Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II


PUSKESMAS UBUD I
Nama Mahasiswa :
Ni Luh Ayu Sumbia Indriani

(0902005165)

A.A. Ketut Yunita Paramita

(0902005179)

Dokter Pembimbing Kampus

: DR. Luh Seri Ani, S.KM., M.Kes.

Dokter Pembimbing Puskesmas

: Ni Made Sulastri, SKM, MPH

1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku
Bangsa
Agama
Pendidikan
Status perkawinan
Pekerjaan
Alamat

: Ketut Lumbung
: 56 tahun
: Laki-laki
: Bali
: Indonesia
: Hindu
: Tamat SMP
: Sudah menikah
: Petani
: Jalan Jempiring, Gg. Sakura No. 2 Banjar Tarukan, Desa

Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.


Identitas Istri Pasien
Nama
: Ni Wayan Kanti
Umur
: 54 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Bali
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Hindu
Pendidikan
: Tamat SMP
Pekerjaan
: Pedagang
Identitas Anak Pasien 1
Nama
: Ni Luh Riben
Umur
: 28 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Bali
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Hindu
Pendidikan
: Tamat Sarjana
Pekerjaan
: Pegawai Negeri
Identitas Anak Pasien 2
1

Nama
: Ni Made Astini
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Bali
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Hindu
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Identitas Menantu Pasien
Nama
: I Ketut Arjana
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: Tamat Sarjana
Pekerjaan
: Pegawai Negeri
Identitas Cucu Pasien 1
Nama
: I Gede Arie Mataram
Umur
: 4 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
2. Kegiatan dalam Gedung
Pasien datang secara sukarela ke Puskesmas Ubud I untuk kontrol penyakit Diabetes
Melitusnya. Pasien berkunjung ke Puskesmas Ubud I pada tanggal 14 Agustus 2013.
Kami kemudian berkenalan dengan pasien dan meminta izin kepada pasien untuk
melakukan kunjungan rumah.
3. Kunjungan rumah pertama (16 Agustus 2013)
Anamnesis
Keluhan utama : Badan Lemas
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Ubud I dengan keluhan badan lemas. Pasien merasakan
badan lemas sudah berlangsung sekitar 4 bulan yang lalu. Badan terasa lemas jika
pasien melakukan aktivitas yang berlebih dan akan hilang jika pasien beristirahat.
Pasien terdiagnosa memiliki penyakit diabetes melitus tipe 2 sejak tahun 2002.
Keluhan yang dirasakan oleh pasien sebelum terdiagnosa penyakit ini yaitu, pasien
sering kencing khususnya dimalam hari kurang lebih 10 kali sehari sebanyak 1/2
gelas setiap kali kencingnya. Pasien juga merasakan lebih sering mengkonsumsi air
karena sering merasakan haus. Intensitas makan juga meningkat dalam seharinya,
tetapi berat badan pasien tidak pernah bertambah, malah semakin menurun, yang

awalnya pasien gemuk sekarang menjadi kurus. Pasien juga mengeluhkan seringkali
mengalami kesemutan di daerah tangan dan kaki yang hilang muncul sejak 2 bulan
yang lalu. Keluhan luka yang lama sembuh disangkal, nafsu makan saat ini
dikatakan normal, dan keluhan BAB dikatakan biasa.
Seluruh gejala yang dikeluhkan oleh pasien sangat sesuai dengan gejala klasik dari
diabetes melitus tipe 2, yakni poliuria (sering berkemih), polidipsia (sering haus),
polifagia (sering lapar) dan berat badan menurun. Berdasarkan teori, gejala lain
yang sering ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2 yaitu gatalgatal, kelelahan, dan neuropati perifer. Dari berbagai gejala tersebut, dua gejala
ditemukan pada pasien yakni kelelahan dan neuropati perifer. Pasien diduga
mengalami neuropati perifer karena pasien mengeluhkan sering mengalami
kesemutan di daerah tangan dan kaki yang hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu.
Neuropati perifer adalah kondisi medis yang ditandai dengan kerusakan pada sarafsaraf sistem saraf tepi.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Penderita didiagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 pada tahun 2002 oleh dokter di RS
Gianyar. Pasien memeriksakan diri ke dokter karena mengeluhkan gejala-gejala
seperti banyak kencing, banyak makan dan minum yang sangat menganggu aktivitas
pasien. Saat itu diketahui bahwa gula darah sewaktu pasien sangat tinggi sekitar
>400 dan pasien terdiagnosis Diabetes Mellitus tipe 2. Setelah pulang dari RS,
pasien rutin kontrol dan minum obat diabetes melitus hingga sekarang. Riwayat
penyakit jantung, ginjal dan alergi disangkal oleh pasien.
Riwayat Keluarga
Di keluarga penderita yang memiliki keluhan yang sama dengannya adalah ayahnya
sedangkan keluarga yang lain tidak memiliki keluhan seperti yang dirasakan oleh
pasien. Riwayat penyakit sistemik lainnya pada keluarga disangkal. Berdasarkan
teori yang ada, memang faktor genetik merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya diabetes melitus tipe 2. Hingga tahun 2011, lebih dari 36
gen telah diketahui memberikan pengaruh terhadap munculnya risiko diabetes
melitus tipe 2. Gabungan semua gen tersebut baru memberikan kontribusi 10% dari
3

seluruh

komponen

keturunan

dari

penyakit

ini.

Sebagai

contoh, alel TCF7L2 meningkatkan risiko timbulnya diabetes sebesar 1,5 kali lipat
dan merupakan risiko terbesar varian genetik yang sering dijumpai. Sebagian besar
gen yang berhubungan dengan diabetes terlibat dalam fungsi sel beta.
Riwayat Pengobatan
Dari dokter puskesmas, penderita dikatakan harus rutin minum obat dan mempunyai
pola makan dan kehidupan yang sehat seperti makan dalam jumlah yang sedikit tapi
sebanyak 3-5 kali sehari dan sering berolahraga. Dari catatan rekam medis dan
keterangan penderita sendiri diketahui bahwa penderita rutin kontrol ke puskesmas
dan dia selalu memperoleh obat dari puskesmas. Penderita diberi gliclazide 80 mg
untuk diabetesnya. Penderita tidak sedang menjalani pengobatan untuk penyakit
lain.

Riwayat Sosial
Sebelum mengalami penyakit diabetes melitus sampai sekarang pasien masih tetap
bekerja sebagai petani. Namun sebelum mengalami sakitnya, diakui pasien bahwa
dirinya adalah orang yang sangat keras dalam bekerja. Pasien setelah selesai bekerja
di sawah kemudian pasien akan melanjutkan pergi berladang yang tak jauh berada
dekat rumah pasien. Namun sekarang pasien sudah tidak lagi memaksakan diri
dalam bekerja karena pasien merasa akan cepat sekali merasa lelah dan memutuskan
lebih banyak waktu untuk beristirahat di rumah.
Pola Hidup
Diakui pasien bahwa sebelum sakit pola hidup pasien sangat tidak teratur. Pasien
mengatakan gemar makan makanan yang berlemak dan tinggi kolestrol, seperti babi
guling, jeroan, goreng-gorengan. Pasien juga mengaku sangat malas berolahraga.
Pasien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol namun pasien merupakan
perokok berat. Pasien bisa menghabiskan rokok 1 bungkus perhari semenjak sakit.
Sebelum sakit pasien dapat menghabiskan rokok sebanyak 2 bungkus perhari.
4

Berdasarkan teori banyak faktor pola hidup yang tidak sehat diketahui berperan
penting dalam menimbulkan penyakit diabetes tipe 2 antara lain kurangnya kegiatan
fisik, asupan gizi yang tidak baik, dan stres. Tipe lemak dalam diet juga berpengaruh
penting. Lemak jenuh dan asam lemak trans meningkatkan risiko, sebaliknya lemak
tidak jenuh ganda dan lemak tidak jenuh tunggal menurunkan risiko. Kurang
olahraga juga diyakini menyebabkan 7% kasus. Pada pasien, ditemukan bahwa pola
hidup pasien cenderung tidak sehat sehingga memiliki kontribusi yang sangat kuat
terhadap terjadinya penyakit diabetes melitus tipe 2.

Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik umum, secara teori hanya akan ditemukan hasil abnormal
apabila pasien telah mengalami komplikasi dari diabetes melitus tipe 2, seperti
hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, status hiperglikemia hiperosmolar, retinopati,
angiopati, nefropati maupun neuropati. Namun, apabila tidak dan perjalanan
penyakit pasien masih belum terlalu lama biasanya keadaan fisik pasien secara
umum akan menunjukan hasil yang normal. Hasil pemeriksaan fisik pasien yaitu:
Status present
Tekanan darah

: 130/100 mmHg

Nadi

: 82 x/mnt

Respirasi

: 18 x/mnt

Suhu aksila

: 36,8C

Berat badan

: 60 kg

Tinggi badan

: 168cm

Status general
Kepala : Normocephali, rambut tampak ubanan.
Mata

: Mata cowong (-)

Anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor, injeksi konjungtiva -/THT

-Telinga

: sekret -/-

- Hidung

: rhinorea -/-, serous, encer


5

Toraks :

-Tenggorok

: hiperemi (-)

-Inspeksi

: statis dan dinamis: simetris; retraksi (-)

-Palpasi

: simetris, normal

-Perkusi

: sonor pada seluruh lapang paru

-Auskultasi

: - cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)


: - pulmo : wheezing -/-, rhonki -/-

Abdomen:

- Inspeksi

: distensi (-)

- Auskultasi : bising usus (+) normal


- Palpasi

: hepar tidak teraba, lien tidak teraba

- Perkusi

: timpani di seluruh bagian abdomen

Ekstrimitas :
- Hangat :
Diagnosis

+ +
+ +

- Sianosis :

Follow up Diabetes Melitus tipe 2


Management
Obat : gliclazide 80 mg
Konservatif
Menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan atau minuman dengan
kadar gula tinggi
Menyarankan untuk tidak mengkonsumsi minum minuman beralkohol dan
mengurangi merokok
Menyarankan untuk berolah raga
Menyarankan untuk minum obat secara teratur dan kontrol ke dokter
Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai petani dengan penghasilan perbulan tidak menentu. Pasien
memiliki dua orang anak yang masing-masing bekerja sebagai seorang pegawai
negeri dan pegawai swasta. Pasien rutin mendapatkan uang dari kedua anaknya
setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien bersama istri di rumah.
6

Selama sakit dan rutin minum obat, pasien tetap mampu menjalankan aktivitas
sehari-harinya walaupun terkadang terhambat jika keluhannya muncul.

Kondisi Rumah
Pasien tinggal bersama anak pertama, anak kedua, menantu serta cucunya. Jadi di
rumah penderita dihuni oleh 7 orang anggota keluarganya. Rumah penderita cukup
luas 3 are, halamannya cukup bersih dan terawat. Di belakang rumah pasien masih
terdapat kandang babi, namun cukup bersih dan terawat dengan baik. Rumah
penderita sudah permanen berupa bangunan yang sudah diplester, dan lantainya juga
sudah menggunakan keramik. Rumah penderita sudah dilengkapi dengan kamar
mandi dan sudah dimanfaatkan dengan baik oleh anggota keluarga. Sudah terdapat
septic tank dan sumber air yang digunakan adalah PAM untuk minum dan sumur
untuk mencuci pakaian.
a. Denah Rumah

Keterangan :
1. Teras Rumah
2. Kamar Pasien
3. Ruang tamu
4. Kamar anak pasien
5. Kamar cucu pasien
6. Pintu masuk halaman

7
5

4
2

3
10

rumah
7. Kandang babi
8. Kamar mandi
9. Dapur
10. Padmasana

1.
6

Faktor Risiko
Secara garis besar, faktor risiko diabetes melitus dibagi menjadi 2, yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah
terdiri dari: genetik, umur, dan jenis kelamin sedangkan untuk faktor yang dapat

diubah terdiri dari: kebiasaan mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi,
berlemak dan kolesterol tinggi, tipe kepribadian, dan kebiasaan olahraga
(berhubungan dengan obesitas).
1. Genetik
Pada kasus ini penderita mengatakan ayah kandung beliau sebelumnya
menderita diabetes.
2. Usia lanjut
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi organ-organ tubuh mulai
berkurang seperti misalnya dalam pengaturan aktivitas, pengeluaran hormon,
enzim, dan yang lainnya.
Pada kasus di atas penderita terdiagnosis diabetes saat berusia 54 tahun.
3. Perilaku
a. Berdasarkan wawancara kepada penderita didapatkan bahwa sebelumnya
penderita bekerja sebagai petani dan sesudahnya penderita akan pergi
berladang yang terletak tak jauh dari rumahnya. Di selasela hari saat pasien
tidak bekerja, pasien hanya akan tinggal di rumah dan tidak melakukan
aktivitas apapun. Sehingga pasien jarang melakukan kegiatan olahraga.
b. Pola makan pasien tidak teratur, pasien mengatakan gemar makan
makanan yang berlemak dan tinggi kolestrol, seperti babi guling, jeroan,
goreng-gorengan dan tidak pernah memperhatikan pola makannya. Pasien
merupakan perokok berat, bisa menghabiskan rokok 1 bungkus perhari
semenjak sakit. Sebelum sakit pasien dapat menghabiskan rokok sebanyak 2
bungkus perhari.
4. Pemecahan Masalah
Solusi yang kami ambil berdasarkan dengan prinsip-prinsip kedokteran keluarga
sebagai berikut:
1. Personal
Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan
sekadar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara
holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual.
Memberikan konseling kepada seluruh keluarga untuk terus memberikan
motivasi kepada pasien.
2. Komprehensif
8

Di dalam penanganan penderita seperti ini diperlukan penanganan secara


komprehensif, yang artinya menyeluruh dan menyentuh empat aspek yaitu :
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Pencegahan Primer :
a. Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai apa itu penyakit
diabetes

melitus,

faktor

resiko,

gejala-gejala,

komplikasi

dan

penatalaksanaannya.
b. Menganjurkan agar penderita menyampaikan kepada anak-anak penderita
cara pencegahan penyakit diabetes melitus, yaitu:

Mengatur pola makan dengan mengurangi makanan yang berlemak,


banyak mengandung gula, dan perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan
buah-buahan.

Berolah raga secara teratur yaitu minimal 3 kali seminggu, dengan durasi
30-60 menit (dengan tujuan mendapatkan denyut nadi sebesar 75% dari
maksimal heart rate 220).

c. Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang


pentingnya dukungan keluarga terhadap perbaikan kondisi pasien.
Pencegahan sekunder :
a. Menyarankan untuk teratur minum obat dan tetap teratur kontrol ke dokter
atau puskesmas.
b. Melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur (pengobatan tepat).
c. Menganjurkan kepada keluarga untuk mengingatkan dan memotivasi
penderita agar penderita minum obat sesuai dengan yang dianjurkan dokter
(pengobatan tepat).
d. Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota
keluarga yang mengalami gejala penyakit DM (sering haus, merasa cepat
lapar, frekuensi buang air kecil meningkat, dan berat badan menurun)
untuk cepat memeriksakan diri ke dokter (deteksi dini).
e. Menganjurkan kepada keluarga penderita apabila terdapat anggota
keluarga yang berusia 40 tahun ke atas untuk memeriksakan kadar gula
darahnya minimal 1 kali tiap tahun apabila memungkinkan (deteksi dini).
9

Pencegahan Tersier :
a. Menganjurkan penderita untuk mengatur pola makan yaitu kurangi
makanan yang berlemak dan makanan yang banyak mengandung gula
serta perbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan. Dapat digunakan analisis
panduan gizi yang penulis telah buatkan.
b. Menganjurkan penderita untuk berolah raga secara teratur yaitu minimal 3
kali seminggu, dengan durasi 30-60 menit dengan tujuan mendapatkan
denyut nadi sebesar 75% dari maksimal heart rate 220.
c. Hindari kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres.
d. Menjelaskan kepada penderita bahwa terdapat banyak komplikasi dari
penyakit diabetes melitus (misal : luka susah sembuh dan mudah menjadi
borok, gangguan pada penglihatan, mati rasa pada tangan dan kaki), untuk
itu penderita dianjurkan untuk menjaga kesehatannya, meminum obat
secara teratur dan menggunakan alas kaki untuk menghindari luka pada
kaki.
e. Menjelaskan kepada penderita mengenai efek samping obat yaitu
hipoglikemi, gejala-gejala hipoglikemi berupa: keringat dingin, berdebardebar, telapak tangan dan kaki teraba dingin, dan kepala terasa pusing,
mual muntah, serta apa yang harus dilakukan saat penderita merasakan
gejala-gejala hipoglikemi yaitu dengan mengulum permen, minum air
gula, dan makan, kemudian memeriksakan diri ke dokter.
f. Apabila penderita mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan
penyakitnya dan mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.
3. Berkesinambungan
Pasien dipantau terus kadar gula darah puasa dan sewaktu, serta 2 jam post
prandial. Dalam hal ini pasien diminta secara rutin memeriksakan diri ke
RSUD Gianyar atau Puskesmas Ubud I untuk dapat mengetahui secara rutin
kadar gula darah serta memantau kondisi kesehatan beliau.
4. Koordinatif dan kolaboratif

10

a. Menyarankan kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi aktif


dalam pengobatan penderita. Misalnya meminumkan obat sesuai dosis,
dan selalu mengantarkan penderita setiap kali kontrol ke puskesmas.
b. Menyarankan keluarga penderita untuk menerapkan pola hidup sehat
dengan mengkonsumsi ataupun menyediakan makanan rendah lemak,
rendah kolesterol serta teratur berolahraga. Makanan pasien sehariharinya disediakan oleh menantu pasien. Oleh karena itu, kami
menyarankan kepada menantu pasien untuk ikut mengontrol makanan
yang dimasak dan diberikan pada ibunya.
c. Berkoordinasi dengan balai pengobatan di puskesmas mengenai
penyediaan obat untuk diabetes mellitus serta pengontrolan faktor risiko
diabetes mellitus.
5.

Mengutamakan pencegahan
Dalam upaya pencegahan telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
-

Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk menjaga dan mengatur


pola makan yang sehat (dengan kurangi makanan yang berlemak, banyak
mengandung gula, dan perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-

buahan).
Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk mengadakan olah-raga
bersama secara teratur minimal 3x seminggu, dan menjadikan olah raga

bersama sebagai bagian dari kebiasaan hidup.


Menyarankan kepada anggota keluarga penderita untuk rileks dan tabah
dalam menjalani hidup serta meningkatkan hubungan spiritual dengan

Yang Widhi Wasa / Tuhan yang Maha Esa.


Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk tidak minum minuman
yang mengandung alkohol dan mengurangi merokok.

6.

Family and community oriented


Memberikan penjelasan mengenai pentingnya hidup sehat antara lain dengan
mengatur pola makan yang seimbang, olah raga secara teratur, tidak merokok,
serta minum-minuman beralkohol. Pada penyakit diabetes salah satu faktor
risikonya adalah genetik, jadi kami memberikan KIE kepada keluarga
penderita untuk selalu mengatur pola makan dengan mengurangi makanan

11

yang berlemak, makanan yang banyak mengandung gula serta memperbanyak


makan sayur serta buah-buahan. Selain itu juga dengan menganjurkan kepada
keluarga penderita untuk berolahraga secara teratur minimal 3 kali seminggu
dengan durasi 30-60 menit dengan tujuan mendapatkan denyut nadi sebesar
75% dari nilai maksimalnya yaitu 220. Juga tidak lupa dengan memberikan
konseling kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan terhadap
pasien agar patuh terhadap pengobatan.
5. Kunjungan rumah kedua (18 Agustus 2013)
Pada kunjungan rumah kedua tujuannya adalah untuk mengevaluasi keadaan
pasien dan keluarga. Saat kunjungan kedua ini penderita sudah membaik.
Keluhan seperti badan lemas, kesemutan pada kedua tangan serta kaki sudah
mulai berkurang, pasien juga mengatakan sehari sebelumnya pasien sempat
kontrol ke Puskesmas Ubud I dan mengecek gula darah, dan didapatkan gula
darah puasa pasien 110. Saat kami melakukan pemeriksaan, keadaan umum
baik, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi 18 kali
permenit. Pada kunjungan kedua ini, pasien mengaku sudah mulai mencoba
untuk berolahraga setiap hari seperti berjalan kaki, namun hal tersebut belum
sepenuhnya dia jalani. Selain itu, pasien juga mengaku sudah berusaha
mengontrol makanan yang dia makan dengan mengurangi makanan dengan
gula tinggi dan rendah lemak serta kolesterol. Menantu pasien juga mengaku
sudah membuatkan pasien makanan yang tidak banyak mengandung lemak
walaupun terkadang pasien masih membeli makanan berlemak.

SIMPULAN
Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga. Dimana
perjalanan penyakit yang kompleks sehingga diperlukan intervensi yang
komprehensif berupa kerja sama antar berbagai pihak, baik pihak penderita,
keluarga, dan penyedia pelayanan kesehatan. Intervensi bukan hanya terhadap
penyakitnya saja, akan tetapi melihat manusia seutuhnya. Diabetes melitus
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol.
Untuk itu pencegahan merupakan hal yang utama dilakukan yaitu dengan cara

12

melakukan pola hidup yang sehat. Hal yang penting diperhatikan adalah
bagaimana kemungkinan komplikasi itu timbul. Intervensi dan konseling kepada
keturunan dari pasien menjadi penting untuk mencegah mereka terkena diabetes
mellitus pada usia dini. Kunjungan rumah dilakukan untuk mewujudkan hal ini
dimana pendekatan terhadap penderita beserta keluarganya dengan mengunakan
prinsip-prinsip kedokteran keluarga menjadi prioritas.

13

LAMPIRAN

Gambar 1. Kunjungan rumah

Gambar 2. Kondisi rumah pasien

14

Gambar 3. Tampak depan rumah pasien

Gambar 4. Halaman belakang rumah pasien

15

16

Anda mungkin juga menyukai