Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan

bagian dari keluarga. Didalam sebuah keluarga terdapat tujuan, tugas dan fungsi

serta peran-peran angota keluarga. Didalam fungsi keluarga salah satunya yaitu

terdapat fungsi pemenuhan kesehatan (Friedman, Marilyn M. (2010).

Fungsi pemenuhan kesehatan keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitufaktor keturunan, lingkungan pelayanan kesehatan dan prilaku dari keluarga

itu sendiri dalam melakukan pemeliharan kesehatan guna untuk mengatasi

masalah yang muncul terutama masalah dengan kesehatan. Salah satu upaya

untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal perlu dilakukan asuhan

keperawatan keluarga khususnya keluarga dengan resiko tinggi atau keluarga

yang rentan mengalami masalah kesehatan (Friedman, Marilyn M. (2010).

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga pendekatan yang

digunakan adalah dengan asuhan keperawatan. Dengan pendekatan ini maka

dapat membantu petugas kesehatan khususnya perawat untuk

mengidentifikasikan masalah-masalah kesehatan didalam keluarga dan

membantu keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang

ditemukan.Permasalahan atau gangguan kesehatan yang dapat timbul didalam

keluarga terdiridari semua sistem termasuk dalam gangguan sistem

muskuloskeletal salah satunya yaitu rematik (Jhonson R. dan Leny R (2010).


2

Seiring dengan bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan-

perubahan tubuh salah satunya sistem jaringan dan sistem organ yang dimulai

sejak awal kehidupan hingga akhir kehidupan. Perubahan ini juga terjadi dalam

sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang mungkin dapat muncul beberapa

golongan rematik. Rematik yangmenyerang orang dewasa yaitu disebut artritis

rematoid. lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki .(Arif

Mansjoer, 2009).

Penyakit rematik yang sering disebut artritis (radang sendi) dan dianggap

sebagai satu keadaan yang sebenarnya terdiri lebih dari 100 tipe kelainan yang

berbeda.. Penyakit ini terutama mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum,

tendon dan persendian. Rematik dapat menyerang laki-laki dan wanita dengan

segala usia. Sebagian gangguan terjadi dalam waktu tertentu dalam kehidupan

pasien Sebagian gangguan terjadi dalam waktu tertentu dalam kehidupan

pasien. Dampak ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya

menimbulkan gangguan kenyamanan.

Masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa

keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari

tetapi juga efek sistemik yang dapat menimbulkan kegagalan organ dan

kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah,

perubahan citra diri serta gangguan tidur (Brunner and suddart, 2002). Dalam

keadaan yang lebih lanjut bisa bersifat akut atau insidius, dan perjalanan

penyakitnya dapat ditandai oleh remisi (suatu periode ketika gejala penyakit

berkurang atau tidak terdapat) dan eksaserbasi (suatu periode ketika gejala

penyakit terjadi atau bertambah berat). Tetapi dapat sangat sederhana dan

bertujuan untuk melokalisasi rasa nyeri, atau dapat kompleks dan dimaksudkan
3

untuk mengurangi efek sistemiknya. Perubahan yang permanen dapat terjadi

akibat penyakit ini.

Fakta statistik mengenai arthritis sangat mengejutkan yaitu 14,3 % dari

populasi Amerika Serikat (Gordon, 2002). Data diAmerika Serikat juga

menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi dari rheumatoidArthritis adalah pada

suku Amerika Indian dibanding dengan yang Non Indian.Lebih dari 36 juta

penduduk Amerika menderita 1 dari 100 jenis artritis (Reeves,Roux & Lockhart,

2001). Di Indonesia sendiri diperkirakan kasus rheumatoidarthritis berkisar 0,1

% sampai dengan 0,3 % dari jumlah penduduk Indonesia yaitu sebanyak

237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783

perempuan. Berdasarkan data yang diambil dari wikipedia jumlah penduduk

DKI jakarta khususnya Jakarta pusat berkisar 898.883 jiwa.jumlah kasus

rheumatoid di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih bekisar 674 jiwa.

Sedangkan jumlah kasus rheumatoid di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih

Barat II berkisar 2551jiwa, Dari hasil survei yang yang dilakukan

mahasiswajumlah penduduk di RW 09 berjumlah 1455 jiwa dan penderita

rematik sebanyak 32 jiwa dengan presentase 3,49%.

Begitu banyak kasus rematik dan akibat yang dapat ditimbulkannya.

Untuk itu penulis tertarik untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan

rematik sehingga penulis mendapat pengalaman nyata dalam memberikan

asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan.
4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari tujuan umum dan

tujuan khusus. Adapun tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan

penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga yang mengalami rematik dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan.

2. Ttujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah rematik.

b. Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah rematik

untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

c. Melakukan penapisan masalah untuk memprioritaskan diagnosa

keperawatan.

d. Menyusun rencana keperawatan keluarga dengan masalah rematik.

e. Meleksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada keluarga

dengan rematik.

f. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada

keluarga dengan masalah rematik.

g. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga dengan

masalah rematik

h. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata

i. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam memberikan

asuhan keperawatan keluarga


5

C. Metode Penulisan

1. Metode Observasi Partisipasi

Dalam melakukan asuhan keperawatan ini, penulis berinteraksi

dengan pasien, keluarga pasien, dan perawat ruangan yang bersangkutan.

2. Metode Wawancara

Penulis menggunakan teknik wawancara dengan pasien yang

meliputi keluhan-keluhan yang dirasakan pasien.

3. Metode Studi Dokumenter

Studi dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan melihat catatan medik dan status pasien baik sekarang maupun yang

lalu dengan tujuan untuk memperoleh data yang obyektif dan lengkap.

4. Metode Studi Literatur

Pengumpulan data dengan cara menggali sumber-sumber pengetahuan

melalui buku-buku perpustakaan masalah pasien yaitu perilaku kekerasan.

(Nursalam, 2009)

D. Sistematika Penulisan

Penulis menyusun karya tulis ilmiah ini menggunakan sistematika yang

terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN, Latar Belakang, Tujuan Penulisan,

Pengumpulan Data, Sistematika Penulisan, Manfaat Penulisan.

KONSEP DASAR, Pengertian, Etiologi, Klasifikasi, Patofisiologi,


BAB II
Pahtway, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan
:
Penunjang, Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi.
6

BAB III TINJAUAN KASUS, Pengkajian, Analisa Data, Prioritas Masalah,

Rencana keperawatan, Tindakan Keperawatan, Evaluasi.


BAB IV

PEMBAHASAN, Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi,

Implementasi, Evaluasi.
:
PENUTUP, Simpulan, Saran
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

E. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Institusi pendidikan.

Sebagai bahan bacaan pada kepustakaan institusi dalam meningkatkan kualitas

pendidikan pada masa yang akan datang dibidang keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit.


7

Sebagai unit pelayanan keperawatan dalam rangka mengambil kebijakan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang mengalami

rematik

3. Bagi Pembaca

Memberikan pengertian dan pengambilan keputusan yang tepat kepada

pembaca khususnya dalam mengatasi kasus rematik.

4. Bagi Penulis.

Sebagai tambahan pengalaman dan pengatahuan bagi penulis dalam penerapan

ilmu pendidikan kesehatan yang telah didapatkan selama di pendidikan.


8

BAB II

TINJAUAN TEORI

Sebelum membahas lebih lanjut tentang asuhan keperawatan keluarga, maka

pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori yang melandasi asuhan

keperawatan yang diberikan meliputi konsep penyakit rematik dan konsep asuhan

keperawatan keluarga.

A. Konsep Penyakit Rematik

Pada sub bab ini akan diuraikan menganai konsep penyakit rematik yang

meliputi pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan pada rematik

1. Pengertian

Dibawah ini akan diuraikan mengenai beberapa pengertian mengenai

rematik. Menurut junaidi. Iskandar (2008) artritis reumatoid adalah suatu

penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik

yang terutama mengenai jaringan persendian dan organ tubuh lainya.Artritis

reumatoid merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh

diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan

peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian,

biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran

sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.

(Wikipedia, 2012). Suatu sindroma yang kronis dengan gejala yang tidak khas,

menyerang sendi perifer dan simetris,otot-otot skeletal, tulang ligamentum,

tendon dan persendian. Bila penyakit berlarut – larut, terjadi penghancuran

jaringan sendi dan sekitarnya. (Penyakit Tulang dan Persendian Arthritis atau

Arthralgia hal 98, 2006).


9

Dari ketiga pengertian disana maka dapat disimpulkan bahwa artritis

reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi yang mengenai jaringan ikat sendi

yang terutama mengenai otot-otot skeletal, tulang ligamentum, tendon dan

bersifat progesif, simetri dan sistemik, serta belum diketahui penyebab terjadinya

artritis reumatoid.

2. Patofisiologi

Pada sendi synovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung

tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin untuk mempermudah

gerakan. Membrane synovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan

mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar tulang. Cairan synovial ini

berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang

memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat (Asep

Chandra. 2008)

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan

degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Semua penyakit reumatik

meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi

sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada

penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan

degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat

pembentukkan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan

akibat dari respons imun. Sebaliknya pada penyakit rematik degenerative dapat

terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta

menggambarkan suatu proses reaktif dan lebih besar kemungkinannya untuk

terlihat pada penyakit yang lebih lanjut.sinovitis dapat berhubungan dengan


10

pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas deri kartilago artikuler.

Kartilagoartikuler mengalami degenerasi, faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi adalah imunologi. Pemahaman mengenai bagaimana proses ini

saling berhubungan merupakan kunci untuk menetapkan diagnostik,

penatalaksanaan penyakit dan intervensi keperawatan yang akurat bagi penderita

penyakit rematik (Asep Chandra. 2008)

3. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Untuk artritis reumatoid yang dini , Penangan medik dimulai dengan

pemberian salisilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Jika diberikan dalam

dosisi terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti-

inflamasi maupun analgesik. Pasien perlu diberitahukan untuk penggunaan

obat sesuai resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa

dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat

mencapai tingkat yang optimal. Pada keadaan akut kadang dibuutuhkan

steroid atau imunosupresan. Pada keadaan kronik sinovektomi mungkin

berguna bila tidak ada destruksi aendi yang luas. Bila terdapat destruksi sendi

atau deformitas, dapat dianjurkan artrodesis atau artroplastik (Meiner,

Lueckenotte, 2006)

b. Penatalaksanaan Non Medis.

Terapi dimulai dengan pendidikan pasien, keseimbangan antara

istirahat dengan aktivitas , diet rendah lemak dan kolesterol,mengkonsumsi

makanan kaya vitamin C, latihan rentang gerak dan rujukan ke lembaga


11

kemasyarakatan yang dapat memberikan dukungan (Perry Anne G., Potter

Patricia A. , 2006)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga

Pada sub bab ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai konsep

keluarga dan konsep proses keperawatan keluarga.

1. Konsep Keluarga

Di dalam konsep keperawatan keluarga hal yang akan dibahas yaitu

mengenai pengertian keluarga, tipe keluarga, struktur keluarga, peran

keluarga, fungsi keluarga dan tahap perkembangan keluarga serta tugas

perkembangan keluarga.

a. Pengertian Keluarga

Pengetian keluarga menurut Suprajitno (2004) adalah kumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan,

emosional dan inndividu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga. Menurut Suprajitno (2004)

mendefinisikan keluarga sebagai suatu ikatan/ persetujuan hidup atas

dasar perkawinanantara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup

bersama atau seorang laki-laki atau seorangperempuan yang sudah

sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan

tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan (Dep.kes.RI.2003)


12

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah kelompok manusia yang hidup dalam satu rumah, saling

berinteraksi dan saling mempengaruhi keluarga tersebut jika dalam

keluarga ada salah satu anggota keluarga yang mempunyaai masalah

kesehatan , maka akan mempengaruhi sistem kesehatan keluarga sacara

keseluruhan.

2. Tipe atau Jenis Keluarga

Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Zaidin Ali (2010) membagi tipe

keluarga tradisional menjadi 8 tipe keluarga yaitu :

1) Nuclear Family (keluarga inti)

Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi

tanggunganya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak

keluarga lainya.

2) Extended Family (keluarga besar)

Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang

tinggal salam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain.

3) Single Parent Family

Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup

bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.

4) Nuclear dyed

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,

tinggal dalam satu rumah yang sama

5) Blanded Family
13

Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang

masing-masing pernah menikah dan membawa anak dari hasil

perkaawinan mereka sebelumnya.

6) Three generation Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek,

bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

7) Single adult living alone

Bentuk keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa yang hidup

dalam rumahnya.

8) Middle age atau elderly couple

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya. Tipe

keluarga non tradisional menurut Sussman (1974) yang dikutip oleh

Santun Setiawati (2008) membagi keluarga non tradisional menjadi 6

yaitu:

1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah

2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah

3) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)

4) Keluarga gay

5) Keluarga lesbi

6) Keluarga komuni : keluarga dengan lebih dari satu pasangan

monogami dengan anak-anak yang secara bersama-sama

menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang

sama
14

b. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga

melakukan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya. suprajitno ( 2004)

mengatakan terdapat empat elemen struktur keluarga yaitu:

1) Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam

keluarga sendiri dan peranya di lingkungan masyarakat atau peran

formal dan informal.

2) Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3) Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu

(orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota

keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

4) Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk

mengubah prilaku keluarga yang mendukung keluarga.

c. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1986) yang dikutip oleh Santun Setiawati

(2008), mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga antara lain :

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan

keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling

mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.


15

2) Fungsi Sosial

Fungsi sosial adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi

dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi

3) Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang , pangan, dan papan.

5) Fungsi perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah

terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan.

d. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga dan Tugas Perkembangan

Keluarga

Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mempunyai tahapan

perkembangan sesuai dengan perkembangan anggota keluarga. Masing –

masing tahapan perkembangan keluarga mempunyai tugas yang harus

diselesaikan. Menurut Duvall dan Miller dikutip oleh Friedman (1998)

yang dikutip oleh Santun Setiawati (2008), yaitu :

1) Keluarga pemula (Begginning family) : Adalah keluarga yang baru

menikah, keluarga baru, dan perpindahan dari keluarga asal atau

status lajang ke hubungan baru yang intim.Tugas perkembangannya

adalah membangun sebuah perkawinan yang saling memuaskan,


16

menghubungkan ikatan persaudaraan yang harmonis, dan keluarga

berencana.

2) Keluarga yang sedang mengasuh anak (Child Bearing) : Tahap ini

dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30

bulan. Tugas perkembangannya adalah membentuk keluarga muda

sebagai unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam

sebuah keluarga), merekonsiliasi tugas perkembangan yang

bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan

hubungan perkawainan yang memuaskan, dan memperluas

persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran

orang tua dan kakek, nenek.

3) Keluarga dengan anak usia pra sekolah : tahap ini dimulai ketika

anak pertama berusia 2 ½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5

tahun. Tugas perkembangannya yaitu memenuhi kebutuhan

anggota keluarga seperti (rumah, ruang bermain, privasi,

keamanaan), mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang

baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, serta

mempertahankan hubungan yang sehat dengan keluarga (hubungan

perkawinan danhubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas )

4) Keluarga dengan anak usia sekolah : Tahap ini dimulai ketika anak

berusia 6 tahun ( mulai masuk sekolah dasar), dan berakhir pada

usia 13 tahun (awal dari usia remaja). Tugas perkembangannya

adalah mensosialisasikan anak-anak, (meningkatkan prestasi

sekolah, mengambangkan hubungan dengan teman sebaya yang


17

sehat), mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

5) Keluarga dengan anak remaja : Tahap ini dimulai ketika anak

pertama berusia 13 tahun hinggaberusia 19 atau 20 tahun. Tugas

perkembangannya adalah mengembangkan kebebasan bertanggung

jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri,

Memfokuskan kembali hubungan pernikahan, berkomunikasi secara

terbuka antara orang tua dengan anak.

6) Keluarga melepaskan anak usia dewasa muda : Fase ini ditandai

oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir

dengan “ rumah kosong “ ketika anak meninggalkan rumah. Tugas

perkembangannya adalah memperluas siklus keluarga dengan

memasukan anggota keluarga baru yang didapat melalui pernikahan

anak-anak, melanjutkan/memperbaharui keharmonisan pernikahan

dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan dan, membantu

orang tua lanjut usia dan cenderung sakit – sakitan dalam kehidupan

dan kesehatannya.

7) Orang tua usia pertengahan : Tahap ini dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian

salah satu pasangan orang tua. (Tahap ini dimulai biasanya ketika

orang tua memasuki usia 45 – 55 tahun dan berakhir pada saat salah

seorang pasangan pensiun biasanya 16 – 18 tahun kemudian).Tugas

perkembangannya adalah menciptakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan harmonis dan


18

penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak, serta

memperkokoh hubungan perhikahan.

8) Keluarga dalam masa pensiun dan lansia : Tahap ini dimulai ketika

salah satu/pasangan suami istri memasuki masa pensiun, sampai

dengan salah satu pasangan meninggal dunia. Tugas

perkembangannya adalah mempertahankan pengaturan kehidupan

yang memuaskan, menyesuaikan diri terhadap pendapatan yang

menurun, mempertahankan hubungan pernikahan, menyesuaikan

diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan

keluarga antar generasi, meneruskan upaya memahami eksistensi

mereka/penelaahan dan integrasi hidup.

3. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan salah satu pemdekatan yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah keperawatan keluarga. Langkah – langkah proses

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

a. Pengkajian

Data yang perlu dikaji pada keluarga menurut Friedmen (2010),

sebagai berikut :

1) Data dasar keluraga meliputi nama kepala keluarga, usia, pendidikan,

pekerjaan, alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga,

agama, status sosial ekonomi,aktifitas rekreasi, riwayat dan tahap

perkembangan keluarga, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga

sebelumnya.
19

2) Lingkungan meliputi perumahan, denah rumah, pengelolaan sampah,

sumber air, jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sosial

dan fasilitas kesehatan, karakteristik tetangga dan komunitas,

mobilitas geografis keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem

pendukung keluarga sebelumnya.

3) Struktur keluarga meliputi

a) Pola dan proses komunikasi keluarga yang menjelaskan cara

keluarga berkomunikasi, cara pengambilan keputusan utama,

peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi dan hal

yang mempengaruhi komunikasi keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga, menjelaskan kemampuan keluarga

untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk

mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

c) Struktur peran menjelaskan peran masing-masing anggota

keluarga secara formal maupun informal baik dalam keluarga

ataupun di masyarakat.

d) Nilai - nilai atau norma budaya menjelaskan nilai atau norma

yang dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan

dengan kesehatan.

4) Fungsi keluarga meliputi

a) Fungsi afektif, data yang harus dikaji adalah bagaiman respon

keluarga terhadap kebutuhan anggota keluarga.

b) Fungsi sosialisasi, bagaimana keluarga membesarkan anak, yang

bertanggung jawab dalam membesarkan anak, bagaiman anak

dihargai, masalah – masalah keluarga dalam membesarkan anak.


20

c) Fungsi reproduksi, hal yang perlu dikaji, yaitu jumlah anak,

bagaimana keluarga merencanakan jumlah keluarga, dan metode

yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

d) Fungsi ekonomi, hal yang perlu dikaji, yaitu upaya keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta

pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan

keluarga

e) Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan tahap dua) berkaitan

dengan lima tugas keluarga, hal yang perlu dikaji adalah :

(1) Kemampuan keluarga mengenal masalah, data yang perlu

dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta – fakta

dari masalah kesehatan, yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala faktor penyebab dan yang mempengaruhi serta

persepasi keluarga terhadap masalah.

(2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah

kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah, apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga,

apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang

ada dan apakah keluarga mendapat informasi yang salah

terhadap tindakan menghadapi masalah.

(3) Kemampuan keluarga mengatasi masalah kesehatan, data yang

perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang keadaan

penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara


21

perawatan), pengetahuan tentang sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan, pengetahuan keluarga tentang

sumber – sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial,

fasilitas fisik dan psikososial), bagaimana sikap keluarga yang

sakit.

(4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang

sehat, data yang perlu dikaji adalah : pengetahuan keluarga

tentang sumber – sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana

keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan

lingkungan, pengetahuan keluarga, pentingnya hygiene

sanitasi, pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahaan

penyakit, bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap

hygiene sanitasi dan kekompakan antar keluarga.

(5) Kemampuan keluarga keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan, data yang harus dikaji adalah pemahaman keluarga

tentang keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh dari

fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap

petugas kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman

yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, dan apakah

petugas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

5) Stress dan stategi koping, meliputi stessor jangka pendek dan

panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap masalah, stategi

koping yang digunakan dan strategi koping disfungsional.


22

b. Diagnosa Keperawatan.

Setelah data dikumpulkan selanjutnyta dianalisa untuk

menentukan diagnosa keperawatan. Dalam merumuskan diagnosa

keperawatan keluarga perlu memahami tipologi diagnosa keperawatan.

Menurut Suprayitno (2004) bahwa tipologi diagnosa keperawatan

keluarga ada tiga, yaitu :

1. Aktual adalah masalah kesehatan keperawatan yang sedang dialami

oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

2. Risiko (ancaman kesehatan) adalah masalah keperawatan yang belum

terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat

terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan dari

perawat .

3. Potensial (keadaan sejahtera atau “ wellness “) yaitu suatu keadaan

sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatanya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan

yang memungkinkan dapat ditingkatkan..

Etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga kategori sakit

berdasarkan gambaran kemampuan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga

(mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat, memodifikasi

lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan),

berdasarkan hasil pengkajian tahap dua, Jika yang terganggu lebih dari

satu tugas, maka dapat digunakan tugas ke tiga sebagai etiologi, jika

terganggu dominan satu tugas maka gunakan tugas yang dominan sebagai

etiologi.
23

c. Penapisan Masalah

Dalam penyusunan prioritas masalah ada beberapa faktor yang

perlu dipertimbangkan pada setiap kriteria. Kriteria yang digunakan untuk

menentukan prioritas masah keperawatan keluarga sebagai berikut :

Kriteria Skor Bobot

Sifat masalah

Skala : - Tidak / kurang sehat/ aktual 3 1

- Ancaman kesehatan / resiko 2

- Keadaan sejahtera / potensial 1

Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala : - Mudah 2 2

- Sebagian 1

- Tidak dapat diubah 0

Potensi masalah dapat dicegah

Skala : - Tinggi 3 1

- Sedang 2

- Rendah 1

Menonjolnya masalah

Skala : - Masalah berat, harus segera diatasi 2 1

- Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1

- Masalah tidak dirasakan 0


24

Cara penghitungan skor :

Tentukan skore untuk setiap kriteria kemudian dilakukan perhitungan dengan cara

skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot lalu dijumlahkan

hasil perhitungan skor untuk seluruh kriteria.

Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas adalah :

1) Sifat masalah : tidak / kurang sehat, amcaman kesehatan dan kesejahteraan

kurang atau tidak sehat bobot tinggi karena memerlukan tindakan yang segera

dan biasanya dirasakan oleh keluarga. Sejahtera bobot rendah karena

memerlukan faktor kebudayaan dapat memberikan dukungan bagi keluarga

untuk mengatasi masalah dengan baik.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah : kemungkinan berhasil yang dapat

mengurangi atau mencegah masalah jika diintervensi. Faktor – faktor yang dapat

diperhatikan : Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan

untuk menangani masalah, sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan

dan tenaga, sumber daya perawatan dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan

waktu, sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi

masyarakat dan dukungan sosial masyarakat.

3) Potensi masalah dapat di cegah : sifat dan beratnya masalah yang akan timbul

yang dapat dikurangi atau dicegah. Faktor – faktor yang perlu diperhatikan

dalam potensi masalah dapat dicegah. Kepelikan masalah : berkaitan dengan

beratnya penyakit atau masalah, prognosa makin sedikit kemungkinan untuk

merubah / mencegah sehingga makikn kecil potensi masalah yang akan timbul.

