Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk


keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan
untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang
hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat,
mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Kebijakan Indonesia Sehat 2010
menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan
pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata (Dinkes, 2008).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Banyak penyakit dapat dihindari dengan PHBS khususnya pada kasus diare
(Dinkes, 2008).
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia.Derajat kesehatan
anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa.Berdasarkan alasan tersebut,
masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan dan penataan
pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).
Menurut badan kesehatan Dunia (WHO), diare menjadi penyebab
nomor satu kematian anak di seluruh Dunia. Selama lima tahun terakhir
kejadian diare dan presentasi kematiannya di dunia mengalami
peningkatan/penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2012, berdasarkan
penelitian WHO (2008), 15% kematian anak dibawah 5 tahun disebabkan
oleh penyakit diare (WHO, 2008).
2

Angka prevalensi diare di Indonesia masih berfluktuasi. Berdasarkan


data RisetKesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diare klinis
adalah 9,0%(rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan
terendah di D.I.Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi
diare klinis >9%(NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Banten,Nusa TenggaraBarat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tengah, SulawesiTenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).
Sedangkan menurut dataRiskesdas pada tahun 2013 angka prevalensi
mengalami penurunan sebesar(3,5%) untuk semua kelompok umur (Rikesdas,
2007).
Jumlah penderita diare yang ditangani di Kabupaten Mojokerto tahun
2014 sebesar 36.378 penderita dengan jumlah target penemuan sebesar
22.958 penderita merupakan 10% dari jumlah penduduk tahun 2014.
Pada dasarnya penyakit diare dapat dicegah, salah satu cara yang
dapat digunakan untuk mencegah diare yaitu dengan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga. Dari data yang di dapat untuk
tingkat keberhasilan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah
tangga di Indonesia sebanyak 7.961.965 rumah tangga yang ber-PHBS dari
59.118.900 rumah tangga jika di persentasekan sebanyak 53,89%, sedangkan
untuk data keberhasilan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
rumah tangga (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012).
Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto
merupakan salah satu wilayah endemik di Mojokerto dengan jumlah
penduduk yang besar sehingga adanya jumlah kasus Diarejuga meningkat.
Berdasarkan data pada bulan Juni-Juli tahun 2017 di desa Gayaman,
Kecamatan Mojoanyar, tercatat yang tercapai lebih dari 20 %. Pada bulan
Juni-Juli tahun 2017 didapatkan 41 kasus diare. Berdasarkan data dari
Puskesmas Gayaman tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian di
desa Gayaman karena jumlah kasus diare di desaGayaman menempati urutan
tertinggidibandingkan desa lainnya.
3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memandang penting


dilaksanakannya penelitian tentang“Hubungan Perilaku dengan Kejadian
Diare di Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto”
dengan landasan data empirik bulan Juni sampai Juli tahun 2017, sehingga
dapat dicari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:

“Apakah ada hubungan antara perilaku dengan kejadian diare di Desa


Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto?”

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Mengetahui apakah ada hubungan perilaku dengan kejadian diare di Desa
Gayaman,Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto tahun 2017.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui deskripsi penyakit diare di Desa Gayaman,
Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto tahun 2017.
b. Untuk mengetahui deskripsi perilaku yang terkait dengan kejadian
diare di Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto
tahun 2017.
c. Untuk mengetahui hubungan perilaku dengan kejadian diare di
Desa Gayaman,Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto tahun
2017.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat bagi masyarakat


Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit diare
serta cara pencegahan penyakit diare tersebut dengan perilaku hidup
bersih dan sehat.
4

2. Manfaat bagi peneliti


Untuk menerapkan ilmu yang telah diberikan selama pendidikan
khususnya dalam bidang penelitian dan menambah pengalaman serta
keterampilan dalam melihat penyakit yang ada di masyarakat khususnya
penyakit mengenai hubungan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap
kejadian diare.

3. Manfaat bagi instansi terkait


Bagi Puskesmas, diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas
dalam upaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga
dapat mencegah meningkatnya kejadian diare di desa tersebut.

4. Manfaat bagi pengembangan ilmu


Dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk penelitian selanjutnya,
terutama yang berhubungan dengan penyakit diare.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
1. Pengertian diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekwensi defekasi lebih dari biasanya ( > 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Suaraatmaja, 2007).
Diare atau mencret didefinisikan sebagaibuang air besar dengan
feses tidak berbentuk(unformed stools) atau cair dengan frekuensilebih
dari 3 kali dalam 24 jam.Feses dapatdengan atau tanpa lendir, darah, atau
pus (Amin, 2015).
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah
bertambahnya frekwensi defekasi lebih dari 3 kali per hari yang disertai
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair.

2. Faktor penyebab diare


Menurut Widoyono (2008), diare dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain :
a. Faktor Infeksi
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare yang disebabkan sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri :Vibrio cholerae, E. Coli, Salmonella, Shigella sp.,
Campilobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus :Rotavirus, Adenovirus.
3) Infeksi parasit : cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides,
Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia
labila, Belantudium coli dan Crypto.
6

b. Faktor Malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat
dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah
perut.Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan
terdapat lemak yang disebut triglyserida.Triglyserida, dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi
usus.Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare
dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
c. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang
matang.Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan
diare pada anak-anak balita.
d. Faktor Lingkungan
Dapat terjadi pada lingkungan yang tidak saniter seperti : Pasokan air
tidak memadai, air terkontaminasi tinja, jamban tidak memenuhi syarat
kesehatan. Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana
sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian
diare.Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fekal oral.Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air
minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang
dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2004). Tempat pembuangan
tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko
terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat
dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya
yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2004).
7

e. Faktor Perilaku
Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat menyebabkan
penyebaran bakteri pathogen dan meningkatkan risiko terjadinya diare
adalah sebagai berikut :
1) Menyimpan makanan pada suhu kamar, yang jika didiamkan
beberapa jam bakteri pathogen akan berkembang biak.
2) Menggunakan air minum yang tercemar.
3) Tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sesudah makan.
4) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.
f. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak
balita,umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.

3. Gejala dan Tanda Diare


Menurut Widoyono (2008), beberapa gejala dan tanda diare antara lain :
a. Gejala umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut
3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare
4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis, bahkan gelisah.
b. Gejala spesifik
1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis.
2) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.

4. Pengobatan diare
Menurut Widoyono (2008), pengobatan diare berdasarkan derajat
dehidrasinya, yaitu :
a. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A
8

Pada keadaaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut
mulai mencret.Penderita yang mengalami kondisi ini masih lincah dan
masih mau makan dan minum seperti biasa.Pengobatan yang dilakukan
dapat dilakukan dengan memberikan makanan dan minuman yang ada
di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajin, air teh,
maupun oralit.Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi
A.

Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah yaitu :


1) Memberikan penderita lebih banyak cairan
2) Memberikan makanan terus menerus
3) Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam
tiga hari.
b. Dehidrasi sedang atau ringan, dengan terapi
B
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai
5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan
cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada
derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai
berikut :
Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan :
1) Umur < 1 tahun : 300 ml oralit
2) Umur 1-4 tahun : 600 ml oralit
3) Umur > 5 tahun : 1200 ml oralit
c. Dehidrasi berat, dengan terapi C
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus menerus,
biasanya lebih dari 10 kali disertai dengan muntah, kehilangan cairan
lebih dari 10% berat badan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu
perawatan di puskesmas atau rumah sakit untuk diinfus RL (Ringer
laktat).
9

d. Teruskan pemberian makanan.


Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan
disesuaikan dengan kebutuhan.Makanan tambahan diperlukan pada
masa penyembuhan.
e. Antibiotik bila perlu.
Sebagian besar penyebab diare adalah rotavirus yang tidak memerlukan
antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat
dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita.

5. Pencegahan diare
Menurut Depkes R.I. (2005), upaya kegiatan pencegahan diare yang benar
dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
a. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar bakteri penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal
oral.Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut,
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-
jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan
air yang tercemar.Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang
benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil
dibandingkan masyarakat yang tidak mendapatkan air
bersih.Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminan mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
b. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
10

menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam


penurunan kejadian diare.

c. Menggunakan jamban sehat


Pengalaman di berbagai negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko
terhadap penyakit diare.

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan Diare

1. Definisi

a. Pengertian perilaku
Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan
seseorang yang sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan dicatat oleh
orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku diatur oleh
prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara
perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan.Perubahan perilaku
dapat diciptakan dengan merubah peristiwa di dalam lingkungan yang
menyebabkan perilaku tersebut (Maryunani, 2013).

b. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS)


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku
yang dilakukan atas keadaan sehingga anggota keluarga atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. (Pusat Promkes
Depkes RI, 2008).
Menurut (Poverawati, A dan Rahmawati, E, 2012) bahwa
perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup
keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan
seluruh anggota keluarga.
11

Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku


tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan
norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang
mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan
dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif).
Ada 10 indikator PHBS (Proverawati, A & Rahmawati, E, 2012)
yaitu :
1) Persallinan di tolong oleh tenaga kesehatan.
2) Memberi ASI eksklusif.
3) Menimbang balita setiap bulan.
4) Menggunakan air bersih.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6) Menggunakan jamban sehat.
7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
8) Makan buah dan sayur setiap hari.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10) Tidak merokok di dalam rumah.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang terkait dengan diare,


terutama:
a. Menggunakan air bersih
b. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
c. Menggunakan jamban sehat

C. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Diare

1. Hubungan Air Bersih dengan Diare


Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang
menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap
kesehatan manusia.Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
merupakan media penularan penyakit.
12

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.:


907/MENKES/SK/VII/2002(Sarudji, D. 2015) syarat-syarat kualitas air
bersih, antara lain :
a. Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air bersih, antara lain: airnya jernih tidak
keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal
(20-26⁰C), tidak mengandung zat padatan.
b. Syarat Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia, antara
lain: pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun, tidak
mengandung garam-garam atau ion-ion logam, kesadahan rendah,
tidak mengandung bahan kimia anorganik, Mengandung zat-zat yang
dibutuhkan tubuh (Flour antara 1-1,5 mg/l dan Iod 0,05-0,1 Bq/l)
c. Syarat Biologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung
golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia
(Sutrisno, 2004). Berdasarkan PERMENKES RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih
adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel air dengan kadar
maksimum yang diperbolehkan adalah 50.

