Disusun Oleh:
Lestary Kadir
Nurul Hidayah Syam
Natasha Mandiangan Pomandia
Yolanda Parura
Pembimbing:
dr. Sostro Mulyo, Sp.PD
dr. Moch. Hasrun
LAPORAN KASUS
I.IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 54 tahun
Alamat : Belopa
Suku : Bugis
Agama : Islam
II.ANAMNESIS
Keluhan utama : Lemas
Riwayat Penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Batara Guru
dengan keluhan lemas dan pusing disertai keram-keram pada tangan yang tidak
hilang dengan beristirahat. Pasien juga mengeluhkan sering terbangun pada
malam hari untuk kencing, dalam sehari pasien dapat kencing dengan frekuensi
>8x. Pasien juga mengatakan saat ini sering merasa mudah haus sehingga
sering minum. Berat badan juga dikatakan menurun kira-kira >5 kg dalam
sebulan walaupun nafsu makan pasien dikatakan baik.
Riwayat penyakit dahulu : Disangkal
Riwayat penyakit keluarga : Ayah pasien meninggal setelah berobat DM
dengan komplikasi.
Riwayat pengobatan : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat sosial dan kebiasaan : Pasien merupakan IRT
III.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Keadaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
GCS : E4 M6 V5
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36.7°C
SpO2 : 97%
Berat Badan : 64 kg
Kepala
Bentuk kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, tebal, tidak rontok
Simetris : Kiri - Kanan
Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Bulat Isokor diameter 2 mm/2 mm. Refleks cahaya
langsung / tidak langsung (+/+)
Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan : (-/-)
Hidung
Bentuk : Simetris
Perdarahan : -
Mulut
Bibir : Kering (-), pecah-pecah (-), sianosis (-),
Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri-kanan. Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Vocal fremitus kiri – kanan simetris
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan : ICS III-V linea sternalis kanan
: Batas kiri : ICS V linea midclavicularis kiri,
: Batas atas : ICS II linea parasternalis kanan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), Gallop (-)
murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris,
benjolan (-)
Palpasi : Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Genitalia
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 10 November 2021
Hematologi
Kimia Klinik
GDS 387 ≤ 200 mg/dL
V.RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Batara Guru dengan keluhan lemas dan
pusing disertai keram-keram pada tangan yang tidak hilang dengan beristirahat.
Pasien juga mengeluhkan sering terbangun pada malam hari untuk kencing,
dalam sehari pasien dapat kencing dengan frekuensi >8x. Pasien juga
mengatakan saat ini sering merasa mudah haus sehingga sering minum. Berat
badan juga dikatakan menurun kira-kira >5 kg dalam sebulan walaupun nafsu
makan pasien dikatakan baik. Riwayat keluarga ayah pasien memiliki penyakit
DM dengan komplikasi. Hasil pemeriksaan lab : HGB : 11,2 g/dL, HCT :
32,7% ,GDS : 387 mg/dL.
VI.Diagnosis
Diabetes melitus tipe 2
VII.Penatalaksanaan
Medika mentosa :
- IVFD 28 tpm
- Sohobion 1amp/ 24 jam/ drips
- Metformin 500 mg/8jam/PO
- Glimepiride 2mg 1-0-0
- Amlodipin 5mg 0-0-1
Non Medikamentosa :
Diet sesuai gizi
VIII.Prognosis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.4
Diabetes Melitus tipe 2 ditandai dengan gangguan sekresi insulin,
resistensi insulin, produksi glukosa hati yang berlebihan, metabolisme lemak
abnormal, dan inflamasi sistemik derajat rendah. Pada tahap awal gangguan,
toleransi glukosa tetap mendekati normal, meskipun terjadi resistensi insulin,
karena sel beta pankreas mengimbangi dengan meningkatkan keluaran insulin.9
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah. WHO sebelumnya telah memutuskan bahwa
diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai
suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di
mana didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin.10
Klasifikasi diabetes melitus menurut Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia adalah sebagai berikut:3
1. Diabetes melitus tipe 1.
Destruksi sel beta, umumnya berhubungan dengan pada defisiensi insulin
absolut.
- Autoimun
- Idiopatik
2. Diabetes melitus tipe 2.
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin.
3. Diabetes melitus gestasional.
Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan
dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan diabetes
4. Tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain.
Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL dan
trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Keton, sedimen, dan protein dalam urin
Elektrokardiogram
Foto dada
Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria diabetes
melitus maka akan dimasukan ke dalam kelompok prediabetes yang terdiri dari
kelompok dengan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan kelompok dengan
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). 3
Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) dinyatakan apabila hasil
pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dL, dan pemeriksaan
TTGO glukosa plasma 2 jam < 140 mg/dL.
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) jika pemeriksaan glukosa plasma 2
jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dL dan glukosa plasma puasa <100
mg/dL.
Bersama – sama didapatkan GDPT dan TGT.
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
HbA1c yang menunjukkan angka 5,7 – 6,4%.
Apabila ditemukan gejala khas diabetes melitus, pemeriksaan glukosa
darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun
apabila tidak ditemukan gejala khas diabetes melitus, maka diperlukan dua kali
pemeriksaan glukosa darah abnormal. Diagnosis diabetes melitus juga dapat
ditegakkan melalui cara berikut:
Pada praktik sehari- hari, hasil pengobatan diabetes melitus tipe 2 harus
dipantau secara terencana. Tujuan pemeriksaan glukosa darah yaitu mengetahui
apakah sasaran terapi telah tercapai, melakukan penyesuaian dosis obat bila
belum tercapai sasaran terapi. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
dengan menggunakan darah kapiler. Saat ini banyak didapatkan alat pengukur
kadar glukosa darah dengan menggunakan reagen kering yang sederhana dan
mudah dipakai sehingga dapat melakukan pemantauan glukosa darah secara
mandiri di rumah.9
BAB IV
PENUTUP
9. Kasper, D. L., Hauser, S. L., Longo, D. L., Loscalzo, J., Jameson, J. L., &
Fauci, A. S. (2018). Obesity, Diabetes Mellitus, and Metabolic Syndrome.
In Harrison's Principles of Internal Medicine (20th ed., Vol. I, pp. 2850–
2882). essay, McGraw-Hill.
10. Purnamasari D. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam: Setiati
S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing. 2014. h.
2323-7.
11. Gurung P, Jialal I. Plasma Glucose. [Updated 2020 Sep 2]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541081/
12. Sherwani SI, Khan HA, Ekhzaimy A, Masood A, Sakharkar MK.
Significance of HbA1c Test in Diagnosis and Prognosis of Diabetic
Patients. Biomark Insights. 2016 Jul;11:BMI.S38440.
13. Negera GZ, Weldegebriel B, Fekadu G. Acute Complications of Diabetes
and its Predictors among Adult Diabetic Patients at Jimma Medical Center,
Southwest Ethiopia. DMSO. 2020 Apr;Volume 13:1237–42.