Lamanya masalah kaitanya dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut.

Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi

masalah bila dicegah. Adanya kelompok “ high risk “ atau kelompok yang peka
25

atau rawan, adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi

masalah bila di cegah.

4) Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga, melihat dan menilai masalah

tentang beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi.

Hal yang perlu diperhatikan perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana

keluarga melihat masalah. Jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu

ditangani segera mendapat skore tertinggi.

d. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan

yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam

menyelesaikan masalah keperawatan yang telah teridentifikasi. Rencana

keperawatan yang berkualitas dapat menjamin keberhasilan dalam

mencapai tujuan serta mengatasi masalah keperawatan.

Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan

rencana keperawatan keluarga menurut Zaidin ali (2010), yaitu :

1) Rencana keperawatan harus berdasarkan pada masalah yang telah

disusun dengan jelas dan benar.

2) Rencana tersebut harus realistis, dapat dilaksanakan ( ada sarana,

mtodelogi, dan sumber daya manusianya ).

3) Rencana harus sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan

pemerintah dan institusi layanan kesehatan tersebut.

4) Rencana asuhan keperawatan dibuat bersama dengan keluarga karena

keluarga sebagai obyek dan subyek pelayanan.

5) Rencana dibuat secara tertulis agar dapat ditindaklanjuti oleh orang

lain secara berkesinambungan dan mudah di evaluasi


26

6) Rencana asuhan keperawatan difokuskan pada tindakan yang dapat

mencegah masalah/meringankan masalah yang sedang dihadapi.

7) Rencana asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarjkan proses yang

sistematis.

8) Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan

masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

9) Rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah kesehatan dan

masalah keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya.

10) Rencana asuhan keperawatan merupakan strategi untuk mencapai

tujuan.

11) Rencana asuhan keperawatan merupakan proses yang berlangsung

secara terus menerus.

Perencanaan asuhan keperawatan keluarga mempunyai manfaat yaitu :

1) Memudahkan pemberian tindakan keperawatan yang tepat dengan

memperhatikan keunikan klien ( individu, keluarga atau masyarakat )

2) Memudahkan pemberian tindakan keperawatan Sesuai dengan

prioritas.

3) Memudahkan pengembangan klien.

4) Menghindari pelayanan yang tumpang tindih atau tidak diberikannya

pelayanan pada klien karena setiap klien kemungkinan besar dilayani

oleh tenaga perawat/kesehatan yang berbeda dan dapat diberikan

asuhan keperawatan yang berkelanjutan karena ada dokumentasi

keperawatan.

5) Memudahkan koordinasi tim kesehatan melalui pemberian informasi

oleh perawat karena masalah klien diselesaikan oleh perawat.


27

Menurut Santun Setiawati (2008) ada dua tingkatan intervensi yaitu :

intervensi tingkat dasar dan intervensi tingkat lanjut. Intervensi tingkat dasar

adalah intervensi yang bersifat suportif dan mendidik (edukatif yang langsung

ke arah sasaran). Sedangkan intervensi tingkat lanjut adalah sejumlah

intervensi terapi keluarga yang bersifat psikososial dan tidak langsung,

Santun setiawati (2008) mengklasifikasikan intervensi keperawatan sebagai

berikut :

1. Suplemental, perawat berlaku sebagai pemberi pelayanan perawatan

langsung dengan mengintervensi bidang – bidang yang tidak dapat

dilakukan keluarga.

2. Fasilitatif, perawat keluarga memfasilitasi pemanfaatan pelayanan yang

dibutuhkan keluarga seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial,

transportasi dan pelayanaan kesehatan dirumah.

3. Perkembangan, tujuan perawatan diarahkan kepada kemandirian keluarga

dan membantu keluarga memanfaatkan sumber – sumber perawatan

kesehatan pribadi seperti sisten dukungan sosial internal maupun

eksternal.

Santun Setiawati (2008) menggolongkan intervensi keperawatan

dalam tingkatan fungsi keluarga yaitu :

1. Kognitif, intervensi diarahkan pada fungsi keluarga yang terdiri dari

tindakan perawat memberikan informasi dan gagasan baru tentang suatu

keadaan atau pengalaman.

2. Afektif yang dirancang untuk mengubah emosi dari anggota keluarga,

sehingga keluarga dapat menyelesaikan masalah lebih efektif, misalnya

membantu mengurangi kecemasan dalam merawat anak anak yang sakit.


28

3. Perilaku, strategi perawatan yang diarahkan membantu anggota keluarga

berinteraksi/ bertingkah laku satu sama lain. Misalnya mengajar keluarga

untuk berkomunikasi secara lebih fungsional seperti mendengar satu sama

lain tanpa menginterupsi.

Langkah pertama dalam perencanaan keperawatan adalah perumusan

tujuan yang berorientasi pada klien. Penyususnan tujuan bersama keluarga

menjadi penentu perencanan yang efektif. Ada dua macam tujuan yaitu tujuan

jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang (Goal) adalah

tujuan umum yang merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai oleh

keluarga melalui semua usaha. Tujuan jangka panjang (sasaran) ditentukan

oleh perawat bersama dengan keluarga berhubungan dengan masalah

keperawatan keluarga. Sedangkan tujuan jangka pendek atau objektif

merupakan pernyataan spesifik tentang hasil tindakan keperawatan yang

sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, realistik serta ada batasan

waktu. Tujuan jangka pendek penting untuk memotivasi dan memberikan

kepercayaan kepada keluarga, serat membimbing keluarga kearah pencapaian

tujuan yang konprehensif. Dalam penyusunan tujuan sangat diperlukan

kerjasama dengan keluarga dalam membedakan masalah-masalah yang perlu

diselesaikan dengan intervensi keperawatan.

Setelah tujuan ditetapkan dilanjutkan dengan perencanaan dan

tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam melakukan tindakan

keperawatan sangat bergantung pada masalah keperawatan dan sumber-

sumber yang tersedia untuk menyelesaikan masalah. Menurut Zaidin Ali

(2010) berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga


29

sebagai berikut : untuk mengatasi penyebab masalah keperawatan maka yang

harus dilakukan adalah:

1. Perluas dasar pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi

2. Bantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dan situasi yang ada

3. Hubungan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah

ditentukan.

4. Kembangkan sikap positif dalam menghadapi masalah.

Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang

tepat dalam rangka memutuskan masalah, tindakan yang dapat dilakukan

adalah :

1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsekuensi yang akan timbul jika

tidak melakukan tindakan.

2. Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat

diambil serta sumber-sumber yang diperlukan alternatif tersebut.

3. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing – masing

alternatif tindakan.

Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan

perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan

tindakan antara lain:

1. Demontrasikan tindakan yang diperlukan

2. Manfaatkan fasilitas sarana yang ada dirumah

3. Hindari hal-hal yang merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk

klien atau mencari pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.

Setelah perencanaan disusun dilanjutkan dengan langkah yang

terakhir yaitu menentukan kriteria dan standar evaluasi.


30

e. Pelaksanaan Keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga merupakan

salah satu tahapan proses keperawatan keluarga dimana perawat

mendapat kesempatan untuk meningkatkan minat keluarga dan

mengadakan perbaikan kearah perilaku yang sehat. Perawat harus

memperhatikan ketidakmampuan, kesulitan dan kebingungan keluarga

dalam menghadapi masalah kesehatan yang ada.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga (keuangan),

tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku. Disamping itu,

perhatikan respon dan penerimaan keluarga, juga sarana dan pra sarana

yang ada pada keluarga. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini ada

beberapa faktor penghambat, baik dari keluarga maupun dari petugas itu

sendiri. Faktor penghambat dari keluarga, yaitu keluarga kurang mampu

memperoleh informasi, keluarga mendapatkan informasi yang tidak

lengkap sehingga melihat masalah secara sebagian, keluarga tidak dapat

mengkaitkan informasi dengan situasi yang sedang dihadapi, keluarga

tidak mau menghadapi situasi, anggota keluarga tidak mau menghadapi

tekanan sosial dan keluarga, keluarga ingin mempertahankan suatu pola

tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran

keluarga, tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh perawat.

Sedangkan faktor penghambat dari petugas yaitu perawat cenderung

menggunakan satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang

memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor – faktor sosial


31

budaya, petugas kurang mampu mengambil tindakan dan menggunakan

bermacam tehnik dalam mengatasi masalah yang rumit.

f. Evaluasi Keperawatan.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan

dalam menentukan sejauh mana tujuan keperawatan telah tercapai. Pada

umumnya terdapat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi kuantitatif dan

evaluasi kualitatif. Evaluasi kuantitatif adalah kuantitas atau jumlah

kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi kualitatif difokuskan

pada salah satu dari tiga dimensi yaitu dimensi struktur atau sumber,

terkait dengan tenaga manusia atau bahan – bahan yang diperlukan dalam

melakukan kegiatan. Dimensi proses, dan dimensi hasil tindakan yang

kita lakukan. Dari ketiga dimensi ini untuk melihat keberhasilan tindakan

yang telah dilakukan dapat dilihat dari dimensi yang terakhir yaitu

dimensi hasil.

Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah

tujuan dan tindakan keperawatan telah tecapai adalah sebagi berikut :

1. Observasi langsung, metode ini adalah metode yang paling valid

untuk menentukan adanya perubahan, yaitu bila interpretasi yang

subjektif dan pangamat dapat dikuarangi dan menggunakan instrumen

yang tepat dan petunjuk tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses

atau hasil.

2. Memeriksa laporan, laporan mengenai test dignostik yang

menunjukan perubahan dalam status kesehatan pasien dapat diperoleh

dan kartu penderita.


32

3. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku

yang lebih rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada

keluarga yang berperan penting.

4. Latihan simulasi, latihan stimulasi ini berguna menentukan

perkembangan kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam

membuat keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.


33

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan keluarga dengan

rematik, di Cempaka Putih Barat RT 003/RW 09, Kelurahan Cempaka Putih

Barat, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusatyang dilaksanakan dari

tanggal 2 Juli sampai dengan 5 July 2013, dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi,

implementasi dan evaluasi.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan-kesenjangan yang ada

antara teori dan kasus, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang

ditemukan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang dimulai

dari pengkajian hingga evaluasi.

A. Pengkajian

Dalam teori pada tahap pengkajian data yang dikaji meliputi data dasar

keluarga, lingkungan, struktur dan koping keluarga, harapan keluarga terhadap

asuhan keperawatan keluarga dan fungsi perawatan kesehatan. Pada kasus data
34

dikaji sesuai dengan teori, namun hasil yang diperoleh sesuai dengan kondisi

keluarga. Pada penjajakan tahap I ditemukan bahwa keluarga Tn. S. mengalami

masalah kesehatan dimana Tn. S menderita rematik. Menurut Friedman (2010)

bahwa keluarga yang mempunyai masalah kesehatan mempunyai lima tugas

keluarga yang harus dilaksanakan yaitu kemampuan mengenal masalah,

kemampuan mengambil keputusan, kemampuan merawat anggota keluarga yang

sakit, kemampuan memodifikasi lingkungan untuk mencegah penyakit rematik,

serta kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah

kesehatan keluarga. Dari pengkajian didapatkan databahwa keluarga Tn. S

belum dapat melaksanakan empattugas keluarga, yaitu tugas keluarga 1 :

kemampuan keluarga mengenal masalah, tugas keluarga 2 : mengambil

keputusan terhadap tindakan yang sesuai, tugas keluarga 3 : merawat anggota

keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan tugas keluarga 4 :

memodfikasi lingkungan. Untuk tugas yang kelima sudah dilaksanakan dengan

baik dimana keluarga sudah mau memeriksakan anggota keluarganya yang sakit

ke puskesmas dan bidan.Pada teori terdapat 4 faktor yang dapat menjadi

penyebab terjadinya rematik, yaitu proses menua, virus, cedera mendadak dan

aktivitas berat, pada kasus faktor penyebab terjadinya rematik yaitu karena

aktivitas Tn. S yang berat. Perbedaan yang didapatkan antara teori dan kasus

yaitu pada teori disebutkan adanya bengkak dan tidak nafsu makan, namun pada

kasus tidak ditemukan data-data seperti itu. Pada kasus hanya ditemukan nyeri

saat berjalan seperti ditusuk-tusuk. Dalam melakukan pengkajian tidak

ditemukan adanya faktor penghambat. Sedangkan faktor pendukungya yaitu

dalam melakukan pengkajian keluarga Tn. S sangat kooperatif dan mau bekerja

sama dengan baik.


35

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Suprajitno (2004), bahwa tipologi diagnosa keperawatan

keluarga ada tiga yaitu diagnosa aktual, mengancam/resiko dan potensial

(sejahtera). Namun pada kasus kedua diagnosa yang didapatkan adalah bersifat

aktual, dimana salah satu anggota keluarga yaitu Tn. S sudah menderita rematik

sejak satu tahun yang lalu dan, dan diagnosa kedua didapatkan aktual

dikarenakan saat pengkajian ditemukan adanya kurangnya pengetahuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Untuk diagnosa resiko ditemukan

karna dari hasil pengkajian ditemua adaanya mobilitas fisik dimana keluarga

tidak tahu dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam merumuskan

diagnosa keperawatan keluarga, penulis tidak menemukan hambatan. Sedangkan

untuk faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik dengan keluarga Tn.

S sehingga penulis dapat mengidentifikasi masalah bersama keluarga.

C. Penapisan masalah

Dalam menyusun masalah berdasarkan prioritas secara teori

menggunakan empat kriteria penapisan, yaitu sifat masalah, kemungkinan

masalah dapat diubah, potensi masalah dapat dicegah, dan menonjolnya

masalah. Pada kasus penapisan menggunakan kriteria sesuai dengan teori,

namun skor disesuaikan dengan kondisi keluarga saat itu.

Pada perhitungan skor yang disesuaikan dengan kondisi keluarga didapat

diagnosa keperawatan dengan prioritas yang pertama yaitu nyeri pada keluarga

Tn. S khususnya Tn. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga dengan rematik didapat skor 42/3. Sedangkan prioritas
36

diagnosa keperawatan yang kedua yaitu kurangnya pengetahuan berhubungan

dengan ketidak mampuan keluarga dalam memahami penyakit rematik dan

diagnose ketika yaitu mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak mampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Dalam memprioritaskan

masalah keperawatan, penulis tidak menemukan hambatan, sedangkan faktor

pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan keluarga

Tn. S

D. Perencanaan

Dalam penyusunan perencanaan yang ada pada teori perencanaan harus

ditetapkan tujuan umum dan tujuan khusus, kriteria, dan standar rencana

tindakan keperawatan. Pada tujuan khusus dalam penyusunanya harus

didasarkan pada lima tugas yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan

untuk tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah, melakukan perawatan dan

memodifikasi lingkungan. Menurut Satun Setiawati (2008) perencanaan

diklasifikasikan atas suplemental, fasilitatif dan developmental. Dimana pada

kasus hanya terdapat perencanaan suplemental, sedangkan untuk fasilitatif dan

developmental tidak direncanakan karena keluarga sudah memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada dan dekat dengan masyarakat.

Sulistyo Andarmoyo (2012), menggolongkan intervensi keperawatan

pada tiga tingkatan fungsi yaitu fungsi koognitif, afektif, dan perilaku. Pada

kasus perencanaan mengacu pada teori, tetapi tidak semua dapat direncanakan

sesuai teori. Untuk intervensi sesuai dengan tindakan fungsi, perawat hanya

dapat merencanakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan

informasi kepada keluarga terkait masalah yang di hadapi keluarga. Sedangkan


37

untuk afektif dan perilaku tidak direncanakan, karena dalam waktu tiga hari

dalam memberikan asuhan keperawatan, kemampuan tersebut tidak dapat

dicapai karena membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menumbuhkan

rasa kemandirian serta kesadaran keluarga dalam memanfaatkan sumber-sumber

daya yang ada pada keluarga baik bersifat internal maupun eksternal. Pada

perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karna keluarga dapat bekerja

sama.

E. Pelaksanaan

Secara teori dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ada beberapa

faktor penghambat yang dapat ditemukan, baik dari keluarga maupun petugas.

Sedangkan pada kasus tidak ditemui faktor-faktor penghambat , hal ini

disebabkan karna terjalinya rasa saling percaya antara perawat dan keluarga,

motivasi dan antusias yang tinggi yang ditunjukan oleh keluarga untuk mengenal

lebih jauh masalah kesehatan yangdihadapi, serta cara-cara alternatif pemecahan

masalah guna meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

Pada kasus penulis hanya melaksanakan tindakan yang bersifat

suplemental yaitu mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah yang

dihadapi, memotivasi keluarga untuk melakukan tindakan yang telah

didiskusikan, mendemonstrasikan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

oleh keluarga, melakukan kunjungan ulang untuk melihat usaha keluarga, serta

memberikan pujian terhadap upaya yang telah dilakukan keluarga., sedangkan

untuk fasilitatif (membantu keluarga dalam memperoleh pelayanan kesehatan)

dan developmental (membuat keluarga belajar mandiri dengan sumber keluarga

yang terdapat didalam keluarga) tidak dilaksanakan karena keluarga telah


38

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dimasyarakat, dan

membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan kemandirian dan

kesadaran keluarga dalam memanfaatkan sumber daya yang ada pada keluarga

baik internal maupun eksternal. Pada tahap pelaksanaan penulis tidak mengalami

hambatan karena keluarga sangat kooperatif dan menyimak informasi yang

diberikan dengan baik.

F. Evaluasi

Pada tahap proses keperawatan yang kelima, penulis melakukan evaluasi

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan untuk

melihat sejauh mana keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan pada

keluarga.

Menurut Zaidin ali (2010), evaluasi yang digunakan adalah evaluasi

kuantitatif (jumlah kegiatan), dan evaluasi kwalitatif. Evaluasi kualitatif adalah

evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling terkait yang diperlukan

dalam pelaksanaan kegiatan. Evaluasi proses (terkait dengan kegiatan yang

dilakukan untuk mencapai tujuan), evaluasi hasil (bertambahnya kesanggupan

keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga.

Pada kasus untuk evaluasi proses terkait dengan tindakan yang telah

penulis lakukan, pada diagnosa keperawatan keluarga ke satu mulai dari TUK 1

sampai TUK 2 semua tujuan tercapai dan TUK 3 dan TUK 4 tujuan tercapai

sebagian, serta mempertahankan TUK 5 dengan cara bekerjasama dengan pihak

puskesmas khususnya perawat puskesmas agar keluarga tetap memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada. Sedangkan pada diagnosa keperawatan keluarga

kedua mulai dari TUK 1 sampai TUK 2 tujuan tercapai dan TUK 3, TUK 4
39

tujuan tercapai sebagian serta mempertahankan TUK 5 dengan cara bekerjasama

dengan pihak puskesmas khususnya perawat puskesmas agar keluarga tetap

memanfaatkan kesehatan yang ada.

Sedangkan untuk evaluasi hasil dimana mengacu pada fungsi afektif dan

perilaku dimana pada hasil akhir diharapkan terjadi perubahan perilaku serta

tumbuhnya kemandirian keluarga dalam menghadapi masalah dan mengambil

keputusan untuk mengatasi masalah secaraefektif. Hal ini belum bisa tercapai

kerena keterbatasan waktu pemberian asuhan keperawatan keluarga, serta

dibutuhkanya motivasi tinggi yang tidak hanya berasal dari perawat tetapi yang

terpenting adalah berasal dari keluarga dalam usaha meningkatkan derajat

kesehatan keluarga, dimana hal ini tidak dapat dicapai dalam waktu yang

singkat . dalam evaluasi penulis tidak mengalami hambatan , karena apa yang

dicapai keluarga sesuai dengan waktu pemberian asuhan keperawatan. Semua

asuhan keperawatan yang diberikan didokumentasikan sesuai langkah-langkah

proses keperawatan agar mudah dilakukan pemantauan dan ditindaklanjuti oleh

perawat kesehatan masyarakat yang bertugas.


40

BAB V

KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran dalam

melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. S khususnya Tn.S dengan

rematik.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasanantara teori dan kasus, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian secara teori dan kasus aspek yang dikaji sama, data yang

diperoleh berbeda karena pada kasus disesuaikan dengan kondisi keluarga,

tidak ada faktor penghambat dalam melakukan pengkajian, sedangkan


41

faktor pendukungnya yaitu keluarga sangat kooperatif dan dapat bekerja

sama dengan perawat.

2. Diagnosa keperawatan yangditemukan pada kasus berdasarkan tipologi

yaitu keduanya aktual, sedangkan diagnosa resiko dan potensial tidak

ditemukan dikarenakan tidak ada data yang menunjang. Pada tahap ini

penulis tidak mengalami hambatan karena keluarga sangat kooperatif

3. Penapisan Masalah yang dibuat sesuai dengan kriteria pada teori, sedangkan

skor disesuaikan dengan kondisi keluarga. Dalam memprioritaskan masalah

keperawatan tidak ditemukan adanya hambatan akrena keluarga sangat

kooperatif.

4. Pada perencanaan yang direncanakan adalah meningkatkan pengetahuan

keluarga sesuai dengan tindakan fungsi, perawat hanya dapat merencanakan

untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan informasi kepada

keluarga terkait masalah yang dihadapi keluarga. Sedangkan untuk afektif

dan perilaku tidak direncanakan karena keterbatasan waktu. Dalam

perencanaan penulis tidak menemukan hambatan, keluarga sangat

kooperatif dan mau bekerjasama.

5. Pada tahap pelaksanaan tidak ditemukan adanya hambatan baik dari

keluarga maupun perawat seperti tercantum dalam teori. Pelaksanaan

tindakan disesuaikan dengan kondisi keluarga dan memperhatikan faktor

penghambat dalam teori

6. Pada evaluasi untuk evaluasi hasil berupa fungsi psikomotor dan perilaku

belum tercapai karena keterbatasan waktu pemberian asuhan keperawatan

keluarga. Untuk mengevaluasi aspek tersebut dibutuhkan asuhan yang

berkelanjutan, dari 2 diagnosa keperawatantujuan tercapai sebagian pada


42

TUK 3 dan TUK 4 karena keluarga belum melaksanakan secara maksimal.

Pada tahap ini penulis tidak mengalami hembatan.

B. Saran.

Untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka penulis

dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi keluarga Tn.S agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah terbina

dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan tindakan

sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai keluarga.

2. Agar asuhan keperawatan berkelanjutan diharapkan petugas puskesmas

bekerjasama dengan kader kesehatan untuk menindaklanjuti asuhan

keperawatan keluarga yang telah dilakukan oleh penulis dan memotivasi

keluarga untuk tetap memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi

masalah kesehatan yang terdapat didalam keluarga.


43

Friedman, Marilyn M. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Prakte , Edisi 3.


Jakarta: EGC.

Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Mansjoer, Arif, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media
Aesculapius.

junaidi. Iskandar. Rematik dan Asam Urat . Jakarta : Buana Ilmu Populer. 2008
Asep Chandra. 2008. Mitos dan Fakta Tentang Rematik . Diunduh dari
http://www.kompas.com/. Diaskes pada tanggal 5 Mei 2017
Meiner, Lueckenotte. Gerontologic Nursing Third Edition. Philadelphia : Mosby
Company. 2006

Perry Anne G., Potter Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik Volum 2 Edisi 4. Jakarta : EGC. 2006
Suprajitno (2004) Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik, Jakarta :
EGC
Santun Setiawati (2008), Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta

Zaidin Ali (2010) Sehat itu Mudah: Wujudkan ... (Sitasi 3 Februari 2013)

Sulistyo, Andarmoyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan


Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Widyastuti,

Anda mungkin juga menyukai