TINJAUAN PUSTAKA
masalah. Satu memiliki gambaran menyeluruh dari penyebab yang menimbulkan masalah
dengan representasi terstruktur semua penyebab yang menghasilkan efek. Ada hubungan
antara semua penyebab dan seseorang dapat mengidentifikasi akar penyebab masalah.
The Ishikawa diagram, (atau fishbone diagram, cause and effect diagram atau 5M)
mengurangi risiko untuk melupakan beberapa penyebab dan memberikan masukan untuk
studi solusi. Metode ini memungkinkan untuk mengatasi penyebab, untuk memperbaiki
Penyebab dan Analisis Efek pada awalnya dikembangkan sebagai alat kontrol
kualitas, tetapi dapat menggunakan teknik ini sama dengan baik untuk hal lain. Misalnya,
4
2.2.1 Cara Menggunakan Tool
masalahnya, dan kapan dan di mana itu terjadi. Sebuah panah horizontal
Dalam contoh sederhana ini, seorang manajer yang mengalami masalah dengan
Kemudian menarik garis dari "tulang" dari diagram untuk setiap faktor,
Contoh:
5
Manajer mengidentifikasi faktor-faktor berikut, dan menambahkan
Contoh :
6
Gambar 3 Cause and Effect Analysis Contoh Langkah 3
D. Langkah 4: Analisis Diagram. Pada tahap ini harus memiliki diagram yang
Contoh:
Efek. Jika dia tidak melihat masalah seperti ini, ia mungkin telah
"menjadi sulit".
7
memungkinkan dia untuk menjelaskan singkat sepenuhnya untuk strategi
mengajukan solusi.
adalah dengan menggunakan Matriks USG. Kepner dan Tragoe (1981) menyatakan
pentingnya suatu masalah dibandingkan masalah lainnya dapat dilihat dari tiga aspek berikut:
berkembangnya masalah?
Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang prioritas,
terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut adalah urgency,
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk diselesaikan maka
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi seperti
8
dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia, sumber daya atau sumber
dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap organisasi maka semakin serius
masalah tersebut.
Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut.
perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG tersebut. Umumnya digunakan
skor dengan skala tertentu. Misalnya penggunaan skor skala 1-5. Semakin tinggi tingkat
urgensi, serius, atau pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-
Untuk lebih jelasnya penggunaan Matriks USG ini, penulis akan memberikan
ilustrasi. Contoh berikut diambil dari gambaran kasus yang ada pada boks di awal tulisan ini.
Apa sebenarnya masalah prioritas yang dihadapi di Kantornya Pak Ali? Sebelum
menentukan masalah prioritas, kita buat daftar masalah terlebih dahulu. Permasalahan yang
1. Penerimaan pajak pada Semester I tahun ini di bawah target yang ditetapkan oleh
Kantor Pusat.
2. Penyerapan anggaran sampai dengan Semester I tahun ini di bawah yang diinginkan.
9
Bagaimana menentukan urutan prioritas permasalahan di atas? Dengan
menggunakan Matriks USG, kita mencoba untuk menganalisisnya dari tiga unsur USG
tersebut yaitu urgency, seriuosness, dan growth. Kita coba untuk membahas satu persatu.
Angka-angka yang penulis contohkan hanya suatu asumsi, para pembaca yang ingin
Pertama, faktor urgency. Misalnya dari keempat masalah tersebut, yang paling cepat
harus ditangani adalah masalah tidak tercapainya penerimaan pajak. Setelah itu, masalah
masalah rendahnya penyerapan anggaran. Dengan kondisi ini maka nilai urgency (U) untuk
Nilai
No. Permasalahan
Skor U
1. Tidak tercapainya target penerimaan pajak Semester I 5
2. Rendahnya penyerapan anggaran sampai dengan Semester I 3
3. Rendahnya image masyarakat mengenai pelayanan 4
4. Tingginya tingkat keterlambatan pegawai 4
Tabel 1 Penilaian Urgency
Kedua, faktor seriuosness. Misalnya dari keempat masalah tersebut, yang paling
tinggi dampaknya terhadap kinerja organisasi adalah masalah tidak tercapainya penerimaan
pajak. Setelah itu, masalah rendahnya pelayanan dan masalah penyerapan anggaran yang
tidak tercapai. Terakhir, masalah tingginya tingkat keterlambatan pegawai. Dengan kondisi
ini maka nilai seriuosness (S) untuk masing-masing masalah adalah sebagai berikut:
Nilai
No. Permasalahan
Skor S
1. Tidak tercapainya target penerimaan pajak Semester I 5
10
2. Rendahnya penyerapan anggaran sampai dengan Semester I 4
3. Rendahnya image masyarakat mengenai pelayanan 4
4. Tingginya tingkat keterlambatan pegawai 3
Tabel 2 Penilaian Seriousness
Ketiga, faktor growth. Misalnya dari keempat masalah tersebut, yang paling
tinggi tingkat pertumbuhan masalahnya adalah masalah tidak tercapainya penerimaan pajak.
Setelah itu, masalah rendahnya pelayanan dan tingginya tingkat keterlambatan pegawai.
Terakhir, masalah penyerapan anggaran yang tidak tercapai. Dengan kondisi ini maka nilai
Nilai
No. Permasalahan
Skor G
1. Tidak tercapainya target penerimaan pajak Semester I 5
2. Rendahnya penyerapan anggaran sampai dengan Semester I 3
3. Rendahnya image masyarakat mengenai pelayanan 4
4. Tingginya tingkat keterlambatan pegawai 4
Tabel 3 Penilaian growth
Setelah kita analisis masing-masing faktor U, S, dan G seperti pada uraian di atas,
selanjutnya kita dapat menggabungkan ketiga faktor tersebut. Tabel di bawah ini
Total Urutan
No. Permasalahan U S G
Skor Prioritas
1. Tidak tercapainya target
penerimaan pajak Semester I 5 5 5 15 I
tahun ini
2. Rendahnya penyerapan anggaran
sampai dengan Semester I tahun 3 4 3 10 IV
ini
3. Rendahnya image masyarakat
4 4 4 12 II
mengenai pelayanan
11
4. Tingginya tingkat keterlambatan
4 3 4 11 III
Pegawai
Tabel 4 Penggabungan penilaian USG
Berdasarkan Tabel diatas, maka total skor masalah tidak tercapainya target
penerimaan pajak Semester I tahun ini sebesar 15, masalah rendahnya penyerapan anggaran
sampai dengan Semester I tahun ini sebesar 10, masalah rendahnya image masyarakat
mengenai pelayanan sebesar 12, dan masalah tingginya tingkat keterlambatan pegawai
sebesar 11. Untuk menentukan masalah prioritas, kita ambil masalah yang mempunyai total
skor paling tinggi. Dengan demikian, urutan prioritas permasalahan pada Kantor Pajak Kota
adalah dengan teknik komparasi. Pada prinsipnya Teknik Komparasi dilakukan dengan
menandingkan satu masalah dengan masalah lain secara langsung. Permasalahan yang lebih
sering menang dalam penandingan ini akan menjadi masalah prioritas. Penandingan suatu
12
tingkat pertumbuhan masalah, dampak masalah terhadap pencapaian tujuan organisasi, dan
sebagainya.
Untuk memudahkan kita dalam menandingkan antar masalah dapat digunakan suatu
matriks. Matriks tersebut sering kita kenal dengan Matriks Komparasi. Langkah-langkah
msaalah pada sumbu vertikal dan horisontal. Berikut contoh bentuk matriks
komparasi.
2. Membandingkan antara masalah yang satu dengan masalah yang lainnya pada
sisi kanan diagonal dengan memberi tanda huruf urutan masalah tersebut bila
anggaran (B), yang lebih penting adalah masalah tidak tercapainya target
seterusnya untuk seluruh penandingan antar masalah. Lebih lanjut lihat pada
3. Jumlahkan secara horisontal setiap permasalahan dan tuliskan pada kolom total
13
pajak, kita dibandingkan dengan masalah lain menang 3 kali, maka total skor
dengan masalah lain tidak pernah menang maka total skor sama dengan 0.
4. Isi kolom urutan prioritas sesuai urutan total skor. Total skor yang paling tinggi
urutan total skor tersebut. Lihat hasilnya urutan prioritas ini pada Tabel 2.
5. Berdasarkan hasil penjumlahan skor pada Tabel 2, maka urutan masalah prioritas
Total Urutan
Permasalahan A B C D
Skor Prioritas
A Tidak tercapainya target
penerimaan pajak A A A 3 I
Semester I tahun ini
B Rendahnya penyerapan
anggaran sampai dengan A C D 0 IV
Semester I tahun ini
C Rendahnya image
masyarakat mengenai A C C 2 II
D pelayanan
Tingginya tingkat
A D C 1 III
keterlambatan pegawai
Tabel 6 contoh matriks komparasi
14
Bentuk matriks komparasi juga dapat dibuat dengan model lain. Langkah- langkah
menggunakan matriks komparasi dengan model alternatif yang lain ini sebagai berikut:
2. Menandingkan antara masalah yang satu dengan masalah yang lainnya pada sisi
kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila suatu masalah lebih penting dan
3. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kolom total horizontal
(+).
4. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada baris total vertikal (-).
5. Pindahkan hasil penjumlahan pada total horizontal (+) di bawah baris total vertikal
(-).
6. Jumlahkan hasil penjumlahan vertikal dan horisontal dan masukan pada baris total.
7. Hasil penjumlahan pada baris total yang mempunyai nilai tertinggi adalah urutan
Total
Permasalahan A B C D Horisontal
(+)
A Tidak tercapainya target penerimaan
+ + + 3
pajak Semester I tahun ini
B Rendahnya penyerapan anggaran
- - 0
sampai dengan Semester I tahun ini
C Rendahnya image masyarakat
+ 1
mengenai pelayanan
15
D Tingginya tingkat keterlambatan
0
pegawai
Total Vertikal (-) 0 0 1 1
Total Horisontal (+) 3 0 1 0
Total 3 0 2 1
Urutan Prioritas I IV II III
Tabel 7 model matriks komparasi lain
Berdasarkan Tabel di atas, urutan masalah prioritas pada contoh di atas adalah:
Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot (yang
merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100 dengan kriteria:
Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang ada kemungkinan terkena
kecenderungannya dari waktu ke waktu. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang
diperlukan untuk mengatasi masalah baik dari segi instansi yang bertanggung jawab terhadap
16
petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis) dan sebagainnya. Langkah-langkah
B. Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-masing
masalah. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang telah disepakati. Bila ada
perbedaan pendapat dalam menentukan besarnya bobot dan skor yang dipilih
reratanya.
Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah dengan menggunakan empat kelompok kriteria, yaitu besarnya
(causability), dan faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL
factor). Metode Hanlon merupakan metode yang lebih tepat jika daftar outcome dari tujuan
yang ingin dicapai tersedia dari daftar prioritas yang ada dengan data yang memadai dan
17
system penilaian Tujuan Metode Hanlon adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan
Kriteria pada metode Hanlon adalah besar masalah yang didapatkan dari data
kuantitatif, misal prevalensi penyakit tertetu, besar kerugian,dan sebagainya. Kriteria kedua
dilihat dari ketersediaan sumber daya(tenaga,obat,alat kesehatan, biaya, fasilitas , dan lain-
lain) dan teknologi. Kriteria keempat adalah PEARL faktor yang merupakan singkatan dari
Center for Development Studies. PAHO menitik beratkan masalah kesehatan berdasarkan
18
prevalensi, keinginan masyarakat mengatasi masalah, keuntungan sosial(social benefit)yang
diperoleh jika masalah tersebut teratasi, teknologi yang tersedia dan sumber daya yang
tersedia.
Pada metode PAHO ini juga menggunakan skor pada setiap variabel penilaian,
dengan menggunakan skor 1-10, dan penilaiannya lebih luas dibadingkan dengan matriks,
yaitu : M x S x V x C
2. Severity : adalah tingkat keparahan, artinya kita melihat dari kasus tersebut :
sebarannya luas apa tidak, makin tinggi tingkat keparahannya maka skor
makin besar.
tersedianya ahli, peralatan dan teknologi maka skor makin besar, dan makin
perhatian para pengambil kebijakan dan masyarakat, biasanya kita lihat dari
sedang terjadi.
Makin tinggi tingkat perhatiannya maka makin tinggi skornya. Penilaian dengan
metode PAHO dilakukan oleh Tim (beberapa orang) dan dibutuhkan ahli untuk menyatukan
19
persepsi dari semua tim penilai, karena kalau tidak maka akan banyak terjadi bias dalam
penilaian.
ada anggota tim yang menilai ekstrim maka nilai ekstrim tersebut dibuang, tidak masuk
Misal : untuk menilai magnitude kasus kejadian demam berdarah dengue (DBD) di
suatu wilayah, anggota 1 memberi nilai 7, anggota 2 memberi nilai 8, anggota 3 memberi
nilai 7, anggota 4 memberi nilai 3, maka angka 3 tidak kita pakai dalam menghitung rata-rata,
jadi nilai hanya diambil rata-rata dari 3 orang anggota yang memberi nilai 7,8,7.
Setelah semua variabel diberi penilaian, maka masing-masing kasus kita hitung skor
Tabel dikiri ini membantu kita untuk menentukan prioritas masalah, Total skor
merupakan perkalian M x S x V x C.
20
2.7 METODE MCUA (MULTI CRITERIA UTILITY ASSESMENT)
Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang digunakan untuk
membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif
dapat berupa masalah pada langkah penetuan prioritas masalah, atau pemecahan masalah
Untuk menyaring alternatif masalah yang sesuai dengan kebutuhan dibutuhkan suatu
batasan atau kriteria. Penggunaan metode MCUA dalam penentuan prioriotas masalah
dilaksanakan apabila pihak perencana belum terlalu siap dalam penyediaan sumber daya,
serta pelaksana program atau kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah
Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah, dilakukan
a. Menetapkan kriteria
Yang dimaksud dengan kriteria adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai
akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari suatu masalah
(kecenderungan).
yang ada. Kriteria ditentukan berdasarkan kesepakatan tim. Nilai (bobot) yang
disepakati adalah untuk kegawatan masalah diberi bobot 4, gawat diberi skor 3,
21
Kita berikan empat range atau rentang nilai dengan tujuan agar tidak
angka 3.
masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap anggota tim memberikan skor
secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor dibagi banyaknya jumlah
Jika pengaruh kriteria besar maka skornya juga diberikan besar, dan jika
kriteria kecil maka diberi skor kecil. Hasil skor yang telah dibagi dengan jumlah
sebuah tabel yang berisi (pada baris atau horizontal) bersisi kriteria dan jumlah total untuk
memprioritaskan masalah. Sedangkan kolom atau vertikal berisi nilai, bobot, jenis penyakit
Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada
meliputi:
22
bobotnya semakin tinggi).
2. Besar/ jumlah (semakin banyak yang menderita akibat karena suatu masalah
3. Tren (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya semakin
tinggi).
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Desa Sidogemah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak
Tahun 2011
Prioritas II : Anemia
23
2.8 METODE CARL
A : Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak Kemudahan dapat didasarkan
L :Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan
yang dibahas.
Contoh Tabel :
24
2.9 RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS)
Root Cause Analysis (RCA) adalah salah satu tool continuous improvement dan
metode problem solving yang bertujuan untuk mengidentifikasi akar dari masalah tertentu
mengidentifikasi berbagai faktor diantaranya alam, situasi dan kondisi, magnitude, lokasi,
mengidentifikasi penyebab masalah yang bisa diperbaiki untuk mencegah masalah yang sama
terjadi kembali. RCA juga berguna untuk mengidentifikasi pelajaran yang dapat dipetik untuk
RCA dapat diarahkan kepada banyak tujuan yang spesifik. Para praktisi
merumuskan lima pendekatan dasar yang dapat dilakukan dengan RCA. Mereka adalah:
keselamatan pekerja.
RCA produksi fokus kepada analisa penyebab cacat dan masalah yang terjadi
production-based, namun dengan ruang lingkup yang lebih luas, termasuk analisa
25
D. RCA failure-based: berasal dari praktek failure analysis yang dilakukan pada
dari berbagai sudut pandang, seperti change management, risk management dan
systems analysis.
prinsipnya tetap sama, yaitu menelaah sedalam-dalamnya hingga ditemukan akar dari suatu
masalah yang terjadi. RCA dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai tools, seperti
analisa 5 Whys, Fishbone (Ishikawa) diagram, diagram sebab-akibat, Pareto chart, dan
sebagainya.
Dalam mengaplikasikan RCA, kita harus menempuh beberapa fase seperti berikut:
A. Pemeriksaan
yang menunjukkan cara insiden terjadi. Tidak peduli dengan apa yang tidak
terjadi, atau apa yang seharusnya terjadi - satu-satunya perhatian adalah apa
sekunder yang mungkin tidak konklusif, tapi bisa memberikan cukup bukti
26
melakukan tes terkontrol untuk mengkonfirmasi atau menyangkal penjelasan
Terlepas dari alat yang digunakan, produk akhir dari tahap investigasi
harus menjadi representasi faktual kejadian. Jika beberapa fakta yang tidak
B. Analisis
kejadian dan konteks sistem (atau organisasi) , nilai -nilai dari sistem (tujuan,
terjadi terhadap apa yang seharusnya terjadi, pada setiap saat selama insiden
C. Keputusan
perlu dilakukan. Pada fase ini, kita peduli dengan memperbaiki atau
menghilangkan akar penyebab insiden. Ini hanya dapat dicapai jika kedua
27
2.10 Pohon Masalah
Miller (2004) dalam Scarvada (2004) menggunakan istilah issues trees. Lebih lanjut,
Miller menyatakan issues trees merupakan pendekatan yang membantu merinci suatu
hubungan sebab-akibat. Modul Pola Kerja Terpadu (2008) menggunakan istilah pohon
masalah yang merupakan bagian dari analisis pohon. Analisis pohon adalah suatu
langkah pemecahan masalah dengan mencari sebab dari suatu akibat. Lebih lanjut,
Modul Pola kerja Terpadu menguraikan pohon masalah sebagai suatu teknik untuk
mengenai pengertian analisis pohon masalah adalah suatu alat atau teknik atau
menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat dari beberapa faktor yang saling
terkait. Alat atau teknik analisis pohon masalah umumnya digunakan pada tahap
perencanaan.
masalah, analisis pohon masalah mempunyai banyak kegunaan. Alat analisis ini
28
membantu untuk mengilustrasikan korelasi antara masalah, penyebab masalah, dan
akibat dari masalah dalam suatu hirarki faktor-faktor yang berhubungan. Analisis ini
digunakan untuk menghubungkan berbagai isu atau faktor yang berkontribusi pada
masalah organisasi dan membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah
organisasi tersebut.
Duffy, dkk. (2012) menyatakan tree diagram merupakan suatu alat generik
pada level yang lebih rinci suatu alur proses. Menggambarkan secara grafik suatu
persoalan dengan menggunakan metode five whys. Metode five whys adalah suatu
metode menggali penyebab persoalan dengan cara bertanya mengapa sampai lima
masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama dalam suatu
gambar atau grafik. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas
29
2.10.3 Langkah-langkah dalam Penyusunan Pohon Masalah
Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model pertama, pohon
masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada sebelah kiri dari
sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri ke kanan). Format penyusunan pohon
masalah Model Pertama ini dapat digambarkan pada Gambar berikut ini:
Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama
pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan
tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat dari masalah
utama ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas). Format penyusunan pohon masalah
30
Gambar 7 pohon masalah model kedua
yang tersedia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah
utama, misalnya dengan cara diskusi, curah pendapat, dan lain-lain. Contoh
perumusan masalah utama pada suatu lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat)
adalah rendahnya mutu lulusan diklat. Masalah utama ini kita tempatkan pada
31
Gambar 8 Contoh perumusan masalah
2. Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau pengaruh adanya masalah utama
yang telah dirumuskan pada poin 1 di atas. Misalnya akibat dari rendahnya mutu
lulusan diklat adalah instansi pengguna tidak puas dengan lulusan diklat yang
dihasilkan dan kinerja lulusan diklat di tempat kerja tidak meningkat. Hubungan
Penyebab pada tahap ini kita namakan penyebab level pertama. Misalnya penyebab
rendahnya mutu lulusan diklat adalah kompetensi pengajar kurang, kurang baiknya
peralatan kelas) yang rusak. Hubungan antara masalah utama dengan penyebab
32
Gambar 10 Analisis penyebab
4. Langkah keempat adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari penyebab level
pertama. Penyebab dari munculnya penyebab level pertama ini kita namakan
penyebab level kedua. Contoh analisis penyebab level kedua adalah sebagai berikut:
antara kurangnya kompetensi pengajar dengan penyebab level kedua dapat kita
33
Gambar 12 analisis penyebab kedua
pemeliharaan sarana diklat dan tidak adanya dana penggantian sarana diklat
yang baru. Hubungan antara banyaknya sarana diklat yang rusak dan penyebab
dengan level kelima. Contoh dalam tulisan ini, penulis batasi hanya sampai dengan
langkah pertama sampai dengan kelima, pohon masalah secara keseluruhan dapat
34
Gambar 14 contoh pohon masalah
NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam suatu kelompok dalam
membuat keputusan. Teknik ini mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta atau anggota
organisasi kemudian memberikan voting dan rangking terhadap ide-ide yang mereka pilih.
Ide yang dipilih adalah ide yang paling banyak skornya, yang berarti merupakan konsensus
bersama.
mendukung analisis. Metode ini sesuai untuk keadaan di mana masalah hanya diselesaikan
35
oleh satu orang saja, alternatif yang terbatas dan ada karakter yang unik di lingkungan
pembuatan keputusan.
Metode ini menggunakan skala prioritas antara 0-1 untuk membantu dalam
pembuatan keputusan di organisasi. Hasil dari prioritas itu dapat digunakan sebagai pembuat
keputusan.
Metode pengambilan keputusan ini menggunakan fungsi nilai yang dihitung secara
matematis. Adanya skala penilaian yang telah diketahui oleh banyak orang.
sejumlah alternatif. Alternatif tersebut didasarkan pada seberapa baik dalam penilaian hal
yang dipilih. Kriteria dan nilai atau skornya dibuat oleh si pembuat keputusan. Setelah
kemudian diurutkan sesuai jumlah skor. Urutan hasil yang telah didapatkan oleh pembuat
36
BAB 3
KESIMPULAN
analisis situas, penentuan prioritas masalah, identifikasi penyebab masalah, penentuan solusi
analisis situasi, metode yang digunakan lebih cenderung pada metode yang digunakan untuk
teknik komparasi dan matriks USG. Setelah mengidentifikasi masalah, diadakan identifikasi
penyebab yang kemungkinan menyebabkan masalah tersebut. Metode yang bisa digunakan
Untuk tahap terakhir, yaitu penetapan solusi yang akan diambil, bisa menggunakan
37
DAFTAR PUSTAKA
Kepner, C.H. dan Benjamin B. Tregoe. 1981. Manajer Yang Rasional. Edisi Terjemahan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nabraadi, Andras. Strategic Management Process. University of Debrecen: 2010.
http://bookboon.com/en/strategy-and-management-ebooks-zip (Waktu akses:
Minggu, 20 September 2013, 10.00 WIB)
Nugroho, HEvian Setyo. 2011. Community Diagnosis Masalah Kesehatan Ibu Dan Anak
(Kia) Di Desa Sidogemah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun 2011. FKM
Universitas Diponegoro.
SUMBER REFERENSI
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2107170-definisi-
mcua/#ixzz2f9g1lmVY (Waktu akses: Minggu, 20 September 2013, 16.09 WIB)
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/Prinsip-Prinsip-Metode-Analisis-Akar-
Masalah.Docx. (Waktu akses: Minggu, 20 September 2013, 18.40 WIB)
http://medicine.uii.ac.id/upload/klinik/elearning/ikm/pengambilan-keputusan-fkuii-naj.pdf
ixzz2f9g1lmVY (Waktu akses: Minggu, 20 September 2013, 16.09 WIB)
http:// methodframeworks.com/consulting/operations/operations-planning/index.html (Waktu
akses: Minggu, 20 September 2013, 16.09 WIB
38