Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN GANGGUAN SISTEM


ENDOKRIN : DIABETES MELITUS TIPE II DIRUANGAN KELAS III RSU
SUFINA AZIZ

DISUSUN OLEH :

NAMA : MELI INDRIANA

NIM : P07520120064

KELAS : 3B – DIII KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING : MARLISA, S.Kep, Ns, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

T.A. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

TEMPAT PRAKTIK : RSU SUFINA AZIZ LAPORAN MINGGU KE : 1 (PERTAMA)


RUANGAN : KELAS III JUDUL KASUS : ASKEP DM TIPE II
TANGGAL PRAKTIK : 08 AGUSTUS 2022

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Diabetes Melitus Tipe 2 terdiri dari serangkaian disfungsi yang ditandai dengan
hiperglikemia dan akibat kombinasi resistensi terhadap aksi insulin, sekresi insulin yang tidak
adekuat, dan sekresi glukagon yang berlebihan atau tidak tepat. Diabetes Melitus Tipe 2
adalah penyakit kronis metabolik berupa kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin
yang progresif dilatarbelakangi resistensi insulin.
B. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori klinis yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a. Genetik : Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi sebuah predisposisis
atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015
dan bare,2015)

b. Imunologi : Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah respon
abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)

c. Lingkungan : Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015)

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)


Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
• Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

• Obesitas

• Riwayat keluarga

C. TANDA & GEJALA


Manifestasi klinis utama dari DM Tipe 2 adalah hiperglikemia, yaitu kadar glukosa
darah puasa > 126 mg/dL dan kadar glukosa 2 jam setelah makan atau pembebanan glukosa 2
200 mg/dL. Keluhan khas yang menyertai umumnya adalah banyak kencing (poliuria), sering
haus dan banyak minum (polidipsia), mudah lapar dan sering makan (polifagia), serta berat
badan menurun tanpa sebab yang jelas. Sementara itu, keluhan yang tidak khas yang
menyertai DM Tipe 2 antara lain kesemutan pada kaki, gatal daerah genital dan keputihan
pada wanita, luka infeksi yang sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, mata kabur, cepat lelah
dan mudah mengantuk, serta disfungsi ereksi pada pria.
a. Poliuria.
b. Polidipsia.
c. Polifagia.
d. Berat badan menurun.
e. Kesemutan pada kaki.
f. Rasa dan keputihan, infeksi, dan bisul.
g. Mata kabur.
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes melitus tipe 2 adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin
yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin. Faktor risiko DM Tipe 2 ini adalah
multi- faktorial, mencakup unsur genetik, gaya hidup, dan lingkungan yang mempengaruhi
fungsi sel beta dan jaringan sensitif insulin(otot, hati, jaringan adiposa, pankreas). Namun
demikian, mekanisme yang mengendalikan interaksi kedua gangguan tersebut hingga saat ini
belum diketahui secara pasti.
Di bawah ini akan diuraikan skema patofisiologi DM Tipe 2 mulai dari faktor-faktor
risiko hingga mempengaruhi terjadinya resistensi insulin, dan penurunan sekresi insulin di sel
beta pankreas. Di dalam perjalanan patofisiologi juga akan diuraikan manifestasi klinis yang
terjadi dan masalah-masalah keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien DM Tipe 2 yang
telah disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016).
Tahap selanjutnya akan diuraikan patogenesis dari perjalanan terjadinya resistensi
insulin dan kegagalan fungsi sel beta pankreas hingga menyebabkan kadar glukosa darah
puasa dan 2 jam setelah makan atau pembebanan mengalami peningkatan secara progresif
serta pendekatan manajemen terapi yang sebaiknya dilakukan.
Secara ringkas rangkaian faktor risiko diabetes hingga menyebabkan terjadinya
resistensi insulin dan kegagalan fungsi sel beta pankreas.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi fisik pasien DM tipe 2 secara umum.
a. Glukosa darah sewaktu, puasa, dan 2 jam setelah makan (sesuai kebutuhan) untuk
mengetahui tanda hiperglikemia
b. Asetonplasma dan lirine (keton): tanda positif menunjukkan adanya komplikasi akut
(Diabetik ketoasidosis/DKA)
c. Kandungan Elektrolit (sebagai dampak dari poliuria)
1) Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
d. Hemoglobin glukolisat (HbAlC). Kadar HbAIC jika mengalami peningkatan
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 2-3 bulan terakhir.
e. Darah lengkap. Hematokrit dan trombosit mungkin meningkat (akibat hemokosentarsi dan
dehidrasi) ; leukositosis (tanda Infeksi/ radang)
f. Urine. Dalam urine positif ditemukan kandungan glukosa serta aseton (glukosuria dan
tanda DKA). Pada kondisi ini berat jenis dan osmolalitas mungkin mengalami
peningkatan.
g. Kultur dan sensitivitas. Mungkin ada infeksi pada saluran kemih, infeksi pada saluran
pernapasan serta infeksi pada luka (Doengoes, 1999) yang perlu diidentifikasi jenis bakteri
dan tingkat sensitivitasnya terhadap antibiotika.
h. EKG: Pada keadaan hipokalemia akibat diuresis osmotik akan mengalami perubahan
gelombang.
F. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
a. Diet
b. Olahraga
c. Edukasi/penyuluhan
d. Pemberian obat-obatan
e. Pemantauan gula darah
f. Melakukan perawatan luka
g. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
i. Mengelola pemberian obat sesuai program
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Proses pengkajian ini juga dapat memetakan serta mengantisipasi berbagai kekuatan,
pertahanan serta kelemahanyang ada pada pasien. Selain iłu, pengkajian inijuga dapat
membantu dałam perawat merumuskan diagnosis keperawatan Yang sesuai. Pada pasien
diabetes melitus tipe 2 pengkajian data dasar pasien meliputi :
a. Keluhan Utama
Pada bagian ini, perawat meninjau kembali kesehatan pasien. Perawat juga
meninjau kembali berbagai indikator yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit DM.
Serta perawat harus teliti dalam bertanya dan mencatat datanya, dikarenakan keluhan
utama sangat penting untuk dikaji. Keluhan utama dari DM tipe 2 biasanya meliputi:
1) Luka sukar sembuh
2) Intensitas BAK di malam hari tinggi
3) Beratbadan berkurang
4) Haus meski cukup cairan
5) Lelah meski cukup istirahat
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tahap ini, perawat akan mengkaji riwayat penyakityang pernah dialami pasien di masa
dulu, yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Bagian pengkajian riwayat keluarga juga tidak kalah penting untuk dilakukannya
pengkajian yang akan mendukung riwayat kesehatan pasien karena tahap ini masih sangat
erat dengan kemungkinan adanya penyebab diabetes melitus tipe 2 adalah faktor
keturunan.
d. Pemeriksaan Penunjang
Tahap pemeriksaan fisik juga tidak kalah penting dari pengkajian, nantinya tahap ini
perawat akan mencari tandatanda dan gejala pada tubuh pasien. Berikut pemeriksaan fisik
yang dilakukan perawat pada pasien dengan gangguan sindrom Cushing, yakni:
a) Pola Aktivitas
1) Gejala: lemah, letih, sulitbergerak, hingga sulit berjalan serta terjadi kram otot,
tonus menurun.
2) Tanda: Takikardia dan takipnea ketika beraktivitas; letargi/disorientasi; penurunan
kekuatan otot.
b) Pola Istirahat
1) Gejala: gangguan tidur/istirahat.
2) Tanda: Takikardia dan takipneapada keadaan istirahat.
c) Pola Sirkulasi
1) Gejala: Adanya riwayathipertensi, MCI, kesemutan pada ekstremiitas, ulkus pada
kaki, dan penyembuhan luka atau penyakit yang lama.
2) Tanda: Takikardia, hipertensi, nadi yang menurun, kulit terasa panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung.
d) Pola Eliminasi
1) Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK, baru/berulang, nyeri saat abdomen ditekan, diare.
2) Tanda: Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat); urine berkabut dan berbau busuk
(terjadi infeksi); abdomen keras, adanya asites; bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare).
e) Pola Asupan Nutrisi dan Cairan
1) Gejala: nafsu makan hilang, mual muntah; tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat; penurunan berat badan dari periode beberapa hari/
minggu; haus berlebihan; penggunaan diuretik (tiazid).
2) Tanda: kulitkering/bersisik, turgorterlihatjelek; pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah); kekakuan/distensi abdomen,
muntah; bau halitosis, bau buah (napas aseton).
e. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan pemeriksaan berbagai data dasar dari pasien DM, perawat melakukan
pemeriksaan untuk tahap selanjutnya. Tahap selanjutnya adalah pemeriksaan fisik pasien.
Pemeriksaan fisik pada pasien Diabetes Melitus dilakukan secara menyeluruh hingga
seluruh bagian dari tubuh pasien dapat dijangkau. Pemeriksaan fisik itu meliputi keadaan
secara umum dari fisik pasien, tanda-tanda vital pasien, kesadaran pasien baik secara
psikologis atau sosial-kultural, lalu berbagai tandavitalpada tubuh pasien yang dijangkau
dari kepala hingga ujung kaki.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
Infeksi b.d peningkatan Leukosit
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
C. INTERVENSI
7
NO DIAG TUJUAN INTERVENSI
NO
SA
1 Ketidaksta Setelah Manajemen hiperglikemia
bilan dilaku Observasi :
gula kan
- Identifikasi kemungkinan penyebab
darah tindak
hiperglikemia
berhub an
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
ungan kepera
denga watan Terapeutik :
n selama
resiste 1x 24 - Berikan asupan cairan oral Edukasi :
nsi jam
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet
insulin maka
ketida Kolaborasi :
kstabil
an - Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
gula
darah
memb
aik
KH :

• Kestabilan kadar
glukosa darah
membaik
• Status nutrisi
membaik
• Tingkat pengetahuan
meningkat
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhub tindakan Keperawatan 1
Observasi :
ungan x24 jam diharapkan nyeri
dengan menurun KH :  Identifikasi identifikasi lokasi, karakteristik,
Agen • Tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas,intensitas nyeri
cedera menurun  Identifikasi skala nyeri
fisik • Penyembuhan luka Terapeutik :
membaik
• Tingkat cidera  Berikan teknik non farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri

Edukasi:

 Jelaskan penyebab dan periode dan pemicu nyeri

Kolaborasi

8
-Kolaborasi pemberian analgetik

3 Infeksi b.d peningkatan Setelah Pengcegahan Infeksi


Leukosit dilakukan Observasi
tintdakan - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
keperawat sistematik
an selama Terapetik
1x 24 jam
maka - Berikan perawatan kulit pada area edema
tingkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
infeksi pasien dan lingkungan pasien
menurun
KH : Edukasi
 Tingkat nyeri menurun
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Integritas kulit dan - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
jaringan membaik
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik

4 Intolerans Setelah Terapi aktivitas


i dilakukan
tintdakan Observasi :
Aktivi
tas keperawat - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
berhu an selama
- Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam
1x 24 jam
bunga aktivitas tertentu
intoleransi
n
aktivitas Terapeutik :
denga
membaik
n - Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
KH :
imobi menyesuiakan lingkungan untuk
• Toleransi aktivitas
litas mengakomodasi aktivitas yang di pilih
• Ambulasi
• Tingkat keletihan - Libatkan keluarga dalam aktivitas

Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan
serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).
E. EVALUASI
Menurut Nursallam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi Formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
9
sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi Somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, R. dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

10

Anda mungkin juga menyukai