Anda di halaman 1dari 20

1

`PEDIKULOSIS KAPITIS

I.DEFINISI

Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan

oleh Pediculus humanus var. capitis. 1,2

II.EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas

dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama dan panti asuhan.

Tambahan pula dalam kondisi higiene yang tidak baik, misalnya jarang

membersihkan rambut atau rambut yang relatif susah untuk dibersihkan (rambut

panjang pada wanita). Cara penularan biasanya melalui perantara (benda),

misalnya sisir, bantal, kasur, dan topi. 1

Kutu kepala tersebar di seluruh dunia, dan infeksi kutu kepala umum

terjadi pada negara maju ataupun negara berkembang. Di Inggris, pada waktu

silam, kutu kepala umum ditemukan di kota industri. Pada kota-kota industri di

tahun 1941, sekitar 40% anak laki-laki usia prasekolah dan 50% anak

perempuan mempunyai kutu kepala. Sebaliknya, angka infeksi pada komunitas

pedesaan cenderung rendah. Sebuah survei pada anak sekolah pada tahun 1975

menunjukkan bahwa sebagian besar prevalensi dari 2.44% penderita, jumlah

tertinggi didapatkan pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Demikian ditemukan angka infeksi yang lebih tinggi pada daerah perkotaan

dibandingkan daerah pedesaan. Meskipun demikian, pada awal tahun 1980-an,

infeksi muncul kembali terutama pada kelompok kelas menengah. Seringkali


2

pada keluarga yang bekerja, terutama daerah pinggiran kota dan pedesaan. Sejak

saat itu, dalam beberapa tahun terakhir, kutu kepala tidak dapat digolongkan

pada kelompok kelas tertentu dan tersebar di seluruh dunia. Survei yang

dilakukan di Jordan menjadi menarik ketika ditemukan hubungan antara tingkat

infeksi yang tinggi pada kelas sosial ekonomi yang lebih rendah.2

Kutu kepala umum terjadi pada anak-anak, terutama pada rentang usia 3-

11 tahun, dibandingkan dengan orang dewasa, dan kebanyakan survei

menunjukkan anak perempuan lebih sering menderita dibanding anak laki-laki.

Kebiasaan pada anak perempuan dan laki-laki pada usia yang berbeda

mempengaruhi angka infeksi. Sebagai contoh, pada sekolah dasar, kontak antara

kepala sering terjadi dan lebih sering pada anak perempuan. Sedangkan anak

yang lebih tua umumnya lebih mandiri dan juga sering terpisah dengan teman

bermainnya. Panjang rambut juga memiliki kontribusi. Survei di Israil

menemukan angka infeksi yang lebih tinggi pada anak dengan rambut panjang

dan menengah dibandingkan dengan rambut pendek. 2,3

Hal ini dipikirkan bahwa mayoritas infeksi kutu kepala diperoleh melalui

kontak langsung antara kepala, kondisi yang optimal ketika rambut berdekatan

dan perpindahan berlangsung dengan lambat. Penyebaran kutu didukung dengan

faktor kemiskinan, higinitas yang buruk, dan kepadatan yang berlebihan.

Kepadatan yang berlebihan menjadi faktor yang penting. Tidak terjaganya

higinitas sendiri mendorong infeksi kutu kepala. Ada banyak pendapat

mengenai perpindahan dari kutu kepala dan diduga berkaitan dengan topi, syal,

sisir, dan sikat sulit untuk dibenarkan atau disanggah.2


3

III.PATOGENESIS

Kutu manusia termasuk filum Arthropoda, kelas Insecta, golongan

Phthiraptera, dan subgolongan Anoplura (dikenal sebagai kutu penghisap).

Mamalia merupakan hospes bagi seluruh Anoplura. Anoplura tidak memiliki

sayap dan mempunyai 3 pasang kaki dengan setiap ujungnya terdapat cakar

untuk menggenggam. Ukuran dan bentuk dari cakar disesuaikan dengan tekstur

dan bentuk dari rambut dan atau serat pakaian yang mereka genggam. Tubuh

kutu datar dan ditutupi oleh kitin yang keras.4

Kutu merupakan insekta penghisap darah. Kutu manusia memiliki bagian

mulut depan yang kecil dengan 6 pengait yang membantu perlekatannya pada

kulit manusia selama makan. Bagian mulut penghisap tertarik ke bagian kepala

ketika kutu tidak sedang makan. Umumnya kutu makan sekitar 5-6 kali per hari.

Pada setiap spesies, kutu betina memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan

kutu jantan.4,5

Kutu kepala merupakan yang paling sering di antara 3 spesies kutu (kutu

kepala, kutu badan, dan kutu kelamin). Rata-rata panjang dari kutu kepala yaitu

1-2 mm. Kutu betina umumnya lebih besar dan banyak dibandingkan kutu

jantan. Kutu ini tidak memiliki sayap dan berwarna putih sampai abu-abu,

bagian dorsoventralnya pipih, dan abdomen yang bersegmen. Kutu ini memiliki

2 mata, 3 pasang kaki dengan cakar. Masa hidup rata-rata 30 hari.1,4


4

Gambar 1. Pediculus humanus capitis4

Pediculus humanus capitis, memiliki tubuh yang memanjang dan bagian

mulut anterior yang sempit. Kutu badan terlihat mirip dengan kutu kepala namun

mereka meletakkan telurnya pada serat baju, bukannya pada serat rambut. Kutu

betina dewasa menghasilkan telur dan melekatkannya pada pangkal rambut

dengan menghasilkan glue-like substance dari organ reproduksinya. Telur

diletakkan 1-2 mm dalam kulit kepala, tempat dimana suhu optimal untuk

inkubasi. Kutu betina bertelur sebanyak 10 telur per 24 jam, biasanya pada malam

hari. Lokasi telur yang khas yaitu pada bagian kepala belakang dan daerah

postaurikular.4,5
5

Gambar 2. siklus hidup pediculus humanus capitis

Siklus hidupnya melalu stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur

diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti

semakin ke ujung terdapat terus lebih matang. Telur berukuran 0,3 sampai 0,8

mm, berwarna kuning sampai putih. Telur menetas pada hari ke 8-9 jika tetap

berada dekat pada suhu tubuh dan menjadi dewasa pada hari ke 9- 12

selanjutnya. Telur dapat bertahan sampai 10 hari tanpa hospes manusia.

Temperatur yang lebih rendah memperlambat penetasan dan perkembangan.

Nimfa berganti kulit 3 kali sebelum mencapai bentuk dewasanya. Kutu kepala

dewasa hanya bertahan selama 1-2 hari tanpa hospesnya. Kutu dewasa

bereproduksi secara seksual. Kutu jantan akan mati setelah kopulasi. 1,4,5
6

(a) (b)
Gambar 3. (a) telur yang berisi dan (b) telur yang telah pecah3,4

Infestasi oleh kutu kepala menyebar melalui kontak fisik dan penggunaan

bersama barang (seperti sisir, sikat, topi, syal, dan selimut). Kutu dapat keluar

oleh penggunaan sisir, handuk, dan pergerakan udara (termasuk pengering

rambut). Menyisir rambut dan mengelap keringat dapat mengeluarkan kutu

dewasa lebih dari 1 meter dari kulit kepala yang terinfestasi. Kutu kepala dapat

berjalan hingga 23 cm per menit. Kutu kepala sulit untuk melekat kuat pada

permukaan yang halus (misalnya kaca, metal, plastik, dan bulu sintetik).4

Gatal timbul karena respon inflamasi dari hospes yang tersensitisasi

dengan antigen kutu seperti liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan dalam

kulit waktu menghisap darah. Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh

garukan untuk menghilangkan rasa gatal.1,5


7

IV.GEJALA KLINIS

Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah oksiput

dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan,

terjadi erosi, eskoriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder

berat, rambut akan bergumpal disebabkan banyaknya pus dan krusta

(plikapenolika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput

dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau yang busuk.1

Gejala pada kulit yaitu pruritus pada bagian belakang scalp, garukan dan

infeksi sekunder yang berkaitan dengan limfadenopati occipital atau cervical.

Sedangkan gejala psikiatrik yang timbul yaitu pada beberapa individu

mengalami gangguan obsesif kompulsif atau waham mengenai masih adanya

parasit setelah pemusnahan kutu dan telur kutu.3

Pada pemeriksaan kulit ditemukan infestasi, yaitu:3

- Kutu kepala yang teridentifikasi langsung dengan mata atau

dengan bantuan kaca pembesar.

- Kebanyakan pasien memiliki populasi kutu kurang dari 10.

- Telur kutu berbentuk oval keabu-abuan sampai putih berkapsul dan

melekat kuat pada rambut. Jumlah bervariasi dari beberapa sampai

ribuan.

- Telur kutu diletakkan oleh kutu kepala pada pangkal rambut. Pada

infestasi awal, telur diletakkan dekat dengan kulit kepala, namun


8

jika infestasi yang sudah lama telur terletak 10-15 cm dari kulit

kepala.

- Karena rambut bertumbuh 0,5 mm per hari, letak kutu 15 cm dari

kulit kepala menunjukkan infestasi telah berlangsung selama 9

bulan.

- Telur yang baru berwarna kuning kecoklatan, sedangkan cangkang

telur yang kosong berwarna putih.

- Predileksi kutu kepala selalu berbatas dekat dengan kulit kepala,

terutama regio occipital dan postauricular. Secara jarang kutu

kepala dapat menginfestasi janggut dan tempat berambut lainnya.

Namun kadang ditemukan kutu kepala yang menginfestasi bulu

mata (pediculosis palperbrarum).

Pada kulit juga dapat terjadi lesi seperti:3

- Reaksi gigitan pada tempat gigitan kutu di leher. Fase yang

berkaitan dengan sensitivitas atau toleransi imun, yaitu:

Fase I: tidak ada gejala klinik.

Fase II: urtikaria papular dengan pruritus yang sedang.

Fase III: urtikaria yang segera setelah gigitan yang kemudian

disusul oleh papul atau gatal hebat.

Fase IV: papul-papul yang lebih kecil dengan gatal sedang.

- Eksim, eskoriasi, dan neurodermatitits pada kulit kepala bagian

occipital dan leher akibat penggarukan kronik.


9

- Impetigo sekunder oleh Staphylococcus aureus dari eskoriasi di

bagian leher, dahi, wajah, dan telinga.

- Massa yang konfluen dan purulen dari rambut yang rambut yang

kusut, kutu, krusta, dan eksudasi pada kasus ekstrim.

- Pedikulosid menimbulkan bercak merah hipersensitivitas.

- Lampu wood: telur yang masih hidup dengan effloresensi seperti

berlian. Sedangkan telur yang mati tidak memiliki effloresensi.

Terjadi pula limfadenopati postoccipital akibat impetigo dan

eskoriasi.3

Gambar 4. Manifestasi klinis pedikulosis kapitis6

V.PEMBANTU DIAGNOSIS

Cara yang paling diagnostik adalah menemukan kutu atau telur, terutama

dicari di daerah oksiput dan temporal. Telur berwarna abu-abu dan berkilat.1

Untuk mendiagnosis kutu adalah mencari kutu atau telur yang layak (nits)

pada pemeriksaan. Eskoriasis dan pioderma juga dapat tampak. Karena kutu

menghindari cahaya dan merangkak dengan cepat, inspeksi visual tanpa


10

menyisir sulit. Menggunakan sisir kutu meningkatkan kemungkinan

menemukan kutu hidup dan merupakan alat skrining pembantu. Diagnosis kutu

menggunakan sisir kutu ini empat kali lipat lebih efisien daripada pemeriksaan

visual langsung.6,7

Telur lebih mudah untuk diamati, terutama pada tengkuk leher atau di

belakang telinga. Ditemukannya telur sendiri bukan merupakan diagnosis untuk

infestasi yang aktif. Namun, jika telur ditemukan dalam 0,7 cm dari kulit kepala,

infestasi aktif mungkin terjadi. Lampu woods dan lensa pembesar dapat

digunakan untuk membantu diagnosis. Dermoskopi juga merupakan bantuan

dalam diagnosis dan tindak lanjut dari pedikulosis kapitis.6,7

Telur mati dapat tetap tertinggal pada rambut selama 6 bulan. Rambut

manusia tumbuh pada tingkat sekitar 1cm per bulan. Karena ikut dengan rambut

yang tumbuh, telur kutu kosong yang telah melekat pada helai rambut akan

menjauh dari kulit kepala. Setelah 2 sampai 3 bulan, telur kutu kosong menjadi

lebih terlihat, terutama pada rambut gelap.7

Pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan laboratorium dengan

mikroskop yaitu kutu atau telur kutu pada helai rambut dapat di periksa untuk

mengkonfirmasi pemeriksaan makroskopi dari kulit kepala dan rambut. Kultur

dapat dilakukan jika dicurigai impetiginasi, perlu dilakukan kultur bakteri.3

VI.DIAGNOSIS BANDING

Dilihat dari manifestasi klinis adanya benjolan-benjolan kecil seperti

mutiara di rambut dapat didiagnosis banding dengan piedra hitam dan piedra
11

putih. Piedra hitam merupakan infeksi jamur Piedraia hortae, sedangkan piedra

putih disebabkan oleh genus Trichosporum pada rambut yang mengakibatkan

benjolan-benjolan di luar permukaan rambut. Pada piedra hitam nodul

berpigmen gelap teraba keras dan melekat kuat pada rambut. Pada piedra putih,

nodul berpigmen terang dan mudah terlepas dari rambut. Selain itu

mengakibatkan juga rambut mudah patah, namun kulit disekitar sehat. Pada

piedra sering asimptomatik, namun pruritus merupakan gejala utama.3,8,9

Gambar 5. Piedra hitam pada pemeriksaan mikroskopis2

Gambar 6. Piedra putih pada rambut2


12

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur

superfisial yang mengenai kulit kepala, alis, dan bulu mata yang menyerang

pangkal dan folikel rambut. Tinea kapitis bermula sebagai papul eritema

disekitar pangkal rambut, yang menjadi pucat dan bersisik, dan penampakan

rambut menjadi berubah warna, tidak bercahaya, dan rapuh. Gatal minimal

namun kadang-kadang menjadi berat. Alopesia sering muncul pada daerah yang

terinfeksi.10

Gambar 7. tinea capitis10

Impetigo merupakan infeksi superfisial kulit oleh bakteri Staphylococcus

aureus. Terdapat dua tipe impetigo yaitu impetigo nonbullosa dan bullosa.

Impetigo nonbullosa berawal dari sebuah makula atau papul eritematous yang

dengan cepat menjadi vesikel. Vesikel akan ruptur membentuk erosi dan krusta

yang gatal. Impetigo bullosa merupakan vesikel superfisial yang secara cepat

membesar membentuk bulla yang berbatas tegas dan tidak ada eritema

disekelilingnya. Jika bulla ruptur akan mengeluarkan krusta.11


13

Gambar 8. Impetigo11

Dengan ditemukannya kutu yang terjatuh dari kulit kepala dapat dianggap

adanya psocids. Psocids adalah serangga yang mirip kutu (Rayap buku) yang

jarang dapat menyebabkan gangguan pada kepala manusia, mereka mudah

dibedakan dari kutu kepala manusia dengan kepala mereka lebih besar, mulut

besar, kaki belakang yang besar, dan antena panjang.7

Gambar 9. psicosids7

VII.PENGOBATAN

A. Farmakologi

Pengobatan farmakologi dari infestasi kutu kepala difokuskan pada 2

mekanisme yaitu neurotoksisitas yang menyebabkan paralisis kutu, dan


14

membuat kutu tidak bernapas dengan “melapisi” kutu tersebut. Kebanyakan

percobaan klinik menggunakan zat yang bersifat neurotoksik melalui produk

topikal. Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta

mengobati infeksi sekunder.1,6

Permetrin (1%) merupakan pengobatan lini pertama untuk pedikulosis.

Permetrin (1%) adalah insektisida topikal yang bersifat neurotoksik pada kutu

kepala. Zat ini digunakan pada rambut setelah dicuci dengan sampo tanpa

kondisioner dan dikeringkan dengan handuk. Pedikulosid ini dibiarkan selama

10 menit kemudian dibilas. Permetrin membunuh kutu yang hidup namun tidak

pada telur yang belum menetas. Penggunaan kembali disarankan pada hari ke 7-

10 jika kutu hidup masih terlihat. Para ahli merekomendasikan pengobatan

kembali secara rutin pada hari ke 9. Permetrin (1%) diperbolehkan

penggunaannya pada anak usia 2 bulan atau lebih. 4,6,12

Malathion 0,5% adalah senyawa fosfat organik yang terbukti lebih ampuh

dibandingkan permetrin, memiliki efek letal yang tinggi, dan menurunkan angka

infestasi berulang jika digunakan dengan tepat. Penggunaannya diperbolehkan

pada individu usia 6 tahun atau lebih. Sediaan dalam bentuk losio atau spray.

Caranya: malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakai

losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut

dicuci lagi dengan sabun dan disisir dengan dengan sisir yang halus dan rapat

(sisir serit). Selain itu, dapat mengaplikasikan zat ini pada rambut yang kering,

disemprotkan hingga rambut dan kulit kepala cukup basah. Pengobatan ini dapat

diulang lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur. Zat ini
15

mudah terbakar, sehingga tidak disarankan melakukan aktivitas seperti

penggunaan pengering rambut, merokok, atau dekat dengan sumber api ketika

rambut masih basah. Obat tersebut susah didapat.1,4,6

Pyretrin dengan piperonyl butoxide (PBO). Pyretrin merupakan turunan

dari ekstrak chrysanthemums, sedangkan PBO bersinergis dengan pyretrin. Zat

ini dapat membunuh tungau kutu dan telurnya. Pyretrin merupakan insektisida

topikal yang bersifat neurotoksik terhadap kutu kepala. Penggunaan piretrin

sebaiknya tidak diberikan kepada individu yang alergi terhadap chrysanthemums

atau rerumputan. Sediaan liquid, gel, dan sampo. Zat diaplikasikan pada rambut

yang kering selama 10 menit sebelum dibilas. Pengobatan diulang kembali

dalam 7-10 hari agar dapat membunuh nimfa yang baru menetas yang lolos pada

pengobatan awal.3,4,6,12

Lindane 1% (gamma benzene heksaklorida / gammexane) telah

diperingatkan penggunaanya karena efek neurotoksisitasnya. Lindane dapat

digunakan sebagai lini kedua pada orang dewasa, tetapi tidak dapat digunakan

pada anak-anak, usia lanjut, dan dewasa dengan berat badan kurang dari 50 kg,

wanita hamil dan menyusui. Pemakaian lindane sebaiknya dihindari kecuali jika

semua pengobatan kontraindikasi atau tidak efektif. Penggunaan berulang tidak

disarankan pada situasi apapun. Cara pemakaiannya: setelah dioleskan lalu

didiamkan 12 jam, kemudian dicuci dan disisir dengan sisir serit agar semua

kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu kemudian diulangi

dengan cara yang sama. Obat lain adalah emulsi benzyl benzoate 25%, dipakai

dengan cara yang sama. Di Indonesia obat ini mudah didapat.1,3,6


16

Ivermectin oral merupakan anti parasit sistemik yang memperlihatkan

efektivitas pada percobaan klinik, namun bukan merupakan rekomendasi dari

Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan pedikulosis. Dosis

pemberian 200-400 𝜇g/kgBB pada hari ke 1 dan 8 (total 2 dosis). Tidak

dianjurkan penggunaan pada anak-anak dengan berat badan kurang dari 15 kg,

pada wanita hamil dan menyusui. Efek samping yang umumnya timbul berupa

pusing dan gatal.6

Pada keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur,

infeksi sekunder diobati dulu dengan antibiotika sistemik dan topikal. Lalu

disusul dengan obat di atas dalam bentuk sampo. Higinitas merupakan syarat

supaya tidak terjadi residif.1

B. Nonfarmakologi

Tidak ada pedikulosid yang ampuh secara 100 persen, penghilangan secara

manual dari kutu (terutama yang letaknya 1 cm dari kulit kepala) setelah

pengobatan dengan suatu produk dianjurkan. Penghilangan secara manual sulit

dan membosankan. Bantuan sisir serit dapat mempermudah proses tersebut.

Sebuah studi memperlihatkan bahwa penghilangan manual dengan sisir dapat

melukai kutu dan jarang yang akan bertahan. Rambut yang basah

memperlambat penurunan kutu. Sebaiknya penyisiran dilakukan setiap 3 hari

selama 2 minggu.6,13

Jika seseorang teridentifikasi dengan kutu kepala, semua anggota keluarga

harus diperiksa untuk kemungkinan adanya kutu kepala. Individu dengan kutu
17

hidup atau telur yang berjarak 1 cm dari kulit kepala sebaiknya mendapatkan

pengobatan. Sebagai tambahan, pengobatan sebaiknya diberikan pula pada

anggota keluarga yang berbagi tempat tidur dengan individu yang terinfestasi,

meskipun tidak ditemukan kutu hidup pada dirinya. Transmisi dengan barang

lebih rendah dibandingkan transmisi langsung dengan kontak kepala. Walaupun

demikian, sebaiknya membersihkan alat rambut yang digunakan oleh penderita

pedikulosis kapitis. Sebuah studi memperlihatkan hasil bahwa kutu kepala dapat

berpindah melalui bantal pada malam hari, namun insidennya rendah yakni

sekitar 4%. Mengganti seprai dapat meminimalkan risiko transmisi kutu. Hanya

barang yang terkena kepala penderita dalam 24-48 jam sebelum pengobatan

yang dipertimbangkan untuk dibersihkan, melihat fakta bahwa jarang ada kutu

yang bertahan hidup lebih dari 48 jam jika terpisah dari kulit kepala. Beberapa

barang seperti pakaian, topi, perabotan, dan karpet, dengan pencucian,

perendaman, atau pengeringan dengan suhu lebih dari 130°F akan membunuh

kutu dan telurnya. Perabotan, karpet, kursi mobil, dan barang kain dapat

dibersihkan dengan penghisap debu. Sedangkan barang yang tidak dapat dicuci

sebaiknya dibungkus dengan plastik selama 2 minggu untuk mencegah nimfa

yang menetas mencari sumber makanannya.13

Gambar 10. menyisir rambut dengan sisir serit13


18

VIII.KOMPLIKASI

Infeksi sekunder oleh bakteri dapat muncul dengan pedikulosis kapitis.

Faktanya, kutu kepala dipikirkan sebagai penyebab paling umum dari pioderma

pada kulit kepala. Kutu kepala dapat menjamu hospes terhadap rickettsiae dan

berpotensi terhadap penularan penyakit. Pada percobaan laboratorium, telah

ditemukan kutu kepala terinfeksi Rickettsia prowazekii. Selain itu ditemukan

pula Bartonella quintana yang merupakan penyebab demam trench.14

IX.PROGNOSIS

Infestasi ini pada dasarnya tidak berbahaya. Namun, stigma yang berkaitan

dengan kutu kepala dan trauma psikologis yang dialami oleh beberapa orang

dalam upayanya untuk menghilangkan infeksi, lebih besar dibandingkan

dampak fisik yang disebabkan akibat infestasi kutu. Reaksi sensitasi terhadap air

liur dan kotoran kutu dapat menyebabkan iritasi lokal dan eritema. Infeksi

sekunder akibat garukan mungkin terjadi. Kutu telah diidentifikasi sebagai

vektor mekanis utama dari pioderma pada kulit kepala yang disebabkan

streptococcus dan staphylococcus yang biasanya ditemukan pada kulit.

Prognosis baik bila higiene diperhatikan.1,15


19

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. Penyakit Parasit Hewan. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah


S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 119-20.
2. Burns DA. Diseases caused by Arthropods and Other Noxious Animals.
In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook's textbook of
dermatology. 8th ed. London: Wiley-Blackwell; 2010. p. 38.15-.20.
3. Wolff K, Johnson RA. Arthropod Bites, Stings, and Cutaneous Infections.
In: Wolff K, Johnson RA, editors. Fitzpatrick's Colour Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 860-
63.
4. Guenther Lyn. Pediculosis and Pthiriasis (Lice Infestation). 2015.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/225013-overview
(access on April 17th 2015)
5. Madke B, Khopkar U. Pediculosis Capitis: An Update. Indian J Dermatol
Venereol Leprol [serial online]. 2012. Available from:
http://ijdvl.com/text.asp?2012/78/4/429/98072 (access on April 21th 2015)
6. Flinders Dc, Schweinitz PD. Pediculosis and Scabies: A Treatment
Update. American Family Physician. 2004;69:341-8.
7. Nutanson I, Steen CJ, Schwartz RA, Janniger CK. Pediculosis humanus
capitis an update. Acta Dermatoven APA. 2008;17:p. 147-53.
8. Schwartz Robert A. Piedra. 2014. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1092330 (access on April 21th
2015)
9. Sipsas Nikolaos V. Trichosporon species and Blastoschizomyces
capitatus. 2015. Available from http://www.antimicrobe.org/b262.asp
(access on April 20th 2015)
10. Kao F Grace. Tinea Capitis. 2014. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1091351 (access on April 21th
2015)
20

11. Cole Charles. Diagnosis and Treatment of Impetigo. Am Fam


Physician. 2007 Mar 15;75(6):859-864.
12. Mannitoba Public Health Branch. Pediculosis Capitis (Head Lice). 2014.
Available from
http://www.gov.mb.ca/health/publichealth/cdc/protocol/pediculosis
(access on April 17th 2015)
13. Frankowski Barbara L. Clinical Report Head Lice. American Academy of
Pediatric 2010;126:392–403. Available from
www.pediatrics.org/cgi/doi/10.1542/peds.2010-1308 (diakses pada tanggal
22 April 2015)
14. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
editors. Fitzpatrick's Dermatology of General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill; 2012. p. 3659.
15. Burgess IF, Dodd CS. Head Lice. In: Williams H, Bigby M, Duepgen T,
Herxheimer A, Naldi L, Rzany B, editors. Evidence-based Dermatology.
2nd ed. London: BMJ Books; 2008. p. 471.

Anda mungkin juga menyukai