Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

CHF grade I, Hipertensi Stage I Terkontrol Pada Wanita Lanjut Usia Dengan
Kekhawatiran Terhadap Penyakit Dan Kondisi Adik Pasien Dengan Fungsi
Keluarga Yang Fungsional Dalam Rumah Tangga Yang Tidak Ber-PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
Frishia Dida Saraswati
20164011197

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

CHF grade I, Hipertensi Stage I Terkontrol Pada Wanita Lanjut Usia Dengan
Kekhawatiran terhadap Penyakit dan Kondisi Adik Pasien Dengan Fungsi
Keluarga Yang Fungsional Dalam Rumah Tangga Yang Tidak ber-PHBS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
Frishia Dida Saraswati
20164011197 / 20120310255

Telah dipresentasikan pada tanggal 18 Agustus 2017

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas

dr. H. Kusbaryanto, M.Kes dr. Suharno

Mengetahui
Kepala Puskesmas Gedongtengen

dr. Tri Kusumo Bawono, S.E

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.J
Tanggal Lahir : 25 Agustus 1955
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jlagran RT 01 RW 01
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Kunjungan Klinik : 11 Agustus 2017
Kunjungan Rumah : 13 Agustus 2017
Jaminan Kesehatan : BPJS

B. Autoanamnesis

1. Keluhan Utama:
Kontrol rutin hipertensi
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Gedongtengen untuk kontrol dan minta
obat rutin atas penyakit hipertensi yang sudah lama diderita pasien. Pasien
mengaku lupa kapan mulai didiagnosis hipertensi, kira-kira sudah 10tahun.
Sampai saat ini pasien rutin kontrol dan rutin minum obat setiap hari, saat
ini pasien mengeluh sering pusing di bagian kepala dan merasa pegal-
pegal.
Tahun 2009 pasien didiagnosis dengan sakit jantung dan dirawat
inap di RSUD Jogja. Pasien mengaku sekarang sering merasa ngos-ngosan
jika melakukan aktifitas rumah tangga, dan harus beristirahat jika dirasa

7
sudah sangat kelelahan. Pasien baru saja pulang dari Temanggung, untuk
melihat kondisi adik pasien yang sedang koma karena stroke. Hal ini
menyebabkan pasien sangat memikirkan adiknya dan mengaku sakit
kepala.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat Hipertensi :
Sudah 10tahun
Riwayat Sakit jantung
Sejak tahun 2009
Riwayat Dirawat di RS : Tahun 2009
Riwayat Magh : (+) namun sudah tidak pernah kambuh lagi
Riwayat Sakit Ginjal : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Operasi : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi : Ibu pasien menderita hipertensi
Riwayat Sakit Jantung : Ayah pasien
Riwayat Stroke : Ayah pasien
Riwayat Diabetes : Disangkal
Riwayat Sakit Ginjal : Disangkal

5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan (RPSL)


Pendidikan
Pasien tidak tamat SD.
Riwayat Pernikahan
Pasien telah menikah dan dikaruniai tiga orang anak, anak pertama
dan ketiga berjenis kelamin laki-laki, dan anak kedua berjenis kelamin
perempuan. Anak pertama berusia 44 tahun, anak kedua berusia
41tahun, anak ketiga berusia 39tahun.

8
Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama suami, kedua orang anak, kedua menantu,
dan ke 7 cucu. Hubungan dengan keluarga besar lainnya baik, namun
jarang menjalin komunikasi dikarenakan tinggal berbeda kota.
Hubungan pasien dengan tetangga sekitar berjalan dengan baik.
Pasien sering mengobrol dengan tetangga sekitar, dan mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada di wilayah tempat tinggal pasien.
Riwayat Pekerjaan
Untuk kebutuhan sehari-hari pasien mengandalkan pendapatan dari
ketiga orang anaknya. Anak pertama pasien bekerja sebagai kuli
bangunan, anak kedua sebagai penjahit dan anak ketiga sebagai
pembuat lemari. Pasien mengatakan, anaknya tidak tentu
memberikannya uang, jika ada yang memiliki uang berlebih akan
langsung diberikan ke pasien. Kebutuhan pasien dalam sebulan yaitu
berkisar antara Rp1.000.000-1.500.000 untuk memenuhi kebutuhan
pangan saja.

Lingkungan Tempat Tinggal


Lokasi Rumah
Rumah pasien terletak di Jlagran, Yogyakarta di dekat rel kereta api,
di dekat sungai. Rumah pasien terletak di gang kecil. Kawasan
tersebut termasuk kawasan padat penduduk dan jarak antar rumah
sangat berdekatan.
Kondisi Rumah
Pasien tinggal dirumah permanen dengan ukuran 5x6 m2. Rumah
terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan wc, dapur yang
menyatu dengan ruang cuci dan juga terdapat ruang tamu yang
bergabung dengan ruang keluarga. Di dapur dan di ruang keluarga
diletakkan kasur-kasur untuk tempat cucunya tidur. Rumah sendiri
nampak kurang terjaga kerapihan dan kebersihannya, hal ini dilihat
dari banyaknya barang ditaruh didalam rumah. Pencahayaan rumah

9
nampak tidak maksimal, karena hanya mengandalkan cahaya dari
bagian depan rumah tanpa ada jendela di bagian samping rumah.
Sanitasi dasar
a. Persediaan air bersih: sumber air minum,pasien membeli air
mineral galonan, memasak, mandi dan mencuci berasal dari air
sumur.
b. Jamban keluarga: memiliki jamban keluarga di dalam rumah.
c. Sarana pembuangan air limbah: limbah kamar mandi dan dapur
dialirkan ke dalam saluran menuju selokan bagian depan rumah.
Septic tank berada pada bagian belakang rumah.
d. Tempat pembuangan sampah: Terdapat tempat pembuangan
sampah di dalam rumah. Pasien sendiri biasanya menampung
sampah terlebih dahulu baru pada harinya dibuang pada tempat
penampungan sampah yang berada di sekitar rumahnya.
Gambar 1.Denah Rumah

Kamar

Kamar

Gambar 1. Denah Rumah


Dapur
Ruang
Keluarga

10
Gaya Hidup
Pola Makan
Pasien tidak mengatur makanan yang dikonsumsi sehari-harinya.
Setiap makan selalu disertai sayur walaupun sedikit-sedikit karena
orang didalam rumah sangat banyak. Kadang pasien mengaku sering
makan gorengan yang sering dibeli oleh cucu-cucunya

Olahraga
Setiap jumat pasien rutin mengikuti senam prolanis yang diadakan
oleh puskesmas. Selain itu jika di kampungnya diadakan senam
bersama pasien juga rutin mengikuti.
Istirahat
Waktu tidur pasien sekitar kurang lebih 6 8 jam.
Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasan dan belum pernah merokok dan
minum alkohol.

6. Anamnesis Illness
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari empat
komponen berupa perasaan, ide/pemikiran, dan harapan pasien terhadap
penyakit yang ia alami, serta efek penyakit terhadap fungsi/kehidupan
sehari-hari pasien. Berikut adalah illness Ny. J:
Tabel 1. Anamnesis Illness
No Komponen Pasien

1. Ide/Pemikiran Pasien merasa bahwa penyakitnya saat ini didapat


dari keturunan dan pola hidupnya, yang tidak
pernah memperhatikan pola makan, staun 2009
pasien terkena sakit jantung sampai pada tahun
2010 pasien terdiagnosis hipertensi. Pasien rutin

11
minum obat dan kontrol tekanan darah di
Puskesmas.

2 Perasaan Pasien pada saat awal terdiagnosis menderita


hipertensi dan sakit jantung merasa khawatir
mengenai komplikasi dari penyakitnya tersebut.
Pasien merasa harus membantu anak-anaknya
mengurusi kondisi rumah dan merawat cucu-cucu
nya.

3 Efek Terhadap Pasien merasa bila terlalu lama melakukan


Fungsi aktifitas fisik dan mempunyai pikiran maka akan
terasa sakit kepala dan ngos-ngosan.

4 Harapan Pasien memiliki harapan agar tekanan darahnya


terkontrol dan sakit jantungnya tidak akan
menyebabkan masalah.

7. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tabel 2. Penilaian Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No Indikator / Pertanyaan Jawaban


.

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Ya

2 Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan Ya

3 Menimbang berat badan balita setiap bulan Ya

Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat


4 Ya
kesehatan

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Tidak

6 Menggunakan jamban sehat Ya

7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah Ya

12
dan lingkungannya sekali seminggu

8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Tidak

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya

10 Tidak Merokok Ya

Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, rumah tangga pasien tergolong


keluarga yang berperilaku hidup bersih dan sehat.

8. Review Sistem
a. Sistem saraf pusat : Nyeri kepala dibelakang leher (+)
b. Sistem saraf perifer : Kesemutan pada ujung jari kaki (-)
c. Sistem kardiovaskular : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
d. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-)
e. Sistem gastrointestinal : Mual (-), Nyeri perut (-)
f. Sistem urogenital : BAK nyeri (-)
g. Sistem muskuloskeletal : Nyeri persendian (+), nyeri pundak
(+)

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit, regular
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 20 x/menit
4. Antropometri
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 50 kg
IMT : 20,8 kg/m2

13
Status Gizi : Normal
Bentuk kepala : Simetri, mesosefal
Rambut : Warna hitam bercampur abu-abu
5. Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-)
Konjungtiva : Anemis(-/-), hiperemis (-/-)
Sklera : Ikterik(-/-)
Pupil : Reflek cahaya(+/+), isokor (3mm/3mm)

6. Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epitaksis (-/-)


7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
8. Pemeriksaan Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Inn : Tidak membesar, nyeri tekan (-)
JVP : Tidak meningkat
9. Pemeriksaan Dada
Pulmo:

Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), deformitas (-),


retraksi (-)

Palpasi : Simetris, nyeri tekan (-), vokal fremitus normal

Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor:

Inspeksi : tidak dilakukan

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)

10. Pemeriksaan Abdomen

14
Inspeksi : jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut
11. Pemeriksaan Ekstremitas
Tabel 3.Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan bebas bebas bebas bebas

Tonus dbn dbn dbn Dbn

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Edema - - - -

Akral Hangat Hangat Hangat Hangat

Kekuatan 555 555 555 555

Reflek fisiologis dbn dbn dbn dbn

Reflek patologis - - - -

15
D. Perangkat Penilaian Keluarga
Berikut ini adalah perangkat keluarga yang terdiri atas family
genogram, family map, family life cycle, family life line, family APGAR,
family SCREEM.

16
1. Genogram Keluarga (Family Genogram)
Gambar 2. genogram

Genogram Keluarga Ny.J


Tanggal dibuat
13 /08/ 2017

Simbol Genogram Legenda Hubungan Keluarga


8

17

3 Hypertension / High Blood Pressure


Laki- Perempuan KematianIndividu 1 Hypertension / High Blood Pressure,
laki Arthritis, Obesity

1 Physical or mental illness

17
2. Bentuk Keluarga (Family Structure)
Extended Family (Goldernberg, 1980)

3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle)


Keluarga ini adalah keluarga dengan kehidupan usia lanjut (Carter &
McGoldrick, 1989).

4. Peta Keluarga (Family Map)

Suami pasien

Anak 1 Ny.J

Anak 3

Anak 2

Legenda
= hubungan fungsional
= disfungsional
= Perempuan

Gambar 3. Family Map

18
5. Family APGAR
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau
tidaknya suatu keluarga dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat
kesehatan keluarga
Respon
Hampir
Hampir
Kriteria Pertanyaan Kadang tidak
selalu
(1) pernah
(2)
(0)
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing-masing anggota keluarga sudah
Adaptasi
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
Saya puas dengan keluarga saya karena
dapat membantu memberikan solusi
Kemitraan
terhadap permasalahan yang saya
hadapi
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
Pertumbuhan
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki
Saya puas dengan kehangatan / kasih
Kasih sayang
sayang yang diberikan keluarga saya
Saya puas dengan waktu yang
Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total 10
8-10 = fungsi keluarga baik ( Highly functional family)
Klasifikasi 4-7 = fungsi keluarga kurang baik (Modeetely dysfunctional family)
0-3 = keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)
Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam keluarga
Kesimpulan
dengan fungsi keluarga fungsional
Tabel 5. Family APGAR

6. Family SCREEM

19
Aspek Sumber Daya Patologi
Hubungan pasien dengan suami,
ketiga anaknya, cucu dan cicitnya
Social baik.
Hubungan pasien dengan tetangga dan
lingkungan sekitar baik.

Pasien menghormati kebudayaan yang


ada dilingkungannya.
Cultural
Pasien tidak percaya pengobatan
selain dari dokter.
Pasien beragama Islam, rutin
melakukan sholat 5 waktu dan selalu
Religious
percaya akan kesembuhan datangnya
dari Allah SWT
Pasien mendapat biaya sehari-hari dari
ketiga orang anak yang tinggal
Economy bersama pasien

Pendidikan terakhir pasien adalah


Education SD dan tidak terlalu paham soal
komplikasi penyakitnya.
Pasien memiliki jaminan kesehatan
BPJS
Akses ke pelayanan kesehatan mudah
Medical karena rumah pasien cukup dekat
dengan Faskes Tk.1
Pasien menggunakan jaminan
kesehatan untuk berobat

Tabel 6. Family SCREEM

20
7. Family Life Line

Tahun Usia Life Event/Crisis Severityof Illness

1973 44 tahun Kelahiran anak pertama

1976 41 tahun Kelahiran anak kedua

1978 39 tahun Kelahiran anak ketiga

2009 48 tahun Pasien terdiagnosis dengan


sakit jantung

2010 54 tahun Terdiagnosis hipertensi

Tabel 7. Family Life Line

E. Diagnosis Banding
CHF grade I
Hipertensi Stage I

F. Diagnosis Kerja
CHF grade I
Hipertensi Stage I

G. Diagnosis Psikososial
Kekhawatiran terhadap penyakit dan kondisi adik pasien dengan fungsi
keluarga Yang fungsional dalam rumah tangga yang tidak ber-PHBS.

H. Diagnosis Holistik
CHF grade I, Hipertensi Stage I Terkontrol Pada Wanita Lanjut Usia Dengan
Kekhawatiran Terhadap Penyakit dan Kondisi Adik Pasien dengan fungsi
keluarga yang fungsional Dalam Rumah Tangga Yang tidak Ber-PHBS

21
I. Manajemen Komprehensif
1. Promotif
Edukasi kepada pasien dan minimal 1 anggota keluarga pasien mengenai:
Gambaran Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan tapi dapat dikendalikan.
Gambaran penyebab, gejala, faktor risiko, komplikasi serta
penggelolaan Hipertensi
Pentingnya modifikasi gaya hidup sehat berkesinambungan untuk
mengendalikan Hipertensi yaitu makanan gizi seimbang, aktifitas fisik
teratur, dan pola istirahat yang cukup
Pentingnya minum obat dan kontrol ke dokter sekaligus monitoring
tekanan darah.
Pentingnya menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
Pentingnya konsumsi sayur dan buah-buahan setiap hari.
Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit pasien.

2. Preventif
Menerapkan pola makan dengan prinsip DASH untuk hipertensi,
Mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi sayur dan
buah, mengurangi asupan garam hingga maksimal 2-6,5 gram/hari
(satu sendok teh), menghindari konsumsi makanan/minuman
manis/pedas, mengurangi makanan berminyak dan bersantan.
Melakukan aktifitas fisik secara teratur 3 4 x/minggu, dengan durasi
30-45 menit secara rutin.
Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari.
Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
Konseling CEA untuk mengatasi kekhawatiran terhadap penyakitnya
3. Kuratif
Ibuprofen mg 200 2x1
Captopril mg 10 1x1

22
Miniaspi
B neuron 1x1
Dexamethasone

4. Rehabilitatif
- Belum memerlukan terapi rehabilitatif
5. Paliatif
Belum memerlukan terapi paliatif.

23
BAB II

ANALISA KASUS

A. Analisa Kasus
Diagnosis klinis pada pasien ini hipertensi stage I dan CHF grade I,
diagnosis ini diambil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
pada saat pasien datang ke Puskesmas Gedongtengen dan saat dilakukan
homevisit. Berdasarkan anamnesis yang dilakukan diketahui bahwa pasien
pertama kali terdiagnosis menderita hipertensi kira-kira sudah 10tahun dan
didiagnosis dengan sakit jantung pada tahun 2009. Gejala yang timbul pada
saat itu adalah nyeri dada dan sering ngos-ngosan jika beraktifitas.
Penggolongan hipertensi pasien sesuai dengan Joint National
Committee VII, yaitu tekanan darah sistolik 140mmHg atau tekanan darah
diastolic 90 mmHg digolongkan sebagai Hipertensi stage I.
Semenjak terdiagnosis hipertensi selama kurang lebih 10tahun pasien
masih menjalani pola hidup seperti biasa baik dari segi makanan serta aktivitas
fisik, pasien rutin minum obat yang diberikan oleh dokter di Puskesmas dan
rutin periksa untuk kontrol tekanan darah dan berat badan tiap dua minggu
sekali. Namun untuk pola makan, pasien memang masih susah untuk
mengaturnya.
Dari perangkat penilaian keluarga Family APGAR, keluarga pasien
merupakan keluarga dengan fungsi keluarga baik. Hal tersebut menjadi salah
satu hal positif dalam pengelolaan pasien berkaitan dengan adanya dukungan
keluarga. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, adanya dukungan
keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi tingkat depresi
pada pasien dengan penyakit kronis.
Dari segi psikososial, pasien memiliki masalah berupa kesulitan
memperbaiki pola makan yang tidak sehat dan kekhawatiran pasien terhadap

24
penyakitnya yang tidak bisa disembuhkan. Permasalahan psikososial ini dapat
diatasi dengan menerapkan manajemen komprehensif seperti yang telah
dijabarkan pada BAB I khususnya preventif berupa konseling CEA untuk
mengatasi kekhawatiran terhadap penyakitnya.

Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga


1. Primary Care: pasien telah datang dan berobat ke puskesmas sebagai
tujuan pengobatan pertamanya.
2. Personal Care: pelayanan yang diberikan memberikan kenyamanan
pada pasien.
3. Holistic Care: aspek klinis dan psikososial pasien telah tertangani
dengan baik.
4. Comprehensive care: penatalaksanaan promotif, preventif, dan kuratif
telah dilaksanakan pada pasien ini. Penatalaksanaan secara rehabilitatif
belum dilaksanakan pada pasien. Penatalaksanaan paliatif belum
diperlukan.
5. Continuing care: memonitor keadaan pasien dan mencatatnya dalam
rekam medis, sehingga perkembangan pasien dapat selalu dipantau
secara berkelanjutan.
6. Emphasis on Preventive Medicine: pencegahan penyakit pada kasus ini
dilakukan dengan memberikan edukasi mengenai penyakit yang
diderita pasien.
7. Patient-centered Care, Family Focused and Community-oriented Care:
eksplorasi mengenai aspek disease dan illness pada pasien serta
dilakukannya penilaian fungsi keluarga.
8. Collaborative Care: kolaborasi antara dokter dan farmasi dibutuhkan
dalam pemberian terapi kuratif pasien.

25
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI
1. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari modifikasi gaya hidup dan terapi
farmakologi (Permenkes No 5 tahun 2014).
Tabel 8 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII

a. Gaya Hidup
Berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension),
perencanaan diet yang dilakukan berupa makanan yang tinggi kalium
dan kalsium, rendah natrium, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Modifikasi gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi
khasiat obat antihipertensi, dan menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler.
Pola diet DASH merupakan pola diet yang menekankan pada konsumsi
bahan makanan rendah natrium (<2300 mg/hari), tinggi kalium (4700
mg/hari), magnesium (>420 mg/hari), kalsium(>1000 mg/hari), dan
serat (25 30 g/hari) serta rendah asam lemak jenuh dan kolesterol
(<200 mg/hari) yang banyak terdapat pada buah - buahan, kacang-
kacangan, sayuran, ikan, daging tanpa lemak, susu rendah lemak, dan
bahan makanan dengan total lemak dan lemak jenuh yang rendah.
Bahan makanan yang terdapat dalam pola diet DASH merupakan bahan
makanan segar dan alami tanpa melalui proses pengolahan industri

26
terlebih dahulu sehingga memilki kadar natrium yang relatif rendah.
JNC (Joint National Committee on Prevention,Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure) VII tahun 2003 telah
mengesahkan pola diet DASH sebagai salah satu upaya dalam
mencegah peningkatan tekanan darah pada subjek hipertensi.16 Pola
diet DASH yang terdiri dari konsumsi bahan makanan diatas terbukti
secara klinis menurunkan tekanan darah secara signifikan dengan atau
tanpa pengurangan asupan natrium.13,14 Bahan makanan yang terdapat
dalam pola diet DASH adalah produk serealia dan biji-bijian sebanyak
7- penukar per hari, sayuran sebanyak 4-5 penukar per hari, buah-
buahan 4-5 penukar per hari, produk susu rendah atau tanpa lemak 2-3
penukar per hari, ikan, daging ebih dari 2 penukar per hari, kacang-
kacangan 4-5 penukar per minggu, minyak 2-3 penukar dalam sehari
dan pemanis 5 penukar per. minggu
Tabel 9. Modifikasi gaya hidup dalam penanganan hipertensi

b. Farmakologi
Berdasarkan ESH-ESC (2013) obat-obat antihipertensi antara lain:
1). Diuretik

27
Khasiat antihipertensi diuretik adalah berawal dari efeknya
meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga mengurangi
volume plasma dan cairan ekstrasel. Tekanan darah turun akibat
berkurangnya curah jantung, sedangkan resistensi perifer tidak berubah
pada awal terapi. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume
cairan interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh
darah dan bertambahnya daya lentur (compliance) vaskular.
Diuretik tiazid: Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars
asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan.
Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros
kalium.
Loop diuretic: Lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan
dengan hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat
mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau
ketat.
Diuretic Hemat Kalium: Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil
menahan kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan
diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium.
Diuretik Osmotik: Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau
absorpsi ion dalam ginjal.
2). ACE inhibitor (ACE-i)
Akibat penghambatan ACE secara kompetitif kadar angiotensin II baik
lokal maupun dalam sirkulasi menurun. Hormon-hormon simpatis
seperti noradrenalin dan adrenalin juga menurun. Efek golongan obat
ACE inhibitors adalah vasodilatasi, terutama arteri perifer. Vasodilatasi
juga terjadi pada arteri koroner. Pada pasien gagal jantung, ACE
inhibitors juga menyebabkan dilatasi vena. Vasodilatasi terjadi karena
meningkatnya kadar agen-agen vasodilator seperti bradikinin,
prostgalndin dan nitrit oksida, dan karena berkurangnya vasokonstriktor
seperti angiotensin II, noradrenalin, adrenalin dan vasopresin. Sebagai
akibat vasodilatasi tekanan darah sistemik turun, beban afterload

28
jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung
dan ginjal meningkat.
3). Antagonis Kalsium (CCA)
Bekerja pada otot jantung dan otot polos vascular, berperan dalam
peristiwa kontraksi jantung. Meningkatnya kadar kalsium dalam
sitosola kan meningkatkan kontraksi. Masuknya kalsium dari ekstrasel
ke intrasel dipacu oleh perbedaan kadar kalsium, dengan perbanding
kadar kalsium ekstrasel 10.000 kali lebih banyak dibanding intrasel saat
diastole.Dengan pemberian CCA, kanal kalsium akan dihambat, dan
menyebabkan vasodilatasi coroner dan perifer; penurunan kontraktilitas
jantung; serta penurunan automatisasi serta kecepatan konduksi pada
SA dan AV node.
4). Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Bekerja dengan cara menurunkan tekanan darah melalui sistem renin-
angiotensin-aldosteron. ARB mampu menghambat angiotensin II
berikatan dengan reseptornya, sehingga secara langsung akan
menyebabkan vasodilatasi, penurunan produksi vasopresin, dan
mengurangi sekresi aldosteron.
5). eta Blocker (BB)
BB akan menurunkan kebutuhan oksigen jantung dencan cara
menurunkan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan darah.
Suplai oksigen meningkat karena penurunan frekuensi denyut jantung
sehingga perfusi koroner membaik saat diastole.

Terdapat beberapa rekomendasi terapi berdasarkan guideline JNC 8 tahun


2014.
Rekomendasi 1:
a. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, mulai terapi farmakologi
saat tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 150mmHg atau lebih
ATAU tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau
lebih. Tujuan: SBP kurang dari 150mmHg dan DBP kurang dari
90mmHgStrong Recommendation Grade A

29
b. Pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih, jika terapi farmakologi
tekanan darah tinggi menghasilkan hasil yang lebih rendah dibandingkan
tujuan terapi, contohnya <140mmHg, dan terapi tidak berhubungan dengan
efek merugikan pada kesehatan atau kualitas hidup, maka terapi tidak perlu
disesuaikanExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 2:
a. Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi
saat tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure /DBP) 90mmHg atau
lebih. Tujuan: DBP kurang dari 90mmHg
b. *Untuk usia 30 sampai 59 tahunStrong Recommendation Grade A
*Untuk usia 19 sampai 29 tahunExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 3:
Pada populasi umum usia kurang dari 60 tahun, mulai terapi farmakologi saat
tekanan darah sistolik (systolic bloodpressure/SBP) 140mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 140mmHgExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 4:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan CKD, mulai terapi
farmakologi saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 140mm Hg dan DBP kurang dari 90mmHgExpert
Opinion Grade E
Rekomendasi 5:
Pada populasi umum usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, mulai terapi
farmakologi saat SBP 140mmHg atau lebih ATAU DBP 90mmHg atau lebih.
Tujuan: SBP kurang dari 140mm Hg dan DBP kurang
dari 90mmHgExpert Opinion Grade E
Rekomendasi 6:
Pada populasi umum tidak hitam (maksudnya bukan ras negroid/berkulit
hitam), termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai
dengan menyertakan obat di bawah ini:
Thiazide-type diuretic
Calcium channel blocker (CCB)
Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI) atau
Angiotensin receptor blocker (ARB).
Rekomendasi 7:
Pada populasi umum berkulit hitam (maksudnya ras negroid/berkulit hitam),
termasuk penderita diabetes, terapi antihipertensi harus dimulai dengan
menyertakan obat di bawah ini:
Thiazide-type diuretic , CCB.

30
Rekomendasi 8:
Pada populasi berumur 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, terapi
antihipertensi harus dimulai dengan menyertakan ACEI atau ARB untuk
meningkatkan kerja ginjal. Hal ini dilakukan terhadap semua pasien CKD
dengan hipertensi tanpa memperhatikan ras atau status diabetes.
Rekomendasi 9:
a. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan tekanan darah sesuai target tujuan. Jika target tekanan darah
yang dituju tidak tercapai:
Naikkan dosis obat sebelumnya ATAU
Tambahkan obat kedua dari salah golongan obat yang disebutkan di
rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau ARB)
c. Klinisi harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regimen
terapi hingga target tujuan tekanan darah tercapai
d. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat:
Tambahkan obat ke-3 dari rekomendasi 6
Jangan gunakan ACEI dan ARB bersamaan untuk satu pasien
Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan menggunakan golongan
obat pada rekomendasi 6 karena merupakan kontraindkasi atau memerlukan
lebih dari 3 obat untuk mencapai target golongan darah, maka obat
antihipertensi dari golongan lain dapat digunakan.

31
Dosis/hari
Kelas Obat Subkelas Contoh Obat (Frekuansi Efek samping
dosis harian)

Diuretik Hidroklortiazid Hipokalemia, hiperurisemia,


Tiazid 12,5-50 mg (1)
(HCT) hipoglikemia, peningkatan
Klordaridon 12,5-25 mg (1) kolesterol dan trigliserid

Loop diuretic Furosemid 20-80 mg(2) Hipokalemia, hiperurisemia

Diuretik Hiperkamemia,
Amilorid 5-10 mg(1-2)
hemat kalium Ginekomastia
Penyekat Propanolol 40-160 mg (1- Bronkospasme, bradikardia,
2) blok jantung, rasa lelah,
peningkatan trigliserid
Atenolol 25-100 mg (1)
Bisoprolol 2,5-10 mg (1)
Penghambat Captopril 25-100 mg (2)
ACE
Batuk-batuk, hiperkalemia,
Ramipril 2,5-20 mg (1) azotemia, angioedema
Lisinopril 10-40 mg (1)
ARB Valsartan 80-320 mg (1-
2)
Irbesatran 150-300 mg
Hiperkalemia, azotemia
(1)
Losatran 25-100 mg (1-
2)
CCB Nondihidropi Verapamil 120-360 mg
ridin (1)
Edema, Konstipasi
Diltiazem 120-540 mg
(1)
Dihidropiridi Amlodipin 2,5-10 mg (1)
n
Edema, Konstipasi,
Nifedipin 30-60 mg (1) bradikardia, blok jantung
(Lepas lambat)
Agonis Klonidin Mulut kering, pusing,
0,1-0,8 mg (2) sedang ringan, kelelahan,
depresi, edema
Sentral Reserpin Angina, bradikardia,
0,1-0,25 mg sinkrop, pusing, depresi,
(1) mimpi buruk, diskinesia,
tardif, letargi
32
Hiperkalemia,
Antagonis
Spironolakton 25-50 mg (1) ginekomastia, hiponatremia,
Aldosterone
ruam
Tabel 10. Beberapa Jenis Anti Hipertensi Oral

B. Congenital Heart Failure


Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif
yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan
Dalam mendiagnosis gagal jantung kongestif, dipakai kriteria Framingham seperti
berikut:

Terapi
Non farmakologi
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti:
diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi
stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur
Farmakologi
1) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala volume
berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal, menurunkan volume

33
plasma selanjutnya menurunkan preload untuk mengurangi beban kerja jantung
dan kebutuhan oksigen dan juga menurunkan afterload agar tekanan darah
menurun.
2) Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.
3) Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
4) Glikosida digitalis Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
menyebabkan penurunan volume distribusi.
5) Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah vena
menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan kapasitas
vena.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bill,K; Twiggs,J; Bonie. 2015. Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8
Guideline Recomendation. Continuing Educational. Alabama Pharmacy
Asociation.
Direktorat Penyakit Tidak Menular. Buku Pedoman Pengendalian Hipertensi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013. (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013)
ESH-ESC. 2013. ESH/ESC Guideline for the Management of Arterial
Hypertension. Journal of Hypertension.
Iannone F, Lapadula G. 2003. The pathophysiology of osteoarthritis. Aging Clin
Exp Res. 15(5):364372.

PERMENKES RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nome


5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S. eds. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
Soenarta, A, dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta: PERKI
Yogiantororo. 2009. Hipertensi Esensial Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Internal Publishing. hal.1086.

Anda mungkin juga menyukai