Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

PASIEN EPILEPTIKUS DAN


GIZI KURANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir
Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum
Daerah Dok II Jayapura

Oleh :
Anggraeni Tampang Rara
Imelda pandori

Supervisor:
dr. Helena M. Maniboey, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA- PAPUA
2019
I. Identitas Pasien

Nama : An. JM
No. DM : : 343888
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : KP
Suku Bangsa : Papua
Alamat : DOk VIII atas
Pekerjaan Ayah : swasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan :-
Tanggal MRS : 07 Januari 2019

2
II . Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis Ibu pasien).

Keluhan Utama
Kejang berulang

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RSUD DOK II dengan

keluhan pasien pasien kejang di rumah sebanyak 5x dan ketika sampai di IGD

kejangnya 1 x, demam (-), batuk (+), pilek (+), sesak nafas (-), makan/minum

baik , nyeri perut (-), nyeri menelan (-),

Pasien sudah sering mengalami hal serupa, tetapi munurut ibunya

kejangnya kali ini barulang teru.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Malaria (+ )
- Riwayat alergi (-)
- Demam Thypoid (-)
-

Riwayat Imunisasi
Menurut keterangan ibunya bahwa riwayat imunisasinya lengkap
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti yang dialami
pasien

3
Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama keluarga besar ayahnya, pasien juga semennjak
umur 6 tahun, pasien lebih aktif gerakannya, sering mendorong temannya bila
bermain, kadang tiba-tiba lagi bermain Pasien menganggu temannya. Tempat
tinggal pasien di Dok VIII atas.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Lemas
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Nadi: 100 x/menit, reguler, tegangan cukup, kuat angkat;
Respirasi 30 x/menit; Suhu badan 37,0 oC, SpO2 90%.
Berat Badan : 21 kg kg
Panjang Badan : 71 cm

Status Generalis
1. Kepala
 Normosefal, ubun – ubun normal
 Mata cowong (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikerik (-/-), edema
palpebra (-/-)
 Pernapasan cuping hidung (-/-)
 Mulut:
o Mukosa bibir lembab (+)
o Oral plak (+)
o Lidah kotor (-)
o Stomatitis daerah ujung lidah (-)
o Perdarahan gusi (-)
o Faring hiperemis (-/-)
o Tonsil T1/T1, hiperemis (-/-)
 Telinga:
o Sekret (-/-), lesi (-/-)
2. Leher :

4
 Pembesaran KGB regio colli (-), peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-)
3. Pulmo :
 Inspeksi :Simetris bilateral, ikut gerak napas, retraksi (-), jejas (-)
 Palpasi : sulit dievaluasi
 Perkusi : pekak pada daerah basal
 Auskultasi : Suara napas bronkovasukuler (+/+); Rhonki (-/-); Wheezing
(-/-)
4. Cor
 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
5. Abdomen
 Inspeksi: meteorismus (-)
 Auskultasi: bising usus (+)
 Palpasi: supel, nyeri tekan (-) regio epigastrium, hepar - lien (tidak teraba
besar), turgor kembali cepat (+) normal
 Perkusi: timpani
6. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 3”, petekie (-), edema (-), anemis (-),
sianosis (-), Ikterus (-), nodul (-)
7. Status Neurologis:
 Refleks Fisiologi : biseps, triseps refleks (Positif)
 Refleks Patologis: Babinsky (Negatif)
 Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (Negatif) ; Brudzinsky 1 (Negatif)
9. Status Gizi berdasarkan indeks BB/PB
BB = 21 kg
PB = 119 cm
Kategori status gizi pasien = Gizi Kurang

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 7/01/2019 :

Hasil laboratorium: ( 07-01-2019)

- Hb : 10,4 g/dL
- HCT : 30, 5 %

5
- WBC : 15,45
- PLT : 357
- RBC : 3,85
- Kalium : 4, 12
- Natrium : 133,40
- CL darah : 105.40
- Calcium ion : 1,06
GDS : 103 mg/dL

III. Diagnosis Kerja


Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan, pasien didiagnosis dengan GEA dengan dehidrasi Ringan Sedang, dan
Gizi Kurang ec. Low intake.

IV. Penatalaksanaan
A.Farmakologis :
1. Perencanaan Terapi
2. 02 nasal canul 1-2 lpm
3. IVFD D5 1/2 NS 156 cc/ 24 jam 16 tpm makro
4. Inj. Ranitidine 2x 23 mg
5. Drip paracetamol 345 mg/ 8 jam
6. Loading phenytoin 460 mg, maintenance 230 mg/ jam
7. Puyerr panas 3x1 pulv
8. Asam valproate 2x 85 mg
9. Rawat Inap untuk observasi lebih lanjut
B.
C. Non Farmakologis :
Edukasi khusus masalah gizi tentang :
 Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang
tua
 Pengenalan gejala-gejala dan faktor-faktor yang menyebabkan gizi
kurang
 Komplikasi gizi kurang/buruk pada anak

6
 Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan
anak menderita kurang gizi
 Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit
 Rutin ke posyandu/puskesmas untuk memantau berat badan dan
tumbuh kembang anak.
 Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita sesuai dengan
penatalaksanaan anak gizi kurang.

V. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

7
1. PENGAMATAN RUMAH

Foto bersama nene dan ibu pasien serta saudara ke 3 dari pasien.

8
Tampak foto ruang tamu, di mana . Ketika memasuki pagar rumah dan memasuki
rumah, yang pertama kita temui adalah bagian ruang tamu langsung karena rumah ini
tidak terdapat teras di depan.

Tampak ruangan tengah sesudah terdapat ruangan tamu

9
Tampak dapur, di mana letak dapur di mana letak bagian di luar dari rumah, dan masih
belum selesai bangunannya, dan bangunan dapur masih dalam proses pengerjaan.

10
Tampak kondisi di bagian belakang rumah pasien, dimana terdapat bak penampungan
besar untuk air bersih, dan tempat untuk mencuci piring dan pakaian

Tampak dekat kondisi tempat untuk mencuci piring

11
Tampak kondisi kamar pasien dan keluarga, dimana tidak terlalu rapi, dan baju
berhamburan

12
Tampak kondisi kamar mandi pasien dan jambannya.

Tampak kondisi rumah pasien di ambil dari samping kanan rumah pasien

13
Tampak kondisi foto rumah pasien dari penampakan depan

Gambar lingkungan sekitar rumah pasien

Terletak di daerah pemukiman yang tidak padat penduduk, dengan


rumah beton di atas tanah , dengan 2 kamar. Luas rumah 15x8 m, terdapat
2 buah kamar dengan ukuran yang sama. Rumah beratapkan. Di dalam
rumah, keadaan rumah tampak rapi. Rumah ini memiliki 1 ruang tamu, 1
ruang makan, 2 kamar tidur, dan 1 dapur yang tidak ada pintu, dan masih
dalam tahap mengerjaan, dapur yang terbuka dengan hanya terdapat
kompor dan peralatan untuk makan dan minum, terdapat tempat untuk
mencaci piring dan juga baju di belakang rumah, tetapi tidak memiliki
dinding dan juga atap. terdapat kamar mandi dengan jamban diluar/
belakang rumah. Ventilasi dan pencahayaan bersumber dari 2 buah pintu
bagian depan dan belakang. Sirkulasi udara dan pencahayaan baik untuk
ruang tamu, begitupun ruangan lainnya, sirkulasi udara dan pencahayaan
baik karena memiliki 2 pintu dan banyak celah,. Sumber air bersih
keluarga diperoleh dari air PDAM dan Galon. Di rumah memiliki tempat
pembuangan sampah sementara, biasanya pasien dan keluarga membuang
sampah dengan memasukkan sampah ke kantong plastik, yang nantinya

14
dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir. Rumah pasien tampak sehat
di mana di sekitar rumah tidak terdapat sampah yag berhamburan atau
berserakan.
2. PENGAMATAN LINGKUNGAN
Untuk limbah rumah tangga dibuang langsung ke tempat sampah
dan di tempat sampah yang akan di bawah ke tempat pembungan akhir..
tempat pembuangan sampah diluar rumah ada. jalan masuk didepan rumah
memiliki lebar 1m. pasien tinggal di sebuah gang, dan lorong gang pasien
banyak genangan air, dan tepat di depan rumah pasien air banyak
tergenang.

3. HASIL WAWANCARA/PENGAMATAN
KELUARGA/HUBUNGAN KELUARGA
Pasien tinggal dirumah dengan keluarga besar dengan jumlah
anggota keluarga 15 orang, yaitu kedua orang tuanya dari ayah pasien,
kakak kandung, kakek dan nenek, Bapak adek, mama adek, om, tante dan
saudara sepupu lainnya. Dan menurut anamnesa keluarga pasien di rumah
tidak ada yang menderita penyakit atau mengikuti pengobatan apapun
sebelumnya.

4. HASIL WAWANCARA/PENGAMATAN PERILAKU KESEHATAN


Perilaku kesehatan dalam keluarga pasien, dapat dikatakan baik,
Adapun perilaku kesehatan (PHBS) dalam keluarga dapat diniliai melalui
10 kriteria yaitu :
1. Persalinan
Dalam hal persalinan, ibu pasien melahirkan di Rumah Sakit Abepura
dengan persalinan normal.
2. Memberi ASI ekslusif
Ibu pasien mengaku memberikan ASI ekslusif kepada anaknya sampai
umur 3 bulan.
3. Menimbang balita setiap bulan
Ibu pasien menimbang pasien setiap bulan ke posyandu terdekat.

15
4. Menggunakan air bersih
Pasien dan keluarganya menggunakan sumber air dari PDAM dan
galon.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Pasien memahami tentang budaya mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun, karena dalam anggota keluarga pasien ini ada yang
merupakan tenaga medis.
6. Menggunakan jamban sehat
Di keluarga ini menggunakan kamar mandi dan mempunyai jamban
dimana letak jamban terdapat di belakang rumah.
7. Makan buah dan sayur setiap hari
Berhubung keadaan perekonomian keluarga ini tergolong cukup,
untuk makan buah dan sayur setiap hari dapat terlaksana.
8. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik setiap hari dilakukan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan rumah.
9. Tidak merokok di dalam rumah
Di anggota keluarga, ada yang merokok, Bapak, kakek dan om pasien.

5. ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah
Pada dasarnya rumah yang merupakan tempat tinggal adalah hal yang
sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar hanya
sebagai tempat tinggal untuk beristirahat, untuk melepas lelah setelah
bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai
tempat untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera.
Rumah yang sehat dan layak untuk dijadikan tempat tinggal tidak harus
rumah yang mewah dan besar, namun rumah yang sederhana dapat juga
menjadi rumah yang sehat dan layak di tempati bagi kehidupan keluarga.
Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat
memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan baik. Untuk menciptakan

16
rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang
sangat mempengaruhi terwujudnya rumah sehat, antara lain :
 Tipe rumah
 Ventilasi
 Pencahayaan rumah
 Saluran pembuangan limbah
 Sumber air bersih
 Jamban memenuhi syarat
 Tempat sampah tertutup
 Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga
8m2/orang
Pada kasus ini, keadaan rumah pasien masih tergolong rumah sehat, ada
jamban , tetapi kriteria luas rumah dan jumlah orang yang tinggal, tidak
memenuhi kriteria rumah sehat. Syarat rumah sehat yaitu :
- Memenuhi syarat kebutuhan fisik dasar penghuninya, seperti :
temperatur, penerangan, ventilasi dan kebisingan,
- Memenuhi syarat kebutuhan kejiwaan dasar penghuninya: health is
begun at home
- Memenuhi syarat melindungi penghuninya dari penularan penyakit:
air bersih, pembuangan sampah, terhindar dari pencemaran
lingkungan dan lain-lain
- Memenuhi syarat melindungi penghuni dari kemungkinan bahaya
dan kecelakaan: kokoh, tangga tak curam, bahaya kebakaran, listrik,
keracunan dan lain-lain
Selain itu ukuran luas rumah juga tidak memenuhi syarat rumah sehat,
keadaan dan kondisi rumah sangat mempengaruhi atau memperberat
penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.

b. Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar


Pada kasus ini, Diagnosis penyakit pada pasien ini tidak
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar tempat tinggalnya,
dikarenakan penyakit pada pasien ini termasuk ke dalam penyakit

17
berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku hidup bersih dan
sehat. Pada kasus penyakit ini dapat diperberat jika terlalu btidak diikuti
dengan pola hidup atau perilaku hidup yang sehat.
c. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Diagnosis penyakit pada pasien ini sangat berhubungan dengan
kondisi pasien sejak dalam kandungan, di mana sejak dalam kandungan
ibu pasien sering sakit. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan
dalam keluarga dan lingkungan sekitar
Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau
etiologi Untuk mencapai status gizi yang baik maka harus ditunjang
oleh tingkat pengetahuan gizi yang baik serta pendapatan orang tua
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena
dengan pengetahuan tentang gizi yang baik akan membuat orang tua
dapat memilih dan memberikan makanan yang tepat sesuai dengan
asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak agar gizi nya menjadi
tercukupi.Serta juga harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat
memperberat terjadinya gizi kurang terhadap anak.

6. EDUKASI PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN DAN


KEPADA KELUARGA
- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya kasih sayang ibu terhadap
anaknya, sehingga ibu mampu memberikan pola asuh dan stimulasi pada
pasien sehingga dapat memperbaiki tumbuh kembang pasien.
- Memberikan penjelasan kepada ibu tentang pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
- Memberikan penjelasan kepada Ibu pasien untuk rutin memeriksakan
pasien ke layanan kesehatan, dan segera melaporkan jika terdapat keluhan
pada pasien.

7. RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN


KEPADA KELUARGA
- Menjelaskan tentang penyakit, tanda-tanda, dan bahayanya

18
- Menjelaskan tanda-tanda ketika akan kejang.
- Menjelaskan bahwa butuh perhatian khusus kepada pasien ini.
- Menjelaskan tentang pentingnya memberikan makanan dengan teratur
- Menjelaskan tentang penting merujuk pasien bila terdapat tanda bahaya
umumPentingnya memenuhi asupan gizi pada anak.
- Menjelaskan tentang pola asuh anak yang baik

8. ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG


DAPAT MEMBERI SEMANGAT ATAU MEMPERCEPAT
PENYEMBUHAN PADA PASIEN
Cara untuk mencegah terjadinya gizi kurang pada anak:
1. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein 12% dan sisanya karbohidrat.
2. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan
standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

3. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan
kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan
pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah
berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan
secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan
fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di
kemudian hari.

19
KESIMPULAN

Penyakit yang di alami oleh pasien ini akan terus berulang, maka edukasi
kepada keluarga keluarga sangat penting untuk lebih memantau, ketika pasiennya
bermain, atau melakukan aktifitas. Karena kejang itu akan sering muncul di waktu
kapan saja.
Makanan bergizi menjadi sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak tetapi juga berfungsi dalam membentuk antibodi seseorang
sehingga tidak mudah terjangkit suatu penyakit, untuk itu pentingnnya mengatur
pola makan yang seimbang dan sehat.
Keadaan rumah yang sehat harus memiliki standar-standar tertentu seperti
air bersih, jamban yang layak, ventilasi udara dan pecahayaan sinar matahari yang
cukup, sehingga dapat terhindar dari sakit penyakit yang bisa dapat dicegah
dengan ventilasi udara yang baik dan pencahayaan yang baik terutama sinar
matahari begitu juga dengan sakit yang lainnya.
Edukasi juga harus lebih di tingkatkan agar ketika seorang ibu hamil lebih
di lihat kondisi kebersihannya agar janin di dalam kandungan terhindar dari
malsah ketika lahir nantinya.

20

Anda mungkin juga menyukai