Anda di halaman 1dari 29

Rana Amalia Sulastri

H1A017074

Skabies pada Anak


dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
 
PEMBIMBING : dr. Rika Hastuti Setyorini, M. Kes
OUTLINE

01 02
Identitas Keluarga & Identitas Permasalahan
Genogram Keluarga

03 04
Penilaian Keluarga Rencana Upaya Intervensi
Permasalahan Keluarga
Latar Belakang
Skabies merupakan penyakit kulit
menular yang endemis di wilayah beriklim
tropis dan subtropis, yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei var.
Hominis (Boediardja & Handoko, 2018).
Penularan skabies dapat terjadi secara langsung
melalui kontak kulit dan tak langsung melalui
benda yang digunakan bersama – sama,
sehingga risiko transmisi penyakit ini
meningkat pada populasi yang padat
(Kumarayanti et al., 2020).
Menurut World Health
Organization (2020), skabies
merupakan salah satu kondisi
dermatologis paling umum sebagai
penyebab sebagian besar penyakit kulit
di negara berkembang, dengan populasi
rentan pada anak – anak dan lansia.
Secara global, penyakit ini diperkirakan
memengaruhi lebih dari 200 juta orang
setiap saat dengan prevalensi berkisar
0.2% - 71% (WHO, 2020). Di
Indonesia, dilaporkan bahwa angka
kejadian skabies berkisar 5,6% hingga
12,95% dan menduduki urutan ketiga
dari 12 penyakit kulit tertinggi pada
tahun 2008 (Rosa et al., 2020).
BAB I
Identitas Keluarga dan Genogram

Identitas Pasien

  Pasien
Nama An. K
Umur 11 tahun 7 bulan (11 April 2009)
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan Kelas 6 SD
Pekerjaan Pelajar
Alamat Selagik, Kec. Terara, Lombok Timur
Asuransi kesehatan -
Identitas Keluarga Pasien
Extended family
Genogram Keluarga
Bab II
Identitas Permasalahan Kesehatan Keluarga
Data Kesehatan Keluarga
Daftar Permasalahan Kesehatan Keluarga
Permasalahan Kesehatan Pasien

Aspek - Keluhan: muncul bintil – bintil berbentuk garis disertai gatal mulanya pada telapak tangan, kemudian
personal menjalar ke sela jari tangan dan perut sejak 2 minggu yang lalu. Gatal terutama pada malam hari.
- Kekhawatiran: Pasien dan ibu pasien khawatir bintil – bintil meluas, keluhan gatal tidak menghilang, dan
keluhan tidak dapat sembuh sehingga dapat mengganggu aktivitias sehari – hari. Pasien dan ibu pasien juga
khawatir penyakitnya dapat menular ke orang - orang sekitar.
- Harapan: Bintil – bintil dan gatal – gatal dapat hilang sehingga pasien dapat beraktivitas seperti biasa dan
tidak menular ke lingkungan sekitar.
- Persepsi: keluhan terjadi akibat pasien melakukan kegiatan rutin, yaitu mengaji di masjid desa bersama
teman – temannya yang ada mengalami keluhan serupa. Selain itu, 2 sepupu pasien sering berkunjung ke
rumah pasien juga diketahui mengalami keluhan serupa.
Aspek klinis Pasien didiagnosis menderita Skabies oleh dokter praktik.
Aspek risiko - Kebiasaan pasien tidak rutin mengganti mukenah yang digunakan untuk mengaji, biasanya mukenah hanya
internal digantung di dalam kamar dan jarang dicuci.
Aspek risiko - Kebiasaan ibu pasien yang tidak rutin mengganti dan mencuci seprei dan mukenah yang digunakan
eksternal dan pasien untuk mengaji.
psikososial - Pasien tinggal di permukiman yang padat penduduk.
- Pencahayaan dan ventilasi di rumah pasien kurang baik.
- Musim hujan.
- Pengetahuan keluarga pasien yang kurang tentang penyakit yang dialami.
- Keluarga mendukung penuh upaya untuk pengobatan pasien.
Derajat fungsional 1 (pasien mandiri dalam perawatan diri dan dapat melakukan kegiatan serta aktivitas sehari – hari
seperti sebelum sakit)
Permasalahan Kesehatan Keluarga

Anggota Keluarga  
Masalah Kesehatan
Tn. A (ayah) Ayah pasien merupakan perokok aktif, namun tidak tinggal di rumah yang sama dengan
pasien.
Ny. U (ibu) Ibu pasien pernah menderita vertigo sekitar 7 bulan yang lalu dan sempat berobat ke
dokter puskesmas. Kini keluhan tidak pernah kambuh kembali.
Ay (adik) -
Tn. H (kakek) Kakek pasien telah didiagnosis mengalami penyakit jantung dan hipertensi oleh dokter
dan sedang menjalani pengobatan. Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah kakek pasien, yaitu 160/100 mmHg (hipertensi stage II menurut AHA, 2017).
Meskipun kakek pasien mengatakan bahwa dokter telah mengedukasinya untuk tidak
merokok, namun kakek pasien tetap merokok dan merupakan perokok aktif. Selain itu,
beliau juga jarang berolahraga dan memiliki pola makan yang tidak sehat.
Ny. S (nenek) Berdasarkan pemeriksaan fisik tekanan darah (TD) yang dilakukan sebanyak dua kali dengan
interval waktu 15 menit di lengan yang sama, didapatkan hasil TD nenek pasien, yaitu 150/100
mmHg (hipertensi stage II menurut AHA, 2017). Selain itu, nenek pasien juga mengalami
kegemukan dari hasil pemeriksaan status gizi dengan indikator indeks massa tubuh (IMT).
Meskipun mengalami beberapa permasalahan kesehatan, nenek pasien tidak pernah
memeriksakan diri ke dokter atau layanan kesehatan, ia biasanya hanya mengantar suaminya
untuk kontrol penyakit jantung yang dialami.
Tn. R -
(paman)
Sq (sepupu) Berdasarkan pemeriksaan antropometrik, didapatkan sepupu pasien mengalami kekurangan
berat badan tingkat ringan, atau status gizinya dikategorikan sebagai kurus berdasarkan
indikator IMT.
Bagan H.L. Blum

GENETIK

LINGKUNGAN
-
- Pasien tinggal di
permukiman padat
PERILAKU
penduduk.
- Pencahayaan dan - Personal hygiene pasien kurang
SKABIES baik.
ventilasi di rumah pasien - Pengetahuan pasien dan keluarga
kurang baik. terhadap penyakit yang diderita
- Musim hujan.  masih kurang.

PELAYANAN KESEHATAN

- Fasilitas pelayanan kesehatan mudah


diakses.
- Pasien belum memiliki asuransi kesehatan.
Kondisi Rumah Pasien
Rumah Tidak Sehat
Kondisi Perumahan
Pasien
Pasien tinggal di perumahan
yang cukup padat penduduk
Analisis Status Sosioekonomi Keluarga

Sejak menikah, ayah dan ibu pasien telah tinggal di rumah yang sama dengan kakek dan nenek
pasien. Sejak 3 tahun yang lalu, ayah pasien mulai bekerja sebagai TKI di luar negeri dan rutin
mengirimkan sebagian gajinya untuk membiayai istri dan anak yang tinggal di Indonesia. Oleh
karena itu, biaya hidup sehari – hari keluarga pasien bersumber dari pendapatan ayah sebagai TKI
dan ibu sebagai guru. Keluarga pasien dapat dikatakan hidup berkecukupan dan tidak memiliki status
sosioekonomi yang rendah.
 
BAB III
Penilaian Keluarga
Indeks Keluarga Sehat (IKS)
 

IKS = Berdasarkan hasil penghitungan dengan


formula IKS, didapatkan bahwa IKS keluarga
= pasien bernilai 0,3, yang menunjukkan
= = 0,3 keluarga pasien dikategorikan ke dalam
keluarga tidak sehat.
Family APGAR score

 
Berdasarkan hasil
wawancara dengan
Ny. U selaku ibu
pasien, didapatkan
hasil total skor family
APGAR, yaitu 10,
yang mengindikasikan
bahwa keluarga
pasien merupakan
highly functional
family atau keluarga
dengan fungsi yang
baik.
BAB IV
Rencana Upaya Intervensi
Permasalahan Kesehatan Keluarga
1. Skabies (Sasaran: An. K)
Rencana Upaya Intervensi:
Patient – centered
• Mengedukasi pasien untuk meminum obat (antihistamin) dan menggunakan obat
topikal (krim scabimite) yang diresepkan dokter secara teratur dan dengan cara yang
benar, misalnya dengan memberi tahu cara penggunaan krim scabimite.
• Memberikan edukasi dan motivasi bagi pasien agar menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, berupa penderita harus mandi bersih, seusai mandi, pakaian yang akan
dipakai harus sudah disetrika.
• Memberikan edukasi bagi pasien mengenai komplikasi skabies yang akan terjadi
apabila penyakit tidak diobati.
• Memberikan edukasi bagi pasien apabila keluhan tidak membaik, untuk segara
berobat ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lain.
Family – focused
• Memberikan informasi dan edukasi menggunakan media, seperti poster dan leaflet mengenai
skabies, tanda dan gejala, penyebab, serta cara penularannya.
• Memberikan informasi dan edukasi menggunakan media, seperti poster dan leaflet mengenai
kebersihan diri dan lingkungan sekitar rumah, serta pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Salah
satunya, keluarga dimotivasi untuk memperbaiki ventilasi dan penerangan dalam rumah dengan
membuka pintu pada siang hari.
• Memberikan edukasi keluarga, terutama ibu pasien, mengenai cara pemberantasan tungau yang
mungkin terdapat di pakaian, handuk, sprei, dan lain – lain. Misalnya, mencuci dan merebus
pakaian, sprei, gorden, selimut, sarung bantal, guling, menjemur sofa serta tempat tidur. Hal ini
dilakukan untuk mengeradikasi tungau dewasa agar tidak terjadi kekambuhan.
• Memberikan edukasi dan motivasi bagi seluruh anggota untuk memeriksakan diri ke
Puskesmas atau faskes lain karena tatalaksana holistik skabies adalah mengobati seluruh
anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
2. Penyakit Jantung (Sasaran: Tn. H)
Rencana Upaya Intervensi:
• Mengedukasi dan memotivasi pasien untuk meminum obat yang telah diresepkan dokter secara
teratur.
• Memberikan edukasi dan motivasi pasien untuk melakukan gaya hidup sehat:
- Gizi seimbang, dengan memilih makanan yang sehat dan baik untuk kesehatan jantung, seperti
sayur, buah, serta berbagai sumber makanan dengan kandung lemak baik, contohnya omega 3
dan 6.
- Enyahkan asap rokok, dikarenakan rokok merupakan salah satu faktor risiko pemicu penyakit
jantung, jadi pasien harus menjauhi rokok baik aktif maupun pasif.
- Hadapi dan atasi stress.
- Awasi tekanan darah di Puskesmas atau dokter,
- Teratur berolahraga, olahraga dapat dilakukan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing –
masing untuk melatih jantung dan meningkatkan kebugaran tubuh.
3. Hipertensi (Sasaran: Tn. H dan Ny.S)
Rencana Upaya Intervensi:
• Mengedukasi dan memotivasi pasien untuk meminum obat yang telah diresepkan dokter secara teratur
mesikpun taka ada gejala dan menjaga kecukupan pasokan obat – obatan.
• Memberikan edukasi bahwa pemberian obat antihipertensi merupakan pengobatan jangka panjang dan harus
dilakukan kontrol pengobatan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan pengobatan. Selain itu,
pemerikaan komplikasi hipertensi dapat dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
• Memberikan edukasi dan motivasi pasien untuk melakukan gaya hidup sehat:
• Penurunan berat badan bagi yang memiliki berat badan berlebih, jaga berat badan ideal (IMT: 18,5 – 24,9
kg/m²).
• Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak dengan
jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah.
• Pembatasan asupan natrium, kurangi konsumsi garam maksimal 1 sendok teh per hari.
• Aktivitas fisik aerobik teratur, misalnya jalan cepat 30 menit sehari, hampir setiap hari dalam seminggu.
• Bagi Ny. S, diedukasi dan motivasi untuk segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau faskes lain agar bisa
mendapatkan pengobatan darah tinggi yang sesuai.
• Selain pasien dengan hipertensi, keluarga juga perlu diinformasikan untuk melakukan pengukuran tekanan
darah secara rutin dan melakukan gaya hidup sehat, dikarenakan keluarga yang seketurunan merupakan
individu berisiko.
 4. Berat badan berlebih dan berat badan kurang (Sasaran: Ny.S dan An. Sq)
Rencana Upaya Intervensi:
• Mengedukasi pasien untuk menjaga berat badan ideal (IMT: 18,5 – 24,9 kg/m²).
• Melakukan pemantauan berat badan secara berkala (sebulan sekali) dan menghitung indeks
massa tubuh dengan rumus:

• Bagi Ny. S, sebagai lansia > 60 tahun, dapat melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah
obesitas, seperti konsumsi makanan sumber kalsium, batasi makanan tinggi garam, gula, dan
lemak, serta melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan diri sendiri, seperti jalan kaki.
• Bagi An. Sq sebagai penderita berat badan kurang tingkat ringan berdasarkan IMT, dapat
melakukan gaya hidup sehat untuk mencegah munculnya gejala – gejala gizi kurang, seperti
konsumsi makanan yang lengkap mengandung kalori dan bergizi, tidak hanya tinggi kalori
saja, makan sedikit – sedikit tapi sering, makan makanan ringan di antara waktu makan
besar, dan konsumsi minuman yang juga mengandung kalori.
5. Merokok (Sasaran: Tn. H)
Rencana Upaya Intervensi:
• Memberikan edukasi mengenai bahaya dan komplikasi merokok, terutama bagi
Tn. H yang merupakan penderita penyakit jantung.
• Memberikan kiat – kiat agar pasien dapat berhenti merokok:
ˉ Bulatkan tekad berhenti merokok.
ˉ Berhenti merokok seketika (total) atau melakukan pengurangan jumlah rokok
yang dihisap per hari secara bertahap.
ˉ Kenali waktu dan situasi di mana pasien sering merokok.
ˉ Mintalah dukungan dari keluarga dan kerabat.
ˉ Tahan keinginan dengan menunda.
ˉ Berolahraga secara teratur.
• Mengedukasi keluarga untuk memotivasi pasien agar berhenti merokok.
6. Riwayat Vertigo (Sasaran: Ny. U)
Rencana Upaya Intervensi:
• Memberikan edukasi bagi pasien untuk melakukan gaya hidup sehat.
• Memberikan edukasi bagi pasien untuk segera segera datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan apabila keluhan kambuh kembali terutama jika
menyebabkan hendaya dalam melakukan aktivitas sehari – hari.
Referensi
• Boediardja, S. A., & Handoko, R. P. (2018). Skabies. In Ilmu penyakit kulit dan kelamin (7th ed.). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
• Ikatan Dokter Indonesia (2014). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
(Edisi Revi). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
• Kumarayanti, N. K. D., Hapsari, Y., & Kusuma, D. R. (2020). PENATALAKSANAAN SKABIES DENGAN
PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PASIEN DEWASA. Jurnal Kedokteran, 9(2). Retrieved
from jku.unram.ac.id
• Mading, M., & Indriaty, I. (2015). Aspects of Epidemiology Studies Scabies in Human. Jurnal Penyakit Bersumber
Binatang, 2(2), 9–17. Retrieved from ejournal.litbang.kemkes.go.id
• Rosa, Natalia, D., & Fitriangga, A. (2020). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Skabies dan Personal Hygiene
dengan Kejadian Skabies di Puskesmas Selatan 1, Kecamatan Singkawang Selatan. CDK-283, 47(2). Retrieved
from www.cdkjournal.com
• Takenaka, H., & Ban, N. (2016). The most important question in family approach: the potential of the resolve item
of the family APGAR in family medicine. Asia Pacific Family Medicine, 15(1), 3. https://
doi.org/10.1186/s12930-016-0028-9
• Tan, S. T., Angelina, J., & Krisnataligan. (2017). Scabies: Terapi Berdasarkan Siklus Hidup. CKD-254, 44(7).
Retrieved from www.ckdjournal.com
• World Health Organization. (2020). Scabies and other ectoparasites. Retrieved November 3, 2020, from Neglected
tropical diseases website: https://www.who.int/neglected_diseases/diseases/scabies-and-other-ectoparasites/en/
 
 
 
Dokumentasi
Thankyou!

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai