DOSEN PEMBIMBING:
Heru Sulistijono, S.Kep, Ns.M.Kes
NIP. 19711001 199303 1 004
DISUSUN OLEH:
Ica Rochma Maulidina
NIM: P27820319024
TINGKAT 3 REGULER A
JURUSAN KEPERAWATAN
Disahkan pada
Hari/Tanggal :
Ruangan :
Mahasiswa
Mengetahui,
A. DEFINISI
Diabetes mellitus adalah sekumpulan gejala yang imbul pada seorang yang engalami
peningkatan gula darah (glukosa) akibat kekurangan hormon insulin. Diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa
dalam darah ata hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insuli
yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2012).
B. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan
pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen )
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yangdianggap seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu Dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi Sel Beta
2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependen Diabetes Melitus / NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dangangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .Faktor genetic diperkirakan memegang
peranan dalam prosesterjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-
faktorresiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas (kelebihan berat badan)
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asliamerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untukterjadinya diabetes tipe II
disbanding dengan golongan Afro-Amerika ( Smeltzer and Bare, 2000 )
C. PATOFISIOLOGI
Pada DM tipe 1, tubuh tidak mampu menghasilkan insulin karena kerusakan sel-sel
beta ankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Insulin berfungsi untuk
mengontrol kadar gluukosa dalam tubuh, karena insulin tadi tidak dapat dihasilan, maka
mengakibatkan glukosa itu menumpuk. Jika kadar gula dalam darah tinggi dapat
mengakibatakan ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glkosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa berelbihan diekskresikan dalam urin disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit (diuresis osmotik). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan berkemih (polisuri) dan rasa haus (polidps). Defisiensi insulin
juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penuruna BB.
Pasien juga mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat penurunan simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Pada DM tipe 2 paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih darii
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif
maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering
bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri. Polidipsi. Luka pda kulit yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi.
D. PATHWAY
DM Tipe I DM Tipe II
E. KLASIFIKASI
1. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Melitus Tergantung
Insulin (DMTI)
5-10% penderita DM adalah tipe 1. Sel – sel beta dari pankreas yang
normalnya menghaslkan insulin dihancurkan oleh autoimun. Diperlukan suntikan
insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi
sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) / Diabetes Mellitus Tak
Tergantung Insulin (DMTTI)
90-95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan
jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga ,
jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikomik
(suntikan insulin dibutuhkan jka preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia).
Terjadi paling sering pada mereka yang berusia 30tahun keatas dana pada mereka
yang obesitas
3. DM tipe lain
Karea kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreaitik), obat, infeksi,
sindroma penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan : Gestasional Diabetes Mellitus (GDM)
Diabetes ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
G. KOMPLIKASI
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetes
b. Hipoglukemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hyperosmolar
d. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malamhari diikuti
peningkatan rebound pada pagi hari )
e. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara jam 5-9
pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi
hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
1) Penyakit arteri koroner (aterosklerosis)
2) Penyakit vaskuler perifer
3) Stroke
b. Mikroangiopati
1) Retinopati
2) Nefropati
3) Neuropati diabetik
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan kadar serum glukosa
a. Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120mg/dl pada 2 x tes
b. Gula darah 2 jam pp : 200mg/dl
c. Gula darah sewaktu : lebih dari 200mg/dl
2. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140mg/dl dan hasil 2jam serta 1 nilai lebih dari
200 mg/dl setelah beban glukosa 75gr
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urine
Pemeriksaan reduksi urine dengan cara Benedic atau menggunakan enzim glukosa.
Pemeriksaan reduksi urine positif jika didapatkan glukosa dalam urine
I. PENATALAKSANAAN
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Diet
Sederhananya, pasien diabetes bisa menyantap berbagai jenis makanan selama masih
dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhan kalori harian.
a. Bahan makanan yang dibatasi
1) Makanan yang digoreng dan mengandung lemak jenuh dan lemak trans yang
tinggi.
2) Minuman dengan tambahan pemanis atau gula, seperti jus, soda, minuman
kaleng, maupun minuman instan lainnya.
3) Makanan tinggi garam (natrium).
4) Permen, es krim, biskuit, atau makanan manis lainnya.
b. Mengatur jadwal makan
Jadwal makan yang sesuai dengan prinsip diet diabetes melitus meliputi:
1) 3 kali makanan utama yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam
2) 2-3 kali makanan selingan (camilan) di antara makan siang dan makan malam.
3) Latihan fisik
Latihan fisik dapat menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan
pengambilan Glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Selain itu
juga dapat mengurangi resiko gangguan kardiovaskuler dan memperbaiki
sirkulasi darah dan tonus otot.
2. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi dan hiperglikemi
3. Terapi
a. Insulin : dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar gula darah
b. Obat oral anti diabetic
Sulfonaria :
1) Asetoheksamid (250mg, 500mg)
2) Clorpopamid (100mg, 250mg)
3) Glipizid (5mg, 10mg)
4) Glyburid (1,25mg ; 2,5mg ; 5mg)
5) Totazamid (100mg, 250mg, 500mg)
6) Tolbutamid (250mg, 500mg)
Biguanid :
1) Metformin 500mg
4. Pendidikan kesehatan
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat, pengenalan
dan pencegahan hipoglikemi/hiperglikemi
b. Tindakan preventif : perawatan kaki, perawatan mata, hygiene umum
c. Meningkatkan kepatuhan program diet dan obat.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
X X x X
X x
x 53 55
35 30
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan
: Tinggal serumah
X : Meninggal
: Garis pernikahan
B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini : Keluarga dengan anak usia pertengahan
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tdk Dpt Dijalankan
Bila Tdk dijalankan, sebutkan : ..................................................................................
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg : Tdk ada konflik nilai Ada Konflik
Pengambilan keputusan dalam keluarga :
D. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik
E. POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga : Tidak ada
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1& 2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar 5
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran s.d 6
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif s.d 7
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Riwayat 1 2
pengobat Pemeriksaan Lab 1 2
TD: 120/80mmHg,
N: 89x, S: 36,5oC
BB: 69kg
BMI: 24,4
GDA: 135g/dl
DO: -
TD: 120/80mmHg,
N: 89x, S: 36,5oC
BB: 69kg
BMI: 24,4
GDA: 135g/dl
1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan pada Keluarga Tn. K khususnya Ny. S b.d
kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit d.d Ny. S rutin minum obat (D.
0012)
2. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga pada Tn. K khususnya Ny. S b.d kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan d.d Ny. S kontrol rutin (D. 0090)
Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan pada Keluarga Tn. K khususnya Ny. S b.d
kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit d.d T Ny. S n. W rutin minum
obat (D. 0012)
2 kesehatannya
Skala: 2 1 𝑥 1 = 0,6
3
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya Keluarga merasakan sebagian
masalah aktifitas yang dilakukan dari
rutinnya minum obat
Skala:
1
- Segera 2 1 1 𝑥 1 = 0,5
1
- Tidak perlu
segera 1
- Tidak
dirasakan 0
Total 3,1
Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga pada Tn. K khususnya Ny. S b.d kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan d.d Ny. S kontrol rutin (D. 0090)
- Mudah 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat
0
3 Potensial untuk 1 1 1 Masalah dihentikan, Ny. S
𝑥 1 = 0,3
dicegah 3 rutin minum obat
Skala:
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya 1 1 1 Keluarga sudah merasakan
𝑥 1 = 0,5
masalah 2 sebagian adanya masalah
pada anggota keluarga
Skala:
- Segera 2
- Tidak perlu
segera 1
- Tidak
dirasakan 0
Total 2,8
1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan pada Keluarga Tn. K khususnya Ny. S b.d
kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit d.d Tn. W rutin minum obat (D.
0012)
2. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga pada Tn. K khususnya Ny. S b.d kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan d.d Ny. S kontrol rutin (D. 0090)
DIAGNOSA RENCANA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
NO KEPERAWATAN TINDAKAN
KELUARGA UMUM KHUSUS KRITERIA STANDART
HARI/TGL/ DX TT
NO TINDAKAN KEPERAWATAN
JAM KEPERAWATAN NAMA JELAS
Hasil:
- Ny. S memahami penjelasan
kesehatan yang dialami
(Penjelasan tentang komplikasi
diabet dan cara pengobatan pada
penyakit diabet )
2 Rabu, 23 Kesiapan Observasi: Ica Rochma
Maret Peningkatan - Mengidentifikasi kemampuan
2022/12-30
Koping Keluarga yang dimiliki
Edukasi:
pada Tn. K
khususnya Ny. S - Memotivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
b.d kemampuan Edukasi
keluarga dalam - Menganjurkan keluarga terlibat
memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan d.d Ny.
S kontrol rutin
(D. 0090)
Memanfaatkan Hasil:
fasilitas pelayanan - Ny. S memahami anjuran yang
dijelaskan oleh perawat
kesehatan d.d Ny. - Ny. S mampu mengetahui
S kontrol rutin kemampuan yang dimiliki
(D. 0090)
EVALUASI