(KASUS 3)
Disusun oleh:
(Kelompok 6)
2021
Gambaran Kasus
Tn. F, usia 42 tahun, suku Jawa, agama Islam, dan pekerjaan Tentara. Tn. F adalah
pasien rawat inap dengan diagnosis medis DM tipe 2, masuk dengan kelugan lemas, nyeri
dada, serta memiliki luka pada kaki kanan. TB= 171 cm, BB= 78 kg. Hasil lab: kadar glukosa
darah postprandial 220 mg/dl, Hemoglobin 11.7 g/dl, Leukosit, 13.700/mm3. Hasil
pemeriksaan fisik pada Tn. F memiliki tekanan darah 110/70 mmHg. Denyut nadi Tn. F
◦
adalah 66 x/menit. Respirasi Tn. F adalah 22x/ menit, dan suhu badannya adalah 36.1 c.
Tn. F suka mengonsumsi makanan yang diolah dengan digoreng, dan juga makanan
yang bersantan. Tn.F sering sekali minum teh manis. Tn. F tidak suka mengonsumsi buah dan
sayuran.
BAGIAN 1. ASSESSMENT
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. F No RM : -
Umur : 42 tahun Ruang : -
Sex : Pria Tgl Masuk : -
Pekerjaan : Tentara Tgl Kasus : -
Pendidikan : - Alamat : -
Agama : Islam Diagnosis medis : DM tipe II
Tn. F masuk rumah sakit dnegan keluhan lemas, nyeri dada dan memiliki luka
pada kaki kanannya. Hasil diagnose Tn. F menderita Diabetes Mellitus tipe 2. Dilihat
dari hasil dietary history, Tn. F menyukai makanan yang digoreng, bersantan, serta
sering meminum teh manis. Tn. F juga tidak suka mengonsumsi sayur dan buah.
Pembahasan :
Keluhan yang dimiliki oleh Tn. F merupakan gejala dari penyakit diabetes
mellitus, tanda dan gejala dari diabetes mellitus adalah badan terasa lelah, dan
mengantuk serta lemas (Fitriyanti et al. 2019). Adanya luka pada kaki kanan Tn. F
merupakan ulkus diabetikum yang salah satu akibat dari komplikasi kronik atau
jangka panjang dari penyakit DM (Roza et al. 2015). Kegemaran Tn. F dalam
mengonsumsi makanan yang digoreng, bersantan, dan juga suka meminum teh manis
merupakan salah satu penyebab dari penyakit diabetes mellitus. Ketidaksukaan Tn. F
dalam mengonsumsi sayur dan buah juga merupakan salah satu penyebab terjadinya
penyakit diabetes mellitus, berdasarkan penelitian terdapat ubungan antara konsumsi
sayur sebanyak 3 porsi atau lebih dalam sehari dapat menormalkan kadar glukosa
darah, karena sayur dan buah memiliki banyak air dan serat serta kepadatan energy
yang rendah sehingga menimbulkan rasa kenyang yang lama dan dapat mengurangi
asupan energy (Nur M. 2019)
B. Antropometri
Tinggi Badan Berat Badan
171 cm 78 kg
Kesimpulan :
IMT pasien tergolong obesitas tingkat I yaitu 26.67 kg/m².
Pembahasan :
IMT = BB/TB2
= 78/(1,71)²
= 78/2.924
= 26.67 kg/m²
Berdasarkan klasifikasi status gizi berdasarkan IMT menurut HISOBI 2004 dan
PERKENI 2006 adalah:
Klasifikasi Status Gizi IMT (kg/m2)
Kurus <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Gemuk (Overweight) >23
Resiko Obesitas 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II >30
C. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Urin/Darah Satuan/Nilai
Awal Kasus Keterangan
Normal
Glukosa darah 2 jam post prandial 80-140 mg/dl 220 mg/dl Tinggi
Hemoglobin 13.5-17.5 g/dl 11.7 g/dl Rendah
Leukosit 3200-10.000 mm3 13.700 mm3 Tinggi
Kesimpulan :
Kadar glukosa darah 2 jam post prandial Tn. F menunjukkan hasil yang tinggi.
Hasil pemerikaan darah Tn. F leukosit memiliki hasil yang tinggi, sedangkan pada
hemoglobin memiliki hasil yang rendah.
Pembahasan :
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup
yang todak sehat dan salah satu kebiasaan buruknya adalah pola makan. Pola makan
yang dimaksu adalah jenis makanan, jumlah porsi makan, dan lamanya siklusi dalam
pengunyahan seseorang dalam mengonsumsi makanan. Glukosa darah post prandial
yang tinggi merupakan tanda mengalami diabetes mellitus. Kecepatan dalam
pengunyahan merupakan salah satu yang berkaitan dengan diet dan dapat
mempengaruhi serta berhubungan dengan glukosa darah 2 jam post prandial.
Kecepatan pengunyahan yang cepat, maka sekresi hormone yang mengatur rasa
kenyang pun akan menurun sehingga otak tidak memiliki waktu yang cukup untuk
menyadari berapa jumlah makanan yang dikonsumsi serta rasa kenyang pun akan
timbul secara lambat (Iswiningtyas et al. 2019).
Terdapatnya peningkatan jumlah leukosit merupakan tipikal yang
mengindikasikan adanya suatu infeksi dari perkembangan DM. Jumlah leukosit dapat
membantu diagnostic adanya kerusakan organ dan menjadi sumber informasi
menngenai proses penyakit defisiensi imun pada DM yang tidak terkontrol (Anggarini
et al. 2013). Komplikasi kronik DM merupakan gangguan fungsi ginjal dengan angka
kejadian yang tinggi sebesar 20-40% yang dapat menghambat pembentukan
eritoprotein sebagai pembentuk Hb (Utami and Fuad. 2018).
D. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Urin/Darah Satuan/Nilai
Awal Kasus Keterangan
Normal
Tekanan Darah 120/80 mmHg 110/70mmHg Normal
Nadi 60-100 x/menit 66 x/menit Normal
Respirasi 22 x/menit 12-20 x/menit Tinggi
Suhu ◦ ◦ ◦
36.1 C- 37.7 C 36.1 C Normal
Kesimpulan :
Hasil pemeriksaan fisik Tn. F menunjukkan tekanan darah, respirasi, dan suhu tubuh
yang normal, sedangkan respirasi menunjukkan hasil yang tinggi.
Asupan oral - - - -
Kebutuhan 2100 78.5 46.6 341.26
% Asupan - - - -
Tabel Kategori Persen Asupan Menurut WNPG 2004
Kategori Persen Asupan
Kurang ≤ 80%
Baik >80% - 110%
Lebih >110%
F. Terapi Medis
Jenis
Fungsi Interaksi Gizi
Obat/Tindakan
Tidak diketahui terapi medis yang diberikan
BAGIAN 2.
DIAGNOSA GIZI
(NI-51.2) Intak lemak yang berlebih berkaitan dengan pasien menyukai konsumsi makanan
yang digoreng dan juga bersantan ditandai dengan hasil dietary history pasien yang
mengatakan menyukai makanan yang digoreng dan bersantan.
(NI-5.8.5) Asupan serat tidak adekuat berkaitan dengan pasien tidak suka mengonsumsi sayur
dan buah yang tinggi serat ditandai dengan hasil dietary history pasien yang mengatakan
tidak suka mengonsumsi sayur dan buah.
(NC-2.2) Perubahan nilai Lab terkait permasalahan gizi berkaitan dengan penyakit diabetes
mellitus yang diderita ditandai dengan hasil pemeriksaan dari gula darah 2 jam post prandial
dan leukosit tinggi serta kadar Hb rendah
(NC-3.3) Berat badan berlebih berkaitan dengan pola makan yang menyukai makanan yang
digoreng dan bersantan ditandai dengan IMT pasien = 26.67 kg/m2 (Obesitas tingkat 1)
(NB-1.1) Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan juga makanan berkaitan dengan pemilihan
makanan pasien ditandai dengan pasien menyukai makanan yang tinggi lemak seperti
digoreng dan juga bersantan, dan tidak menyukai sayur dan buah.
BAGIAN 3.
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan
1. Tujuan Intervensi
a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat
penurun glukosa oral dan aktivitas fisik
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
c. Memberi cukup energy untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal
d. Menghindari atau menangnani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek,
dan jangka lama sertta masalah yang berhubungan dengan latihan
jasmani
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara kesluruhan melalui gizi yang
optimal
2. Preskripsi Diet
a. Syarat Diet :
Energi yang cukup untuk mendapatkan berat badan yang
normal
Kebutuhan protein normal, masing-masing 10-15% dari
kebutuhan energy total
Kebutuhan lemak sedang 20-25% dari kebutuhan energy total
Kebutuhan karbohidrat merupakan sisa dari kebutuhan energy
total atau 60-70%
Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila
kadar glukosa darah sudah terkendali makan diperbolehkan
mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energy
total
Asupan serat dianjurkan dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat dalam sayur dan buah
b. Terapi Diet
Jenis Diet : Diet DM 2100 kkal
Bentuk Makanan : Lunak
Cara Pemberian : Oral
Frekuensi : 3x makanan utama dan 2x selingan
c. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
BBI = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
= 90 % x 71 x 1 kg
= 63.9 kg
Perhitungan energy berdasarkan rumus PERKENI, 2015:
BMR = 30 kkal (untuk pria) x 63.9 = 1917 kkal
- Koreksi Umur = 5% x 1917 = 95.85
(-) = 1821.15
- Aktivitas = 30% x 1821.15 = 546.34
(+) = 2367.5
-Koreksi BB = 20% x 2637.5 = 473.5
(-) = 1893.9
- Stress metabolic = 10% x 1893.9 = 189.4
(+) 2083.39
Kebutuhan kalori pasien menjadi 2100 kkal
Kebutuhan Lemak = 20% dari kebutuhan kalori
Kebutuhan Lemak = 46.6
Kebutuhan Protein = 15% dari kebutuhan kalori
Kebutuhan Protein = 78.75
Kebutuhan Karbohidrat = 65% dari kebutuhan kalori
Kebutuhan Karbohidrat = 341.25 gr
B. Implementasi
1. Rekomendasi Menu
2. Edukasi Gizi
Topik :
Diet DM
Sasaran :
Pasien yang mengalami dan keluarga yang menjaga untuk membantu
mengingatkan pasien dan menjaga pola makan pasien
Tujuan Edukasi :
Membantu pasien dalam memilih makanan dan juga membantu pasien
memiliki berat badan yang ideal serta gula darah yang normal
Tempat Dan Waktu :
Ruang Rawat Inap Pasien dan dilakukan selama 15-20 menit
METODE :
Penyuluhan melalui media leaflet
ALAT :
Leaflet
ISI MATERI E DUKASI :
a. Menginformasikan mengenai makanan yang harus dibatasi oleh
pasien
b. Memberitahu mengenai diet yang sesuai untuk penderita DM
Pembahasan:
Tujuan dari pemberian edukasi ini antara lain untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai masalah gizi yang dialami
pasien. Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi
pasien, dan cara mengatur makanan bagi pasien DM. Edukasi yang
diberikan ini dilakukan dengan cara memberikan serta menjelaskan
leaflet yang telah dibuat. Dengan adanya edukasi ini diharapkan terjadi
peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai
masalah gizi yang dialami oleh pasien. Dalam pelaksanaanya, media
yang digunakan dalam edukasi berupa leaflet.
3. Penerapan Konseling :
a. Sasaran Konseling : Pasien dan Keluarga pasien
b. Tujuan Konseling :
Memberikan motivasi kepada pasien untuk makan dengan porsi dan
jumlah yang cukup
Memberikan motivasi kepada pasien untuk mengonsumsi sayur dan
buah yang baik bagi kesehatannya
Memberikan pengetahuan kepada pasien dalam memilih jenis
pengolahan makanan dan bahan makanan yang akan dikonsumsi
dimana nantinya akan mempengaruhi kesehatan pasien
c. Target Konseling :
Pasien semakin termotivasi untuk mengonsumsi sayur dan juga buah
Keluarga dapat membantu dan mendukung pasien untuk menerapkan
diet
Pasien semakin termotivasi untuk mengurangi asupan makanan yang
digoreng atau bersantan.
d. Waktu Konseling :
Waktu konseling kepada pasien dan keluarga pasien sekitar 30 menit
e. Metode Konseling :
Penyuluhan individu
f. Alat Bantu Konseling :
Leaflet: Dapat digunakan untuk menunjukkan pengertian, penyebab,
dan akibat dari penyakit Diabetes Mellitus
g. Materi Konseling :
Pemberian materi konseling bertujuan untuk menumbuhkan,
mengembangkan dan juga membantu individu yang membutuhkan
pengetahuan lebih (Rosmalita 2015). Materi konseling berisi mengenai
pengertian mengenai Diabetes Mellitus, penyebab dari penyakit diabetes
mellitus, dan dampak atau akibat dari penyakit Diabetes Mellitus. Materi
lainnya juga berisikan mengenai makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus.
BAGIAN 4.
MONITORING-EVALUASI