Anda di halaman 1dari 54

SEORANG LELAKI USIA 20 TAHUN DENGAN

TUBERKULOSIS PARU KATEGORI I DALAM


PENGOBATAN FASE LANJUTAN BULAN KE-5

Tim Penyusun :
Laila Ninda Shofia G99162029
Stefanus Erdana Putra G99162037
Taranida Hanifah G99162028

Pembimbing :
dr. Balgis, M.Sc., CM-FM., AIFM., Sp.Ak.
TAHAP I
KARAKTERISTIK
DEMOGRAFI KELUARGA
STRUKTUR KOMPOSISI KELUARGA

No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.


(th)
1 Tn. M Kepala L 66 Tamat SMA Pensiunan Ayah
Keluarga sopir Pasien
BUMN
2 Ny. E Ibu P 46 Tamat SD Ibu Ibu
Rumah Pasien
Tangga
3 Tn. A Anak L 20 Belum Pasien
Tamat SMA bekerja

4 Nn. S Anak P 17 SMA Pelajar Adik


Pasien

Data primer, Juli 2018


TAHAP II
STATUS PASIEN
IDENTITAS

 Nama : Tn. A
 Umur : 20 tahun
 Alamat : Dusun Dondong RT / RW : 001 / 001 ,
Desa Wukirsawit, Jatiyoso, Karanganyar,
Jawa Tengah
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Belum bekerja
 Status : Belum menikah
 Tanggal Pemeriksaan : 27 Juli, 31 Juli , dan 4 Agustus 201 8
ANAMNESIS
 Keluhan utama
Kepatuhan pasien minum obat yang masih kurang optimal

 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Puskesmas Jatiyoso pada bulan Maret 2018
dengan keluhan batuk tidak berdahak sejak 1 minggu sebelumnya.
Batuk dirasakan terus menerus sampai mengganggu aktivitas
pasien. Pasien merasakan batuknya juga semakin memberat pada
saat beraktivitas dan di malam hari ser ta hanya berkurang pada
saat beristirahat. Keluhan sesak dan nyeri dada disangkal. Pasien
juga mengeluhkan adanya demam, keringat dingin di malam hari
tanpa aktivitas, penurunan nafsu makan dan berat badan 10 k g
dalam 2 bulan terakhir. 1 bulan sebelumnya pasien juga pernah
pernah mengalami keluhan serupa, kemudian pasien berobat ke
Puskesmas Morowali, Sulawesi Tengah dan mendapat beberapa obat
yang pasien tidak mengetahui namanya , namun kondisi pasien tidak
membaik .
ANAMNESIS

 Delapan bulan yang lalu pasien bekerja di Morowali, Sulawesi


Tengah. Pasien mengaku sudah bekerja di tempat tersebut
sejak 8 bulan silam namun baru kali ini mengeluhkan batuk
yang tidak kunjung sembuh. Pasien juga mengaku di tempat
kerja ada rekan kerjanya yang pernah mengalami sakit TB,
namun itu sudah sekitar 1 tahun yang lalu, dari informasi yang
diperoleh melalui rekannya yang lain diketahui bahwa
rekannya yang sesak ter sebut didiagnosis oleh dokter
mengalami flek dan kemudian cuti dari pekerjaannya untuk
berobat dan beristirahat. Pasien berobat beberapa kali di
Puskesmas Jatiyoso selama 2 bulan namun keluhan tidak
membaik . Kemudian pasien berobat di RSUD Poso dan dari
hasil pemeriksaan rontgen dinyatakan pasien menderita TB.
Kemudian pasien memutuskan untuk pulang ke Jawa untuk
melakukan pengobatan.
ANAMNESIS

 Pemeriksaan sputum BTA dilakukan saat pasien


berobat di Puskesmas Jatiyoso dan didapatkan hasil
BTA (+), kemudian pasien melakukan rawat jalan
selama 2 bulan. Setelah pengobatan selama 2 bulan,
BTA pasien dinyatakan negatif, sehingga pasien
menjalani pengobatan fase lanjutan. Pasien mengaku
terkadang takut minum obat (sempat berhenti 4 hari
saat minum obat dalam fase lanjutan), karena saat
menjalani pengobatan pasien kadang-kadang
merasakan gatal-gatal di sebagian anggota tubuh yang
tidak jelas penyebabnya. Keluhan gatal-gatal ini
dirasakan dari awal pengobatan dan mulai berkurang
pada bulan ke-4 terapi TB, saat ini gatal sudah
berkurang dengan pemberian obat antihistamin yang
diperoleh dari Dokter Puskesmas Jatiyoso.
IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL

• Alasan kedatangan berobat


Pasien berobat ke Puskesmas Jatiyoso untuk melanjutkan pengobatan
TB fase lanjutan

• Per sepsi pasien tentang penyakit


Pasien belum paham penuh mengenai penyakitnya yang ditunjukkan
oleh pasien yang menyebutkan bahwa penyakitnya terjadi karena
terlalu banyak terkena paparan debu saat beraktivitas di Poso dan
pasien enggan memakai masker saat berinteraksi baik dengan
anggota keluarga yang lain maupun tamu yang datang ke rumah.
Pasien juga belum memahami bahwa efek dari menghentikan
pengobatan sendiri saat fase lanjutan bisa berdampak pada kondisi
TB MDR ( multidrug resistance ). Sementara itu, pasien sudah
memahami cara membuang dahak dan batuk yang benar. Pasien juga
dapat menerima penyakit yang dialaminya dan berkomitmen untuk
melanjutkan pengobatan hingga dinyatakan sembuh. Selama
menjalani pengobatan, pasien memiliki PMO yaitu Ny. E yang
merupakan ibu pasien
IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL

• Kekhawatiran pasien
Pasien merasa khawatir penyakitnya dapat menular ke
anggota keluarganya yang lain. Pasien juga merasa khawatir
riwayat penyakitnya kelak dapat menghalangi kesempatan
untuk memperoleh pekerjaan

• Harapan pasien
Pasien tidak ragu untuk menuntaskan pengobatannya hingga
selesai karena pasien berharap bahwa penyakitnya dapat
sembuh total
Riwayat Penyakit Dahulu:
• Riwayat keluhan serupa : disangkal
• Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
• Riwayat kencing manis : disangkal
• Riwayat sakit jantung : disangkal
• Riwayat sakit ginjal : disangkal
• Riwayat sakit asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat keluhan serupa : (+) Nenek pasien, dan sudah dinyatakan
pengobatan lengkap (tahun 2004)
 Riwayat tekanan darah tinggi : (+) Ayah
 Riwayat kencing manis : (+) Ayah
 Riwayat sakit jantung : (+) Nenek dan ayah : CHF
 Riwayat sakit ginjal : disangkal
 Riwayat sakit asma : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
RIWAYAT KEBIASAAN

 Pasien masih memasak dengan menggunakan kompor


gas. Pasien tidak menggunakan minyak untuk
menggoreng berkali-kali. Pasien setiap pagi memiliki
kebiasaan minum teh.
• Riwayat olahraga : pasien jarang berolahraga
• Riwayat merokok : disangkal
• Riwayat alkohol : disangkal
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

 Pasien sampai sekarang masih belum bekerja.


Kehidupan sehari-hari pasien masih ditanggung oleh
orang tuanya. Ayah pasien adalah pensiunan dari
Pertamina dan Ibu pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Hubungan antar keluarga di dalam rumah
terlihat baik. Hubungan pasien dengan lingkungan
sekitar juga baik, dapat dilihat dari pasien sering
bersosialisasi dengan tetangga dan mengikuti
kegiatan sosial di lingkungannya. Pasien berobat
dengan menggunakan fasilitas BPJS Non PBI.
RIWAYAT GIZI

 Pasien makan 3 kali sehari dan terkadang 2 kali sehari


(tanpa makanan selingan di antaranya) dengan nasi,
sayur, lauk pauk seadanya (gorengan yang dibeli di
depan rumah) dan terkadang daging ayam suwir namun
tidak setiap hari. Kebutuhan asupan protein pasien
yang meningkat terkait dengan kebutuhan pemulihan
sistem imunitas tubuh akibat infeksi belum dapat
terpenuhi dengan maksimal bila dilihat dari komposisi
diet pasien. Waktu makan pasien juga tidak teratur.
Pasien sering hanya makan apabila merasa lapar saja.
Konsumsi gula pasien tidak berlebihan karena pasien
hanya minum teh setiap pagi hari saja dengan gula
sebanyak 2 sendok teh. Konsumsi garam tidak
berlebihan, namun masakan yang dimakan dibumbui
dengan MSG.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
 Compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan
kurang
Tanda Vital
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit, reguler
Pernafasan : 17 x/menit
Suhu : 36,5 o C per axiler
PEMERIKSAAN FISIK

 Status Gizi
 BB : 45 kg (bulan Maret 2018 saat mulai
menjalani terapi OAT fase intensif), 53 kg
(bulan Juli 2018 saat sedang menjalani terapi
OAT kategori 1 di bulan ke -5 pada fase lanjutan)
 TB : 169 cm
 BMI : BB/TB 2 = 53/(1 ,69) 2 = 18,55 kg/m 2
 Status gizi : normoweight
Mata: konjungtiva anemis (+/+),
Cor sklera ikterik (-/-), pupil isokor
I : Ictus cordis tidak tampak (+/+) 3 mm/3mm, reflek pupil
P: IC tidak kuat angkat (+/+)
P : Batas jantung kesan tidak Hidung : nafas cuping hidung (-)
melebar Mulut : sianosis (-)
A : BJ I-II ( regular), bising (-) Lidah : leukoplakia (-)

Paru
I : Pengembangan dada kanan=kiri, P: Leher : JVP -+ 2 cmH2O .
Fremitus raba dada kanan = kiri Pembesaran KGB (-)
P: sonor/sonor
A: RBK (-/-), RBH (-/-) Abdomen
I : dinding perut = dinding
dada
A : BU (+), 8 x/ menit
P : timpani, pekak alih (-),
undulasi (-)
P : NT (-), supel, hepar dan lien
tidak teraba.

Thoraks: normochest, retraksi (-) Genitalia: terpasang DC


Oedem tangan (-/-)
Oedem kaki (-/-)
Akral dingin (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Foto polos thorax PA di RSUD Karanganyar (23 Februari 201 8)

Kesan : Tuberkulosis paru aktif


PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Tes Cepat Molekular (Gene Exper t) :


Confirmed TB
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium darah di RSUD Karanganyar (23 Februari 201 8)

HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin 12.3 g/dL 13.5-17.5
Hematokrit 37 % 33-45
Leukosit 23.0 ribu/uL 4.5-11.0
Trombosit 746 ribu/uL 150-450
Eritrosit 4.55 juta/uL 4.10-5.90
INDEX ERITROSIT
MCV 82.2 /um 80.0-96.0
MCH 27.0 pg 28.0-33.0
MCHC 32.9 g/dL 33.0-36.0
EDW 17.0 % 11.6-14.6
MPV 7.7 fl 7.2-11.1
PDW 16 % 25-65
HITUNG JENIS
Eosinofil 7.30 % 0.00-4.00
Basofil 0.10 % 0.00-2.00
Netrofil 84.80 % 55.00-80.00
Limfosit 6.10 % 22.00-44.00
Monosit 1.70 % 0.00-7.00
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium darah di RSUD Karanganyar (23 Februari 201 8)
HEMOSTASIS
PT 15.0 detik 10.0-15.0
APTT 27.6 detik 20.0-40.0
INR 1.270 -
KIMIA KLINIK
GDS 90 mg/dL 60-140
SGOT 17 u/L < 35
SGPT 38 u/L < 45
Bilirubin
0.70 mg/dL 0.00-1.00
total
Protein
6.4 g/dL 6.4-8.3
total
Albumin 3.4 g/dL 3.5-5.2
Kreatinin 283 u/L 140-300
Ureum 25 mg/dL <50
ELEKTROLIT
Natrium
132 mmol/L 136-145
darah
Kalium
4.3 mmol/L 3.3-5.1
darah
Kalsium ion 1.20 mmol/L 1.17-1.29
HbsAg
HbsAg Nonreaktif Nonreaktif
ASSESSMENT
 TB paru kategori 1 dalam pengobatan fase lanjutan
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :
Pasien diberikan obat OAT kategori 1 fixed dose combination/FDC sebanyak 3
tablet 4 FDC selama 2 bulan untuk fase intensif dan 3 tablet 2 FDC selama 4
bulan untuk fase lanjutan. PMO pasien yaitu Ny. E sebagai ibu pasien.

Non-medikamentosa :
Edukasi :
 Ketaatan minum obat
 Pemakaian masker selama menjalani pengobatan
 Etika batuk yang benar
 Menjelaskan dampak yang dapat terjadi jika obat tidak diminum teratur
 Rutin memantau kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan melalui
pengawas minum obat yaitu Ny. E sebagai ibu pasien.
RESUME

 Keluarga Tn. M beranggotakan 4 orang. Didapatkan


masalah kesehatan pada Tn. A yang berusia 20 tahun
yaitu TB paru. Dengan hasil anamnesis keluhan batuk
tidak berdahak sejak 1 minggu sebelumnya. Batuk
dirasakan terus menerus sampai mengganggu aktivitas
pasien. Pasien merasakan batuknya juga semakin
memberat pada saat bekerja dan di malam hari serta
hanya berkurang pada saat beristirahat. Pasien juga
mengeluhkan adanya demam, keringat dingin di malam
hari tanpa aktivitas, penurunan nafsu makan dan berat
badan 10 kg dalam 2 bulan terakhir.
RESUME

 1 bulan sebelumnya pasien juga pernah pernah mengalami keluhan


serupa, kemudian pasien berobat ke Puskesmas Morowali, Sulawesi
Tengah dan mendapat beberapa obat yang pasien tidak mengetahui
namanya, namun kondisi pasien tidak membaik . Delapan bulan yang
lalu pasien bekerja di Morowali, Sulawesi Tengah. Pasien mengaku
sudah bekerja di tempat ter sebut sejak 8 bulan silam namun baru kali
ini mengeluhkan batuk yang tidak kunjung sembuh. Pasien juga
mengaku di tempat kerja ada rekan kerjanya yang pernah mengalami
sakit TB, namun itu sudah sekitar 1 tahun yang lalu, dari informasi
yang diperoleh melalui rekannya yang lain diketahui bahwa rekannya
yang sesak ter sebut didiagnosis oleh dokter mengalami flek dan
kemudian cuti dari pekerjaannya untuk berobat dan beristirahat .
Pasien berobat beberapa kali di Puskesmas Jatiyoso selama 2 bulan
namun keluhan tidak membaik . Kemudian pasien berobat di RSUD
Poso dan dari hasil pemeriksaan rontgen dinyatakan pasien menderita
TB. Kemudian pasien memutuskan untuk pulang ke Jawa untuk
melakukan pengobatan.
TAHAP III
IDENTIFIKASI
FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
FUNGSI HOLISTIK

• Fungsi Biologis dan Klinis


• Fungsi Psikologis
• Fungsi Sosial
• Fungsi Ekonomi
• Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan
Beradaptasi
FUNGSI FISIOLOGIS (APGAR SCORE)

Kode Indikator Penilaian Tn. M Tn. A Ny. E Nn. S

A Saya merasa nyaman meminta bantuan anggota keluarga 2 2 2 1


saya ketika ada masalah menerpa saya.
P Saya merasa puas saat anggota keluarga saya bercerita 2 2 2 1
mengenai masalahnya dan menjelaskan kepada saya.
G Saya merasa keluarga saya menerima dan mendukung 2 2 2 2
keinginan saya tiap saya hendak melakukan aktivitas baru.
A Saya merasa keluarga saya dapat menunjukkan serta 2 2 2 2
menerima perasaan dari saya, baik itu berupa amarah,
kesedihan, ataupun kasih sayang.
R Saya merasa puas ketika keluarga saya menghabiskan waktu 2 2 2 2
bersama-sama.
Jumlah Skor 10 10 10 9

Kesimpulan :
Fungsi fisiologis keluarga Tn. A tergolong baik. Hal ini terlihat dari skor individu
dalam keluarga yang berkisar antara 9 sampai 10 dimana skor ini termasuk dalam
kategori baik.
FUNGSI PATOLOGIS (SCREEM SCORE)

Kode Keterangan
Social -
Cultural -
Religion -
Economy +
Education +
Medical -
Kesimpulan :
Fungsi patologis keluarga Tn. A mengalami gangguan
pada area ekonomi dan pendidikan.
GENOGRAM

Analisis Genogram :
Keluarga Tn. M memiliki
faktor risiko penyakit
kardiovaskular yang
kemungkinan diturunkan dari
orang tuanya oleh karena ibu
dan saudara Tn. M meninggal
dunia karena penyakit stroke
dan serangan jantung.
POLA INTERAKSI KELUARGA
FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN

Pengetahuan
Rendahnya tingkat pendidikan formal keluarga Tn. A
berdampak pada Keluarga Tn. A :
Kurang mengetahui beberapa aspek mengenai
bagaimana cara untuk mengusahakan dan menjaga
kesehatan bagi anggota keluarga, misalnya bagaimana
mengatur asupan dan pola makan yang baik, bergizi dan
seimbang bagi seluruh anggota keluarganya
Sikap
Tn. S dan keluarganya peduli terhadap kesehatan Tn. S.
Keluarga Tn. A juga menerima dengan baik kondisi sakit
yang dialami oleh Tn. A dengan mendukung penuh
pengobatan yang dijalani oleh Tn. A. Selain itu Tn. A sendiri
juga patuh terhadap pengobatan dengan meminum obat
setiap hari secara sadar tanpa perlu diingatkan
FAKTOR-FAKTOR NON-PERILAKU YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN

• Lingkungan
• Keturunan
• Pelayanan Kesehatan
IDENTIFIKASI OUTDOOR DAN INDOOR

KAMAR
TIDUR 1
KAMAR
TIDUR 3
TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK
 Aspek 1 : Personal
Aspek 2 : Klinis
Aspek 3 : Faktor Internal
Aspek 4 : Faktor Eksternal
Aspek 5 : Derajat Fungsional
TAHAP V
PELAKSANAAN
KOMPREHENSIF
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

•Puskesmas lebih aktif mempromosikan informasi


mengenai penyakit menular dan tidak menular, khusunya
TB.
•Memberikan dukungan kepada keluarga mengenai
kondisi Tn. A dan mengingatkan waktu minum obat.
 Tn. A harus lebih meningkatkan perilaku hidup sehat dan
Promotif kesadaran akan pemakaian masker saat berinteraksi
dengan orang lain, serta ventilasi yang cukup khususnya
rutin membuka jendela kamar tidur di pagi hari.
•Meningkatkan kesadaran pada keluarga dan masyarakat
untuk deteksi dini penyakit TB.
•Pemeriksaan close contact TB pada anggota keluarga
yang tinggal serumah, khususnya karena ada faktor risiko
DM pada ayah pasien.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

• Menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan


rumah
Preventif • Memberikan edukasi kepada Tn. S mengenai penyebab
penyakit TB, cara penularan, dan efek samping yang
timbul bila tidak tuntas berobat.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

•Peningkatan gizi seimbang, khususnya protein


pada pasien untuk proses penyembuhan dan
meningkatkan sistem imunitas tubuh.
•Pemeriksaan laboratorium ulang untuk
Kuratif mendeteksi adanya efek samping obat.
•Pemeriksaan penunjang ulang seperti foto
rontgen polos dan tes cepat molekular untuk
evaluasi pengobatan.
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

• Kontrol ke puskesmas jika keadaan tidak


Rehabilitatif membaik.
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

3 4 Pasien menyangkal Tanda Vital: Medikamentosa : - Kontrol ke Mengerti


Agust adanya keluhan. Tensi: 110/70 mmHg Puskesmas untuk deteksi dini
us Pasien menyatakan Nadi: 66 x/menit Non Medikamentosa : tatalaksana lebih TB
2018 dapat melakukan (reguler, isi cukup) 1. Edukasi: lanjut
aktivitas dengan baik. RR: 20x /menit - Kontrol kembali ke
Suhu: 36°C per axiler Puskesmas
- Menjaga asupan
Status Gizi: makan yang bergizi
BB: 53 kg
TB: 169 cm
BMI: BB/TB2 = 18.55
kg/m2,
Kesan:
normoweight

Status Generalis :
GCS E4V5M6,
composmentis
TAHAP VI
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN

 Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan , Tn. A


memiliki derajat fungsional 1 , dimana pasien saat ini sudah
mampu melakukan aktivitas-aktivitas selayaknya orang
dewasa pada umumnya.
 Tn. A tinggal di rumah dengan kedua orang tuanya dan
adiknya dengan fungsi holistik cukup baik dan fungsi
fisiologis baik dengan skor APGAR sepuluh. Adapun hubungan
antar anggota keluarga Tn. A harmonis dan dekat.
 Fungsi patologis keluarga Tn. A mengalami gangguan pada
area ekonomi dan pendidikan
SARAN

1. Penyakit pasien Tn. A merupakan penyakit yang menular,


sehingga perlu edukasi terkait penularan ke orang sekitar.
2. Pengobatan penyakit Tn. A memerlukan waktu yang panjang
dan ketelitian jadwal untuk meminum obat.
3. Tn. A disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggalnya, melakukan pola hidup sehat, menjaga
pola makan dan meminum obat secara teratur .
4. Puskesmas hendaknya meningkatkan upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan memaksimalkan
kerjasama lintas sektor pada pasien tuberkulosis
5. Pemeriksaan Voluntar y Counseling and Test (VCT) diperlukan
pada pasien penderita TB untuk mengetahui komorbiditas
dari penyakit tersebut.
6. Kegiatan home visit sebaiknya tetap dilaksanakan secara
berkelanjutan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
 A h m a d , S u h a i l . P a t h o g e n e s i s , I m m u n o l o g y, a n d D i a g n o s i s o f L a t e n t M y c o b a c t e r i u m t u b e r c u l o s i s
Infection. Clinical and Developmental Immunology. 2011.
 A z w a r, A . P e n g a n t a r P e l a y a n a n D o k t e r K e l u a r g a . J a k a r t a : Ya y a s a n P e n e r b i t I k a t a n D o k t e r
Indonesia. 1996.
 B i b b i n s - D o m i n g o , K i r s t e n ; G r o s s m a n , D a v i d C . ; C u r r y, S u s a n J . ; B a u m a n , L i n d a ; D a v i d s o n , K a r i n a W. ;
E p l i n g , J o h n W. ; G a r c í a , F r a n c i s c o A R . S c r e e n i n g f o r L a t e n t Tu b e r c u l o s i s I n f e c t i o n i n A d u l t s . J A M A .
316 (9): 962 . 2016.
 Chakaya J., Kirega B., Getahun H. Long term complications af ter completion of pulmonar y
t u b e r c u l o s i s t r e a t m e n t : A q u e s t f o r a p u b l i c h e a l t h a p p r o a c h . J o u r n a l o f C l i n i c a l Tu b e r c u l o s i s a n d
Other Mycobacterial Diseases. 3; 10 -1 2. 2016.
 D e p a r t e m e n K e s e h a t a n R e p u b l i k I n d o n e s i a . P e d o m a n N a s i o n a l P e n a n g g u l a n g a n Tu b e r k u l o s i s E d i s i 2
Cetakan Pertama. Jakarta. 2006.
 Gustaviani, Reno. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakar ta: Pusat Penerbitan Depar temen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.hlm. 1857-9.
 H a w n , T R ; D a y, TA ; S c r i b a , TJ ; H a t h e r i l l , M ; H a n e k o m , WA ; E v a n s , T G ; C h u r c h y a r d , G j . Tu b e r c u l o s i s
vaccines and prevention of infection. Microbiology and molecular biology reviews. MMBR. 78 (4):
6 5 0 – 71 . 2 0 1 4 .
 J o r d a o L d a n V i e i r a O . Tu b e r c u l o s i s : N e w A s p e c t s o f a n O l d D i s e a s e . I n t e r n a t i o n a l J o u r n a l o f C e l l
B i o l o g y. 2 0 1 1 .
 Kawil Depkes Jateng . Ped oman U paya Kesehatan mela lui Pendekatan Keluarga. Semarang. 2 0 00.
 K e m e n t e r i a n K e s e h a t a n R e p u b l i k I n d o n e s i a . P e d o m a n N a s i o n a l P e n g e n d a l i a n Tu b e r k u l o s i s . 2 0 1 1 .
 M a s o n , P H ; R o y, A ; S p i l l a n e , J ; S i n g h , P. S o c i a l , h i s t o r i c a l , a n d c u l t u r a l d i m e n s i o n s o f t u b e r c u l o s i s .
J o u r n a l o f b i o s o c i a l s c i e n c e . 4 8 : 1 – 2 7. 2 0 1 5 .
 M i s h r a , G . Tu b e r c u l o s i s P r e s c r i p t i o n P r a c t i c e s I n P r i v a t e A n d P u b l i c S e c t o r I n I n d i a . N J I R M . 4 ( 2 ) :
71 – 7 8 A z w a r, A . P e n g a n t a r P e l a y a n a n D o k t e r K e l u a r g a . J a k a r t a : Ya y a s a n P e n e r b i t I k a t a n D o k t e r
Indonesia. 2013.

Anda mungkin juga menyukai