Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN KRITIS

DISUSUN OLEH:

NAMA : INNA SOEANDRAYANI

NIM : 7420042

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2021
KONSEP DIABETES MELLITUS

1. Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama
dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). DM dikenal sebagai silent killer karena sering
tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi
(Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia,
mulai dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi.
Diabetes mellitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi
microvaskuler yang kronis dan komplikasi neuropati (Smeltzer & Suddarth 2013).
2. Etiologi Diabetes Mellitus
1. Diabetes melitus tipe I / IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Diabetes
mellitus ini disebabkan akibat kekurangan atau tidak ada sama sekali sekresi
insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas (Arisanti,
2013).
2. Diabetes melitus tipe II / NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus).
Diabetes mellitus ini disebabkan oleh insulin yang ada tapi tidak dapat bekerja
dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah bahkan meningkat tapi fungsi
insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada / kurang akibat glukosa dalam darah
tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemi dan biasanya dapat diketahui diabetes
melitus setelah usia 30 tahun keatas (Arisanti, 2013).
3. Penyebab lain dari diabetes melitus (Arisanti, 2013) adalah :
a. Usia
b. Gaya hidup dan stress
c. Pola makan yang salah
d. Jenis Kelamin
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. Type I / IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus): (5%-10% dari kasus yang
terdiagnosa).
2. Type II /NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) : (90%- 95% dari
kasus yang terdiagnosa), (Arisanti, 2013).
4. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
1. Keluhan berdasarkan “ Trias” banyak minum (polidipsi), banyak kencing (poliuria)
dan banyak makan (polifagia)
2. Kadar gula darah waktu puasa > 120 mg/dl.
3. Kadar gula darah dua jam setelah makan > 200 mg/dl.
4. Kadar gula darah acak > 200 mg/dl.
5. Kelainan kulit : gatal – gatal, bisul
6. Kesemutan
7. Neuropati
8. Kelemahan tubuh
9. Impotensi pada pria
10. Mata kabur (Arisanti, 2013).
5. Komplikasi diabetes mellitus
1. Gangguan serius
a. Kehilangan kesadaran
b. Tekanan darah tinggi
c. Gangguan penglihatan (retinopati)
d. Infeksi kulit berat, luka atau harus amputasi.
2. Gangguan yang harus di perhatikan yaitu koma diabetes, gangguan toleransi
glukosa, diabetes sekunder.
3. Hyperglikemik hyperosmolar non ketotik koma ( HHNK) (Arisanti, 2013).
6. Penatalaksanaan diabetes mellitus
1. Rajin minum obat dan suntik insulin
2. Berolahraga
3. Mengontrol kadar gula darah
4. Bila gemuk turunkan berat badan
5. Melakukan diet diabetes mellitus
Adapun pilar penatalaksanaan diabetes melitus yang penting yaitu :
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis:
a. Pengobatan dengan obat obat hiperglikemia oral (OHO).
b. Pengobatan dengan insulin.
c. Penatalaksanaan hipoglikemia: Inf. D10%, Inj. D40%
PATOFISIOLOGI

DM tipe I IDDM DM tipe II IDDM


(Insulin Depend Diabetes Mellitus) (Non Insulin Depend Diabetes Mellitus)

Herediter atau keturunan Diet dan pola Pola


makan aktivitas

Makanan tinggi Tidur tidak teratur dan


Insulin tidak diproduksi karbohidrat dan glukosa aktivitas yang kurang

Konsumsi kalori lebih dari Tidur setelah makan


2000-2500 kalori/hari

Disfungsi
pankreas

Kadar gula dalam Resistensi dan atau


darah tinggi defisiensi insulin

Ketidakstabilan kadar gula darah


(Hiperglikemi)

Viskositas darah
meningkat

Gangguan sirkulasi
darah

Iskemi jaringan dan Perfusi perifer


kulit terganggu

Kerusakan jaringan
dan kulit

Gangguan Perfusi perifer


integritas kulit tidak efektif)
PENGKAJIAN

I. BIODATA
Nama :
Umur :
Agama :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
Nomor register :
Tanggal pengkajian :

II. KELUHAN UTAMA:


klien datang dengan keluhan badan lemas, penurunan kesadaran setelah mengkonsumsi
obat antidiabet, atau telat bahkan tidak pernah mengkonsumsi obat anti diabet, penurunan
kesadaran terjadi sejak kapan dan sudah diberikan apa, mual muntah, adanya luka yang
sudah lama dan tak kunjung sembuh, riwayat kejang, mulut bau aceton

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

Riwayat penyakit DM lama yang tidak terkontrol, tidak bersedia memeriksakan


kesehatannya secara teratur ke fasilitas Kesehatan. Atau minum obat tidak teratur,
sehingga kagar gula tinggi dan tidak terkontrol

Riwayat minum obat diabet sebelumnya dan tidak dilanjutkan dengan makan atau pasien
mengalami penurunan intake, sehingga mengalami hipoglikemia

IV. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU:


Kaji Riwayat DM, riwayat periksa Kesehatan dimana dan Riwayat minum obat anti diabet
apa dan berapa kali.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA: adanya riwayat keluarga yang juga memiliki


riawayat penyakit diabetes mellitus

VI. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


1. Pola tidur/istirahat: adanya gangguan pola istirahat akibat poliuri terutama di malam
hari, neuropaty

2. Pola eliminasi: adanya gangguan eliminasi urin yang berlebih (poliuri), bab: kaji
adanya diare -/+, nyeri perut, perasaan tidak nyaman di perut

3. Pola makan/minum: pasien lebih sering makan (poliphagi) dan lebih sering haus poli
dipsi). Konsumsi makanan yang lebih banyak mengandung karbohidrat serta manis

Kaji adanya riwayat minum obat antidiabet tetapi tdk diikuti dengan makan,
menyebabkan hypoglikemi

4. Pola kebersihan diri: adanya keluhan neuropaty menyebabkan pasien mengalami


gangguan dalam menjaga kebersihan, adanya luka menyebabkan px bau badan
sehingga rendah diri

5. Pola kegiatan/kebiasaan lain: biasanya terjadi pada pasien yang jarang melakukan
aktivitas secara teratur dan kebiasaan tidur setelah makan

6. Pola hubungan (konsep diri): klien akan merasa rendah diri apabila suda timbul
komplikasi
7. Pola seksual: adanya gangguan disfungsi ereksi akibat dari gangguan perfusi pada
organ penis sehingga menurunkan libido

8. Pola penanggulangan stress: kaji adanya stressor baik dari diri sendiri akibat
penyakitnya , ataupun stressor dari luar yang bisa mempengaruhi kadar gula darah,
serta bagaimana manajemen koping adaptif sangat diperlukan

VII. DATA PSIKOSOSIAL: klien masih bisa berinteraksi dengan orang lain seperti biasa,
kecuali bila sudah timbul komplikasi terutama adanya luka gangren

VIII. DATA SPIRITUAL: penyakit diabetes mellitus tidak mempengaruhi kegiatan spiritual
selama gula darah terkontrol dan tidak terjadi komplikasi

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum: lemah, penurunan kesadaran, luka pada ekstremitas atau organ lain
yang tidak sembuh sembuh, menyebabkan bau, keringat dingin

2. Tanda-tanda vital: TTV bisa saja normal apabila diabetes mellitus belum menimbulan
komplikasi, bisa juga mengalami peningkatan TTV (suhu meningkat akibat infeksi
luka, TD menurun, nadi meningkat, RR meningkat akibat, sepsis, atau KAD, suhu
rendah bila terjadi hipoglikemia

3. Pemeriksaan kepala leher: kaji adanya luka, luka akibat cedera

4. Mata: katarak -/+

5. Hidung: biasanya dalam keadaan normal

6. Telinga: biasanya dalam keadaan normal, mungkin terdapat luka

7. Mulut: bau aceton


8. Integument: adanya gangguan integritas kulit karena gangguan perfusi jaringan perifer,
sering timbul krusta atau kulit kering yang menandakan kelembaban kurang terjaga,
luka yang lama tidak sembuh sebuh, nekrotik jaringan

9. Thorax/dada: ada bekas luka apabila pasien kurang menjaga kebersihan, nyeri dada,
dada berdebar, ngongsrong

10. Abdomen: nyeri epigastric, mual muntah

11. Kelamin dan sekitarnya: kemungkinan sering timbul gatal pada area yang lembab, kaji
adanya luka

12. Musculoskeletal: sering terjadi luka pada kaki akibat neuropati, kaji Riwayat amputasi

13. Neurologi: neuropati yang menetap pada area telapak kaki dan telapak tangan atau
organ organ lain yang di serang

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium meliputi:
1. Kadar gula dalam darah (baik gula darah acak <200 mg/dL, puasa <126 g/dL maupun
2 jam PP < 140 g/dL)
2. HbA1c untuk mengetahui kadar gula darah selama 3 bulan terakkhir (nilai normal
<6%)
3. Darah lengkap untuk mengetahui apakah ada infeksi (leukosit normal
4.000-10.000/µL), trombosit (nilai normal 150.000-450.000/µL) yang tinggi juga
indikasi adanya viskositas darah meningkat.
XI. PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Penggunaan obat hiperglikemi oral pada klien DM tipe 2
2. Penggunaan obat insulin pada DM tipe 1 dan 2
3. Pemberian inf. D40% dan infus D10% pada pasien hipoglikemia

DAFTAR DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (hiperglikemi) disebabkan oleh disfungsi pancreas,


resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa darah dengan tanda gejala:
a. Subyektif: lelah atau lesu, mulut kering dan haus meningkat
b. Obyektif: kadar glukosa dalam darah atau urin tinggi, jumlah urin meningkat
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (hipoglikemia) disebabkan oleh penggunaan insulin
atau 0bat glikemik oral, yang ditandai dengan:
a. Subyektif: mengantuk, pusing
b. Obyektif: gangguan koordinasi, kadar gula dalam darah/urine rendah

3. Perfusi perifer tidak efektif disebabkan oleh hiperglikemi dengan tanda gejala:
a. Subyektif: Parastesia dan nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
b. Obyektif: pengisian kapiler lebih dari 3 detik, turgor kulit menurun, edema, warna
kulit pucat, penyembuhan luka lambat
4. Gangguan integritas kulit disebabkan oleh perubahan sirkulasi dan status nutrisi,
kelembaban, neuropati perifer, dengan tanda gejala:
a. Subyektif: keluhan kulit kering dan gatal
b. Obyektif: kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit, nyeri perdarahan, kemerahan,
hematoma
DAFTAR INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (hiperglikemi) disebabkan oleh disfungsi pancreas.


2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ( hipoglikemia) disebabkan oleh penggunaan insulin
atau obat glikemik oral,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kadar glukosa darah berada
pada rentang normal dengan kriteria hasil:
 Tingkat kesadaran meningkat
 Mengantuk menurun
 Lelah dan lesu menurun
 Mulut kering menurun
 Kadar glukosa dalam darah dan urin membaik

INTERVENSI KEPERAWATAN:
MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA (I.03115)
a. Observasi
1. Identifikasi kemungkinan hiprglikemia
2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
3. Monitor kadar gula darah
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
5. monitor intake dan output cairan
6. monitor keton urine, analisa gas darah, elektrolit, TTV

b. Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral.
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
c. Edukasi
1. Anjurkan menghindari olah raga saat kadar glukosa darah >250mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap dietdan olahraga
4. Ajarkan pengelolaan diabetes (penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan
airan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan)

d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan i.v, jika perlu

MANAJEMEN HIPOGLIKEMIA(I.03115)
a. Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
2. Identifikasi kemungkinan penyebab hipolikemia

b. Terapeutik
1. Berikan karbohidrat sederhana
2. Berikan glucagon, jika perlu
3. Berikan karbohidrat komplek dan protein sesuai diet
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Pertahankan akses I.V, jika perlu
6. Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
c. Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
3. Jelaskan interaksi antara diet, insulin dan olah raga
4. Anjurkan kepatuhan terhadap dietdan olahraga
5. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia ( tanda dan gejala, factor resiko, pengobatan
hipoglikemia)
6. Ajarka perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mengurangi insulin,
agen oral, dan atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga)
d. Kolaborasi.
1. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu

3. Perfusi perifer tidak efektif disebabkan oleh hiperglikemi. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam sirkulasi perifer menjadi adekuat denga kriteria hasil:
 Sensasi meningkat
 Edema perifer menurun
 Parastesia menurun
 Kelemahan otot menurun
 Turgor kulit membaik

INTERVENSI KEPERAWATAN :
a. Observasi
1. Identifikasi penyebab perubahan sensasi
2. Identifikasi penggunaan alat pengikat, prostesis, sepatu, dan pakaian
3. Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
4. Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
5. Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
6. Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
7. Monitor perubahan kulit
8. Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
b. Terapeutik
1. Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
c. Edukasi
1. Anjurkan penggunaan termometer untuk menguji suhu air
2. Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
3. Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu

4. Gangguan integritas kulit disebabkan oleh perubahan sirkulasi. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selema 2x24 jam menjadi utuh dengan kriteria hasil:
 Elastisitas meningkat
 Hidrasi meningkat
 Nyeri menurun
 Kemerahan menurun
 Tekstur membaik

INTERVENSI KEPERAWATAN:
a. Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
b. Terapeutik
1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c. Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah
1.
DAFTAR PUSTAKA

Arisanty, I. P. ( 2013 ). Manajemen Perawatan Luka :Konsep Dasar. Jakarta : EGC.

Arisanty, I. P. ( 2013 ). Manajemen Perawatan Luka :Konsep Dasar. Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kemenkes RI

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER

Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus, Mengenali Gejala, Menanggulangi, Mencegah


Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai