Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

SEPSIS NEONATORUM

Pebimbing: dr. meidy daniel posumah , Sp.A

Penyusun: Sofiuddin Bin Nordin 030.08.306

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSOB PERIODE 08 OKTOBER-16 DISEMBER 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
1

STATUS MEDIK

I.

IDENTITAS PASIEN No. CM Nama Pasien Umur Jenis Kelamin Alamat: : 31 87 55 : Rizky Putra Fauzi : 0 Bulan, 17 hari : laki-laki :Tiban lama Rt 02/05 no 52, Batam

Tempat, Tanggal lahir: Bidan swasta 8 oktober 2012 Masuk RSUD Koja : 16 oktober 2012

IDENTITAS ORANG TUA Ayah: Nama Umur Agama Pekerjaan Penghasilan : Fauzi : 25 tahun : Islam : Supir :rp1.000.000,00 : SMA Ibu: Nama Umur Agama Pekerjaan Penghasilan Pendidikan terakhir Suku bangsa : Wahyuning : 29 tahun : Islam : Pelayan toko : rp500.000,00 : SMA : Jawa

Pendidikan terakhir Suku bangsa :Jawa

Hubungan dengan orang tua: Anak kandung

ANAMNESA Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (ibu pasien) pada tanggal 22 oktober 2012

KELUHAN UTAMA Dirawat karena sesak dan sianosis

KELUHAN TAMBAHAN Pasien demam, merintih, tidak mau menyusu, kurang bergerak dan lemah serta kulit berwarna kuning.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke igd RSOB pada tanggal 16/10/2012 dengan keluhan sesak dan sianosis 2 jam SMRS. Pada mulanya , ibu pasien mengeluh pasien mengalami menceret kuning tidak lebih dari 3x/jam sehari sebelum pasien sesak. Pada saat itu, pasien mula menunjukan penurunan nafsu makan apabila mulai semakin males untuk minum susu. Ibu pasien menyangkal pasien pernah mengalami riwayat tersedak. Pada sekitar jam 2 pagi pada tanggal 16 oktober 2012 ibu pasien mengeluh suhu tubuh anaknya mulai meningkat.mual muntah dan batuk disangkal.ibu pasien mengakui nafas anaknya berbunyi seperti berdengkur. Untuk menurunkan panasnya ibu pasien mengkompres kepala pasien menggunakan air suam kuku. Tetapi suhu tubuhnya tidak menurun Pada jam 7 pagi pasien mulai kelihatan biru, kelihatan sesak dan nafasnya mulai menghilang. Segera, Ibu pasien membawa pasien ke bidan swasta tempat pasien dilahirkan .Disana bidan meyedot lendir dari mulut dan hidung pasien. Bidan juga memberi parasetamol suppositorial untuk menurukan demam dan memberi Oksigen kanul ke pasien untuk menghilangkan sesaknya. Pada jam 9 pagi pasien dibawa ke RSOB.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Riwayat penyakit diabetes, hipertensi, gangguan jantung, TBC dan asma pada keluarga disangkal oleh orang tua pasien. Ibu pasien mengakui pernah didiagnosa menderita hepatitis B 2 tahun yang lalu dan sampai pada saat ini ibu pasien tidak

pernah control penyakitnya lagi karena masalaah keuangan. Ayah pasien menderita haemmoroid sejak bulan yang lalu.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN Pasien lahir melalui persalinan normal pada tanggal 8 oktober 2012 jam 2230 dengan dikelahiran dipimpin oleh bidan swasta di tiban lama. Menurut ibu Pasien, pasien dilahirkan dengan ketuban warna jernih, pasien menangis kuat setelah dilahirkan dan kelihatan biru di hujung-hujng tubuh pasien. Apgar score tidak diketahui. Pasien dinyatakan NCB-SMK dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan lahir 50cm. Ibu pasien mengetahui kehamilan ini pada 2 bulan kehamilan. Selama kehamilan menurut pasien, tidak mengalami masalah kesehatan.4 bulan setelah kehamilan ibu pasien mengalami keputihan, tapi pada mulainya sedikit dan kurang berbau. Setelah 6 bulan kehamilan keputihan semakin banyak dan semakin berbau tajam, ibu pasien sempat meminum obat antibiotic thiamphenicol yang dibeli oleh ayah pasien di apotik. Setelah itu keluhan keputihannya semakin berkurang.. Hari pertama haid terakhir pasien adalah tanggal 8 Febuari 2012, dengan tanggal perkiraan kelahiran pada tanggal 8/10/2012. Pada tanggal 8 oktober 2012, jam 0900 pagi ibu pasien merasa mules, jam 2230 ketuban ibu pasien pecah, Jam 2230, pasien dilahirkan.

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan

Pada bulan kedua kehamilan, ibu pasien merasa mual-mual dan muntah-muntah, tapi menurut pasien tidak berat atau dirawat di rumah sakit. Pasien juga mengaku demam yang tinggi sebelum melahirkan pasien, tidak mengalami infeksi saluran kemih . Pasien mengaku mengalami keputihan

pertama kalinya 4 bulan setelah kehamilan yang pertama kalinya timbul sedikit dan tidak berbau. Setelah usia kandungan 6 minggu, keputihan semakin banyak dan 4

berbau tajam. Pasien mengaku keputihan itu timbul setelah melakukan hubungan intim bersama suaminya. Perawatan antenatal - pernah kontrol dua kali selama kehamilan, sekali ke Dokter kandungan pada awal kehamilan, dan kali keduanya di bidan swasta - konsumsi vitamin C - tidak prnah USG saat usia kehamilan KELAHIRAN Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi Keadaan bayi Bidan swasta Bidan Persalinan normal . Cukup bulan (37 minggu), G1P0A0 1. Berat lahir: 3100 gram 2. Panjang: 50 cm 3. Lingkar Lengan Atas : 10 cm 4. Lingkar kepala :34 cm 5. Lingkar dada: 28 cm 6. Langsung menangis 7. Kulit merah dan biru di hujung-hujung tungkai 8. Nilai APGAR : tidak diketahui 9. Kelainan bawaan: Kesan: Pasien lahir cukup bulan, dan ditemukan adanya keputihan pada ibunya

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pertumbuhan gigi I: - (Normal 5-9 bulan) Ganqgguan perkembangan mental: Tidak ada Psikomotor o Tengkurap o Duduk o Berdiri o Berjalan o Bicara : - bulan : - bulan : - bulan : - bulan : - bulan (Normal: 6-9 bulan) (Normal: 6-9 bulan) (Normal: 9-12 bulan) (Normal: 12-18 bulan) (Normal: 12-18 bulan)

Kesan: Riwayat pertumbuhan dan perkembangan belum dapat dinilai.

RIWAYAT MAKANAN Umur (bln) 0 2 4 6 8 - 2 - 4 - 6 - 8 - 10 ASI/PASI + Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim -

10 - 12 12 - 14 14 - 16 16 - 18 18 20 20 22 22 23

Umur di atas 1 tahun Jenis makanan Nasi/pengganti Sayur Frekuensi dan jumlah -

Daging Telur Ikan Tahu Tempe Susu Kesulitan makan : ( - ) Kesan: Pasien mendapat inisiasi menyusui dini.

RIWAYAT IMUNISASI DASAR 1.BCG 2.DPT/DT I,II,III 3.POLIO I,II,III,IV 4.CAMPAK 5.HEPATITIS B I,II,III :::::-

Kesan : Riwayat imunisasi dasar belum dilakukan.

RIWAYAT KELUARGA Pasien merupakan anak pertama, ibu pasien belum perrnah hamil sebelumnya dan tidak pernah abortus.

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI Ayah pasien bekerja sebagai supir dengan penghasilan Rp 1.000.000,00/bulan. Ibu bekerja sebagai pelayan toko dengan penghasilan Rp 500.000,00-/bulan. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Kesan : Kebutuhan pokok sehari-hari terpenuhi.

RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI Keluarga pasien tinggal di sebuah rumah sendiri dengan 1 ruang tamu, 2 ruang tidur, 1kamar mandi, dan 1 dapur. Masing-masing ruangan dibatasi tembok dan berlantai keramik. Menurut ibu pasien jendela kamar mendapat cukup sinar matahari, dan

ventilasi cukup baik. Penerangan listrik dari PLN, sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.

Kesan: Riwayat perumahan dan sanitasi baik.

II.

PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 22 oktober 2012 pada pukul 1130. Keadaan umum Kesadaran Keaktifan simetris : Sakit sedang : Compos Mentis : Gerakan kurang aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksi

Tanda Vital Nadi Frekuensi napas Suhu Saturasi oksigen : 184 x/menit : 64 x/menit : 38,8 0C : 97%

Data antropometri Berat badan Panjang badan : 2800 kg : 50 cm

Lingkar Lengan Atas : 10 cm Lingkar kepala Lingkar dada : 34 cm :28 cm

Kulit
Turgor Kelembaban Warna Tekstur Perfusi Baik Baik Tidak pucat, sianosis ekstremitas (+), ikterik(+) ruam (-), ptekie (-) Halus < 2 detik

Kepala: Normocephali, ubun-ubun tidak cekung, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, cephal hematom (-), Mata: Pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+, Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, sekret purulenta +/Telinga: Normotia, telinga cepat kembali setelah dilipat Hidung: Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-) Bibir: Bibir kering (+), sianosis (-) Tenggorokan: Sulit dinilai Leher: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, retraksi suprasternal(+) Toraks
Jantung Inspeksi Palpasi Ictus cordis tidak terlihat ictus cordis teraba di ICS IV linea

midclavicularis sinistra. Perkusi Auskultasi Paru Inspeksi Tidak dilakukan S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (+) Palpasi Perkusi Auskultasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Suara napas vesikuler, ronki (+/+), /-). wheezing (-

Abdomen
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi cembung supel, turgor baik, hepar tidak teraba, lien tidak teraba. timpani. bising usus (+) normal

Extremitas:

Akral hangat, oedem (-), ptekie (-), perfusi < 2, detik, plantar

creases diseluruh telapak kaki Genitalia Eksterna: scrotum dbn Refleks Moro Refleks palmar grasp Refleks plantar grasp Refleks rooting Refleks isap :+ : +/+ : +/+ : +, lemah : +, lemah 9

III.

RESUME Seorang bayi laki-laki cukup bulan, lahir dengan persalinan normal, G1P0A0, dengan warna air ketuban jernih,langsung menangis, gerak aktif dan tubuh merah tetapi ekstrimitas biru. Pasien lahir dengan berat badan 3100 gram , panjang: 50 cm, lingkar lengan atas 10 cm, lingkar kepala : 34 cm, lingkar dada:28 cm. Pasien dirawat karena sesak dan sianosis. Selain itu pasien juga tidak mau menyusu, kurang bergerak dan lemah. Pasien tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, gerakan kurang aktif, dengan keempat ekstremitas dalam keadaan fleksi simetris Nadi:156 x/menit, Frekuensi napas:34 x/menit dan Suhu : 38 0C. Turgor kulit baik, kelembaban kering, warna pucat, sianosis ekstremitas (+),ikterik(+) ruam (-), ptekie (-), tekstur halus, dan terdapat pengelupasan kulit serta perfusi < 2 detik. Kepala: Normocephali, ubun-ubun tidak cekung, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, cephal hematom (-), Mata: Pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+, ikterik -/-. Secret +/- Telinga: Conjungtiva anemis -/-, Sklera

Normotia, telinga cepat kembali setelah dilipat.

Hidung: Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-). Bibir: Bibir kering (+), sianosis (-). Tenggorokan: Sulit dinilai. Leher: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar.

Toraks
Jantung Inspeksi Palpasi Ictus cordis tidak terlihat ictus cordis teraba di ICS IV linea

midclavicularis sinistra. Perkusi Auskultasi Paru Inspeksi Tidak dilakukan S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (+) Palpasi Perkusi Auskultasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Suara napas vesikuler, ronki (+/+), /-). wheezing (-

Abdomen
Inspeksi cembung

10

Palpasi Perkusi Auskultasi

supel, turgor baik, hepar tidak teraba, lien tidak teraba. timpani. bising usus (+) normal

Refleks rooting Refleks isap

: +, lemah : +, lemah

IV.

DIAGNOSA KERJA NCB-SMK dengan Sepsis neonatorum, hiperbilirubinemia, pneumoniae dan konjuntiitis purulenta

V.

DIAGNOSIS BANDING Perinatal asfiksia

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 16 OKTOBER 2012 PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL HEMATOLOGI Hemoglobin Lekosit Hematokrit Trombosit GDS Bilirubin total Bilirubin indirek Bilirubin direk Malaria 15,6 15 600 49,5 262.000 38 10,29 7,30 2,99 0,30 negative 11.0-16.5 3800-10000 35-50 150.000-500.000 70-120 Uo to 1,10 g/dl /Ul % /Ul g/dl SATUAN

ELEKTROLIT Natrium Kalium 143 6,8 135-147 3,5-5,0 mmol/L mmol/L

11

Klorida

106

96-108

mmol/L

Hasil Kultur Sampel mata

Pengecatan Gram Bentuk bakteri

Diplococcus intrasel

negative

Gram

PMN

30-40

normal P:,30 sel L<5 sel

Pseudohiffa

negatif

12

Foto rongent torak

Cor dan diafragma normal Pulmo: Hilus normal, corakan paru bertambah, perihiler kiri kanan tampak infilat Pleural kiri kanan tidak tampak effusion

Kesan: bronkopneumonia , tidak tampak cardiomegali

VII.

PEMERIKSAAN ANJURAN Pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Ht, Trombosit) Cek GDS Pemeriksaan kadar elektrolit Pemeriksaan analisa gas darah Protein spesifik Biakan kuman 13

VIII.

PENATALAKSANAAN Inkubator NGT terbuka IVFD 2A 12 tetes(mikro)/minit Gentamisin 2x 10mg iv Bacterisyn 3x 150mg iv OMZ 1x4,5 mg iv CPAP: Flow:5 L/menit Fi02 :50% PEEP:5cmH2O puasa

IX.

PROGNOSIS Ad vitam: dubia ad bonam Ad fungtionam: dubia ad bonam Ad sanationam: dubia ad bonam

14

X.

FOLLOW UP

17 oktober 2012 Tanggal S 17/10/2012 Sesak (+), ikterik (+), sianosis perifer (-), kurang gerak (+)

O BBL: 3100 g PB: 50 cm TSB/Apatis HR: 156x/menit S: 37,5C P: 68x/menit Spo:99 Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/, dyspnea (+) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral dingin

A NCB-SMK Suspek Sepsis hiperbilirubinemia

P IVFD 2A 12 tts/mint Bactesyin 2x 150mg iv OMZ 1x4,5 mg iv Gentamysin 2X10 mg iv CPAP: Flow:5 L/minit Fi02 :50% PEEP:5cmh2O puasa

18/10?2012 Tanggal S 18/10/2012 Sesak (+), menangis (+), ikterik (+), sianosis (-)

O BBL: 3100 g BBS: 3800 g

A NCB-SMK Sepsis Hiperbilirubinemia pneumoniae

TSS/CM HR: 122x/menit S: 36,4C P: 60x/menit spO2:98% Kepala: normosefali

P IVFD 2A 12 tts/mint Bacterisyn 2x150mg iv OMZ 1x4,5 mg iv Gentamysin 2X10 mg iv virdahex puyer 3x30mg CPAP: Flow:5 L/minit 15

Mata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (+) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat

Fi02 :50% PEEP:5cmh2O ASI

19 oktober 2012 Tanggal S 19/10/2012 Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-) O BBL: 3100 g BBS: 2880 g TSS/CM HR: 138x/menit S: 36,8C P: 56x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI -/ Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat A NCB-SMK Sepsis Pneumonia P IVFD 2A Bacterisyn 2 x 150mg iv OMZ 1x4,5 mg iv Gentamysin 2X10 mg iv O2 kanul -1 l/menit ASI 10-15 cc/3jam Urhodex puyer 3 x 30mg iv

16

21 oktober 2012 Tanggal S O 21/10/2012 Sesak (+), menangis BBL: 3100 g (+), ikterik (-), BBS: 2860 g sianosis (-), panas (+) TSS/CM HR: 151x/menit S: 36,6C P: 62x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (+) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat Laboratorium 21/10/2012 PEMERIKSAAN HASIL

A NCB-SMK Sepsis Pneumoniae

P Box level II IVFD 2A tts/menit OMZ 1x4,5 mg iv Gentamysin 2X10 mg iv O2 kanul -l l/menit ASI 1015cc/3jam Uradahex puyer 3x30mg iv Aminophilin 2x 10mg iv

NILAI NORMAL

SATUAN

HEMATOLOGI Hemoglobin Lekosit Hematokrit Trombosit Golongan darah+ Rhesus ELEKTROLIT Natrium 135 135-147 mmol/L 17,2 11900 52,1 250 000 o 12.0-16.0 4100-10900 36-46 140.000-440.000 g/dl /Ul % /Ul

17

Kalium Klorida

4.34 104

3,5-5,0 96-108

mmol/L mmol/L

22 oktober 2012 Tanggal S 22/10/2012 Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-) O BBL: 3100g BBS: 2870 g TSS/CM HR: 142x/menit S: 36,3C P: 74x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat A NCB-SMK Sepsis
pneumoniae

P Rawat leel II ASI 40-50 cc Gebtamisyn 2 x 10mg iv Inj aminopilin 2 x 12 Bacteriasyn 2 x 150mg iv O2 kanul 1-2 l

23 oktrober 2012 Tanggal S O 23/10/2012 Sesak (+), menangis BBL: 3100 g (+), ikterik (-), BBS: 2930g sianosis (-), panas (+) TSS/CM HR: 168x/menit S: 36,8C P: 64x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI

A NCB-SMK Sepsis
pneumoniae

P Bacterisyn 2x 150mg i O2 nasal 0,5-1 l/menit Infuse D10% 1otts/menint mikro Flucanazol 2 x 15mg iv

18

-/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (+) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat Laboratorium 23/10/2012 PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SEROLOGI HIV hiv SATUAN

PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI NORMAL

SATUAN

HEMATOLOGI Hemoglobin Lekosit Hematokrit Trombosit Golongan darah+ Rhesus 18,8 17600 59,5 212 000 o 12.0-16.0 4100-10900 36-46 140.000-440.000 g/dl /Ul % /Ul

24 oktober 2012 Tanggal S 24/10/2012 Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-) O BBL: 3100g BBS: 2930 g TSS/CM A NCB-SMK Sepsis pneumoniae P Fluconazol 2 x 15 mg iv Bacterisyn 2 x 150mg iv 19

HR: 143x/menit S: 36,8C P: 61x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat

ASI ion ndemand Infuse D10 1o tts/menit O2 nasal 0,5-1 l/menit

25 oktober 2012 Tanggal S 25/10/2012 Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-)

O BBL: 3100 g BBS: 3100 g TSS/CM HR: 170x/menit S: 36,5C P: 68x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-) Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien

A NCB-SMK Sepsis pneumoniae

P Meropenem 2x75 mg Fluconazol 2 x 15 mg iv Bacteriasyn 2 x 150mgiv ASI on demand( gastric tube 25cc/3jam) Infuse D10% 10 tts/menit fisiterapi

20

tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat

26 oktober 2012 Tanggal S 26/10/2012 Sesak (+), merintih (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (+), kembung (+)

O BBL: 3100 g BBS: 3500 g TSS/CM HR: 110x/menit S: 39,1C P: 48x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-) Abdomen: Kembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar Ekstremitas: akral hangat

A NCB-SMK Sepsis pneumoniae

P IVFD Dekstrose 10 % Meropenem 3x 100 mg Fluconazole iv 3 x 100mg iv Bancterisyn iv 2 x 150mg iv Infuse 2A 10tts/menit

28 oktober 21012 Tanggal S 28/10.2012 Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-) O BBL: 3100 g BBS: 3500 g TSS/CM HR: 124x/menit S: 36,2C P: 60x/menit Kepala: normosefali Mata : CA -/-, SI 21 A NCB-SMK Sepsis pneumoniae P IVFD 2A 1o tts/menit Bacterisyn inj 2 x 150mg iv Fluconazole 2 x 15 mg iv Salbutamol puyer 3 x 1 cth

-/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-) Abdomen: Kembung, lemas, BU (+) melemah Ekstremitas: akral hangat

ANALISIS KASUS

Pasien didiagnosis neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan Sepsis neonatorum, hiperbilirubinemia dan pneumonia. Diagnosis di tegakkan berdasarkan Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamesis didapatkan bayi baru lahir dengan BBL 3100 gram dan PBL 50 cm. Pasien lahir melalui persalinan normal yang dipimpin oleh bidan swasta, air ketuban ibu pasien berwarna jernih. Pada waktu melahirkan, ibu pasien juga sedang mengalami keputihan sejak 4 bulan kehamilan dan demam yang tinggi. Hal ini termasuk faktor risiko pada kehamilan dan persalinan sebagai indikator kecurigaan terhadap sepsis...

Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan: Keadaan umum Kesadaran Keaktifan simetris Nadi Frekuensi napas Suhu Sianosis ekstremitas Retraksi suprasternal Refleks rooting : 186x/menit : 68 x/menit : 38 0C : (+) :(+) : (+), lemah 22 : Sakit sedang : Compos Mentis : Gerakan kurang aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksi

Refleks isap

: (+), lemah

Pemeriksaan fisik tersebut mendukung ke arah terjadinya suatu proses infeksi sistemik atau mendukung diagnosis sepsis neonatal.. Literature juga menyebutkan bahwa tanda awal diduga terjadinya sepsis adalah terdapatnya gangguan nafas spotan disertai gangguan nafas spontan disertai pergerakan yang kurang aktif dan adanya gangguan perfusi dimana biasanya didapatkan adanya sianosis, adanya detak jantung yang cepat memperkuat dugaan akan terjadinya sepsis pada pasien ini. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan kulit bayi sedikit kuning yang dimana timbul setelah 24jam kelahiran. Ini menunjukan pasien juga mengalami jaundice yang dimana normal pada bayi yang baru lahir atau mungkin disebabkan oleh sepsisnya itu sendiri. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan biliribun total dan indirek dan ditemukan hasil masing-masing sedikit meningkat. Untuk mengatisipasi hiperbilirubinemianya maka dilakukan terapi sinar

Diagnosis sepsis neonatorum sulit ditegakkan bila hanya berdasarkan gejala klinis. Biasanya terdapat satu atau lebih riwayat dari faktor predisposisi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Juga pada pasien ini ditemukan adanya infeksi pada paru yaitu pneumonia yang dimana mungkin merupakan focus infeksi dari penyakit infeksi pada pasien ini. Dengan itu, terpenuh criteria SIRS dan penemuan klinis . Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, pungsi lumbal, analisis dan kultur urin, biakan cairan tubuh yang terdapat pada kateter, serta foto dada. Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada biakan darah. Berdasarkan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil lab darah berupa pemeriksaan darah perifer,. Pada pasien didapatkan lekositosis sepanjang dirawat ini menunjukan terdapat infeksi sistemik yang menunjang terjadinya sepsis, untuk memperkuatkan lagi diagnosis maka dianjurkan untuk menjalankan pemeriksaan CRP, IT ratio serta analisa gas darah pada kasus ini.

Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia pada patogen yang dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung. Cairan, elektrokit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan perbaikan hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan. Syok, hipoksia, dan asidosis metabolik harus dideteksi dan dikelola dengan pemberian inotropik, resusitasi cairan, dan ventilasi mekanik. Pada pasien ini telah mendapat terapi yang adekuat sesuai literatur dimana, diletakkan di dalam inkubator untuk mempertahankan suhu tubuh dan diberikan terapi sinar 23

pada awal pengobatan untuk menaktisipasi peningkaan bilirubinemia , pemberian cairan serta perbaikan elektrolit pasien. Untuk keadaaan sesak pasien, dibantui dengan pemberian CPAP dengan permulaan flow: 5liter fio2 :50% Dan PEEP: 5cmH20 sehingga saturasi oksigen pasien stabil sehingga mencapai lebih dari 92%. Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman spesifik pasti tidak mudah dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut pemberian antibiotika secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya perjalanan penyakit. Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman gram positif ataupun gram negatif. Selain pola kuman hendaknya diperhatikan pula resistensi kuman. Namun lama pemberian antibiotik tergantung pada hasil kultur darah, dan segera setelah didapatkan hasil kultur darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola reistensinya. Pada pasien ini diberikan terapi antibiotk selama 7 hari. Pada pasien ini juga ditemukan ada nya secret purulenta yang diakibat kan oleh infeksi bakteri dan bukannya dari genorea, ini dibuktikan dengan penemuan hasil sampel mata yaitu diplococcus intrasel -, untuk terapi konjuctiitis pada pasien ini di konsul ke dokter mata dan diberi salep mata antibiotic dan dilakukan perawatan mata yaitu membersihkan kotoran mata setiap hari.

24

TINJAUAN PUSTAKA SEPSIS NEONATORUM


I. DEFINISI Sepsis neonatorum (bayi baru lahir) adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih. Sepsis neonatorum adalah suatu infeksi berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir sampai 1 bulan atau 4 minggu pertama, ditandai dengan gejala-gejala sistemik dan bakteremia. Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Sedangkan bakteremia adalah ditemukannya bakteri dalam kultur darah. Sepsis neonatal ini biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan awitan lambat. Pada awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-hari pertama kehidupan (umur di bawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang dideritai ibu selama persalinan atau kelahiran. Sementara pada awitan lambat terjadi disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamnya infeksi karena kuman nosokomial. 85% neonatus dengan infeksi awal terjadi dalam 24 jam, 5% pada 24-48 jam, dan sedikit yang terjadi antara 48 jam 6 hari. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). Onset lebih cepat pada bayi prematur.4,8 Sepsis neonatorum disebut juga sepsis, atau septikemi neonatal.

II.

EPIDEMIOLOGI Sepsis merupakan masalah yang belum dapat teratasi dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir. Di negara berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis. Angka kejadian atau insidens sepsis di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu 1,8-18/1000 kelahira dibanding negara maju 1-5/1000 kelahiran.. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir 25

tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri lima kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2,75 kg dan dua kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Infeksi pada neonatus di Indonesia masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10-15% dari morbiditas perinatal. Angka kejadian sepsis neonatorum adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup.

III.

ETIOLOGI Sepsis dapat timbul sebagai lanjutan dari infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit. Bayi dapat terkena infeksi selama kehamilan, dari traktus genital ibu selama kelahiran, atau setelah bayi lahir oleh sebab lain.Berbagai kuman patogen yang dapat menyebabkan sepsis pada neonatus dapat dilihat dalam tabel. Faktor Predisposisi Sepsis neonatorum lebih cenderung berkembang saat ibu menderita komplikasi kehamilan yang meningkatkan kemungkinan infeksi, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. BBLR (bayi berat lahir rendah) dan prematuritas (<37 minggu) Membran ruptur prematur/ketuban pecah dini atau memanjang (>18 jam) Perdarahan Kesulitan partus Infeksi uterus atau jaringan plasenta (Korioamnionitis) Demam intrapartum maternal (>38 C) Leukositosis maternal (>18.000/l) Hipoksia atau resusitasi saat lahir

Bayi juga dapat menderita sepsis karena terkena infeksi setelah kelahiran dari orang atau benda yang terinfeksi. Bayi di neonatus intensive care unit (NICU) berisiko mendapat infeksi nosokomial, terutama mereka yang prematur atau memiliki berat lahir rendah sehingga lebih rentan infeksi. Mikroorganisme yang normal hidup di kulit dapat menyebabkan infeksi bila memasuki tubuh melalui kateter dan pipa lain yang menyertai tubuh bayi. Di negara berkembang macam infeksi yang sering ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare), tetanus neonatal, sepsis dan meningitis.

26

Penyebab utama sepsis neonatorum onset dini adalah Streptokokus group B (GBS) dan bakteri enterik (E. Coli) dari traktus genital maternal. Pada onset lambat terutama GBS, virus herpes simpleks, enterovirus dan E. Coli. Pada bayi berat lahir rendah yang rentan infeksi nosokomial kuman penyebabnya terutama Candida dan Stafilokokus koagulase negatif (CONS).

Tabel 1. Kuman penyebab sepsis neonatorum berdasarkan saat terjadinya infeksi. Intranatal Onset dini Onset lambat (< 5 hari) (> 4 hari) Rubella Streptokokus Streptokokus Cytomegalovirus grup B (GBS) grup B (GBS) Varicella-zoster E. coli E. coli Listeria Klebsiella Herpes simplex monocytogenes Listeria Listeria H. influenzae tipe Enterovirus B S. pneumonia Prenatal Pascanatal (Nosokomial: 5 hari s.d saat dipulangkan) Stafilokokus koagulasenegatif S. aureus S. epidermidis E. coli Herpes simplex Klebsiella C. albicans Pseudomonas Serratia

IV.

PATOGENESIS Infeksi dapat masuk ke dalam tubuh neonatus melalui tiga rute, yaitu: in utero (transplasental), intrapartum (asendens), dan post partum (nosokomial). Neonatus tidak dapat merespon benda asing infeksius dikarenakan adanya defisit dari respon fisiologis terhadap agen infeksius. Studi tentang neonatus masih terbatas, namun ditemukan produksi sitokin berkurang. Ditemukan peningkatan kadar interleukin-6, tumor necrosis factor (TNF), dan faktor aktifasi platelet. Sepsis dini, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab bertransmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban, mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekonium merusak peran alami 27

bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok septik 0,1-0,4% dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf. Pada onset lambat, bakteri penyebab sepsis dan meningitis timbul sesudah lahir, yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang peran. Insiden sepsis lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun pada bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama dan imunitas yang imatur. Jika persalinan berjalan lama, maka bakteri di vagina dapat secara vertikal menyebabkan inflamasi pada ketuban, tali pusat, dan plasenta. Infeksi fetal dapat juga disebabkan aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Hal ini dapat menyebabkan lahir mati, persalinan prematur, atau sepsis neonatus. Kuman yang terisolasi dari cairan amnion yang terinfeksi yaitu bakteri anaerobik, Streptococcus B hemoliticus group B, Escheria coli, dan Mycoplasma. Cairan amnion dapat mencegah Escherichia coli dan bakteri lain berkembang lebih jauh karena mengandung lyzozyme, transferin, dan immunoglobulin ( IgA dan IgG). Jika terdapat meconium dan verniks, biasanya akan terjadi peningkatan Escherichia coli dan Streptococcus B hemolitycus group B. Infeksi pada ibu Hamil waktu melahirkan memiliki peranan penting terhadap infeksi neonatus. Infeksi secara transplasenta sewaktu atau sebelum melahirkan dapat terjadi walaupun terlihat seperti infeksi saat melewati jalan lahir. Mikroorganisme yang didapat neonatus selama kelahiran akan berkembang dikulit, mukosa nasofaring dan orofaring, konjungtiva, dan tali pusat, dan pada neonatus perempuan di genitalia externa. Kulit pada neonatus yang lahir secara seksio cesarea akan lebih bebas kuman dibanding yang lahir secara pervaginam dimana neonatus akan terpapar mikroorganisme yang terdapat dijalan lahir. Endotrakeal suction juga dapat menyebabkan terpapar terhadap mikroorganisme. neonatus juga dapat terinfeksi melalui sirkumsisi ataupun pemotongan tali pusat. 28

Neonatus dengan satu atau lebih faktor predisposisi (seperti berat badan lahir rendah (BBLR), ketuban pecah dini, trauma persalinan, hipoksia fetal, jenis kelamin laki-laki, atau infeksi ibu selama peripartum) akan meningkatkan resiko terhadap sepsis. Fungsi fagosit yang belum matur dan penurunan respon inflamasi dan imunitas yang sering pada neonatus yang kecil menyebabkan neonatus rentan terhadap sepsis. Hipotermia pada neonatus ( suhu rektal 35 C ) berkaitan erat dengan peningkatan insiden sepsis. sampai sekarang masih kurang jelas apakah hipotermia merupakan predisposisi ataupun akibat dari sepsis. Tali pusat sering menjadi portal atau saluran masuknya infeksi sistemik pada neonatus. jaringan yang sudah mati seperti tali pusat sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri dan pembuluh darah umbilikal dapat sebagai saluran langsung infeksi ke sirkulasi darah neonatus. Lemahnya pertahanan tubuh pada bayi kurang bulan atau pada bayi cukup bulan resiko tinggi disebabkan oleh : 1. Sistem Imunitas seluler Netrofil atau sel PMN yang vital untuk membunuh bakteri, mengalami defek dalam kemotaksis dan kapasitas menghancurkan. Ikatan endotel pembuluh darah berkurang sehingga menurunkan kemampuan dalam membatasi, menyebabkan area intravaskular bermigrasi ke dalam jaringan. Pada jaringan, sel tersebut gagal berdeagregasi sebagai respon terhadap faktor kemotaktik. PMN neonatal juga sedikit cacat sehingga kemampuannya memasuki matriks ekstraselular dari jaringan untuk mencapai daerah yang inflamasi berkurang. Kemampuan PMN neonatus yang terbatas untuk memfagosit dan membunuh bakteri akan terganggu ketika bayi sakit secara klinis. Akhirnya, cadangan netrofil akan habis dengan mudahnya oleh karena penurunan respon sumsum tulang, terutama pada bayi prematur. 2. Sistem Imunitas Humoral Kadar IgG pada neonatus tergantung dari transport aktif melalui plasenta oleh karena semua tipe IgM, IgA dan IgE tidak melalui plasenta, karena itu pada neonatus jumlahnya kurang. Antibodi yang ditransfer ke janin, akan menjadi pelindung terhadap infeksi spesifik yang pernah di derita ibu sebelumnya. Secara kuantitatif jumlah IgG jelas kurang pada bayi Berat lahir rendah, karena sebagian 29

besar IgG ditransfer melalui plasenta sesudah 32 minggu kehamilan; maka jumlah IgG pada bayi kurang bulan sangat rendah dibanding bayi cukup bulan. Jumlah ini berkurang pada beberapa bulan pertama sesudah lahir, keadaan ini disebut hipoimunoglobulinemia fisiologis pascanatal. hal ini merupakan faktor resiko terjadinya infeksi nosokomial pada masa neonatal.

FAKTOR RISIKO PADA KEHAMILAN DAN PERSALINAN SEBAGAI INDIKATOR KECURIGAAN TERHADAP SEPSIS

Faktor Risiko Mayor

Faktor Risiko Minor

Ketuban pecah > 24 jam Ibu demam saat intra-partum > 38 c Korioamninitis Denyut jantung janin menetap > 160x/ mnt Ketuban berbau

ketuban pecah 12 jam Ibu demam > 37,5 c Apgar score menit 1<5 , menit ke 5 <7 BBLSR < 1500 gram Usia gestasi < 37 minggu Kehamilan Ganda Keputihan ISK

SUSPEK SEPSIS POSITIF JIKA SEKURANG-KURANGNYA TERDAPAT 1 RISIKO MAJOR ATAU 2 RISIKO MINOR.

V.

MANIFESTASI KLINIS Sepsis pada neonatus tidak mudah diketahui karena gejalanya yang tidak khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua, dan bervariasi tergantung kuman penyebab, derajat sakit dan lokasi infeksi. Gejala-gejalanya yaitu: Keadaan umum : tampak tidak sehat, malas minum/menghisap, iritabel, lesu, merintih (grunting) Suhu : tidak stabil (hiper/hipotermia) 30

Respirasi Kardiovaskular Gastrointestinal Neurologi Hepatobilier Kulit Metabolik

: : : : : : :

sulit bernapas, apneu/takhipneu, sianosis, retraksi bradi/takhikardi, hipotensi, syok muntah, diare, distensi abdomen kejang, letargi, hipotoni, pergerakan kurang hepatosplenomegali, jaundice/ikterik pucat, ptekie, purpura asidosis metabolik, hipoglikemia

VI.

DIAGNOSIS Diagnosis sepsis neonatorum sulit ditegakkan bila hanya berdasarkan gejala klinis. Biasanya terdapat satu atau lebih riwayat dari faktor predisposisi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, pungsi lumbal, analisis dan kultur urin, biakan cairan tubuh yang terdapat pada kateter, serta foto dada. Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada biakan darah. Hasil pemeriksaan penunjang, yaitu:

Leukositosis (>12.000/mm3) atau leukositopenia (<4000/mm3), netropenia dengan pergeseran ke kiri (<1000/mm3), peningkatan rasio netrofil imatur (I/T) >0,2. Trombositopenia (<100.000/mm3) dan penurunan faktor-faktor pembekuan. Peningkatan antibodi IgM dan reaktan fase akut seperti C-reactive protein. Ditemukan kuman pada biakan darah, urin, dan cairan serebrospinal. Pemerikasaan LCS terdapat peningkatan jumlah leukosit terutama PMN (>20/ml untuk umur <7 hari; >10/ml untuk umur >7 hari). Analisa gas darah: asidemia dan hipoksia Foto toraks dapat ditemukan atelektasis, hematotoraks dan efusi pleura.

31

VII.

DIAGNOSIS BANDING Tabel 2. Diagnosis banding sepsis neonatorum. Perinatal Asphyxia Respiratory Aspirastion pneumonia: Cardiac Congenital : Hypoplastic left heart syndrome, Persistent pulmonary hypertension Acquired : Metabolic Hypoglycemia Adrenal insufficiency (congenital adrenal hyperplasia) Organic acidoses Urea cycle disorders Salicylate toxicity Neurologic Intracranial hemorrhage Hematologic Neonatal purpura fulminans Severe anemia Malignancies (congenital leukemia) Myocarditis Amniotic fluid, meconium, or gastric contents

VIII. PENATALAKSANAAN

Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia pada patogen yang dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung. Cairan, elektrokit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan perbaikan hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan cairan jika sekresi hormon antidiuretik tidak memadai. Syok, hipoksia, dan asidosis metabolik harus dideteksi dan dikelola dengan pemberian inotropik, resusitasi cairan, dan ventilasi mekanik. 32

Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman spesifik pasti tidak mudah Dengan dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut pemberian antibiotika secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya perjalanan penyakit. Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadapkuman gram positif ataupun gram negatif. Selain pola kuman hendaknya diperhatikan pula resistensi kuman. Namun lama pemberian antibiotik begantung pada hasil kultur darah, dan segera setelah didapatkan hasil kultur darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola reistensinya. Tabel 3. Waktu/durasi pemberian antibiotik pada sepsis neonatal.
Diagnosis Meningitis Kultur darah (+), tanda-tanda sepsis (+) Kultur darah (-), komponen skrining sepsis (+) Kultur darah (-), komponen skrining sepsis (-) 21 hari 10 14 hari 7 10 hari 5 7 hari Durasi

Tabel 4. Antibiotik untuk sepsis neonatal Antibiotik Dosis Frekuensi < 7 hari Ampicillin 50 mg/kgBB/x 12 jam atau Cloxallin 50 mg/kgBB/x 12 jam Dan Gentamicin 2,5 mg/kgBB/x 2 jam atau Amikacin 7,5 mg/kgBB/x 12 jam 8 jam IV, IM 7 10 hari 8 jam IV, IM 7 10 hari 8 jam IV, IM 7 10 hari < 7 hari 8 jam IV, IM 7 10 hari Pemberian Durasi

33

Mempertimbangkan pola kuman yang tersering ditemukan, Divisi Perinatologi RSCM menggunakan obat golongan Ceftasidim sebagai antibiotik pilihan pertama dengan dosis yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari, 2 kali sehari. Beberapa kuman Gram negatif saat ini hanya sensitif terhadap imipenem atau meropenem dengan dosis 25 mg/kgBB/dosis, 2 kali sehari. Dalam kepustakaan dikemukakan bahwa kuman Streptokokus Grup B dan kuman Gram positif lainnya masih sensitif terhadap penisilin (dosis 100.000-200.000 U/kgBB/hari) atau ampisilin (dosis 100-200 mg/kgBB/hari). Sedangkan kuman Listeria masih sensitif terhadap kombinasi antibiotik ampisilin dan aminoglikosid, serta golongan Pseudomonas umumnya sensitif terhadap sefalosporin. Lamanya pengobatan sangat bergantung kepada jenis kuman penyebab. Pada penderita yang disebabkan oleh kuman Streptococcus dan Listeria, pemberian antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari, sedangkan penderita yang disebabkan oleh kuman Gram negatif pengobatan kadang-kadang diteruskan sampai 2-3 minggu.

Pengobatan tambahan Walaupun pemberian antibiotik masih merupakan tatalaksana utama pengobatan sepsis neonatal, berbagai upaya pengobatan tambahan (adjunctive, asjuvant therapy) bayak dilaporkan dalam upaya memperbaiki mortilitas bayi.pengobatan tambahan atau terapi inkonvensional semacam ini selain mengatasi berbagai defisiensi dan belum matangnya fungsi pertumbuhan tubuh bayi baru lahir,juga dalam rangka mengatasi perubahan yang terjadi dalam perjalanan penyakit dan cascade inflamasi pasien sepsis neonatal. Bebrapa terapi inkonvensional yang sering diberikan,antara lain: 1. Pemberian immunoglobulin secara intravena (Intravenous Immunoglobulin IVIG). Pemberian immunoglobulin dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan antibodi tubuh serta memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah putih. 2. Pemberian Fresh Frozen Plasma (FFP). Pemberian FFP diharapkan dapat mengatasi gangguan koagulasi yang diderita pasien. 3. Tindakan transfusi tukar. Tindakan ini bertujuan untuk: Mengeluarkan/mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediator-mediator penyebab sepsis 34

Memperbaiki perfusi perifer dan pulmonal dengan meningkatkan kapasitas oksigen dalam darah

Memperbaiki sistem imun dengan adanya tambahan neutrofil dan berbagai antibodi yang mungkin terkandung dalam darah donor.

Selain beberapa upaya diatas berbagai tatalaksana lain dilakukan pula dalam rangka mengatasi mortilitas dan morbiditas sepsis neonatal. Pemberian transfusi granulosit dikemukakan dapat memperbaiki pengobatan pada penderita sepsis. Hal ini dilakukan karena produksi dan respons fungsi sel darah putih yang menurun pada keadaan sepsis neonatal. Demikian pula pemberian transfusi packed red blood cells bertujuan mengatasi keadaan anemia dan menjamin oksigenisasi jaringan yang optimal pada pasien sepsis.

X.

PROGNOSIS Prognosis pada sepsis neonatorum umumnya baik. Namun hal ini juga tergantung pada masa gestasi, jenis kuman, sensitifitas kuman dan lama penyakit. Angka kematian sepsis neonatorum yaitu 10 30% dari seluruh penderita meskipun telah diberikan antibiotika dan perawatan intensif. Sedangkan pada neonatus dengan sepsis yang tidak diobati, angka kematian mencapai 50%. Pada bayi berat lahir rendah atau prematur angka kematian lima kali lebih tinggi. Dapat terjadi sekuel seperti osteomyelitis dan destruksi tulang yang terjadi pada lebih dari 8% neonatus dengan sepsis. Rekuren bakteremia dapat terjadi pada bulan kedua setelah bayi lahir, yaitu pada sekitar 4% penderita. Sekuel neurologi jangka panjang dapat terjadi bila sepsis disertai dengan meningitis.1,3

XI.

PENCEGAHAN Pencegahan infeksi sering mengandalkan barier antara agen dan pejamu (barier protektif), yaitu termasuk tindakan cuci tangan, penggunaan sarung tangan, masker, penggunaan cairan antiseptik, pemakaian jarum sekali pakai, serta dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi pada alat yang digunakan ulang.

35

Prinsip pencegahan sepsis neonatus onset dini adalah pencegahan prematuritas, manajemen persalinan dan kelahiran yang benar, serta penggunaan kemoprofilaksis dan imunoprofilaksis. Pemakaian ampisilin 1000 mg i.v setiap 6 jam sejak onset persalinan sampai kelahiran pada ibu dengan koloni Streptokokus grup B atau dengan faktor risiko obstetrik, dapat mematikan kolonisasi neonatus dan mengurangi secara signifikan angka kejadian sepsis neonatorum onset dini. Imunisasi aktif pada ibu dapat menyediakan jalan transplasental antibodi menuju fetus, namun vaksin yang komersial belum tersedia. Penggunaan imunoglobulin 0,5 1,3 gr/kgbb i.v terbukti dapat menurunkan sepsis onset dini pada bayi dengan berat badan lahir <2000 gr. IX. KESIMPULAN Sepsis neonatorum merupakan infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, sumsum tulang atau air kemih. Insiden sepsis neonatorum beragam menurut definisinya, dari 1-5/1000 kelahiran hidup , dan angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bila ada faktor resiko ibu (obstetrik) atau tandatanda korioamnionitis. Sepsis biasanya akan dimulai dengan adanya respon sistemik tubuh dengan gambaran proses inflamasi, koagulopati, gangguan fibrinolisis yang selanjutnya menimbulkan sirkulasi dan perfusi yang berakhir dengan gangguan fungsi organ. Untuk itu diagnosis dini sepsis neonatal sangat penting artinya dalam penatalaksanaan dan prognosis pasien. Keterlambatan diagnosis berpotensi mengancam kelangsungan hidup bayi dan memperburuk prognosis pasien. Dalam menentukan diagnosis diperlukan berbagai informasi antara lain: faktor resiko, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang. Ketiga faktor ini perlu dipertimbangkan saat mengahadapi pasien, karena salah satu faktor saja tidak mungkin dipakai sebagai pegangan dalam menegakkan diagnosa pasien. Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia pada patogen yang dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung. Cairan, elektrokit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan perbaikan 36

hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan cairan. Eleminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis neonatal dan untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan. Pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien.

37

DAFTAR PUSTAKA 1. Dharmasetiawani N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam : Kosim MS, Yunanto A, et al. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2010. Hal 103-124. 2. Friedland IR, McCracken GH. Neonatal Sepsis and Meningitis. In: Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Rudolphs Pediatrics. 20th Ed. California; Prentice-Hall Int Inc. 1996. Page : 536-544. 3. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta; Infomedika, 2000. Hal : 1124. 4. Sondheimer JM. Current Essentials Pediatrics. 1st Edition. New York: McGraw Hill Co. 2008 5. Gomell LT, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Langes Neonatology: Management, procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs. 5th Edition. New York: Lange Medical/M cGraw Hill Co. 2004. 6. Krug SE (Eds). The Neonate. Clinical Pediatric Emergency Medicine. Vol 9, No 3, September 2008. W.B Saunders. 2008. 7. WHO. Managing Newborn Problems: A Guide for Doctors, Nurses, and Midwives. Geneva: World Health Organization. 2003

38

Anda mungkin juga menyukai