Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DIABETES MELLITUS DENGAN TERAPI


HIPERBARIK DI RUMKITAL Dr.MIDIYATO
SURATANI KOTA TANJUNGPINANG

DI SUSUN OLEH:
Indriyani Restu Jayanti
Lili Afriliani
M Rafi Septriayawan
A. Definisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”. Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu.

. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urin yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolut insulin atau penurunan sensitivitas sel terhadap insulin.
A. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan terdapat kurang lebih 200.000 – 1.800.000
pulau Langerhans. Dalam pulau langerhans jumlah sel beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi sel Pulau
Langerhans. Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas

jaringan eksokrin dan jaringan endokrin.

Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan
jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin (Dolensek, Rupnik
& Stozer, 2015).
2. Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin

Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan respons tubuh
berupa peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar insulin disekresikan oleh
pankreas, kecepatan pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan meningkat
sampai 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi
insulin. Sebaliknya jumlah glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh
tanpa adanya insulin, terlalu sedikit untuk menyediakan sejumlah glukosa yang
dibutuhkan untuk metabolisme energi pada keadaan normal, dengan pengecualian di
sel hati dan sel otak (Guyton & Hall, 2012).
A. Klasifikasi diabetes mellitus

Dokumen konsensus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert


Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, menjabarkan
empat kategori utama diabetes, (Corwin, 2009) yaitu:

1) DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) (5-10%)

Sel β-pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses


autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Jenis DM ini
diakibatkan karena faktor keturunan atau genetik
Lanjutan;

DM Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (95%)

Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. DM tipe ini sering disebabkan karena faktor lifestyle
yang buruk ataupun obesitas.

DM Tipe Lain

DM tipe lain diakibatkan oleh kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.

Diabetes Kehamilan (DM Gestasional)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap DM.
A. Etiologi diabetes mellitus

Diabetes mellitus tipe 1. DM tipe 1 biasanya disebabkan oleh:

 Faktor genetic

 Faktor imunologi

 Faktor lingkungan

Diabetes mellitus tipe 2:

Penyebab DM tipe II ini belum diketahui pasti, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Namun, lifestyle yang buruk seperti pola makan yang buruk, obesitas, dan kurangnya
olahraga menjadi faktor pemicu tersering pada kasus DM tipe 2.
A. Manifestasi klinis

1. DM tipe 1

a) Hiperglikemia berpuasa

b) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia

c) Keletihan dan kelemahan fisik (malaise)

d) Ketoasidosis diabetikum (KAD) ditandai dengan mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau keton,
perubahan tingkat kesadarn, koma, kematian

e) Kesemutan
1. DM tipe 2

a) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif

b) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, poliuria, polidipsia, polifagia, luka pada kulit
sembuh lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur

c) Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer seperti kaki
diabetik)
A. Patofisiologi

1. DM tipe 1

Pada DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel β -


pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Selain itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemi pospandrial.
2. DM tipe 2

Pada DM tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes mellitus digolongkan akut dan kronik

1. Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah

2. Komplikasi kronik

 Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah terinfeksi:

 Makrovaskuler: mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan serebri.

 Mikrovaskuer: retinopati, nefropati

 Penyakit neuropati, mengenai syaraf sensorik motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impoten dan ulkus
atau gangren pada kaki.

 Rentan infeksi, seperti TB paru dan ISK (infeksi saluran kemih)


Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM meliputi:

1. Medis

Menurut Soegondo (2006), penatalaksanaan medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus
meliputi:

 Obat Hiperglikemik Oral (OHO).

 Insulin.

 Terapi kombinasi
Lanjutan:

2.Keperawatan

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), tujuan utama terapi pada diabetes mellitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah
untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksan diabetes
mellitus:

 Diet nutrisi dan kontrol berat badan

 Latihan atau olahraga

 Pemantauan atau check up berkala

 Terapi (jika diperlukan) dan Pendidikan kesehatan

 Kontrol nutrisi dan metabolic


Konsep dasar hiperbarik oksigen (HBO)

Hiperbarik oksigen (HBO) adalah suatu cara terapi dimana penderita harus berada
dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100 % pada suasana tekanan
ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (Atmosfer absolute) (Lakesla, 2009).
Kondisi lingkungan dalam HBO bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan
dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang
pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi
(RUBT) yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit
klinis. Individu yang mendapat terapi HBO adalah suatu keadaan individu yang berada di
dalam ruangan bertekanan tinggi (> 1 ATA) dan bernafas dengan oksigen 100%. Tekanan
atmosfer pada permukaan air laut adalah sebesar 1 atm .
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Anamnesa

b. Keluhan Utama

c. Riwayat Kesehatan

d. Pemeriksaan Fisik

e. Pemeriksaan Penunjang
FORMAT PENGKAJIAN TERAPI HIPERBARIK CHAMBER

A. PENGKAJIAN
Unit/Ruangan : Ruang Terapi Hiperbarik Chamber (RUBT)
No. kartu identitas : 001
Informasi asuransi : tidak ada
1. Identitas klien
Nama : Tn.A
Alamat : Tanjungpinang
Tempat tanggal lahir : 01 januari 1995
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : sudah menikah
Agama/suku : islam/melayu
Pekerjaan/pendidikan : wiraswasta/SMA sederajat
Status alergi : tidak ada riwayat alergi
Diagnosis saat ini : DM luka gangrene
Dokter penanggung : dokter umum
Dokter yg merawat pasien: Dokter TOHB
Alasan pasien masuk : karna ulkus gangrene pada kaki kiri
Evaluasi sebelum masuk : tampak luka pada kaki kiri pasien.
2. Pengkajian awal keperawatan
A. Keluhan pasien : pasien mengatakan terdapat luka pada kaki
kirinya. Luka membesar akibat dirinya memiliki riwayat diabetes
mellitus, pasien mengatakan tidak ingin diamputasi.
Klinis : tampak luka pada kaki kiri pasien.
Kebugaran : pasien tampak bugar
B. Riwayat kesehatan pasien
Pasien mengatakan dirinya memiliki riwayat diabetes mellitus,
pasien mengatakan dokter menyarankan untuk mengamputasi
kakinya yang terdapat luka. Pasien mengatakan tidak ingin
diamputasi.
A. Pengkajian fisik dan psikososial
1. Status nutrisi : pasien mengatakan tidak nafsu makan
selama 2 hari ini.
2. Status pendidikan : pasien mengatakan pendidikan terakhir
ialah SMA sederajat.
B. Status Fungsi Dasar
1. Mobilitas : pasien mengatakan hanya dapat
menggerakan kaki kananya saja.
2. Disabilitas : pasien mengatakan tidak dapat
menggerakan kaki kirinya.
3. Alat bantu yang digunakan : pasien mengatakan
menggunakan kursi roda.
C. Informasi tentang lingkungan social pasien
Pasien mengatakan tinggal didaerah perumahan. Dan tetangga sudah
tau akan kondisinya.
1. Daftar masalah, daftar diagnose dan data tambahan
1. Diagnose : luka ulkus gangrene kaki sebelah kiri
2. Obat-obatan : injeksi insulin 2x20 IU, antibiotic oral.
3. Terapi : terapi oksigen hiperbarik (TOHB)
4. Tanggal : 18 januari 2021
No. Terapi obat Dosis Pemberian Indikasi

1. Injeksi insulin 2 x 20 IU Injeksi IM Menurunkan kadar


gula darah

2. Antibiotic 3 x sehari oral Antibiotic

2. Graphig sheet
TTV
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- RR : 20 x/menit
- Nadi : 85 x/menit
- Kardiovaskuler : normal
- Pencernaan : bising usus normal
- Perkemihan : kandung kemih kosong
- Musculoskeletal : terdapat luka pada ekstremitas kiri bawah
- Integument : kulit baik
- Suhu : hangat normal
- Berat badan : 65 kg
- GDS : 200 mg/dL
- Balance cairan : normal
- GCS : 15
1. Catatan perkembangan dokter dan perawat
Pada kasus diatas dokter menyatakan bahwa pasien memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus dengan ulkus luka gangrene pada kaki kiri.
2. Pengkajian pra OHB
- Observasi TTV : TTV dalam batas normal
- Ambang demam :tidak tampak adanya tanda tanda demam
pada pasien.
- Auskultasi paru : suara paru normal
- Obs.cedera umum/luka dalam :tidak ada riwayat luka dalam
- Uji ketajaman penglihatan : pasien dapat melihat secara tajam
dan normal
- Mengkaji tingkat nyeri : pasien mengatakan tidak merasa
nyeri
- Status nutrisi : kadar gula darah pasien stabil.
Pasien mengatakan tidak nafsu makan sejak dua hari
- Kaji kandungan alcohol dan minyak : pasien tidak membawa
alcohol maupun minyak lain.
- Pasien telah melepas semua aksesorisnya yang dikenakan.
3. Pengkajian intra OHB
- Pasien tidak mempunyai riwayat barotrauma
- Pasien tidak memiliki riwayat keracunan oksigen
- Pasien mulai merasa mual dan lemas serta keringat dingin
- Menganjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasai untuk
mengurangi mualnya.
- Mengajarkan pasien teknik valsava.
1. Pengkajian intra OHB
- Mengajarkan pasien untuk bernafas normal
- Menkaji tanda tanda pneumothorax pada pasien saat terapi
- Mengecek adanya tanda tanda kelainan.
2. Pengkajian pasca OHB
- Tidak ada tanda tanda barotrauma pada pasien
- Hasil tes gula darah pasien adalah 200 mg/dL
- Luka pasien tampak sedikit membaik dari kondisi sebelum nya
- Pasien tampak sedikit lemas dan keringat dingin
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN OHB
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
menurun karena penyempitan pembuluh darah.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan
metabolisme (ulkus DM).
A. Diagnose Keperawatan

Menurut Nanda (2015) diagnosa yang sering muncul antara lain:

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena


penyempitan pembuluh darah.

b. Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, atau penurunan
fungsi leukosit atau perubahan pada sirkulasi.

c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan metabolisme (ulkus DM).


dx.1 NOC: NIC: 1. dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi
darah.
1. Ajarkan pasien untuk melakukan
2. meningkatkan melancarkan aliran darah
Gangguan perfusi jaringan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 mobilisasi. balik sehingga tidak terjadi oedema.
berhubungan dengan suplai oksigen jam diharapkan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan. 2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat 3. kolesterol tinggi dapat mempercepat
menurun karena penyempitan meningkatkan aliran darah: atur kaki sedikit terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
Kriteria hasil: menyebabkan terjadinya vasokontriksi
pembuluh darah. lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pembuluh darah, relaksasi untuk
pada waktu istirahat), hindari penyilangan mengurangi efek dari stres.
  a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular
kaki, hindari balutan ketat, hindari 4. pemberian vasodilator akan meningkatkan
dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi
penggunaan bantal di belakang lutut dan
b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis jaringan dapat diperbaiki, sedangkan
sebagainya. pemeriksaan gula darah secara rutin dapat

c. Kulit sekitar luka teraba hangat 3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor mengetahui perkembangan dan keadaan
risiko berupa: hindari diet tinggi kolesterol, pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren.
d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan
 
merokok, dan penggunaan obat
e. Sensorik dan motorik membaik vasokontriksi.Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam pemberian
  vasodilator,
4. pemeriksaan gula darah secara rutin dan
terapi oksigen ( HBO ).
 
dx.2 NOC: NIC: 1. memastikan
1. Observasi tanda- kondisi pasien
Risiko tinggi setelah dilakukan tindakan
tanda infeksi dan pada periode
infeksi/sepsis keperawatan selama 1 x 24
peradangan. peradangan atau
berhubungan jam diharapkan resiko sepsis
2. Tingkatkan upaya sudah terjadi
dengan kadar berkurang.
pencegahan dengan infeksi. Terjadinya
glukosa tinggi,
Kriteria hasil: melakukan cuci sepsis dapat
atau penurunan
tangan, memakai dicegah lebih
fungsi leukosit atau a.Tidak terdapat tanda-tanda
handscon, masker, awal.
perubahan pada peradangan dan infeksi seperti
kebersihan 2. meminimalkan
sirkulasi. rubor, lingkungan. invasi

  3. Pertahankan teknik mikroorganisme.


kalor, dolor, tumor,
aseptik dan sterilisasi 3. Invasi alat dapat
fungsiolesa, dan angka
alat pada prosedur menjadi mediator
leukosit dalam batas
invasif. masuknya.
5000-11000 ul. 4. Anjurkan untuk 4. Menurunkan
makan sesuai jumlah risiko kadar gula
b. Suhu tubuh tidak tinggi
kalori yang darah tinggi yang
(36,5oC-37oC).
dianjurkan terutama merupakan media

c. Kadar GDS 60-100 mg/dl. membatasi masuknya terbaik untuk


gula. pertumbuhan
d. Glukosa urin negatif. mikroorganisme.
 
 
e. Leukosit dalam batas
normal.

 
dx.3 NOC: NIC: 1. Mengidentifikasi
1. Observasi keadaan tingkat
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan
luka : lokasi, metabolisme
integritas jaringan keperawatan selama 1x30
kedalaman, jaringan dan
berhubungan menit diharapkan kerusakan
karakteristik, warna tingkat
dengan gangguan integritas jaringan dapat
cairan, granulasi, disintegritas.
metabolisme berkurang
jaringan nekrotik, 2. Menjaga
(ulkus DM).
Kriteria hasil: dan tanda-tanda kebersihan
  infeksi lokal). luka/meminimalk
a.Menunjukkan proses
2. Jaga kulit agar tetap an kontaminasi
penyembuhan luka.
bersih dan kering. silang.
b. Tidak ada tanda-tanda 3. Lakukan perawatan 3. Mencegah
infeksi (kemerahan, bengkak, luka dengan teknik peningkatan
teraba hangat, dan tidak ada steril prosentase
pus) 4. Anjurkan klien untuk mikroorganisme
makan makanan akibat kelainan
  yang tinggi protein metabolik
(glukosa tinggi)
 
dan memberikan
informasi tentang
efektifitas terapi.
4. Untuk
mempercepat
penyembuhan
 
SEKIAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai