Disusun oleh:
Kelompok 566
Pembimbing:
dr. Wahyudi Wibowo
PEMBIMBING PUSKESMAS
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Karangpandan Pembimbing Kegiatan Perkesmas
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar UPTD Puskesmas Karangpandan
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar
A. Anggota Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. S
Alamat :Kidangan RT: 002 RW: 006, Doplang,
Karangpandan, Karanganyar
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Struktur Komposisi Keluarga :
Tabel 1. Data anggota keluarga yang hidup satu rumah
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendi- Pekerjaan Ket.
(th) Dikan
Karyawan
1. Tn. S Kepala Keluarga L 35 Tamat SMP Swasta
Ibu Rumah
34
2. Ny. S Istri P Tamat SD Tangga Pasien
3. An. ZAR Anak P 8 SD -
B. Deskripsi Keluarga
Ny. S termasuk ke dalam nuclear family yang terdiri atas 3 orang
anggota keluarga. Keluarga tersebut terdiri dari kepala keluarga Tn. S (35
tahun), dan anak An. ZAR (8 tahun). Pasien tinggal serumah dengan suami
dan anaknya.
TAHAP II
STATUS PASIEN
A. Identitas Penderita
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Alamat :Kidangan RT: 002 RW: 006, Doplang,
Karangpandan, Karanganyar
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 6 Maret 2019
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Sering berdebar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sering berdebar tanpa sebab sejak tahun
2013. Keluhan dirasa tiba-tiba dan terkadang mengganggu aktivitas.
Keluhan dirasa hampir setiap hari, bertambah berat saat pasien
beraktivitas akan tetapi tidak membaik saat istirahat. Pasien juga
mengeluhkan tangannya sering gemetar secara tiba-tiba.
Pasien mengeluhkan berat badannya sulit naik bahkan
cenderung turun. Oleh karena keluhannya tersebut, pasien berobat ke
dokter praktik pribadi kemudian dirujuk ke RSUD Karanganyar.
Setelah dilakukan pemeriksaan di RSUD Karanganyar, dokter
mengatakan bahwa pasien mengalami hipertiroid.
Saat ini pasien hamil 12 minggu dan rutin kontrol di RSUD
Karanganyar untuk kondisi hipertiroid. Pasien juga rutin melakukan
pemeriksaan lab setiap 3 bulan sekali. Sehari-hari pasien rutin minum
obat propanolol dan propylthiouracil sekali dalam sehari.
Semenjak hamil, sehari-hari pasien makan 3 kali sehari dengan
porsi kecil akibat pasien mengeluhkan mual. Buang air kecil tidak ada
keluhan. BAK berpasir, berdarah, nyeri maupun berwarna seperti teh
disangkal. Buang air besar tidak ada keluhan. BAB hitam maupun
darah disangkal. Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelum tahun
2013 dengan riwayat tekanan darah tertinggi 170/100 mmHg. Riwayat
diabetes disangkal, asma disangkal. Riwayat keguguran disangkal.
3. Identifikasi Aspek Personal
a. Alasan kedatangan
Pasien merasa sering berdebar dan merasa khawatir akan
mempengaruhi kondisi kesehatan janin.
b. Persepsi terhadap penyakit
Pasien menyadari kondisi tersebut butuh penanganan
dokter. Oleh karena itu, saat pasien mulai merasakan keluhannya,
pasien dan keluarganya segera pergi ke dokter untuk periksa.
Pasien rutin kontrol ke RSUD Karanganyar dan juga rajin minum
obat setiap harinya. Saat ini pasien menyadari bahwa kondisi
hipertiroidnya tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi
kondisi janin.
c. Kekhawatiran pasien
Ny.S khawatir dengan kondisi kehamilannya disaat yang
bersamaan dengan keadaan hipertiroidnya yang masih
memerlukan penanganan. Hal ini membuat Ny. S menganggap
masalah kesehatannya sebagai masalah yang serius.
d. Harapan pasien
Keluarga pasien terutama pasien berharap dapat sembuh
dan kondisi kehamilannya tidak ada gangguan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat mondok : Diakui pada tahun 2013 dengan hipertiroid
b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat sakit liver : disangkal
e. Riwayat sakit jantung: disangkal
f. Riwayat operasi : disangkal
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat alergi : disangkal
b. Riwayat asma : disangkal
c. Riwayat hipertensi : diakui diderita oleh ayah, ibu, dan saudara
kandung
d. Riwayat diabetes : disangkal
e. Riwayat sakit liver : disangkal
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Selama hamil, Ny.S rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di
puskesmas. Pasien mengatakan porsi makan sedikit. Pasien makan 3
kali sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur namun pasien beberapa
kali mengalami mual dan muntah setelah makan. Keluhan mual dan
muntah ini mempengaruhi nafsu makan pasien. Selama hamil,
penambahan berat badan pasien tidak terlalu signifikan bahkan sempat
menurun. Lingkar lengan atas pasien 24,5 cm. Riwayat kehamilan
anak pertama normal. Pasien tidak pernah mengalami riwayat
keguguran.
7. Riwayat Kelahiran
Anak pertama lahir saat pasien usia 26 tahun dengan umur
kehamilan cukup bulan melalui persalinan normal di Bidan
Karanganyar dengan berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan
49 cm, langsung menangis kuat segera setelah lahir, bergerak aktif,
dan tidak ada kebiruan.
8. Riwayat Imunisasi
TT : lengkap
9. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari tiga kali dengan porsi mangkok kecil atau
sekitar 10-12 sendok sekali makan, menu makanan berupa nasi
disertai sayur berupa bayam, wortel, dll dan lauk pauk halus beraneka
ragam seperti tahu, tempe, karak, dll. Pasien mengaku jarang makan
buah, dalam seminggu pasien mengkonsumsi buah kurang lebih 1-2
kali.
Kesan: kualitas dan kuantitas kurang
10. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal di rumah bersama suami dan seorang anak yang
saat ini kelas 2 di sekolah dasar. Suami pasien bekerja sebagai buruh
swasta dengan penghasilan kira-kira 1,5-2 juta setiap bulan. Dari
jumlah ini, pasien mengaku cukup untuk memenuhi kebetuhan sehari-
hari sekaligus membiayai sekolah anaknya. Pasien menggunakan
jaminan kesehatan yaitu BPJS.
Kesan : Keadaan sosial cukup
C. Anamnesis Sistemik
9. Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), darah (-), nyeri dada
(-), dahak (-)
10. Sistem : Nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-),
Kardiovaskuler sering pingsan (-),berdebar-debar (+), keringat
malam hari (-), ulu hati terasa panas (-), bangun
malam karena sesak nafas (-)
11. Sistem : Nyeri perut (-), mual (+), muntah (-), nafsu
Gastrointestinal makan berkurang (+), BAB warna hitam (-),
BAB bercampur darah (-), BAB bercampur
lendir (-), diare (-), sulit BAB (-)
12. Sistem : Lemas di seluruh tubuh (+), leher kaku (-),
Musculoskeletal seluruh badan terasa keju-kemeng (-)
13. Sistem Nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), sering
Genitouterina buang air kecil (-), BAK di malam hari (-), air
kencing warna seperti teh (-), BAK darah (-),
nanah (-), BAK kemerahan (-), anyang
anyangan (-), sering menahan kencing (-), nyeri
suprapubik (-), rasa gatal pada saluran kencing
(-), rasa gatal pada alat kelamin (-)
14. Ekstremitas :
Atas : Bengkak (-/-), lemah (-/-), luka (-/-), kesemutan
(-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-),
nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-), tangan pucat
(-)
Bawah : Bengkak (-/-), lemah (-/-), luka (-/-), kesemutan
(-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-),
nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-), tangan pucat
(-)
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 6 Maret 2019.
12. Jantung
a. Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
b. Palpasi : Ictus kordis kuat angkat, teraba di SIC V 2 cm
medial linea medioclavicularis sinistra
c. Perkusi :
o Kanan : Sonor
o Kiri : Sonor
Auskultasi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (8 Desember 2018) di RSUD
Karanganyar
T4 : 17,9
TSHS : 0,12
2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (15 Januari 2019) di UPT Puskesmas
Karangpandan
Pemeriksaan Hasil Rujukan Ket
Hb 12,9 P: 12-16 gr/dl
HbsAg Negatif Negatif
VCT Non Reaktif Non Reaktif
Sypilis Non Reaktif Non Reaktif
G. Assessment
G2P1A0 dengan hipertiroid
H. Penatalaksanaan
Untuk tatalaksana hipertiroid pada ibu hamil, dokter muda tetap
memberikan edukasi mengenai kebutuhan gizi dan motivasi kepada pasien
untuk memberikan nutrisi gizi sesuai kebutuhan dan menstimulasi tumbuh
kembang janin sesuai usia kehamilan.
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis dan Klinis
Pasien Ny. S berusia 34 tahun adalah seorang istri Tn. S (35 tahun) dan
ibu dari An. ZAR (8 tahun) dengan keluhan sering berdebar dalam nuclear
family. Ibu pasien mempunyai riwayat penyakit hipertiroid dan saat ini
tengah hamil anak ke 2 dengan usia kehamilan 12 minggu.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan yang terjadi dalam keluarga ini cukup baik dan harmonis.
Intensitas bertemu tiap anggota keluarga termasuk baik. Tn. S, Ny. S dan
An. ZAR bisa saling berkomunikasi dengan baik tentang masalah sehari-
hari, walaupun Tn. S terkadang lebih suka menyimpan sendiri emosinya.
Jarang timbul perdebatan diantara setiap anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial
Ny. S sebagai ibu rumah tangga dapat mengasuh An.ZAR sendiri
tanpa bantuan pengasuh, sementara Tn. S bekerja sebagai buruh swasta
membantu mengasuh anaknya sepulang kerja.
Keluarga Tn. S masih sering berinteraksi dengan tetangga sekitarnya
dan mengikuti beberapa kegiatan masyarakat sekitar seperti pengajian, ibu-
ibu pkk, arisan, dan kerja bakti.
4. Fungsi Ekonomi
Sumber perekonomian keluarga berasal dari penghasilan Tn. S yang
bekerja sebagai buruh swasta. Untuk kisaran pendapatan keluarga ini setiap
bulannya sekitar Rp 2.500.000,00.
B. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain.
1. Adaptation
Adaptation menunjukkan kemampuan anggota keluarga tersebut
beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan
saran dari anggota keluarga yang lain. Adaptation juga menunjukkan
bagaimana keluarga menjadi tempat utama anggota keluarga kembali jika
dia menghadapi masalah. Fungsi ini dalam keluarga Tn. S sudah berjalan
cukup baik. Seluruh anggota keluarga bisa saling mendukung satu sama lain
serta tidak ada masalah yang tidak terselesaikan dengan baik.
2. Partnership
Partnership menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling
mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
keluarga tersebut, bagaimana sebuah keluarga membagi masalah dan
membahasnya bersama-sama. Komunikasi, kesadaran untuk saling berbagi
dan mengisi antar anggota keluarga cukup baik. Meskipun terkadang Tn. S
lebih suka memendam emosinya sendiri, namun keduanya masih tetap dapat
mengkomunikasikan masalahnya dengan baik.
3. Growth
Growth menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru
yang dilakukan anggota keluarga tersebut. Ny. S selalu mendukung kegiatan
Tn. S selama itu kegiatan yang positif. Pada saat Ny. S didiagnosis dengan
hipertiroid dan saat ini tengah hamil, Tn. S tidak berkeberatan untuk
menemani Ny.S berobat dan kontrol.
4. Affection
Affection menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga, di dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu
sama lain dan saling memberi dukungan serta mengekspresikan kasih
sayangnya. Hubungan kasih sayang antara kedua orang tua dan anaknya
sangat baik.
5. Resolve
Resolve menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang
lain. Dalam keluarga Tn. S dan Ny. S nilai resolve baik.
Adapun sistem skor untuk APGAR ini yaitu :
Selalu/sering : 2 poin
Kadang-kadang : 1 poin
Jarang/tidak pernah : 0 poin
Dan penggolongan nilai total APGAR ini adalah :
8-10 : baik
6-7 : cukup
1-5 : buruk
Penilaian mengenai fungsi fisiologis keluarga Tn. W dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. APGAR Anggota Keluarga Tn. W
Kode APGAR keluarga Tn. W Tn. S Ny. S
Kesimpulan:
Fungsi fisiologis keluarga Tn. S adalah baik. Hal ini terlihat dari rata-rata skor
APGAR yaitu 8,5.
C. Fungsi Patologis
Fungsi patologis menilai setiap sumber daya yang dapat digunakan oleh
keluarga ketika menghadapi permasalahan. Fungsi patologis keluarga Tn. S
dapat diamati pada Tabel 5.
Tabel 5. SCREEM Keluarga Tn. W
Sumber Patologi Ket.
SOCIAL
Interaksi sosial antar anggota keluarga dan
masyarakat cukup baik. Tn. S masih rutin mengikuti -
kegiatan di lingkungannya, begitu juga dengan Ny.S.
CULTURAL Keluarga Tn. S menerapkan adat-istiadat Jawa
dalam kehidupannya. Tn. S dan Ny. S
menggunakan bahasa Jawa saat berkomunikasi
sehari-hari begitu pula dengan anaknya. Keluarga
besar dari masing-masing pasangan saling
menghormati dan mendukung satu sama lain. -
Kemudian, penyebab hipertiroid itu sendiri juga
bukan disebabkan oleh karena aturan kebudayaan
dimana terdapat pantangan-pantangan terhadap
makanan, tetapi karena faktor lain yaitu riwayat
penyakit yang diderita oleh pasien.
Kesimpulan:
Fungsi patologis keluarga Tn. S tidak memiliki gangguan yang
bermakna.
D. Genogram
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Hamil
:Pernikahan
E. Pola Interaksi Keluarga
Keterangan:
: Hubungan harmonis
Kesimpulan :
20
F. Family Life Cycle
Menurut Duvall (1977) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga
(Eight-Stage Family Life Cycle) :
21
2. Sikap
Tn. S dan Ny. S mempunyai sikap terhadap kesehatan yang baik.
Mereka memberikan imunisasi penuh terhadap anak-anaknya serta
langsung berobat ketika merasa ada gangguan kesehatan. Mereka juga
selalu berusaha menjaga kebersihan rumah.
3. Tindakan
Tn. S dan Ny. S memiliki tindakan terhadap kesehatan yang cukup
baik. Hal ini ditunjukkan ketika puteri pertama mereka sering demam
pada tahun 2013, mereka langsung membawa ke RSUD karanganyar.
Ny. S selalu rutin membawa anaknya untuk mengikuti posyandu balita,
sehingga berat badannya terdokumetasikan dan segera membawa
anaknya ke Puskesmas atau Rumah Sakit bila ada keluhan yang
dirasakan.
22
8 Dinding rumah: tembok beton
9 Jamban keluarga: ada 1 dengan septi
tank yang terletak kurang dari 10 m dari
rumah dan tertutup.
10 Kamar mandi: ada 1
11 Dapur: ada 1
12 Tempat tidur : ada 2 dengan kasur
berada di lantai
13 Penerangan listrik: ada
14 Pencahayaan: cukup baik
15 Ketersediaan air bersih bersumber aliran
air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum) dan sumur
16 Kondisi umum rumah: kondisi rumah
cukup rapi, bersih, dan terawat.
17 Tempat pembuangan sampah: di dalam
rumah terdapat tempat sampah kecil,
dan sampah dikubur di belakang rumah
2. Keturunan
Terdapat riwayat penyakit herediter pada keluarga Tn. S berupa
darah tinggi, yang menderita darah tinggi antara lain adalah Ny. S.
3. Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di rumah sudah
cukup memadai, dan keluarga Tn. S juga telah terdaftar dalam asuransi BPJS.
23
I. IdentifikasiOutdoor dan Indoor
1. Lingkungan Indoor
Keterangan:
a. Luas rumah 260m2, lantai keramik namun kamar mandi dan dapur
lantai belum kedap air, dinding tembok tidak dicat, pencahayaan dan
ventilasi rumah sudah cukup baik.
b. Penggunaan aliran air dari PDAM dan sumur untuk mandi, mencuci
dan memasak.
c. Keadaan dalam rumah cukup rapi dan bersih.
2. Lingkungan Outdoor
a. Rumah terletak dalam satu pekarangan dengan rumah orangtua.
b. Terdapat halaman di depan rumah yang dapat digunakan untuk
menjemur baju, berkebun dan parkir kendaraan.
c. Bagian depan halaman adalah jalan desa.
24
TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK
A. Diagnosis Holistik
Aspek I: Personal
Pasien bernama Ny. S berusia 34 tahun dalam nuclear family, dengan
diagnosis kehamilan G2P1A0 dengan hipertiroid. Diagnosis tersebut
mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Pasien jadi sering merasa khawatir
terhadap kesehatan janinnya. Dari fungsi psikologis keluarga, Tn. S merasa
sedikit cemas dan khawatir dengan kondisi pasien karena pasien seulit makan
dan mengeluh mual sehingga asupan gizi kurang tercukupi. Namun Ny. S
tidah berkecil hati dan tetap kontrol rutin serta pergi ke puskesmas untuk
ANC. Ny. S juga rutin cek lab serta minum obat untuk menjaga kondisii
kesehatannya tetap stabil. Ny. S selalu mengikuti anjuran dokter dan
berusaha makan dengan makanan yang bergizi dan banyak agar janinnya
sehat.
25
Aspek IV: Faktor Risiko Eksternal
Aspek eksternal yang mungkin perlu diperhatikan adalah tempat tinggal
pasien. Pasien tinggal di Polindes yang setiap hari ada pasien yang berobat.
Dikarenakan pasien masih bayi maka rawan tertular penyakit dari orang-orang
yang berobat ke polindes. Ny. G menduga anaknya dapat tertular penyakit TB
dari pasien TB MDR yang pernah berobat ke polindes. Selain itu, pada saat
pasien masih berusia kurang dari satu tahun, Tn. W juga memelihara burung
dan setiap malam digantung di dalam rumah agar burungnya tidak hilang.
Dikarenakan sekat pembatas ruangan yang terbuat dari kayu tidak menutup
sempurna pada bagian atas, ibu pasien juga curiga anaknya dapat tertular
penyakit dari kotoran burung yang berada di dalam rumah. Akhirnya Tn. W
kemudian menjual burung peliharaannya tersebut.
26
TAHAP V
PEMBAHASAN DAN PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
A. PEMBAHASAN
Keluarga Tn. S (35 tahun) adalah nuclear family yang terdiri atas 3
orang. Pasien tinggal satu rumah bersama suami yaitu Tn. S dan seorang putri
An. ZAR. Tn. S bekerja sebagai buruh swasta dan pasien sebagai ibu rumah
tangga. Saat ini putri pasien berumur 8 tahun dan bersekolah di bangku kelas
sekolah dasar. Dalam keluarga tersebut, terdapat satu orang sakit yaitu Ny. S
berusia 34 tahun dengan diagnosis kehamilan G2P1A0 dengan hipertiroid.
Pasien rutin kontrol perkembangannya ke RSUD Karanganyar dan
puskesmas.
Saat ini, Ibu pasien mengeluhkan berat badan anaknya tidak naik sejak
usia 5 bulan, namun pasien rutin melakukan penimbangan dan pengukuran
tinggi badan secara berkala pada kegiatan posyandu. An. MH memiliki
riwayat Rubella pada saat berusia 5 bulan, TB Paru pada saat usia 7 bulan,
dan bulan Juli 2018 pasien kembali mengalami Rubella, sejak saat itu pasien
susah makan dan pertumbuhannya terganggu. Saat ini pasien sudah
dinyatakan sembuh dari TB Paru sehingga sudah tidak mengkonsumsi obat.
Riwayat penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung
stunting. Penyakit infeksi akan ikut menambah kebutuhan akan zat gizi untuk
membantu perlawanan terhadap penyakit ini sendiri.
Pada pasien An. MH dapat dianalisis beberapa kemungkinan penyebab
An. MH mengalami gizi kurang. Pertama, asupan gizi yang dipengaruhi dari
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), ibu pasien mengalami hiperemesis
pada saat 3 bulan pertama kehamilan. Ny.G tidak mengalami penurunan
nafsu makan, namun mengalami mual muntah setiap setelah makan.
Kurangnya asupan pada 1000 HPK juga merupakan salah satu faktor risiko
stunting. Faktor lainnya, pada saat lahir An. MH memiliki berat badan lahir
2750 gram dengan Panjang badan lahir 46 cm. Dari BB lahir pasien tidak
27
mengalami BBLR sehingga bukan merupakan faktor risiko gizi kurang pada
pasien ini. Namun panjang badan lahir nya kurang dari normal, hal tersebut
merupakan salah satu faktor risiko stunting. Panjang badan lahir normal
adalah 48 – 52 cm (Kemenkes RI, 2010). Kemudian, pasien tidak
mendapatkan ASI Eksklusif, pasien hanya mendapatkan ASI hingga usia 4
bulan, dikarenakan produksi ASI menurun saat usia pasien 4 bulan.
Saat ini Ny. G sudah memberikan asupan yang cukup untuk An. MH,
meskipun hal tersebut dilakukan tanpa menghitung AKG yang diperlukan
pasien, saat ini pasien berusia 21 bulan dan menurut tabel AKG menkes RI
kebutuhan kalori untuk anak usia 1-3 tahun adalah 1125 kkal/hari. Meskipun
demikian saat ini grafik z-score pasien sudah mengalami peningkatan dari
yang semula gizi buruk saat ini meningkat menjadi gizi kurang.
Pasien An. MH juga mengalami gangguan tumbuh kembang saat ini
pasien belum bisa memakai baju sendiri dengan sempurna, pasien mulai
berbicara perkata namun masih sulit dimengerti, pasien bisa menunjuk
dengan benar beberapa jenis buah. Pasien mulai berjalan pada usia 20 bulan.
An. MH rutin dibawa ke klinik tumbuh kembang, namun saat ini sudah
berhenti karena pasien sudah bisa berjalan. Meskipun demikian, tumbuh
kembang pasien harus tetap dipantau agar dapat segera diberi intervensi
apabila terdapat gangguan/keterlambatan perkembangan lain.
Dari aspek lingkungan baik fisik maupun non-fisik pasien tidak
memiliki masalah yang berarti. Fungsi holistik keluarga Tn. W cukup baik,
karena fungsi biologis, psikologis, sosial budaya, penguasaan masalah, dan
adaptasi baik. Fungsi fisiologis keluarga Tn. W tergolong baik. Hal ini
terlihat dari total skor APGAR 8.Fungsi Patologis keluarga Tn.W tidak ada
gangguan yang bermakna.
Kebersihan pribadi juga dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan.
Lingkungan tempat tinggal Tn. W dekat dengan jalan utama namun cukup
asri, pencahayaan dan ventilasi udara yang masuk ke dalam rumah juga
cukup. Namun kondisi sanitasi masih kurang sesuai karena septictank belum
berjarak 10 m dan tidak tertutup dengan baik.
28
Mengingat kondisi penyakit pasien yang perlu perhatian khusus dengan
pengelolaan jangka panjang, penting untuk mengetahui manajemen pasien
dengan masalah gizi dan tumbuh kembang bagi pihak puskesmas dan
keluarga. Untuk meningkatkan dukungan keluarga terhadap pengobatan
pasien, penting diberikan edukasi kepada keluarga mengenai manajemen
pasien dengan permasalahan gizi. Menjalin komunikasi antara dokter dengan
pasien, melakukan intervensi gizi termasuk gizi kejar, dan menstimulasi
tumbuh kembang anak sesuai usianya merupakan salah satu bentuk
manajemen pasien dengan permasalahan gizi dan gangguan tumbuh
kembang. Adanya emosi negatif yang dapat muncul di dalam keluarga dapat
memengaruhi tumbuh kembang dan psikologis anak.
B. SARAN KOMPREHENSIF
1. Promotif
a. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai bahaya dari gizi kurang
diantaranya adalah anak menjadi mudah sakit karena daya tahan
tubuhnya lemah.
b. Memberikan edukasi kepada keluarga bahwa tumbuh kembang anak
tidak hanya dinilai dari aspek aktivitas fisik saja tetapi juga dari aspek
lain diantaranya aspek personal sosial, aspek adaptif-motorik halus,
aspek motorik kasar dan aspek Bahasa
c. Mengusulkan kepada keluarga dan Puskesmas untuk memberikan
vitamin A kepada pasien sesuai dengan usianya untuk mencegah penyulit
gizi kurang yaitu berupa gangguan mata.
d. Dibutuhkan konseling terhadap keluarga Tn. W dalam hal keadaan gizi
kurang yang dialami oleh An. MH agar keluarga lebih serius dalam
mengatasi keadaan gizi kurang An. MH.
e. Meningkatkan promosi kesehatan oleh Puskesmas mengenaimakanan
bergizi seimbang pada masyarakat umum.
29
f. Memberikan motivasi kepada ibu pasien untuk lebih kreatif lagi dalam
penyajian makanan dan membuat kreasi makanan sendiri yang menarik
namun memiliki nilai gizi tinggi terutama protein hewani.
g. Memberikan motivasi kepada keluarga pasien untuk memanfaatkan
bantuan yang telah diberikan seperti PMT dari puskesmas untuk
memperbaiki gizi anaknya.
h. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya posyandu untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak-anak mereka
2. Preventif
a. Pemberian contoh variasi menu makanan harian yang seimbang sesuai
kebutuhan harian pada anggota keluarga pasien.
b. Edukasi mengenai pemberian susu formula yang sesuai dengan usia An.
MH.
c. Memberikan gambaran mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan menghimbau keluarga pasien untuk menerapkannya untuk
mencegah penyakit infeksi yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan pasien.
3. Kuratif
a. Tatalaksana gizi kurang
Syarat pemberian nutrisi pada anak gizi kurang :
Kalori yang dibutuhkan tinggi untuk tumbuh kejar dihitung
berdasarkan BB ideal berdasarkan TB aktual dikalikan kebutuhan
energi sesuai RDA (Recommended Dietary Allowance) sesuai usia.
Pada An.MH maka BB idealnya adalah 9-12 kg berdasarkan usia
pada TB aktual. Maka kebutuhan energinya sebesar 1125 kkal/hari.
Kebutuhan protein An.MH sebesar 26 gram/hari.
Lemak berdasarkan AKG dibutuhkan sebanyak 44 gram/hari
Karbohidrat berdasarkan AKG diberikan sebanyak 155 gram/hari.
Mineral perlu diberikan sesuai AKG untuk memenuhi kebutuhan
mineral anak.
Cairan diberikan 1200 ml/hari.
30
Multivitamin perlu diberikan sesuai AKG untuk memenuhi
kebutuhan akan vitamin dan mineral.
Serat diberikan sesuai kebutuhan untuk memudahkan defekasi.
31
Untuk tatalaksana stunting pasien mendapat zinc dari dokter spesialis
anak. Pemberian zinc telah diberikan sejak 4 bulan yang lalu. Zinc
diberikan sebanyak 1 sendok teh sekali sehari. Pemberian zinc dapat
diberikan hingga tinggi pasien sudah mencapai batas normal dalam grafik
KMS.
Pasien disarankan untuk tetap konsultasi berkala ke dokter anak untuk
memantau tumbuh kembangnya.
32
FLOW SHEET
Nama : An. MH
Diagnosis : Gizi kurang, stunting, gangguan tumbuh kembang
Keluhan/
No Tgl Kondisi Pemeriksaan Fisik Terapi Planning dan Target
Pasien
1. 10 – 12 – Berat Badan Tanda Vital: Medikamentosa : - Pasien dan keluarga memahami
2018 tidak naik - Nadi: 92 x/menit (reguler, isi risiko gizi kurang dan stunting serta
sejak usia 5 cukup, simetris) Non Medikamentosa : cara pencegahannya
bulan. - Pernafasan: 24x/menit Edukasi mengenai gizi kurang dan
- Suhu: 36,60C per axiler tumbuh kembang anak. Pasien dan keluarga mengetahui
Status Gizi :
Tampak tentang pentingnya pengobatan
BB = 8.3 kg
sehat, TB = 72 cm lebih lanjut dan menjaga kebersihan.
compos BB/U=
mentis
Kepala : rambut mudah rontok (-
), rambut tipis dan kemerahan (-)
4. Wajah : wajah orang tua (-),
oedem (-)
5. Kulit : Warna coklat, turgor
menurun (-), kering (-)
33
Status Gizi : Konseling kebutuhan energi dan tentang pentingnya pengobatan
BB = 8.3 kg gizi kejar. lebih lanjut dan menjaga kebersihan.
TB = 72 cm
BB/U =
34
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pelaksanaan kunjungan rumah pasien (home visit) di Puskesmas
Karangpandan Kota Karanganyar pada tanggal 7 Desember 2018 pada pasien
dengan diagnosis gizi buruk, stunting dan gangguan tumbuh kembang. Dalam
pelaksanaan kunjungan rumah, kami melakukan tanya jawab dan pengamatan
lingkungan kepada pasien dan keluarganya. Berdasarkan tanya jawab kepada
pasien dan pengamatan seputar lingkungan pasien didapatkan:
1. Pasien An. MH menjalani kehidupan sehari-hari bersama orangtua dan
1 orang kakaknya di rumah dengan fungsi biologis dan klinis, fungsi
psikologis, fungsi sosial, fungsi fisiologis, serta genogramsudah baik.
2. Kesadaran keluarga An. MH terhadap keluhan yang dialami oleh pasien
sudah cukup baik dan sudah proaktif dari dalam diri keluarga untuk
datang ke dokter maupun klinik tumbuh kembang memeriksakan
pertumbuhan dan perkembangan An. MH.
3. Fungsi holistik keluarga pasien secara umum baik sedangkan fungsi
patologis di aspek edukasi dan kesehaatan bermasalah,sedangkan
genogram baik, pola interaksi baik, serta lingkungan rumah indoor dan
outdoor baik.
B. Saran
1. Untuk puskesmas:
a. Melakukan pendekatan personal melalui kunjungan ke rumah para
penderita stunting.
b. Mengadakan penyuluhan mengenai penyebab, komplikasi, dan
penatalaksanaan stunting di wilayah kerja puskesmas
Karangpandan.
35
2. Untuk pasien
Dari kesimpulan tersebut, ada beberapa aspek yang masih
diperlukan adanya perbaikan demi kondisi An.MH yang lebih baik,
diantaranya :
a. Diharapkan adanya motivasi pada ibu pasien untuk lebih kreatif
lagi dalam penyajian makanan dan membuat kreasi makanan
sendiri yang menarik namun memiliki nilai gizi tinggi terutama
protein hewani maupun nabati, sayur dan buah.
b. Dibutuhkan konseling terhadap keluarga Tn. W dalam hal keadaan
gizi kurang yang dialami oleh An. MH agar keluarga lebih serius
dalam mengatasi keadaan gizi kurang An. MH.
36
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In: Nelson
Danaei, Goodarz et al. (2016). Risk Factors for Childhood Stunting in 137
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (2012).Keputusan
Dokter Indonesia
37
LAMPIRAN
38