Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN FIELD LAB SEMESTER 2

DIABETES MELITUS
PUSKESMAS 1 KEMBARAN

Preseptor Fakultas : dr. Prima Maharani Putri M.H


Preseptor Lapangan : dr. Anita Tirtorini Sutatiningrum

Disusun oleh :
Zhalsa Dellamay C.S.P
1813010043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
BAB I
KASUS
RESPONDEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 65 tahun
Alamat : Dukuh Waluh, RT 03 RW 09
Pekerjaan :-
Status : Pernah Menikah
Keluhan Utama : Pegal pegal dan Kontrol rutin

2. Subjektif (Fundamental Four)


1. Riwayat Penyakit Sekarang (sacred seven)
Lokasi : Pegal di kaki dan tangan
Onset : Sudah seminggu mulai dari tanggal 2 juli
Kronologi : Setiap saat dalam keadaan aktivitas
maupun istirahat merasakan pegal di kaki
dan tangan
Kualitas : Menganggu aktivitas sehari hari nya
Kuantitas : Sedang sampai berat, skala 6
Modifikasi
- Faktor memperberat : Aktivitas
- Faktor memperingan : Istirahat dan minum obat
- Keluhan tambahan : sering pipis, sering makan, sering minum,
Mudah lelah, jari tangan tremor, jari tangan
jari kelingking tangan kanan susah di
gerakanan ketika makan, kesemutan, mata
tidak jelas

Ny. T datang dengan keluhan kaki dan tangan pegal . Beliau mengaku
sebelumnya merasakan poliuri, polifagi, polidipsi, lemas, mata kabur,

1
dan GDP terakhir adalah 164 mg/dL. Pada tahun 2018 beliau
mengatakan bahwa gula darahnya >200 mg/dL bahkan sempat
mencapai angka 400 mg/dL untuk gula darah sewaktunya.

2. Riwayat Penyakit Dahulu :


Diabetes Melitus : (+)
Hipertensi : (+)
CA Mamae : (+)

3. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga ibu tersebut tidak memiliki penyakit menurun
Diabetes Melitus : (+)
Hipertensi : (+)

4. Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi


Kebiasaan Ny. T masih minum teh dan kopi tetapi menggunakan gula
murni dan tidak dibatasi, jadwal makan tidak teratur tetapi porsi
makannya sekarang sudah sedikit nasi dan banyak sayur dan memiliki
jadwal rutin kontrol gula darah.
Ny T tidak memiliki anak dan suaminya sudah tidak ada Menurut
Ny.T biaya hidupnya didapat dari saudaranya. Beliau sendiri
menggunakan BPJS untuk jenis asuransi dari pemerintah .

3. Objektif
Keadaan Umum : Compos Mentis
Tekanan Darah : 140/80 mmHg (hypertensi)
Suhu : 36,5OC (normal)
Respiration Rate : 20 x/menit (normal)
Nadi : 70 x/menit (normal)
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 66 kg
IMT : bb/(tb)2 = 66/(1,65) 2= 24,2 (overweight)

2
Pemeriksaan Penunjang:
a) GDP terakhir : 164 mg/dL

4. Diagnosis
Diagnosis : Diabetes Melitus Tipe II, Hipertensi

5. Penatalaksanaan
A. Non medikamentosa
- Diet
Sasaran utama dari diet terhadap diabetes melitus adalah mengurangi
pemakaian gula murni (gula jawa, gula rean, gula pasir, gula batu) dan
Diet rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunan
tekanan darah.

B. Medikamentosa
a. Untuk Diabetes Melitus
Glimepirid 1-2 mg oral sehari sekali
Metformin 2 x 500 mg oral sehabis makan
Acarbose

3
BAB II
DASAR TEORI & PEMBAHASAN

1. DASAR TEORI
A. DEFINISI
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010).

B. ETIOLOGI
a. Factor genetic
1. Kembar identic
2. Factor genetic (DM tipe 1)
- Ditemukan HLA
- Triggering factor
- Kelainan imunologi
- Reaksi inflamasi pada pulau Langerhans
- HLA-DR
- ICA (islet cell antibody) dalam sirkulasi
- Defisiensi sel supresor T
b. Factor non genetic
1. Infeksi
2. Kelainan nutrisi
- Obesitas
- Malnutrisi protein
- Alcohol
3. Stress
4. Obat obatan
5. Penyakit hormonal
6. Penyakit pancreas

4
C. KLASIFIKASI
Tipe 1 Detruksi sel beta pancreas, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
- Autoimun
- Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai
insulin relative sampai yang dominan defek sekrsi insulin
disertai resistensi insulin
Tipe Melahirkan bayi >4000gram atau melahirkan bayi < 2500 gram
gestasional
Tipe lain - Defek genetic fungsi sel beta
- Defek genetic kerja insulin
- Penyakit eksokrin pancreas
- Endokrinopati
- Obat atau zat kimia
- Infeksi

D. FAKTOR RESIKO
Factor resiko diabetes mellitus dapat dikelompokan menjadi factor resiko
yang dapat di modifikasi dan tidak dapat dimodifikasi:
1. Tidak dapat di modifikasi
- Ras
- Genetic
- Riwayat melahirkan bayi lebih dari 4000 gram
- Riwayat melahirkan bayi kurang dari 2500 gram
2. Dapat di modifikasi
- Gaya hidup
- Obesitas
- Kurang aktivitas
- Hipertensi
- Dislipdemia

5
- Diet tidak seimbang
- Merokok

E. PATOGENESIS
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin
dapat terjadi melalui 3 jalan yaitu:
1. Rusaknya sel B pancreas karena pengarus dari
luar (virus, zat kimia,dll)
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa
pada kelenjar pancreas
3. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di
jaringan perifer.
F. PATOFISIOLOGI
a). DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1
kelainanterletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik.
Pankreas tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam
kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak
ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat
kekurangan insulin secara absolut (Tjokroprawiro, 2007)
Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas
dan kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1
antara 30.000-35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal ±
35.000. sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin
(Tjokroprawiro,2007).
DMT 1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1
tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama
sekali tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan
hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap harinya.
DMT1 tanpa pengaturan harian, pada kondisi darurat dapat terjadi
(Riskesdas,2007).

6
b). DM Tipe 2 ( Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin
=DMT2)
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada
awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan
kemudian disusul dengan disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi
insulin), yaitu sebagai berikut : (Tjokroprawiro, 2007)

1. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang,


sehingga glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah
tetapi jumlah insulin yang efektif belum memadai.

2. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000)


pada obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.

3. Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor


jelek, sehingga kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau
afinitas atau sensitifitas insulin terganggu).

4. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis


intraselluler terganggu.

5. Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4.


DM tipe 2 ini Biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang
tidak menyadari telah menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya
sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe 2 sudah menjadi umum di
Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang
tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Riskesdas, 2007)

7
(Gambar patofisiologi diabetes melitus )

G. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis :
Lihat kriteria diabetes mellitus 3P (polifagi, polidipsi, polyuria)
Sacred 7
Lokasi , onset, kualitas, kuantitas, factor memperberat, factor
memperingan, gejala penyerta.
Fundamental 4
RPS, RPD, RPK,RSE
2. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan Umum
b. Tekanan Darah
c. Suhu
d. Respiration Rate

8
e. Nadi
f. Tinggi Badan
g. Berat Badan

H. KRITERIA DIAGNOSIS
- Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah
kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
- Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
- Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik.
- Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).

I. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM
diantaranya:
1. Pengeluaran urin (poliuria)
Polyuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Oliuria ini timbul sebagai gelaja DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relative tinggi sehingga tubuh
tidak sanggup untuk menguranginya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin sehingga urin mengandung glukosa.
(PERKENI,2011)
2. Timbul rasa haus (polydipsia)
Polydipsia adalah rasa haus berlebih yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan
asupan cairan (subekti,2009).

9
3. Timbul rasa lapar (polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi. (PERKENI,2011).
4. Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energy.
(subekti,2009)

J. KOMPLIKASI
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :
1)Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa
darah jangka pendek, diantaranya:
a)Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul
sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena
pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).
b)Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh
sangat menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis
(Soewondo, 2006).
c) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang
ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2006).

10
2) Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &
Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
(mikroangiopati) dan komplikasi pada pembuluh darah besar
(makroangiopati) diantaranya:

a) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikroangiopati)


Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati)
yaitu :
(1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan
pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).
(2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan
albuminuria menetap >300 mg/24jam atau >200 ih/mnt
minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6
bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama
terjadinya gagal ginjal terminal.
(3) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling
sering ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM
mengacau pada sekelompok penyakit yang menyerang
semua tipe saraf (Subekti, 2009).

b) Komplikasi pembuluh darah besar (makroangiopati)


Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien
diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.
(1) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM
disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard

11
yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau
disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction)
(Widiastuti, 2012).
(2) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan
pasien non-DM untuk terkena penyakit
serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai
gejala pada komplikasi akut DM, seperti adanya
keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008).

K. PROGNOSIS
Apabila penanganan yang diberikan tepat dan benar maka
prognosis akan baik.

12
2. PEMBAHASAN
Pasien dengan inisial Ny. T berusia 65 tahun yang telah saya lakukan
anamnesis secara langsung dan pemeriksaan fisik di puskesmas 1 kembaran:
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa Ny. T yang berusia 65 tahun
dengan keluhan pegal pegal di kaki dan tangan. Dan disertai tremor pada
tangan, lemas, mudah lelah, mengalami polifagi, poliuri, polidipsi, mata
kabur, GDP terakhir 164 mg/dL.

Ny. T juga mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus. Pada


riwayat keluarganya ada yang mengalami penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus, hipertensi yaitu keponakannya. Pasien setiap datang ke
puskesmas dengan menggunakan ansuransi berupa BPJS serta pada saat
prolanis dipuskesmas 1 kembaran.

Kebiasaan Ny. T masih minum the dan kopi dengan gula murni, pola
makan tidak teratur tetapi untuk porsi makan sudah sedikit nasi banyak
sayur dan memiliki jadwal rutin untuk kontrol ke puskesmas satu minggu
satu kali dan olahraga sehari harinya jalan jalan. Ny T tidak memiliki anak
dan suaminya sudah tidak ada Menurut Ny.T biaya hidupnya didapat dari
saudaranya. Beliau sendiri menggunakan BPJS untuk jenis asuransi dari
pemerintah .

Pemeriksaan fisik didapatkan hasil sebagai berikut :

Keadaan Umum : Compos Mentis


Tekanan Darah : 140/80 mmHg (hypertensi)
Suhu : 36,5OC (normal)
Respiration Rate : 20 x/menit (normal)
Nadi : 70 x/menit (normal)
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 66 kg
BMI : bb/(tb)2 = 66/(1,65) 2=24,2 (overweight)

13
Pemeriksaan Penunjang:
a) GDP terakhir : 164 mg/dL
Yang disarankan :
a. Pemeriksaan TTGO
b. Pemeriksaan HbA1c
c. Cek kadar kolesterol

Setelah ditegakkan diagnosis maka pasien diberikan terapi berupa non


medikamentosa dan medikamentosa. Yakni :
1. Non medikamentosa
a. Diet
Sasaran utama dari diet terhadap diabetes melitus adalah mengurangi
pemakaian gula murni (gula jawa, gula rean, gula pasir, gula batu) dan
Diet rendah sodium dapat membantu mempertahankan penurunan
tekanan darah.
Untuk menunya bisa dicari :
BBI = 90% (TB-100) x 1
BBI = 90% (165-100) x 1
58,5
Range BBI =
BBI +/- 10 %
90% (TB-100) x 1 (+/-) 10 %
90% (165-100) x 1 (+/-) 10 %
(-) 58,5 – 5,85 = 52,65
(+)58,5 + 5,85 = 64,35
Range nya overweight karena BB nya 66 kg sedangkan range
normalnya antara 52,65 – 64,35 kg.
Kebutuhan kalori
a) Jenis kelamin
58,5 x 25 kal/kgBB = 1462,5 kalori
b) Usia
65 tahun jadinya kebutuhan kalori -5% dari kalori basal

14
= (5% dari 1462,5)
=73,125 kkal
c) Aktivitas
Aktivitas Ny. T termasuk sedang karena di rumah melakukan
aktivitas rumah tangga jadi +30% dari kalori basal
=(30% dari 1462,5)
= 438,75 kkal
d) Berat Badan
Overweight jadi dikurangin 20% dari kalori basal
=20% dari 1462,5
=292,5 kkal
e) Kalori total yang dibutuhkan setiap hari adalah
1462,5 kalori – 73,125 kal + 438,75 kal - 292,5 kal
= 1535,625 kkal
Berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkan Ny. T adalah 1535,625
kkal kalori, jadi masuk ke jenis diet III yakni eneri (kkal) 1500
dengan karbohidrat 235 (g) per hari, protein 51,5 (g) per hari, dan
lemak 36,5 (g) per hari.
Contoh menu makanan :
1. Pagi
Bubur beras 400 gr ( 350 kkal)
Susu sapi segar 1 gelas / 200 ml (130 kkal)
Sayur 100 gram (50 kkal)
Kerupuk udang (72 kkal)
2. Siang
Nasi 100 gr (175 kkal)
Tempe 2 potong 50 gram (80 kkal)
Telur ayam 1 butir (95 kkal)
Tahu isi (128 kkal)
Papaya 100 gram ( 40 kkal)
3. Malam
Sayur 200 gram (100 kkal)

15
Nasi 100 gram (175 kkal)
Tempe 2 potong 50 gram (80 kkal)
Buah 37,5 gram (25 kkal)

b. Olahraga
- Berjalan kaki selama 30 menit
- Jogging pelan pelan selama30 menit
Dilakukan rutin 3-4 kali seminggu

c. Perawatan kaki

Edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua


orang dengan ulkus
maupun neuropati perifer atauperipheral arterial disease
(PAD)
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan
di air.
2. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila
kulit terkelupas,
kemerahan, atau luka.
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan
mengoleskan
krim pelembab pada kulit kaki yang kering.
5. Potong kuku secara teratur.
6. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah
dari kamar
mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak
menyebabkan lipatan pada
ujung-ujung jari kaki.
8. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki
yangdibuat khusus.
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan
gunakan hak tinggi.
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu
untuk
menghangatkankaki.

16
2. Medikamentosa
a. Untuk Diabetes Melitus
Glimepirid 1-2 mg oral sehari sekali
Metformin 2 x 500 mg oral sehabis makan
b. Untuk hipertensi
Ace Inhibitor yakni captopril 2 x 12,5 mg oral

Dari terapi non medikamentosa dan medikamentosa sudah saya


usahakan sesuai dengan teori, tetapi pada praktek lapangannya nanti
biasanya agak berbeda tergantung sediaan obat apa yang ada di puskesmas
atau diresepkan ke tempat lain dengan kandungan yang sama tetapi lebih
poten.

17
BAB III
HAMBATAN DAN SOLUSI
A. HAMBATAN
1. Pada saat anamnesis pasien susah di gali informasi karena pasien hanya
mengulang jawabannya, sehingga skill komunikasi, attitude kami di uji
dan di praktikan.

2. Kesulitan dalam berpikir kritis pada saat anamnesis karena kurangnya


pengetahuan sehingga hasil yang didapatkan kurang memuaskan

B. SOLUSI
Memacu skill komunikasi, keberanian, attitude, dan mengikuti alur cerita
pasien sehingga mendapat informasi yang cukup.

18
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
a. KESIMPULAN
Diabetes Melitus (DM) tipe II merupakan kelainan hormone insulin yang
dihasilkan oleh tubuh namun tubuh tidak dapat memanfaatkan secara
efisien. Gambaran klinis penderita diabetes mellitus tipe II yaitu melalui
keluhan klasik seperti penurunan berat badan, banyak kencing, banyak
makan, banyak minum,dan gejala penyerta seperti kebas, kesemutan. Factor
resiko DM tipe II seperti genetic, usia, stress, kurang aktivitas, pola makan
yang salah, dan obesitas. Jadi, kita benar benar harus waspada dan segera
tangani untuk mendapatkan prognosis yang baik.
b. SARAN

Praktikan diharapkan mampu untuk mempelajari bagaimana cara


berkomunikasi yang baik kepada pasien agar terjalin komunikasi yang
efektif sehingga dapat melakukan anamnesis secara maksimal dan
menunjang diagnosis. Praktikan juga harus lebih banyak membaca dan
mempelajari bagaimana perjalan penyakit dan penatalaksaannya agar
mempermudah ketika telah menjadi dokter.

19
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta :


Depkes RI Jakarta
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical Care untuk penyakit
Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Gusti & Erna. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan
dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. Volume 8. No.1

IDF. 2005. The IDF Concencus Worldwide Definition of the Metabolic


Syndrome. Journal American Medical Association. 213(12): 1345–52

Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info


Media

Perkeni, 2006. Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia. Jakarta : PERKENI

PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia


2011. Semarang: PB PERKENI.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Soegondo, S., 2011. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini dalam:
Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu bagi dokter maupun edukator diabetes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya :


Airlangga University Press.

Trisnawati, KS., Setyorogo, Soedijono. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes


Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat

20
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5 No. 1 : 6-11 Trisnawati,
S., Widarsa, T., Suastika, K. 2013. Faktor Risiko

Wijayakusuma H., 2004. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Jakarta: Puspa
Swara.

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai