Disusun oleh:
(Kelompok 1)
2019
Gambaran Kasus
Ny. S, usia 55 th, suku Betawi, pendidikan SMP, agama Islam, Ny. S adalah pasien
rawat jalan yang datang dengan diagnosis medis DM tipe II, CKD on HD dan Hipertensi
stage II, masuk dengan dengan keluhan pusing dan pegal pada bagian tengkuknya, terasa
agak mual dan berkurang nafsu makan. TB = 145 kg, BB kering = 57 kg, BB. Hasil lab :
kolesterol total = 240 mg/dl (N < 200), TD = 140/100 mmHg, ureum 46 mg/dl, kreatinin 8,7
mg/dl gula darah puasa 223 mg/dl. Pasien sudah menjalankan terapi dialysis rutin selama
setahun terakhir 2 kali/minggu @5 jam. Dengan gula darah yang belum terkontrol.
Pasien adalah seorang janda pensiunan pegawai negeri yang tinggal bersama anak dan
menantunya. Pekerjaan rumah sehari - hari, membersihkan rumah, ke pasar dan memasak
dikerjakan oleh menantunya, dimana pasien sering minta untuk menambahkan penyedap
dalam masakannya. Kegiatan Sehari-hari waktunya banyak dihabiskan dengan nonton TV
rata - rata 9 jam, tidur malam dan siang 10 jam. Pasien sudah pernah mendapat edukasi dan
konseling gizi pada saat mulai terapi dialysis.
Pola makan 3x/hari : nasi dengan lauk pauk lebih sering digoreng, hewani (ayam/ikan
asin goreng) 2x/hari, nabati (tempe goreng) 1x/hari, sayuran 2x/hari, sambal terasi, buah
(pisang) 1x/hari, minum teh manis 2x/hari, makanan selingan lebih sering berupa singkong
goreng/kentang 2x/hari 2-3 potong. Hasil anamnesa gizi asupan : E = 1850 kkal, P = 47,5 g,
L= 73 g, KH = 250 g.
BAGIAN 1. ASSESSMENT
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S No RM : -
Umur : 55 tahun Ruang : -
Sex : Wanita Tgl Masuk : -
Pekerjaan : - Tgl Kasus : -
Pendidikan : SMP Alamat : Limo, Depok
Diagnosis medis : DM tipe II, CKD on HD, dan
Agama : Islam
Hipertensi II
Kesimpulan :
Ny. S masuk rumah sakit dengan keluhan pusing dan pegal pada bagian
tengkuk, mual, serta berkurangnya nafsu makan. Hasil diagnosa Ny. S menderita
PGK on HD, DM tipe II, dan Hipertensi stage II. Sejak satu tahun terakhir Ny. S
menjalani terapi dialysis dikarenakan penyakit ginjal kronik yang diderita. Dilihat dari
hasil food recall 24 jam Ny. S senang mengonsumsi makanan yang digoreng.
Sementara itu, dilihat dari data aktifitas fisik Ny. S kurang suka untuk menjalani
olahraga dan lebih sering untuk tidur dan menonton TV.
Pembahasan :
Keluhan yang dirasakan Ny. S merupakan gejala dari penyakit ginjal kronik
yang diderita seperti mual dan nafsu berkurang dapat terjadi karena adanya
penumpukan ureum dalam darah sebagai akibat progresifitas penyakit ginjal
(hipermetabolisme, hiperkatabolisme, meningkatnya tekanan intraglumerulus). Selain
itu, keluhan pusing dan pegal pada bagian tengkuk dapat mengindikasikan Ny. S juga
mengalami hipertensi/merupakan gejala dari hipertensi.
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Gagal ginjal kronik dapat berlanjut menjadi
gagal ginjal terminal atau end stage renal disease dimana ginjal sudah tidak mampu
lagi untuk mempertahankan substansi tubuh, sehingga membutuhkan penanganan
lebih lanjut berupa tindakan dialisis atau pencangkokan ginjal sebagai terapi
pengganti ginjal (Tierney ML, 2009).
B. Antropometri
Tinggi Badan Berat Badan (Kering)
145 cm 57 kg
Kesimpulan :
IMT pasien tergolong obesitas tingkat I yaitu 27,11 kg/m².
Pembahasan :
IMT = BB/TB2
= 57/(1,45)²
= 57/2,1025
= 27,11 kg/m²
Berdasarkan klasifikasi status gizi berdasarkan IMT menurut HISOBI 2004 dan
PERKENI 2006 adalah:
Klasifikasi Status Gizi IMT (kg/m2)
Kurus <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Gemuk (Overweight) >23
Resiko Obesitas 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II >30
C. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Urin/Darah Satuan/Nilai Normal Awal Kasus Keterangan
Kolesterol total <200 mg/dL 240 mg/dL Tinggi
Gula darah puasa 80-120 mg/dL 223 mg/dL Tinggi
Sedimen dalam Urin
Ureum 5-20 mg/dL 46 mg/dL Tinggi
Kreatinin 1-2 mg/dL 8,7 mg/dL Tinggi
Kesimpulan :
Kadar kolesterol total, gula darah puasa, ureum, dan kreatinin Ny. S
menunjukkan hasil yang tinggi. Berdasatkan hasil tersebut, selain menderita Penyakit
Ginjal Kronik, Ny. S juga menderita Diabetes Mellitus.
Pembahasan :
Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit yang penyebabnya multifaktor
mencakup faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor-faktor risiko DM antara lain
overweight (BMI ≥ 25), hipertensi (sistolik ≥ 140 mmHg), peningkatan LDL (Low
Density Llipoprotein) dan trigliserid (≥ 250 mg/dl), rendahnya kadar HDL (High
Density Lipoprotein) ≤ 35 mg/dl, gangguan toleransi glukosa, kurangnya aktivitas
fisik, ras, riwayat diabetes gestasional atau bayi lahir besar (>4 kg), dan adanya
riwayat penyakit pembuluh darah (Dannis L, 2005). Banyak bukti penelitian yang
menunjukkan bahwa penyebab timbulnya gagal ginjal pada diabetes melitus adalah
multifaktor, mencakup faktor metabolik, hormon pertumbuhan dan cytokin, dan
faktor vasoaktif. Penelitian lain di Inggris menyimpulkan bahwa faktor risiko
nefropati diabetik adalah glikemia dan tekanan darah, ras, diet dan lipid, serta genetic.
Nefropati diabetik, yang merupakan suatu penyakit ginjal kronis, merupakan
penyebab terjadinya gagal ginjal terminal yang juga merupakan komplikasi dari
penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko yang sudah diketahui menyebabkan timbulnya
nefropati diabetik dan penyakit kardiovaskular adalah hiperglikemi, hipertensi,
peningkatan kadar kolesterol LDL, dan albuminuria (Ritz E, 2000).
Seseorang yang menderita penyakit diabetes melitus disertai dengan kadar
kolesetrol dan trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis. Buruknya
sirkulasi ke sebagian besar organ menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan,
merangsang reaksi peradangan yang berperan menimbulkan aterosklerosis, hal ini
sering kali didapatkan pada pasien dengan gangguan toleransi glukosa. Adanya faktor
resiko lain seperti hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis.
Konsekuensi dari aterosklerosis merupakan penyempitan lumen pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya suplai darah ke ginjal sehingga menimbulkan gangguan
proses filtrasi glomerulus yang dapat mengakibatkan kerusakan ginjal (Bhagaskara,
Liana & Santoso, 2015; Wahyuningsih et al., 2018).
Salah satu cara menilai penurunan fungsi ginjal yakni dari penurunan GFR
dan akan diikuti dengan kenaikan kadar kreatinin dan ureum darah . Kreatinin adalah
produk protein otot yang merupakan hasil metabolisme otot. Kreatinin dilepaskan
oleh otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresikan ke dalam urin
dalam dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui
kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari
ke hari, kadar yang lebih besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi
ginjal (Corwin. E.J., 2009). Peningkatan kadar ureum darah juga bergantung pada
tingkat kerusakan LFG. Pada penderita gagal ginjal kronik peningkatan kadar ureum.
Hal ini disebabkan karena pada penderita gagal ginjal kronik terjadi pennurunan
fungsi ginjal sehingga menyebabkan retensi sisa metabolisme protein karena tidak
dapat diereksikan oleh ginjal (Arie, 2005).
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan Umum/kesadaran : compos mentis (sadar penuh)
2. Vital Sign : - Tensi : 140/100 mmHg
Kesimpulan :
Berdasarkan konsensus penatalaksanaan hipertensi tahun 2019, pasien memiliki
tekanan sistol yang tergolong hipertensi derajat I (140-159 mmHg) dan tekanan diastol yang
tergolong hipertensi tahap II (100-109). Berdasarkan hal tersebut, pasien mengalami
hipertensi stage II.
Pembahasan:
Hipertensi adalah gejala dari sebuah sindroma, kemudian akan memicu pengerasan
pembuluh darah sampai terjadi kerusakan target organ terkait. Hipertensi merupakan
manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem kardiovaskular, yang mana
patofisiologinya adalah multifaktor. Faktor risiko yang berberperan untuk kejadian
komplikasi penyakitkardiovaskular, ialah faktor risiko mayor seperti hipertensi, dan
kerusakan organ sasaran seperti jantung, otak, penyakit ginjal kronik, penyakit arteri perifer
(Anggun et al., 2016). Faktor risiko hipertensi meliputi: umur, kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, stres, (faktor risiko yang
dapat diubah) (Michael et al., 2014).
Banyak ahli yang telah melakukan penelitian mengenai mekanisme terjadinya
hipertensi dan kaitannya dengan asupan zat gizi. Meningkatnya asupan lemak dapat
meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatetik yang akhirnya akan menyebabkan hipertensi.
Asupan natrium yang tinggi pula dapat menyebabkan hipertensi, terutama bila ginjal
mengalami gangguan karena fungsi ginjal mulai tidak normal sehingga tidak dapat
mengekskresikan natrium dalam jumlah normal, akibatnya natrium di dalam tubuh dan
volume intravascular meningkat sehingga terjadilah hipertensi (Khomsan, 2010).
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi makro pasien, asupan
zat gizi pasien tergolong tinggi/berlebih dengan presentase asupan energy 129,41%,
protein 123,69%, dan lemak 229,8%.
F. Terapi Medis
Jenis
Fungsi Interaksi Gizi
Obat/Tindakan
Tidak diketahui terapi medis yang diberikan
BAGIAN 2.
DIAGNOSA GIZI
(NI-2.2) Asupan oral berlebih berkaitan dengan ketidakpatuhan diet yang diberikan ditandai
oleh hasil food recall 24 jam presentase asupan energy 129,41%, protein 123,69%, lemak
229,8%, dan karbohidrat 107,6% dan status gizi pasien yang tergolong obesitas tingkat I.
(NC-2.2) Perubahan data lab terkait permasalahan gizi berkaitan dengan penyakit ginjal
kronik dan diabetes mellitus yang diderita ditandai dengan hasil pemeriksaan kolesterol, gula
darah sewaktu, kreatinin, dan ureum yang tinggi
(NB-1.6) Kurangnya kepatuhan terhadap saran terkait gizi yang dianjurkan berkaitan dengan
Ny. S tidak menjalankan diet yang sudah pernah didapatkan dari konseling gizi sebelumnya
terkait dengan penyakit CKD yang diderita ditandai dengan konsumsi makanan tinggi lemak
SMRS dilihat dari asupan sebesar 229,8%.
BAGIAN 3.
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan
1. Tujuan Intervensi
a. Memenuhi asupan energy, karbohidrat, protein, dan lemak sesuai
dengan kebutuhan zat gizi Ny. S guna menggantikan zat gizi yang
hilang dan mencapai status gizi optimal
b. Mengurangi gejala yang diakibatkan oleh permasalahan
gastrointestinal seperti tidak nafsu makan dan mual dengan pemberian
bentuk makanan yang sesuai kondisi pasien dan jenis makanan yang
tidak merangsang saluran pencernaan
c. Membantu menurunkan dan menjaga nilai laboratorium terkait dengan
zat gizi dan penyakit agar tetap dalam batas normal
d. Menjaga agar penumpukan produk sisa metabolisme protein tidak
berlebihan dengan pemberian asupan protein rendah 0,8 gr/kgBB
e. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarganya mengenai pola
makan yang seimbang terkait kondisi pasien
2. Preskripsi Diet
a. Syarat Diet :
Mencukupi energy sesuai dengan kebutuhan harian yaitu
1429,56 kkal
Mencukupi kebutuhan zat gizi protein rendah sebesar 1,1
gr/kgBB
Mencukupi kebutuhan lemak cukup sebesar 20% dari
kebutuhan harian. Mengganti sumber lemak jenuh dengan
lemak tidak jenuh dan kolesterol rendah maksimal 300 mg/hari
Mencukupi kebutuhan karbohidrat sedang sebesar 65% dari
kebutuhan harian
Natrium dibatasi, yaitu sebesar 600 mg/hari
Asupan cairan dibatasi serta sesuai dengan keseimbangan
cairan dan kondisi pasien
b. Terapi Diet
Jenis Diet : Diet DM 1500 kkal, RP, RG II, Dislipidemia II
Bentuk Makanan : Lunak Tim
Cara Pemberian : Oral
Frekuensi : 3x makanan utama dan 3x selingan
c. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Perhitungan energy berdasarkan rumus PERKENI, 2015:
BMR = 25 kkal x 57 kg = 1425 kkal
Koreksi Umur = 5% x 1425 = 71,25
(-) -> 1353,75
Aktivitas = 20% x 1353,75 = 270,75
(+) -> 1624,5
Koreksi BB = 20% x 1624,5 = 324,9
(-) -> 1299,6
Stress Metabolik = 10% x 1299,6 = 129,96
(+) -> 1429,56 kkal
Jadi, kebutuhan energy Ny. S sebesar 1429,56 kkal
Kebutuhan Protein :
1,1 x 48 kg (BBa) = 52,8 gram
Kebutuhan Lemak :
20% x 1429,56 = 31,76 gram
Kebutuhan Karbohidrat :
65% x 1429,56 = 232,3 gram
B. Implementasi
1. Rekomendasi Menu
2. Edukasi Gizi
Topik :
Diet DM – RP – RG II – Dislipidemia II
Sasaran :
Pasien yang mengalami dan keluarga yang menjaga untuk membantu
mengingatkan pada pasien dan menjaga pola makan pasien
Tujuan Edukasi :
Membantu pasien mengubah perilaku makan yang salah dan
membantu pasien untuk mencapai berat badan normal
Tempat Dan Waktu :
Ruang Rawat Inap Pasien dan dilakukan selama 15-20 menit
METODE :
Bedside Teaching dan Tanya Jawab yang dilakukan langsung kepada
pasien dengan dibantu keluarga yang menunggu serta diberikan pre
test dan post test
ALAT :
Flipchart dan Daftar Bahan Makanan Penukar
ISI MATERI E DUKASI :
a. Menjelaskan mengenai makanan apa saja yang boleh maupun yang
tidak boleh di konsumsi
b. Menginformasikan mengenai makanan yang harus dibatasi oleh
pasien
c. Memberitahu mengenai diet yang sesuai untuk penderita DM,
Hipertensi, dan PGK on HD kepada pasien
Pembahasan:
Tujuan dari pemberian edukasi ini antara lain untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai masalah gizi yang dialami
pasien. Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi
pasien, dan cara mengatur makanan bagi pasien DM, Hipertensi, dan
PGK on HD. Edukasi yang diberikan ini dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner pengetahuan dan melakukan pre-test dan post-
test kepada pasien dan keluarga pasien. Dengan adanya edukasi ini
diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga
pasien mengenai masalah gizi yang dialami oleh pasien. Dalam
pelaksanaanya, media yang digunakan dalam edukasi dapat berupa
flipchart, serta tabel daftar makanan penukar, dan rekomendasi menu
diet.
3. Penerapan Konseling :
a. Sasaran Konseling : Pasien dan Keluarga pasien
b. Tujuan Konseling :
Memberikan motivasi kepada pasien untuk makan dengan porsi dan
jumlah yang cukup disertai dengan pemilihan bahan makanan yang
tepat
Memberikan pengertian mengenai penerapan dan pengetahuan untuk
dapat mengimplementasikan diet yang sesuai supaya dapat membantu
memulihkan kondisi pasien
Memberikan pengertian dan pengetahuan bagi pasien dan keluarga
pasien mengenai pelaksanaan dialysis rutin pasien untuk mengurangi
akumulasi toksin uremik
c. Target Konseling :
Pasien semakin termotivasi untuk menghabiskan makanan yang
disediakan dan dapat termotivasi untuk mengonsumsi makanan dengan
porsi dan jumlah yang sesuai dan pemilihan bahan makanan yang tepat
Keluarga dapat membantu dan mendukung pasien untuk menerapkan
diet
Pasien mau melakukan dialysis secara rutin
d. Waktu Konseling :
Waktu konseling kepada pasien dan keluarga pasien sekitar 30 menit
e. Metode Konseling :
Penyuluhan individu
f. Alat Bantu Konseling :
Leaflet/brosur: Dapat digunakan untuk menunjukkan diet yang sedang
dijalani pasien
Food model : Dapat digunakan untuk menunjukkan porsi makanan dan
macam-macam bahan makanan penukar
g. Materi Konseling :
Materi konseling merupakan program yang mencakup pendekatan,
pendidikan, dukungan perilaku, dan motivasi (Jeffrey, 2011). Dimana
berisi mengenai Pengertian mengenai DM dan PGK on HD. Penjelasan
mengenai asupan yang sehat dan seimbang dengan sesuai kaidah pedoman
gizi seimbang. Dimana berisi mengenai keberagaman makanan dan
standar porsi sesuai kebutuhan dan sesuai dengan kondisi pasien.
Pemahaman mengenai pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan tubuh dan
pentingnya pemeriksaan darah secara teratur untuk memonotoring
perkembangan penyakit.
BAGIAN 4.
MONITORING-EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA