Pembimbing :
Oleh :
Yulinar Firdaus Yustisiawandana G4A016042
2018
I. PENDAHULUAN
Di era modern ini, tumor ganas semakin meningkat insidensinya. Sayangnya
keganasan ini seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut dan fatal. Kurangnya
gejala klinis yang jelas terutama pada stadium awal membuat penentuan diagnosis
secara klinis kurang dapat diandalkan. Disinilah pemeriksaan patologis memegang
peranan penting sebagai penunjang untuk memastikan diagnosis. Penyakit kanker
dapat dideteksi sedini mungkin dengan mempergunakan beragam alat diagnostik,
mulai dari alat sederhana sampai pada alat canggih. Pemeriksaan fisik merupakan alat
diagnostik klasik dan sederhana. Kombinasi fisik diagnostik dengan biopsi
merupakan alat diagnostik yang efektif dan efisiensi untuk pemeriksaan patologis
mikroskopik (Underwood, 2004).
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang dicurigai
sebagai suatu keganasan. Pemeriksaan patologi ini juga bermanfaat tidak hanya
menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan tetapi juga untuk menentukan
prognosis. Berasal dari bahasa latin yaitu bios:hidup dan opsi: tampilan. Jadi secara
umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan
dikirim ke laboratorium untuk diperiksa (Jandi S, 2008).
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Pemeriksaan
penunjang seperti X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat dilakukan terlebih dahulu
untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses
pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk
membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi kanker kecuali biopsi eksisional
dimana selain pengambilan sampel juga mengangkat semua massa atau kelainan yang
ada.Kemajuan teknologi radiologi yang pesat dan merupakan mitra utama biopsi,
terutama pada tumor yang terletak di rongga dada dan rongga abdomen. Keberadaan
fluoroskop-TV, ultrasonogram dan CT Scan sangat bermanfaat dalam menuntun
ujung jarum sampai mencapai massa tumor (Suyatno, et.al, 2010).
Carsinoma In Situ
Carsinoma In Situ sinonim dengan displasia derajat tinggi sehingga resiko
untuk berubah menjadi kanker sangat tinggi. Carsinoma In Situ merupakan bentuk
awal karsinoma tanpa invasi ke jaringan sekitar atau sel neoplastik berproliferasi
hanya pada daerah sekitar tumor saja.
Carsinoma Invasive
Umumnya disebut kanker, merupakan tahap akhir dari rangkaian perubahan
sel apabila tidak diobati akan menginvasi jaringan tubuh dan menyebabkan kematian
(Neville Woolf et.al, 2004).
Tiap – tiap indeks angka dan huruf mempunyai arti klinis sendiri –
sendiri untuk setiap jenis atau tipe tumor padat. Jadi arti indeks untuk
karsinoma payudara tidak sama dengan karinoma nasofaring, dsb (Benedet JL
et.al, 2006). Pada umumnya arti sistem TNM tersebut adalah sebagai berikut:
Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas pada tahun 1958,
kelompok para ahli yang menangani kanker di USA, pada tahun 1959 juga
mengemukakan suatu skema pentahapan kanker yang merupan penjabaran lebih
lanjut dari sistem TNM. Kelompok para ahli tersebut semula bernama : The American
Joint Committee for Cancer Staging and End Results Reporting (AJC). AJC tersebut
kemudian berubah nama pada tahun 1980 menjadi American Joint Committee on
Cancer (AJCC). Tujuan pembuatan staging kanker tersebut adalah agar lebih praktis
dan lebih mudah pemakaiannya di klinik. Staging menurut AJCC ini pertama harus
menentukan T, N, M dari tumor padat tersebut sesuai ketentuan yang ada, dan
selanjutnya dikelompokkan dalam stadium tertentu yang dinyatakan dalam angka
romawi ( I – IV ) dan angka arab ( khusus untuk stadium 0 ) (AJCC, 2009).
Lebih mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat staging kanker payudara menurut
AJCC pada table / gambar berikut :
Biopsi tertutup: Tanpa membuka kulit, Bisa dikerjakan oleh disiplin non-
bedah
Biopsi terbuka: Dengan membuka kulit/mukosa, Biasanya dikerjakan oleh
disiplin bedah, dan Akan mendapatkan spesimen yang lebih representative
Biopsi Tertutup: Bahan sedikit/kurang representative, Dapat ditingkatkan dengan
biopsi terbuka, Contoh : FNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-sputum-darah-ascites, dan
Endoscopy.
a. Biopsi Insisional
4. Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus.
6. Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap.
a.
b. Biopsi Eksisional
4. Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu:
5. Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan
sedikit lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit.
6. Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm
kulit sehat.
7. Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2
cm kulit sehat.
10. Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat
diserap.
c. Biopsi Jarum
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya yang
dicurigai sebagai suatu keganasan
Derajat/stadium tumor berdasarkan :
Indikasi biopsy , dilakukan pada suatu lesi yang menetap selama kurang lebih
2 minggu , pada suatu lesi yang dicurigai neoplasma, ulkus yang tidak sembuh
Kontra indikasi biopsy yaitu adanya infeksi di tempat yang akan diambil
sampelnya, gangguan faal hemostasis , dilakukan pada diluar daerah yang
akan dilakukan eksisi (Jandi S, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
DeVita, V.T., Lawrence, T.S., Rosenberg, S.A., 2008. DeVita, Hellman & Rosberg’s
Cancer: Principles & Practice of Oncology. 8th ed. Lippincott Williams &
Wilkins
Neville Woolf, Damm DD, Allen CM. 2004. Pathology Basic and Sistemic 2nd
Edition. Philadelphia: Saunders. 340-5.
Suyatno, Emir Pasaribu, 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: CV
Sagung Seto. P1-34.