096792

2019
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME atas kasih karunia-Nya,sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II.
Sehubungan dengan penyelesaian sampai dengan tersusunnya makalah ini,
dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terimakasih yang setulustulusnya.
Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jakarta, 03-03-2019
Kelompok 9
Daftar Isi
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ..........................................................................................................3
2.2 Etiologi ........................................................................................................3-4
2.3 Patofisiologi .................................................................................................5-6
2.4 Manifestasi Klinis ........................................................................................7
2.5 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................8
2.6 klasifikasi…………………........................................................................9-11
2.7 Penatalaksanaan Medis ............................................................................11-13
2.8 Komplikasi .................................................................................................13-14
2.9 Asuhan Keperawatan …………………………………………………. 14-17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................
3.2 Saran ............................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang menimbulkan masalah yang besar dalam bidang kesehatan
karena penyakit ini bersifat kronik dan residif, yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari
dan mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi (Wu et al., 2011). Psoriasis adalah suatu penyakit kulit
autoimun, inflamatori kronik, yang dimediasi oleh sel T (Bahcetepe et al., 2013; Harden et al., 2015).
Sampai saat ini etiologi penyakit tidak diketahui dengan pasti. Penyakit ini menghasilkan plak eritem
yang ditutupi skuama tebal berwarna keperakan (Eskicirak et al., 2006; Bahcetepe et al., 2013; Harden
et al., 2015). Penyakit ini sangat mengganggu pasien (Eskicirak et al., 2006) sehingga terjadi penurunan
kualitas hidup (Eskicirak et al., 2006; Wu et al., 2011), dan mempengaruhi sistem kesehatan dan sosial
(Wu et al., 2011)
Penyakit psoriasis predominan mengenai kulit dan prevalensi di dunia bervariasi, sesuai dengan
faktor etnik, lokasi geografikal dan lingkungan (Christophers et al., 2003; Bowcock et al., 2004;
Mazlim et al., 2012; Shankarkumar, 2012).
Psoriasis banyak ditemukan di Amerika sekitar 20% memiliki bentuk sedang hingga berat (National
Psoriasis Foundation, 2009) insiden psoriasis lebih rendah pada iklim yang hangat dan cerah. Rata-rata
terjadi pada usia 30-an tahun, tetapi psoriasis juga dapat terjadi disegala usia. Sinar matahari, stress,
perubahan musim, fluktuasi hormon, putus steroid, dan obat tertentu (seperti penyekat beta, litium, dan
klorokuin (antimalarial) tampak bertindak sebagai pemicu terhadap perkembangan gangguan ini.
Penyakit ini mengenai 2-3% dari populasi dunia (Gaspari, 2006; Harden et al., 2015), dan lebih
banyak dijumpai pada orang Amerika, Canada, dan Eropa (Harden et al., 2015). Prevalensi psoriasis
pada Kaukasian 2-5% (Fan et al., 2008; Amr et al., 2010), pada Asian 0,1-0,3% dari populasinya
menderita psoriasis (Zhang, 2009), sedangkan pada orang Turki prevalensinya 1,3% (Bahcetepe et
al., 2013). Di 2 Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang, tahun 2014 ditemukan
pasien baru psoriasis 21 orang dan pasien lama 48 orang dengan total kunjungan pasien di Poliklinik
2442 (prevalensi 2,8%). Tahun 2015 ditemukan pasien baru psoriasis 29 orang dan pasien lama 57
orang dengan total kunjungan pasien di Poliklinik 2932 (prevalensi 2,9%). Tahun 2016 ditemukan
pasien baru psoriasis 24 orang dan pasien lama 72 orang dengan total kunjungan pasien di Poliklinik
2667 orang (prevalensi 3,6%), sehingga terdapat peningkatan prevalensi psoriasis dari tahun ketahun.
Prevalensi ini lebih tinggi dari prevalensi Asian.

Ada beberapa bentuk klinis pada psoriasis, tetapi yang lebih sering ditemukan ialah psoriasis
vulgaris Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit kulit inflamasi kronis residif yang dicirikan oleh
lesi berupa plak eritema yang ditutupi oleh skuama tebal, kasar, kering berwarna putih keperakan pada
area predileksi seperti ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral bagian
bawah, bokong dan genitalia. Selain tempat-tempat tersebut lesi juga dapat dijumpai pada umbilikus
dan ruang intergluteal (Gudjonsson dan Elder, 2012).
Makalah ini mencoba menyajikan tentang penyakit psoriasis yang mencangkup defisini dari
berbagai kutipan buku maupun jurnal. Etiologi dan patoflogram (patofisiologi). Manifestasi klinik dan
pemeriksaan penunjang. Pencegahan dan pentalaksanaan medis, serta komplikasi dan asuhan
keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, penulis mengambil rumusan masalah yang
akan di bahas berupa:
 Apa pengertian dari Psoriasis ?
 Apa penyebab psoriasis?
 Bagaimana manifestasi klinis Psoriasis?
 Apa saja karaktek psoriasis?
 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Psoriasis?
 Bagaimana cara mencegah Psoriasis?
 Bagaimana penatalaksanaan medis yang diberikan untuk Psoriasis?
 Apa saja komplikasi yang terjadi pada Psoriasis?
 Bagaimana asuhan keperawatannya?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
 Mengetahui pengertian Psoriasis.
 Mengetahui etiologi psoriasis.
 Mengetahui manifestasi klinis psoriasis.
 Mengetahui karakter pada psoriasis.
 Mengetahui pemeriksaan untuk psoriasis.
 Mengetahui cara mencegai psoriasis.
 Mengetahui penatalaksanaan medis untuk psoriasis.
 Mengetahui komplikasi pada psoriasis.
 Mengetahui tindakan dalam asuhan keperawatan psoriasis.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulis membagi menjadi tiga bab dalam penulisan makalah ini, bab I Pendahuluan yang
berisikan latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan serta sistematika
penulisan; Bab II pembahasan yang memuat pengertian Psoriasis, etiologi, manifestasi klinis,
karakter penyakit, pemeriksaan penunjang, cara mencegah, penatalaksanaan medis,
komplikasi dan asuhan keperawatan; dan Bab III berupa Penutup, saran, dan simpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psoriasis

Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang dikenal
dengan nama penyakit papulosquamoas.( Price, 1994). Psoriasis adalah suatu dermatosis yang
karonik residif dengan gambaran klinis yang khas yaitu adanya makula eritamatosa yang
berbentuk bulat atau tebal lonjong dengan diatasnya ada skuama yang tebal, berlapis-lapis dan
berwarna putih mengkilat. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001). Psoriasis merupakan penyakit
inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan
kecepatan ± 6 hingga 9 kali lebih besar dari pada kecepatan yang normal. (Brunner & Suddarth,
2002). Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya
mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya
tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh
mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.(
Effendi, 2005). Psoriasis adalah gangguan kulit imun kronis yang ditandai dengan plak terbatas
dan bulat, memerah, dan menonjol yang dilindungi oleh sisik putih seperti perak. Ada beberapa
bentuk yang berbeda, tetapi yang paling sering adalah psoriasis plak (psoriasis vulgaris), yang
terjadi sekitar 80% kasus (American Academy of Dermatology, 2009). Psoriasis merupakan
penyakit kulit yang menimbulkan masalah yang besar dalam bidang kesehatan karena penyakit ini
bersifat kronik dan residif, yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan
mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi (Wu et al., 2011). Psoriasis adalah suatu penyakit kulit
autoimun, inflamatori kronik, yang dimediasi oleh sel T (Bahcetepe et al., 2013; Harden et al.,
2015). Jadi, menurut kelompok pengertian Psoriasis adalah penyakit yang tejadi pada kulit dimana
produksi sel epidermis lebih cepat dibanding produksi sel epidermis normalnya. Bentuknya bulat,
merah, bersisik seperti perak. Penyakit ini mengganggu sistem imun manusia, penyebab belum
diketahui pasti namun penyakit ini tidak menular hanya saja dapat menurunkan kualitas hidup si
penderita.
2.2 Etiologi
Penyebab Psoriasis hingga kini belum diketahui secara pasti. Diduga beberapa faktor sebagai
pencetus timbulnya Psoriasis, antara lain:
a) Faktor Predisposisi
a) Faktor herediter (genetik). Disebutkan bahwa seseorang beresiko menderita
Psoriasis sekitar 34-39% jika salah satu orang tuanya menderita Psoriasis, dan
sekitar 12% jika kedua orang tuanya tidak menderita Psoriasis.
b) Faktor psikis. Sebagian penderita diduga mengalami Psoriasis karena dipicu oleh
faktor psikis. Sedangkan stress, gelisah, cemas dan gangguan emosi lainnya
berperan menimbulkan kekambuhan. Padahal penderita Psoriasis pada umumnya
stress lantaran gemas melihat bercak di kulitnya tak kunjung hilang.
c) Faktor infeksi fokal. Beberapa infeksi menahun (kronis) diduga berperan pada
timbulnya Psoriasis.
d) Penyakit metabolik (misalnya diabetus melitus laten).
e) Faktor cuaca. Pada beberapa penderita mempunyai kecenderungan membaik saat
musim panas dan kambuh pada musim hujan.
b) Faktor Provokatif
a) Faktor trauma
Gesekan dan tekanan pada kulit sering dapat menimbulkan lesi psoriasis pada
tempat trauma dan ini disebut fenomena Koebner.
b) Faktor infeksi
Infeksi Streptokokus di laring dapat merupakan factor pencetus pada penderita
dengan predisposisi psoriasis. Apabila infeksi tenggorokan sembuh, biasanya
psoriasis juga akan sembuh.
c) Obat-obatan
Obat kortikosteroid merupakan obat bermata dua. Pada permulaan dapat
menyembuhkan psoriasis tetapi bila obat ini dihentikan penyakit akan kambuh
lagi bahkan lebih berat. Obat lainnya yaitu klorokuin dan obat antihipertensi
betabloker.
d) Stress Psikologis
Dapat menghambat pertumbuhan sel-sel epidermis, tetapi bila penderita sensitive
terhadap sinat matahari, malahan penyakit psoriasis akan bertambah hebat karena
reaksi isomorfik.
e) Kehamilan
Kadang-kadang wanita yang menderita psoriasis dapat sembuh saat hamil, tetapi
akan kambuh lagi sesudah bayinya lahir, dan penyakit ini akan kebal terhadap
pengobatan selama beberapa bulan.
Pada tahap permulaan, mirip dengan penyakit-penyakit kulit eritro papulo skuamus dermatosa
(penyakit kulit yang memberikan gambaran bercak merah bersisik). Namun gambaran klinis akan
makin jelas seiring dengan waktu lantaran penyakit ini bersifat menahun (kronis).
Gejala-gejala Psoriasis adalah sebagai berikut:
1. Awalnya, psoriasis ditandai dengan bercak merah, kadang gatal, berbatas jelas yang tiba-
tiba muncul di kulit, terutama di siku, lutut, daerah tulang ekor (sakrum), kepala dan
daerah genital. Di permukaan bercak terdapat sisik (skuama) berwarna putih mirip mika
atau putih keperakan, kering, berlapis, kasar dan transparan.
2. Bercak merah membesar, dan beberapa bercak bergabung membentuk bercak yang lebih
lebar.
3. Bercak pada umumnya berbentuk bulat atau oval, berukuran satu hingga beberapa
sentimeter dan menetap dalam waktu yang lama.
4. Selain di kulit, psoriasis dapat mengenai kuku dan sendi (jarang).
5. Berdasarkan bentuk klinis, psoriasis dibedakan menjadi beberapa macam, yakni: psoriasis
vulgaris, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis, psoriasis gutata, psoriasis inversa, psoriasis
eritroderma.
2.3 Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:

1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana pada


kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga
gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan
sel-sel epidermis tidak sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana terdapat
penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-tempat
tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a) Peningkatan replikasi DNA.
b) Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c) Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d) Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan kulit.
Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga
akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan.
Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang
bersangkutan.Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran
sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala
koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular,
inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku
bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di
daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya
penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis
bagian atas.Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat.Sel-sel yang membelah dengan
cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.Proliferasi dan
migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin
yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis
ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin
monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga
abnormal pada penyakit ini.Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan
plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.
PATHWAY PSORIASIS

Peningkatan turnover epidermis Keturunan Biokimia

Kulit tumbuh cepat Spontan Peningkatan replikasi DNA


`
Skauma Berubah kadar siklik nukleotida
`
Hiperkeratotik Kelainan protogladin dan preukosornya

Sel Epidermis tdk sempurna Berubah metabolik karbohidrat

Psoriasis

Limfosit T tersintesisasi Kerusakan jaringan

`Timbul plak kemerahan

Gesekkan

Kulit Sisik

Emosi Stress
Malu

Gangguan Citra Tubuh Ansietas


Integritas kulit
2.4 Manifestasi Klinis
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi oleh sisik
berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan kulit yang hidup
dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat
besar. Jika sisik tersbeut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan titik-
titik perdarahan. Bercak-bercak itu tidak basah dan bisa terasa gatal dan tidak gatal.
Lesi dapat tetap berukuran kecil sehingga terbentuk psoriasis guntata. Biasanya lesi melebar
secara perlahan-lahan, tetapi setelah beberapa bulan kemudian, lesi-lesi tersebut akan menyatu
sehingga terbentuk bercak-bercak ireguler yang lebar. Psoriasis dapat menimbulkan permasalahan
mulai dari masalah kosmetika yang mengganggu hingga keadaan yang menimbulkan cacat dan
ketidakmampuan fisik.
Tempat-tempat tertentu pada tubuh cenderung terkena kelainan ini, tempat-tempat tersebut
mencakup kulit kepala, daerah sekitar siku serta lutut, punggung bagian bawah dan genetalia.
Psoriasis juga dpat ditemukan pada permukaan ekstensor lengan dan tungkai, darah disekitar
sacrum serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri bilateral merupakan ciri khas psoriasis. Pada
kurang-lebih seperempat hingga separuh dari pasien-pasien tersebut mengenai kuku yang
menyebabkan terjadinya pitting, perubahan warna kuku (kuning atau cokelat) serta penggumpalan
pada ujung menebal, hancur dan pemisahan lempeng kuku. Kalau psoriasis terjadi pad atelapak
kaki dan tangan, keadaan ini bisamenimbulkan lesi pustule.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi ultraviolet
dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka panjang dapat
menimbulkan kanker kulit.
2. Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband dengan
panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus masuk ke
dalam light box.
3. Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm)
merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan menggunakan sinar
laser narrowband UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan
narrowband UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati
psoriasis yang resisten.

\
2.6 Klasifikasi
1. Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:
a) Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier
b) Psoriasis folikularis :Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel
rambut.
c) Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d) Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e) Psoriasis girata : Lesi sebesar daun
f) Psoriasis anularis :Lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya
involusi dibagian tengahnya
g) Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap
h) Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup
lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram
i) Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika
2. Didasarkan pada pola-pola klinis, pada psoriasis didapatkan beberapa tipe-tipe berikut ini
menurut Brown & Burns (2005):
a) Psoriasis plak klasik (Vulgaris)
Ini merupakan pola yang paling sering dijumpai.Bisa berupa plak merah tunggal atau multipel,
dengan diameter yang bervariasi mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter, dan
dengan permukaan yang berskuama. Bila dikerok dengan hati – hati maka skuama akan terlihat
seperti memantulkan cahaya, memberi efek seperti perak ( akibat terjadinya parakeratosis pada
stratum korneum ). Gosokan yang lebih keras akan menyebabkan timbulnya pendarahan bintik
pada kapiler.
Plak – plak ini dapat timbul dibagian tubuh manapun, tetapi psoriasis mempunyai tempat
predileksi pada permukaan ekstensor : lutut, siku, dan dasar tulang belakang. Lesi seringkali benar
– benar simetris.Relatif jarang didapatkan pada wajah.Kulit kepala dan kuku sering terkena dan
atropati bisa juga terjadi.(sumber : Brown & Burns, 2005)
Plak-plak cenderung menjadi kronis dan stabil dengan sedikit perubahan dari hari ke hari.Akan
tetapi, plak-plak tersebut perlahan-lahan bisa meluas dan bersatu dengan daerah yang berdekatan.
Dapat juga hilang dengan cara spontan. Kadang-kadang psoriasis juga ditemukan pada tempat
terjadinya trauma atau pembentukan jaringan parut, keadaan ini dikenal sebagai fenomena kobner
atau isomorfik, yang merupaka suatu gambaran yang khas tetapi tidak patognomonik.Paparan
dengan radiasi UV atau sinar matahari alama sering kali memperbaiki psoriasis.
Walaupun sering dikatakan bahwa psoriasis itu tidak gatal tetapi menurut pengalaman kami
banyak pasien mengeluh rasa gatal yang hebat dan kebanyakan pasien mengalami rasa gatal pada
waktu-waktu tertentu.Bahkan sebenarnya dalam bahsa yunani spora berarti gatal.Beberapa bentuk
psoriasis (misalnya, gutata, fleksural) lebih cenderung menyebabkan iritasi.
b) Psoriasis kulit kepala
Psoriasis pada kulit kepala sering ditemukan : pada kenyataannya kulit kepala mungkin
merupakan satu-satunya yang terkena. Kadang-kadang sulit untuk dapat membedakan antara
psoriasis pada kulit kepala dengan dermatitis seboroik berat, tetapi psoriasis umunya lebih
tebal.Sebagai pegangan utama, apabila kita dapat merasakan lesi yang terdapat pada kulit kepala
sekaligus melihatnya, maka kelainan itu kemungkinan adalah psoriasis.
Lesi-lesi bervariasis dari hanya satu atau dua plak sampai berupa suatu lembaran skuama yang
tebal dan menutupi seluruh permukaan kulit kepala.Kadang-kadang skuama bisa menjadi sangat
tebal dan tertancap dalam gumpalan besar yang menempel pada rambut.Keadaan ini disebut
dengan pitiriasis amiantasea.Bisa terjadi kerontokan rambut temporer pada psoriasis kulit kepala
yang parah.(Sumber: Brown & Burns, 2005)
c) Psoriasis kuku
Kelainan pada kuku sering didapatkan, dan merupakan petunjuk diagnosis yang penting
apabila lesi pada kulit hanya ada beberapa, atau tidak khas.Perubahan pada kuku hampir selalu
terjadi pada psoriasis atropatik.
Terdapat dua kelainan yang dapat terjadi bersama-sama maupun sendiri-sendiri, yaitu lekukan
(pitting) dan onikolisis.Cekungan kuku pada psoriasis relatif besar dan tidak teratur, berbeda
dengan yang terdapat pada alopesia areata.Onikolisis pada awalnya menimbulkan daerah
kemerahan yang gelap yang dikelilingi bagian yang berwarna merah muda seperti warna ikan
salmon, tetapi kemudian warna kuku berubah menjadi ciklat atau kuning.Kadang-kadang terasa
sakit.Kelainan kuku ini terutama onikolisis dapat juga timbul tanpa ditemukannya tanda lain
(psoriasis).
Kadang-kadang perubahan pustular terjadi pada ujung jari dan kuku (kadang disebut dengan
akrodermatitis kontinua) perubahan yang serupa dapat menyertai pustulosis palmo_plantar kronis
pada psoriasis bentuk eritrodermik atau pustular, keseluruhan kuku bisa menjadi kasar dan berubah
warna.(Sumber: Brown & Burns, 2005)
d) Psoriasis gutata
Psoriasis gutata sering timbul mendadak, dan dapat menyertai suatu infeksi, terutama infeksi
streptokokus pada tenggorokan. Hal tersebut merupakan cara umum timbulnya psoriasis, terutama
pada usia dewasa muda.
Gutata (guttate) dalam bahasa latin berarti ‘tetesan’. Kebanyakan lesi berukuran sekitar satu
sentimeter dan biasanya warna lebih pucat bila dibandingkan dengan bercak psoriasis yang telah
mantap, setidaknya pada fase awal.Diagnosis banding yang utama adalah pitriasis rosea, paling
mudah dibedakan dengan adanya skuama parakeratosis pada psoriasis, dan bentuk lesinya (bulat
pada psoriasis gutata, oval pada pitriasis rosea).Pada psoriasis gutata dapat timbul rasa gatal.
Lesi-lesi pada psoriasis gutata sering cepat hilang, tetapi pada beberapa pasien bisa membesar
dan menjadi plak yang menetap.(Sumber: Brown&Burns, 2005)
e) Psoriasis fleksural
Psoriasis fleksural dapat menyertai lesi plak yang khas, namun juga dapat terlihat tersendiri,
atau berkaitan dengan kelainan-kelainan pada kulit kepala dan kuku.Lesi bisa ditemukan pada
daerah lipat paha, celah pada bayi sumbing (natal cleft), aksila, umbilikus dan lipatan dibawah
payudara.Selalu didapatkan adanya maserasi, dan skuama pada permukaan kulit sering hilang,
meninggalkan penampakan erimatosa yang seperti daging. Kelainan ini sulit dibedakan dengan
dermatitis seboroik fleksural, sehingga carilah kelainan pada kuku atau tanda psoriasis ditempat
lain. Beberapa dermatolog percaya terdapat satu fase dimana kedua kelainan saling tumpang
tindih, yang kemudian disebut dengan kelainan ‘sebo-psoriasis’.
Psoriasis fleksural sering terasa gatal. Berhati-hatilah terhadap kemungkinan adanya
sensitifitas kontak sekunder karena pemakaian obat-obat anti gatal yang dijual bebas.(Sumber:
Brown&Burns, 2005)
f) Brittle psoriasis (psoriasis yang rapuh)
Kadang-kadang anda akan menghadapi pasien psoriasis dimana tidak adanya plak yang tebal
dan stabil, tetapi yang ada adalah daerah berskuama tipis yang tidak stabil. Lesi bisa timbul secara
de novo atau berkembang secara mendadak pasien psoriasis yang kelainannya stabil selama
bertahun-tahun. Salah satu penyebab keadaan seperti ini adalah terapi steroid sistemik (sering
digunakan untuk kelainan yang lain), sedangkan steroid topikal yang poten dapat juga
menyebabkan psoriasis yang stabil menjadi keras namun rapuh (brittle).
Maksud dari brittle psoriasis adalah bahwa lesi bisa menyebar ke seluruh tubuh dengan cepat,
terutama apabila diobati dengan obat-obatan yang poten dan mengarah pada terjadinya eritroderma
atau bahkan psoriasis pustular akut.(Sumber: Brown&Burns, 2005)
g) Psoriasis eritrodermik
Apabila plak-plak psoriasis menyatu dan mengenai sebagian besar atau seluruh kulit, maka
akan timbul eritroderma atau dermatitis eksfoliatif.
Psoriasis mungkin menjadi eritrodermik dalam proses yang berlangsung dengan lambat dan
tidak dapat dihambat, atau sangat cepat. Kadang-kadang psoriasis erotridermik dapat timbul de
novo.Obat-obat steroid sistemik atau topikal yang poten bisa mempercepat terjadinya psoriasis
eritrodermik.
h) Psoriasis pustular akut (Von Zumbusch)
Keadaan ini sangat serius.Pasien dengan atau tanpa psoriasis sebelumnya secara tiba - tiba
terserang eritema yang menyebar luas, dan ditumpangi dengan adanya pustula.Pustula ini bisa
bergabung membentuk danau-danau yang berisi pus.Pustula ini steril.
Pasien mengalami panas tinggi yang naik turun, kelihatan parah dan merasa tidak sehat, serta
didapatkan leukositosis. Apabila pasien tidak segera diobati, maka penyakitnya akan bertambah
parah dan mungkin bisa meninggal, seringkali akibat terjadinya infeksi sekunder.(Sumber:
Brown&Burns, 2005)
i) Pustulosis palmo-plantar kronis
Masih diperdebatkan tentang apakah ada hubungan antara kelainan ini dengan bentuk-bentuk
yang lain dari psoriasis. Tindakan biopsi memperlihatkan gambaran patologis berbentuk serupa
psoriasis, tetapi tidak umum bagi pasien untuk terserang pustulosis palmo-plantar kronis yang
berkaitan tipe-tipe lain dari psoriasis.
Perubahan yang khas terdiri dari bercak-bercak tersebut lambat laun berubah menjadi coklat,
berskuama, dan mengelupas.Kondisi tersebut biasa terasa tidak nyaman dan sakit, alih-alih gatal.
Lesi bisa didapatkan dalam ukuran kecil saja pada satu tangan atau kaki, atau bisa juga
menutupi seluruh permukaan kedua telapak tangan dan telapak kaki.Kelainan ini bisa
menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan ekstermitasnya yang terserang penyakit
tersebut.(Sumber: Brown&Burns, 2005)
3. Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti:
a. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau lipatan-lipatan
tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah payudara dan lainnya.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit kepala, alis mata,
belakang telinga dan sebagainya
2.7 Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis, meningkatkan
revolusi lesi psoriatic dan pengendalian penyakit tersebut karena pengobatan yang menyembuhkan
belum diketahui.
Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien,
pedekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak begitu mempengaruhi cara hidup
pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula
keluarganya
1. Terapi Topikal
Preparat yang dioleskan secara topical digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis yang
berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya
2. Anthralin
Perparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème , Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatic
yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparater lainnya. Sesudah
menangani anthralin kedua belah tangan harus ibasuh sampai bersih karena konjungtivitis kimia
bisa terjadi jika tangan yang masih mengandung obat disebut menyentuh mata. Preparat anthralin
dibiarkan pada kulit selama 8-12 jam.
3. Kartiko Steroid Topikal
Dapat dioleskan untuk memberikan efk anti-inflamasi. Setela obat ini dioleskan kebagian kulit
yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastic oklusif untuk menggalakan penetrasi obat dan
melunakkan plak yang bersisik. Plester yang dibubuhi kortiko steroid dapat digunakan pad apasien
dengan plak yang relative sedikit tetapi resisten.

4. Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan
inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan
dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi
dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien
dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.Pemakaian sampo
ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit
kepala.Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya
memakai sikat lunak pada waktu mandi.
5. Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat
dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan
resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik
dengan obat ini.
6. Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga
mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat
toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi,
pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem
hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat
karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat bersifat
teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring
pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang
dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus
psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat
terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller,
1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan
memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian
pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis
yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah
psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat
fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti
dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma
mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun
diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet
A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA
bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya
kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian
diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar
ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang
gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh.
Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal terbatubara (terapi goeckerman). Efek
sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin
A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada
penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
h. Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis adalah
dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih
cepat mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala
psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”.Masa remisi fototerapi
tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.

2.8 Komplikasi
Menurut Corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah :
a. Infeksi kulit yang parah dapat terjadi
b. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut artritis psoriatika, timbul pada
sekitar 30-40% pasien psoriasis. Bila berat, psoriasis dapat menjadi penyakit yang melemahkan.
c. Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang menimbulkan stres psikologis, ansietas,
depresi, dan marah.
d. Psoriasis Pustulosa
Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-pustula kecil dengan
ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis postula.
Ada 2 bentuk psoriasis postula:
1. Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch)
Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri eritematosa
disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula dapat timbul diatas lesi psoriasis
atau pada kulit sehat yang mengalami eritema sebelumnya.Lesi ini menyebar dengan cepat dan
timbulnya bergelombang.Postula yang timbul tersusun berkelompok atau diskret.
Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah.Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami
kelainan.Kematian terjadi karena toksik atau infeksi.
2. Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber)
Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan.Biasanya menyerang
telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris.Lesi berupa postula diatas plak
eritematosa, berskuama.Postula yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah menjadi
kuning kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap.Akhirnya postula yang
kering ini mengelupas.Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering timbul keluhan seperti
rasa terbakar.
e. Psoriasis arthritis
Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki.Pada stadium
akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit.Bila berlangsung lama dapat
menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini
mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi.Secara
rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas
tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi.
f. Psoriasis eritrodermia
Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat berkembang
menjadi eritodermia.Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih yang
halus.Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau penyinaran yang berlebihan.
Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritodermia menghilang dan lesi
psoriasis yang khas akan muncul kembali.

2.9 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Dalam identitas biasanya mencakup nama, umur, alamat, pekerjaan, No. MR, agama
dan lain-lain yang dianggap perlu.
b. Keluhan utama
Tanyakan apa yang dirasakan oleh klien saat dibawa ke rumah sakit
c. Riwayat Kesehatan sekarang
o Tanyakan mulai kapan gejala timbul
o Tanyakan perjalanan penyakit, apakah terus menerus dari ringan, sedang, sampai
berat
o Apakah keluhan dirasakan hilang timbul
o Tanyakan apakah pada saat/musim tertentu
o Sebelum gejala timbul, apakah klien mengkonsumsi obat-obatan tertentu
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
o Tanyakan pada klien apakah pernah menderita penyakit ini sebelumnya
o Tanyakan pernahkah klien mendapatkan pengobatan sebelumnya dan bagaimana
hasilnya
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
o Apakah dalam keluarga, ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita klien
o Bagaimana lingkungan tempat tinggal klien
f. Pola Nutrisi Metabolik
o Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan
o Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas
o Jenis makanan yang disukai
o Napsu makan menurun
o Muntah-muntah
o Penurunan berat badan
o Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan
o Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal
sekunder akibat psoriasis.
b. Gangguan Body image berhubungan dengan ketakutan perubahan bentuk tubuh
c. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat
penyakit psoriasis
d. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri

3. Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan Noc Nic

1 Kerusakan integritas kulit berhubungan Tujuan : a. Kaji keadaan kulit


dengan inflamasi antara dermal- Kerusakan integritas kulit dapat b. Kaji keadaan umum
epidermal sekunder akibat psoriasis teratasi dan observasi TTV
KH : c. Kaji perubahan warna
a. Area terbebas dari infeksi kulit
lanjut d. Pertahankan agar
b. Kulit bersih, kering, lembab. daerah yang terinfeksi
tetap bersih dan kering
e. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat-obatan

2 Gangguan Body image berhubungan Tujuan : a. Kaji ulang perubahan


dengan ketakutan perubahan bentuk Ketakutan teratasi biologis dan fisiologis
tubuh KH : b. Gunakan sentuhan
a. Klien menyatakan sebagai toleransi
peningkatan kenyamanan c. Dukung jenis koping
psikologis dan fisiologis yang disukai ketika
b. Dapat menjelaskan pola mekanisme adaptif
koping yang efektif dan tidak digunakan
efektif d. Anjurkan untuk
c. Mengidentifikasi respons mengekspresikan
kopingnya sendiri. perasaannya
e. Anjurkan untuk
menggunakan
mekanisme koping yang
normal
f. Anjurkan klien untuk
mencari stresor dan
menghadapi rasa
takutnya

3 Ansietas yang berhubungan dengan Tujuan : a. Kaji tingkat ansietas


perubahan status kesehatan sekunder Ansietas dapat diminimalkan dan diskusikan penyebab
akibat penyakit psoriasis sampai dengan diatasi b. Kaji ulang keadaan
KH : umum pasien dan TTV
a. Pasien tampak rileks c. Berikan waktu pasien
untuk mengungkapkan
b. Pasien mendemonstrasikan masalahnya dan
atau menunjukan kemampuan dorongan ekspresi yang
mengatasi masalah dan bebas misalnya marah,
menggunakan takut, ragu
sumber-sumber secara efektif d. Jelaskan semua
c. Tanda-tanda vital normal prosedur dan
d. Pasien melaporkan ansietas pengobatan
berkurang sampai tingkat dapat e. Diskusikan perilaku
diatasi koping alternatif dan
teknik pemecahan
masalah
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan dari keseluruhan makalah dapat kita ambil secara garis besar yakni sebagai
berikut :
Psoriasis adalah penyakit yang tejadi pada kulit dimana produksi sel epidermis lebih cepat
dibanding produksi sel epidermis normalnya. Bentuknya bulat, merah, bersisik seperti perak.
Penyakit ini mengganggu sistem imun manusia, penyebab belum diketahui pasti namun penyakit
ini tidak menular hanya saja dapat menurunkan kualitas hidup si penderita. Faktor pendukung
penyebab psoriasis ialah genetic, psikis, infeksi fokal, penyakit metabolic, cuaca. Faktor pencetus
pada psoriasis diantaranya stres psikik, infeksi fokal, trauma (fenomena kobner), kehamilan, dan
obat-obatan
Terjadinya psoriasis mungkin dikarenakan peningkatan sel epidermis yang lebih cepat di
bandingkan kulit yang normal. Matur kulit ini menonjol dan menimbulkan plak berwarna
kemerahan lalu bentuk bercak sisik pada kulit itu ialah penumpukan sel kulit yang hidup dan mati.
Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa gatal atau tidak gatal. Pemeriksaan untuk psoriasis ada tiga
jenis yaitu : pengobatan fotokemoterap, fototerapi UVB konvensional, fototerapi dengan alat
Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm) yang memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
Jenis-jenis psoriasis ada 9 yaitu : Psoriasi plak klasik, kulit kepala, kuku, gutata, fleksural,
Brittle psoriasis (psoriasis yang rapuh), eritrodermik, pustular akut (Von Zumbusch), palmo-
plantar kronis. Pemberian obat secara medis bukan untuk menyembuhkan psoriasis tetapi untuk
memperlambat pertumbuhan sel epidermis. Komplikasi Psoriasis Menurut Corwin (2009) ada :
Infeksi kulit, artritis deformans, berdampak pada penurunan harga diri, dan Psoriasis pustulosa.
3.2 Saran
Menurut kelompok untuk penyakit psoriasis disarankan untuk tidak menggaruknya atau
menggesek pada area kulit karena akan menimbulkan kelainan yang sama pada kulit atau perluasan
penyakitnya. Hindari pemakaian obat anti alergi yang hanya menghilangkan penyakit sementara.
Contohnya steroid oral.
Lakukan pola hidup yang sehat serta hindari stress. Tidak terus-menerus memikirkan
penyakitkan terhadap penampilan hingga dapat menurunkan kualitas diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. EGC: Jakarta.


Doengoes, E, Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 6.
EGC: Jakarta.
Smeltzer dan Bare.Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth Vol.3.Edisi 8. EGC: Jakarta.
Syaifuddin.2006. Anatomi Fisiologi Untuk mahasiswa keperawatan, Edisi 3. EGC: Jakarta.
http://scholar.unand.ac.id/23515/2/BAB%20I%20OK.pdf
Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5 Vol 2 EGC : Jakarta
Naldi, L., et al. Cigarette Smoking, Body Mass Index, and Stressful Life Events as Risk Factors
of Psoriasis.
J Invest Dermatol. 2005. 125 : 61 – 67.

Anda mungkin juga menyukai