PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu
tubuh dengan cepat hingga >38C dan kenaikan suhu tersebut diakibatkan oleh proses
ekstrakranial.1 Demam harus mendahului terjadinya kejang. Kejang demam sering
didapatkan pada anak berusia 6 bulan sampai dengan 6 tahun. Keadaan ini terjadi pada
2% sampai 4% anak: sebagian besar antara usia 1 sampai 2 tahun (usia rerata 22 bulan). 2
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. 1 Kejang demam merupakan penyebab
kejang tersering pada anak dan memiliki prognosis sangat baik. Insidens kejang demam
di negara-negara barat berkisar antara 3-5%. Di Asia berkisar antara 4,47% sampai 9,9%
di Jepang. Data di Indonesia belum ada secara nasional. Sekitar 80% diantaranya adalah
kejang demam simpleks. Sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding
perempuan.3
BAB II
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RSUD KOTA BEKASI
STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa
NIM
I.
IDENTITAS PASIEN
Nomor Rekam Medik
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
: 09.70.xx.xx
: An. F
: Laki-laki
: 1 tahun 6 Bulan
: Bekasi
: Islam
::-
ANAMNESIS
Hubungan dengan orang tua: pasien adalah anak kandung.
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien, kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada:
Lokasi
: BANGSAL MELATI 12
Tanggal / Waktu
: Rabu, 1 Juni 2016
Tanggal masuk
: Minggu, 29 Mei 2016
Keluhan utama
: Kejang sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan tambahan
: Demam, batuk, pilek, muntah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSUD Bekasi dengan keluhan kejang sejak pagi hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Frekuensi kejang 1x sehari, durasi pada saat kejang
kurang lebih 5 menit. Pada saat kejang, pasien sadar, kedua tangan pasien kelojotan dan
mata pasien mendelik ke atas. Setelah kejang pasien lemas lalu kemudian tertidur. Ibu
pasien mengatakan dua hari sebelumnya pasien mengalami demam. Demam naik turun
sepanjang hari, dan dirasa tinggi tetapi belum pernah diukur suhu tubuhnya, hanya
dengan perabaan tangan. Satu hari sebelum datang ke IGD RSUD, orang tua pasien
sempat memberikan obat demam sirup yang dibeli di apotek, namun demam naik kembali
setelah 4 jam pemberian obat. Ibu pasien juga mengatakan anaknya mempunyai keluhan
batuk berdahak sejak 1 minggu SMRS. Ibu pasien mengatakan anaknya mual muntah
sebanyak 2x sejak 1 hari yang lalu, muntah berisi makanan yang dimakan. BAB pasien
lancar, konsistensi lunak. BAK lancar, warna urin kuning jernih.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Menurut kedua orang tua pasien, anaknya belum pernah mengalami hal seperti ini
sebelumnya. Riwayat kejang disangkal.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
KELAHIRAN
Tempat persalinan
Rumah Bersalin
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Partus Spontan
Masa gestasi
Keadaan bayi
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor :
-
ASI/PASI
(bulan)
Buah /
Bubur Susu
Nasi Tim
Biskuit
02
ASI
24
ASI
46
ASI
68
8 10
10 -12
12-24
+
+
+
+
+
+
Jenis Makanan
Nasi / Pengganti
Nasi 3x/hari
Sayur
3x/minggu
Daging
2-3x/minggu
Telur
2-3x/minggu
Ikan
2-3x/minggu
Tahu
1x/ hari
Tempe
1x/ hari
RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin
Dasar ( umur )
Hepatitis B
Ulangan ( umur )
1 bulan
6 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
bulan
Polio
0
bulan
BCG
2
bulan
DPT / PT
4 bulan
6 bulan
Campak
bulan
-
9 bulan
1.
Tanggal lahir
Jenis
(umur)
kelamin
1 tahun, 6 bulan
Laki-laki
Hidup
Lahir
Abortus
mati
Ya
Mati
Keterangan
(sebab)
kesehatan
Pasien
Riwayat Pernikahan
Ayah
Ibu
Nama
Perkawinan ke-
26 tahun
24 tahun
Pendidikan terakhir
Tamat SMA
Tamat SMA
Islam
Islam
Agama
Suku bangsa
Sunda
Sunda
Keadaan kesehatan
Sehat
Sehat
Kosanguinitas
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Alergi
(-)
Difteria
(-)
Penyakit jantung
(-)
Cacingan
(-)
Diare
(-)
Penyakit ginjal
(-)
DBD
(-)
Kejang
(-)
Radang paru
(-)
Otitis
(-)
Rubeola
(-)
TBC
(-)
Parotitis
(-)
Operasi
(-)
Lain-lain:
(+) influenza
Kesimpulan sosial ekonomi: penghasilan Ayah pasien masih cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA
Keadaan Umum
Kesan Sakit
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Kesan Gizi
: gizi kurang
Keadaan lain : pucat (-), ikterik (-), sesak (-), sianosis (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang
Panjang Badan
: 10 kg
: 50 cm
Berdasarkan kurva CDC, status gizi pasien masuk dalam kategori gizi buruk dengan
perhitungan BB/TB 62,9%.
Tanda-tanda Vital
-
Nadi : 110x/menit, reguler, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri
Nafas : 36x/menit, regular
Suhu : 36,7C
Pemeriksaan fisik
Kepala : Normosefali
Rambut : Rambut hitam, lurus, lebat, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut
Wajah : Wajah simetris, edema (-), luka atau jaringan parut (-)
Mata
Visus : tidak dilakukan
Ptosis : -/Edema palpebral : -/Sklera ikterik : -/Lagofthalmus : -/Konjungtiva pucat : -/Mata Cekung : -/Exophthalmus : -/Kornea jernih : +/+
Endophtalmus : -/Strabismus : -/Nistagmus : -/-
Hidung
Bentuk : simetris
Sekret : +/+
Mukosa hiperemis : -/Bibir
: mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-), pucat (-)
Mulut : trismus (-), oral hygiene cukup baik, halitosis (-), mukosa gusi berwarna
merah muda, mukosa pipiberwarna merah muda, arkus palatum simetris
Lidah : normoglosia, mukosa berwarna merah muda,hiperemis (-), atrofi papil
(-), tremor (-), lidah kotor(-)
Tenggorokan : tonsil T2-T2, hiperemis (-), detritus (-), dinding posterior faring
tidak hiperemis, arcus faring tidak hiperemis, uvula terletak ditengah
Leher : bentuk tidak tampak kelainan, edema (-), massa (-), tidak tampak dan
tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea tampak dan teraba di
tengah
Thoraks :
Jantung
- Inspeksi
Palpasi
Perkusi :
batas kiri jantung
batas kanan jantung
batas atas jantung
Auskultasi
Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Abdomen
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
(-/-),
edema
dorsum
pedis
(-/-),
sianosis
(-),
I.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 M6 V5
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
Brudzinksi I
Brudzinski II
Laseque
Kernig
: (-)
: (-)
: (-)
: -/- >70
: -/- >135
Refleks Patologis
II.
Babinski
Chaddock
: -/: -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kimia
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Natrium
133
mmol/L
135-145
Kalium
4,8
mmol/L
3,5 4,6
Chlorida
98
mmol/L
98 108
Hematologi
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
Hemoglobin
11,8
g/dL
11 14,5
Eritrosit
5,04
x10^6/uL
45
Leukosit
8,6
x10^3/uL
5 10
Trombosit
324
x10^3/Ul
150 400
Hematokrit
36,3
40 54
10
Basofil
01
Eosinofil
13
Neutrofil batang
1-6
Neutrofil segmen
39
52 70
Limfosit
46
20 40
Monosit
11
28
LED
mm
0 - 10
MCV
72,1
fL
75 87
MCH
23,4
Pg
24 30
MCHC
32,5
g/dL
31- 37
80
mg/dL
60 - 110
Kimia
Glukosa darah
sewaktu
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap tanggal 29/05/2016
III.
RESUME
Berdasarkan hasil anamnesis, didapatkan keluhan utama pasien kejang
sejak pagi hari SMRS. Frekuensi kejang 1x/hari, durasinya kurang lebih 5
menit. Kejang didahului dengan demam satu hari sebelumnya. Ibu pasien
mengatakan anaknya demam tinggi tetapi belum pernah diukur suhu
tubuhnya, hanya dengan perabaan tangan. Satu hari sebelum dibawa ke IGD
RSUD pasien muntah sebanyak 2x berisi makanan yang dimakan. Pada saat
kejang, ibu pasien mengatakan kedua tangan pasien kelojotan dan mata
pasien mendelik ke atas. Setelah kejang pasien lemas lalu kemudian tertidur.
Ibu pasien juga mengatakan anaknya mempunyai keluhan batuk sejak 1
minggu SMRS. Ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak disertai
dengan pilek. BAB pasien lunak, BAK lancar. Orang tua pasien juga
mengatakan bahwa keluhan seperti ini baru terjadi pertama kali pada pasien.
Di keluarga, ayah pasienn memiliki riwayat kejang saat usia 3 bulan.
11
DIAGNOSA KERJA
Kejang Demam Sederhana
ISPA Akut
V.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
o IVFD Tridex 27 B 8 tpm
o Sanmol 3 x 100 mg i.v k/p
o Diazepam 3 x 1,5 mg
VI.
PROGNOSIS
Ad Vitam
: Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
VII.
FOLLOW UP
Tanggal
Perjalanan penyakit
Terapi
12
30/5/16
S: keluhan (-)
Diazepam 3x1,5 mg
S: keluhan (-)
Rencana pulang
Obat pulang:
Diazepam 3x1,5
mg
Stesolid supp 10
mg k/p
Sanmol 3x1 cth k/p
VIII.
EDUKASI
13
Apabila terjadi kejang pada anak maka edukasi orang tua untuk melakukan halhal berikut :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
BAB III
ANALISA KASUS
14
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 1 Kejang
demam sering didapatkan pada anak berusia 6 bulan sampai dengan 6 tahun. Keadaan ini
terjadi pada 2% sampai 4% anak: sebagian besar antara usia 1 sampai 2 tahun (usia rerata
22 bulan).2 Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks. Dikatakan kejang demam sederhana apabila didapatkan
kejang motorik umum mayor, berlangsung kurang dari 15 menit, tidak berulang dalam 24
jam dan tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang. 2,3Kejang demam
sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.Sedangkandikatakan kejang
demam kompleks apabila didapatkan salah satu ciri berikut ini: frekuensi kejang berulang
atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam, durasi kejang lebih dari 15 menit, terdapat tandatanda fokal dan terdapat kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang. 1,2,3 Kejang
fokal adalah kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Dikatakan kejang berulang apabila didapatkan kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.1 Kejang berulang didapatkan pada 30% sampai
50% anak dengan kejang demam di bawah usia 1 tahun dan 28% anak dengan kejang
demam di atas usia 1 tahun.
Beberapa teori dikemukakan mengenai penyebab terjadinya kejang demam, dua
diantaranya adalah karena lepasnya sitokin inflamasi (IL-1 beta) atau hiperventilasi yang
menyebabkan alkalosis dan meningkatkan pH otak sehingga terjadi kejang.
Penyebab pasti dari kejang demam sampai sekarang belum diketahui, akan tetapi
kemungkinan penyebabnya adalah multifaktorial. Faktor genetik dan lingkungan
memegang peranan penting terhadap patogenesis terjadinya kejang demam. Pola
penurunan genetik masih belum jelas, namun beberapa studi menunjukkan keterkaitan
dengan kromosom tertentu seperti 19p dan 8q13-21, sementara studi lain menunjukkan
pola autosomal dominan.4
Demam yang memicu kejang berasal dari proses ekstrakranial, paling sering
disebabkan oleh infeksi saluran nafas akut, otitis media akut, roseola, infeksi saluran
kemih dan infeksi saluran cerna.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kejang demam diantaranya
adalah gangguan perkembangan anak, infeksi virus, riwayat keluarga dengan penyakit
15
kejang demam, vaksinasi dan kemungkinan disebabkan oleh defisiensi zinc dan
suplementasi besi.6 Vaksinasi yang berkaitan dengan peningkatan risiko kejang demam
diantaranya difteri, tetanus dan pertussis (DTP) dan mumps, measles dan rubella (MMR).
Akan tetapi berdasarkan Cochrane review pada 530.000 anak-anak yang mendapatkan
vaksinasi MMR, menunjukkan bahwa peningkatan risiko kejang demam hanya terjadi
pada 2 minggu pertama setelah vaksinasi, hanya terjadi pada sebagian kecil anak (1
sampai 2 kasus dari 1000 anak yang mendapatkan vaksin MMR) dan kemungkinan
berkaitan dengan efek samping dari vaksin.6
Pada kasus berdasarkan hasil anamnesis dengan orang tua pasien tidak
didapatkan gangguan perkembangan anak. Pada keluarga pasien didapatkan ayah pasien
memiliki riwayat kejang saat usia 3 bulan. Pasien juga sudah 1 minggu terkena batuk
berdahak dan pilek yang merupakan gejala dari penyakit infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) dan ayah pasien memiliki riwayat kejang saat usia 3 bulan.
Pada anamnesis hal-hal yang perlu ditanyakan pada pasien kejang demam adalah
sebagai berikut5:
Pre ictal : apakah peristiwa yang terjadi sebelum kejang?apakah peristiwa
keluarga
Singkirkan penyebab kejang lain (misalkan diare/ muntah yang
menyebabkan gangguan elektrolit, sesak nafas yang menyebabkan
hipoksemia, asupan nutrisi kurang yang menyebabkan hipoglikemia)
Pada pasien ini berdasarkan hasil anamnesis didapatkan usia pasien 1 tahun 6
bulan. Data yang didapat sesuai dengan teori dimana kejang demam puncaknya terjadi
pada usia 1 sampai 2 tahun dengan usia rerata 22 bulan. 2 Keluhan utama pasien datang ke
16
IGD RSUD adalah kejang sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit. Peristiwa kejang
didahului dengan demam satu hari sebelumnya dan muntah. Frekuensi kejang terjadi 1x
dalam sehari, durasi kurang dari 15 menit, saat kejang kedua tangan pasien kelojotan,
mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien lemas dan kemudian tertidur. Berdasarkan
teori, klasifikasi kejang dibagi menjadi kejang demam kompleks dan kejang demam
sederhana. Pada pasien ini sesuai dengan klasifikasi kejang demam sederhana karena
berdasarkan hasil anamnesis didapatkan frekuensi kejang pasien 1x dalam sehari atau
tidak berulang, durasi kurang dari 15 menit, kejang umum tonik atau tonik-klonik dan
tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang. Hasil anamnesis pada
pasien sesuai dengan teori dimana prevalensi kejang demam yang paling sering adalah
kejang demam sederhana sekitar 80%.
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan kejang demam hal-hal yang perlu
diperhatikan diantaranya5 :
17
Meningitis
Ensefalitis
Diare akut/kronis dehidrasi sedang-berat
Epilepsi
Kejang disertai demam adalah hal yang sering terjadi pada anak. Banyak
diantaranya disebabkan oleh proses intrakranium yang berbahaya atau proses sistemik.
Kondisi-kondisi ini harus dapat dibedakan dengan kejang demam. Pada kejang demam
18
khas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh secara cepat diikuti oleh kejang. Sementara
pada proses intrakranial, demam terjadi bersamaan dengan atau setelah kejang.
Pada kasus, kejang yang terjadi pada pasien didahului oleh demam. Selain itu,
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tidak didapatkan tanda-tanda penyakit lain seperti
meningitis dimana tanda rangsang meningeal pasien masih dalam batas normal. Diagnosa
banding Ensefalitis juga dapat disingkirkan pada kasus karena pada diagnosa banding
Ensefalitis harus didapatkan 1 kriteria mayor yaitu perubahan status mental 24 jam.
Sedangkan pada pasien tidak memenuhi kriteria tersebut. Diagnosis banding lain seperti
diare akut/kronis dehidrasi sedang-berat juga dapat disingkirkan karena berdasarkan
anamnesis BAB pasien lunak, sedangkan dikatakan diare apabila BAB cair dan frekuensi
BAB lebih dari 3x/hari. Epilepsi dapat singkirkan pada kasus karena berdasarkan ILAE
2014, epilepsi dapat ditegakkan apabila ditemukan salah satu dari kondisi berikut: (1)
terdapat minimal dua episode kejang tanpa diprovokasi, (2) terdapat satu episode kejang
tanpa
diprovokasi
elektroensefalografi).
serta
3,12
(3)
sindrom
epilepsi
(berdasarkan
pemeriksaan
oleh demam.
Tatalaksana kejang demam pada anak terbagi menjadi pengobatan pada fase akut/
saat kejang dan pengobatan profilaksis/ pencegahan rekurensi kejang.
Pada saat kejang, pastikan jalan nafas tidak terhalang, pakaian ketat
dilonggarkan, anak diposisikan miring untuk mencegah terjadinya aspirasi. Periksa tandatanda vital suhu, nadi dan pernafasan. Suhu tubuh dapat diturunkan dengan di kompres
air hangat dan pemberian antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen. Dosis yang
digunakan untuk paracetamol adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali. Untuk ibuprofen dosis 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Penggunaan
asetil salisilat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan sindroma Reye terutama pada
anak usia kurang dari 18 bulan.1,3,9 Kemudian lanjutkan dengan tatalaksana kejang akut.
19
Saat ini diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut,
karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat. Diazepam dapat diberikan secara
intravena atau rektal, jika diberikan intramuskular absorbsinya lambat. 9 Obat yang praktis
dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam
rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. 1,3 Atau diazepam rektal
dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun dan dosis 7,5 mg untuk anak di atas
usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. 1,3
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke
rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB secara intravena dengan kecepatan 2 mg/menit, dosis maksimal 20 mg. 1,3,9
Bila kejang tidak berhenti, berikan dosis inisial fenitoin 10-20 mg/kgBB dengan
kecepatan pelan 1 mg/Kg/menit, maksimum 50 mg/menit. Bila kejang
berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. 1,3
Bila kejang tidak berhenti dengan fenitoin, segera kirim pasien ke ICU. 1,3
Pencegahan kejang demam berulang perlu dilakukan, karena bila berlangsung
terus dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Terdapat 2 cara profilaksis,
yaitu, profilaksis intermittent pada waktu demam dan profilaksis terus menerus dengan
antikonvulsan tiap hari.
Profilaksis intermittent disarankan pada pasien kejang demam kompleks yang
rekuren, tidak disarankan pada kejang demam simpleks. Caranya adalah ketika pasien
demam lagi (suhu >38,50C), berikan diazepam oral 0,3 mg/kgBB sampai 3x sehari (1
mg/kg/24jam) sampai 3x sehari (1 mg/kg/24 jam), yang dapat diberikan sampai 2-3 hari
selama anak masih demam, disamping antipiretik. Dapat pula berupa diazepam rektal 5
mg atau 10 mg. Cara ini relatif aman dengan efek samping yang minor seperti letargi,
iritabilitas.1,3
Pencegahan terus menerus dilakukan dengan mengkonsumsi antikonvulsan setiap
hari, namun penggunaannya harus hati-hati mengingat efek samping dari antikonvulsan
20
yang digunakan. Berdasarkan unit kesepakatan Unit Neurologi Anak IDAI 2006, terdapat
2 kategori profilaksis terus menerus1,3,9:
Dianjurkan, bila :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Dipertimbangkan, bila :
1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
2. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12.
3. kejang demam > 4 kali per tahun
Antikonvulsan yang menjadi pilihan utama untuk profilaksis terus-menerus
adalah1,3,9:
1. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama
yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan
fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis.
2. Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dibagi 2x sehari. Efek sampingnya dapat
mengurangi fungsi kognitif pada pemakaian jangka panjang.
Indikasi dirawat pada pasien kejang demam diantaranya 5 :
1.
2.
3.
4.
5.
21
Adanya satu faktor risiko meningkatkan risiko kemungkinan epilepsi menjadi 46%, sementara bila terdapat beberapa faktor risiko sekaligus kemungkinannya naik
hingga 10-49%. Pemberian profilaksis terus menerus tidak dapat menurunkan risiko
kejadian epilepsi.3 Pada kasus risiko untuk pasien menderita epilepsi di kemudian hari
rendah karena tidak didapatkan faktor-faktor risiko seperti yang sudah disebutkan diatas
berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. 3
Kematian setelah kejang demam adalah hal yang sangat jarang terjadi, bahkan
pada anak risiko tinggi sekalipun.
22
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
pg.1
Marcdante KJ, Kliegman R, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu Kesehatan
4
5
23
Graves RC, Oehler K, Tingle LE. Febrile Seizures: Risks, Evaluation and
62.
10 Lumbantobing SM. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2007
11 Tambunan T, Rundjan L, Satari HI, Windiastuti E. Formularium Spesialistik
Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2013; p.188
12 Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A et al. A practical definition of
epilepsy. Epilepsia; 2014; 55 (4): 475-82
24