“SKIZOFRENIA HEBEFRENIK”
oleh :
Amelia Kurniawati
13711043
1
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Nama : Amelia Kurniawati
Diagnosis/kasus
Aksis I : F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Aksis II : Kepribadian cemas
Aksis III : Dispepsia, Hipertensi
Aksis IV : Masalah Keluarga
Aksis V : CURRENT GAF 80, HLPY GAF 70
2
Penguraian
1. Resume Status Pasien
I. Riwayat Psikiatri
3
Anak ketiga pasien masih sekolah dasar. Pasien
mengeluhkan gaji pasien perbulannya hanya 1 juta
tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari untuk 7 orang di rumah ditambah lagi anak
pertama pasien sedang hamil sekarang. Kebutuhan
sehari-hari semakin bertambah tetapi di rumah
hanya pasien yang bekerja. Pasien merasa tidak
pernah bisa beristirahat selalu merasa gelisah, tidak
pernah bisa seperti orang lain yang bisa menikmati
masa tua. Pasien merasa ingin cepat pensiun
sehingga bisa istirahat dirumah. Akan tetapi,
apabila pasien pensiun pasien bingung tidak ada
yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Riwayat Gangguan Dahulu : Tidak ada gangguan serupa sebelumnya
Riwayat Hidup
Pranatal dan perinatal : Tidak diperoleh data
0-3 tahun : Tidak diperoleh data
3-11 tahun : Selama kehidupan anak-anak pasien banyak
memiliki teman. Pasien dapat mengikuti pelajaran
dengan baik.
Remaja : Pasien putus sekolah kelas 2 SMP dikarenakan
kurangnya biaya untuk sekolah. Kemudian pasien
bekerja sebagai buruh tani dan bekerja sebagai
buruh bantu di Badan Lingkungan Hidup (BLH).
Pasien putus sekolah menyebabkan pasien minder
merasa malu untuk bergaul dengan orang yang
lebih tinggi kedudukannya karena merasa bukan
dari keluarga yang berada sehingga pasien menjadi
Dewasa : pendiam.
Pasien menikah memiliki 3 orang anak. Pasien
telah diangkat menjadi pegawai negeri sipil di
4
BLH. Hubungan pasien dengan rekan kerja dan
tetangga berjalan dengan baik. Masalah ekonomi di
keluarga menyebabkan apabila ada kumpul-
kumpul atau ada orang yang mempunyai hajat
meningkatkan kekhawatiran pasien karena harus
menyumbang
III. Riwayat Keluarga
Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-)
5
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
Pemeriksaan Dada
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 (+) reguler, iktus kordis teraba
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Tidak terdapat luka dan bekas luka
Pemeriksaan Ekstremitas
- Superior : Deformitas (-), ikterik (-), sianosis (-), edema (-)
V. Status Mental
6
Penampilan : Penampilan rapi dan sesuai usia
Kesadaran
Kuantitatif : Composmentis
Kualitatif : Tidak berubah
Sikap dengan Pemeriksa : Kooperatif
Aktivitas Psikomotor : Hiperaktif
Afek dan Mood
Afek : Meluas
Mood : Cemas
Keserasian : Appropriate
Proses Pikir
Bentuk Pikir : Realistik
: Ide (+) Waham (-)
Isi Pikir
: Halusinasi (-) Ilusi (-)
Persepsi
: Lancar, Koheren
Progresi
VI. Terapi
7
- Memotivasi pasien agar lebih sabar, tetap berusaha, berdoa dan yakin Allah akan
menyembuhkan sakitnya.
- Menganjurkan pasien untuk kontrol rutin di klinik jiwa
- Menjaga gaya hidup dan rutin memeriksakan tekanan darah
- Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad sanam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
8
Menurut Kehoe (2017), Faktor risiko terjadinya gangguan cemas menyeluruh
adalah kebiasaan pengaruh negatif, wanita, status sosial ekonomi yang rendah,
tolerasi pada hal-hall yang tidak pasti, kesulitan pada masa kecil. Diagnosis
gangguan cemas menyeluruh menurut DSM-5 adah kekhawatiran dan cemas yang
berlebihan paling tidak selama 6 bulan. Kekhawatiran yang sulit dikontrol.
Memiliki paling tidak 3 gejala berikut: merasa kurang istirahat, mudah lelah, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, tengang otot, sulit untuk tidur.
Referensi :
Balitbang Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto, 2015. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI.
Kehoe, Wiliam A, 2017. Neurologic/Psychiatric Care. American College of
Clinical Parmacy.
Artinya :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Sesungguhnya Allah telah menjamin rezeki semua makhluk yang berjalan di
atas permukaan bumi, sebagai bentuk karunia dariNya, dan Dia mengetahui tempat
tinggalnya saat hidup dan setelah matinya, dan mengetahui tempat dimana ia akan
9
mati. Semua itu sudah tertulis di satu kitab di sisi Allah. Manusia tidak perlu khawatir
tentang rezekinya karena itu semua sudah diatur.
Segala kenikmatan dan kesempitan yang diberikan Allah merupakan cobaan.
Cobaan tersebut, akan memperlihatkan orang yang sabar dan bersyukur. Barangsiapa
orang yang bersabar terhadap rezeki yang didapatkan, maka Allah akan
menggantinya dengan kenikmatan yang sangat besar di surga
QS Al Baqarah ayat 155:
Artinya:
“Dan sungguh kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah-buahan Dan berikanlah kabar gembira
bagi orang orang yang sabar.”
Pada ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memberikan cobaan dengan rasa
takut, kemiskinan dan sebagainya. Hamba Allah yang taat kepadaNya akan
mendapat kabar gembira apabila menjalani ujian kehidupan dengan sabar.
QS Az Zumar ayat 10:
Artinya:
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada
Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
10
merasa cemas bagaimana cara pasien untuk menyumbang dengan keadaan ekonomi
pasien yang serba pas-pasan. Tetangga dan orang terdekat hendaknya memberikan
dukungan dan saling tolong menolong. Lingkungan yang baik diperlukan agar pasien dapat
berfikir positif terhadap diri sendiri. Tidak ada habisnya jika membandingkan diri dengan
orang lain. Setiap orang memiliki sisi positif dan negative. Pasien harus lebih menghargai
diri sendiri, menghargai prestasi yang didaat sekecil apapun. Tidak menganggap cobaan ini
tidak bisa diperbaiki, bangkit dan mencoba usaha lain agar kehidupan lebih baik.
Dari aspek ekonomi pasien yang merupakan tulang punggung keluarga. Pasien
memiliki 7 anggota keluarga yang harus ditanggung. Pekerjaan pasien hanya sebagai tukang
sapu di BLH. Anak-anak pasien tidak ada yang membantu mencari nafkah. Anak pertama
pasien hanya di rumah sebagai ibu rumah tangga, suaminya bekerja sebagai buruh
serabutan. Anak kedua menganggur sejak lulus Sekolah Menengah Kejuruan. Anak ketiga
masih sekolah. Harapan pasien adalah ekonomi keluarga membaik. Anak pertama memiliki
rumah sendiri. Anak kedua segera mendapatkan pekerjaan agar dapat membantu pasien
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
11