Banyak penelitian yang menjelaskan ada hubungan air dengan


kejadian diare, yaitu :

2. Beberapa hasil penelitian yang terkait


a. Menurut Sucipto (2003) menyatakan bahwa ada hubungan antara
pemanfaatan sumber air bersih dengan kejadian diare. Dari penelitian
yang telah dilakukan, banyak responden yang memanfaatkan sarana
air bersih yang memenuhi persyaratan secara fisik sehingga
diharapkan resiko untuk terjadinya pencemaran oleh bakteri penyebab
diare sangatlah rendah. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi
pencemaran air oleh bakteri pada saat pengambilan dan penyimpanan
13

air serta perilaku masyarakat saat memasak air dan memanfaatkan


sarana tersebut.
b. Menurut Budiyono dan Wuryanto (2007) menyatakan bahwa ada
hubungan antara sumber air minum yang digunakan sehari-hari
dengan kejadian diare. Air yang digunakan berasal dari sumber yang
memenuhi syarat, ditampung dalam drum yang tidak tertutup sampai
beberapa hari sehingga terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen
penyebab diare. Dari eksperimen yang telah dilakukan, telah
dibuktikan bahwa rumah tangga yangmenggunakan air bersih yang
diolah secara sederhana yaitu dengan flokulasi dan desinfeksi dapat
menurunkan kejadian diare sampai 90%.
c. Menurut Nilton, dkk (2008) penelitian mereka menyatakan bahwa
responden pengguna air PDAM kejadian diarenya lebih kecil
dibandingkan pengguna air sumur. Pada responden dengan kebiasaan
memasak air sebelum diminum angka kejadian diarenya lebih rendah
dibandingkan yang tidak memasak air sebelum diminum sementara
bagi kelompok yang sumber airnya berasal dari sumur kelompok
responden yang jarak sumurnya kurang dari 10 meter dari sumber
pencemaran memiliki angka kejadian diare lebih tinggi. Sumber air
minum yang tercemar merupakan salah satu sarana sanitasi atau faktor
resiko yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral yaitu
dimasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan
tinja. Air yang diperoleh warga dijadikan sebagai air minum, dan
mencuci. Kondisi yang berlangsung secara lama dan berulang-ulang
mengakibatkan kejadian diare. Meskipun air minum tersebut
ditampung di tempat penampungan air dan tertutup, tetapi air tersebut
masih dapat tercemar oleh tangan yang menyentuh air saat mengambil
air.
14

3. Hubungan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


dengan diare
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan
hewan, ataupun cairan tubuh lain seperti ingus dan air ludah dapat
terkontaminasi oleh kuman-kuman penyakit seperti bakteri, virus dan
parasit yang dapat menempel pada permukaaan kulit. Oleh karena itu
tangan sangat berperan dalam penularan penyakit, khususnya penyakit
yang ditularkan melalui mulut (fekal-oral), misalnya diare.
Menurut Depkes (2009) tangan akan bebas dari kuman penyakit
apabila cuci tangan dengan baik dan benar yaitu cuci tangan pakai sabun
adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari
jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.
Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan
menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak
tampak, minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit.

Banyak penelitian yang menjelaskan ada hubungan cuci tangan


pakai sabun dengan kejadian diare, yaitu :
a. Menurut Sucipto (2003), menyatakan bahwa ada hubungan cuci
tangan pakai sabun dengan menurunnya kejadian diare karena bakteri
pada tangan akan mati sehingga makanan yang akan dikonsumsi
bebas dari bakteri.
b. Menurut Yusnani (2008), menyatakan bahwa ada hubungan cuci
tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Dari hasil penelitian
membuktikan bahwa tangan akan bebas dari bakteri apabila mencuci
tangan dengan sabun dan air yang mengalir, membersihkan seluruh
bagian-bagian dari tangan. Oleh karena itu salah satu pemutusan mata
15

rantai penularan penyakit diare dapat dilakukan dengan cuci tangan


yang benar pakai sabun sehingga menurunkan kejadian diare.

4. Hubungan jamban dengan kejadian diare


Jamban atau kakus (latrine) adalah tempat pembuangan kotoran
manusia berupa tinja dan air seni.Yang dimaksud dengan kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh (Notoatmodjo,
2007).Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kotoran manusia
merupakan masalah yang sangat penting.Pembuangan tinja secara layak
merupakan kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan
tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan
kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan
mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong
waterborne disease akan mudah berjangkit. Yang termasuk waterborne
disease salah satunya adalah diare (Chandra, 2007).
Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja
secara sembarangan akibat tingkat sosial ekononi yang rendah,
pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan
buruk dalam pembuangan tinja.Penyakit diare dapat ditularkan melalui
kotoran manusia, semua orang dalam keluarga harus menggunakan
jamban dan jamban harus dalam keadaan bersih agar terhindar dari
serangga yang dapat menularkan atau memindahkan penyakit pada
makanan.Penggunaan jamban yang sehat dan menjaga kebersihan
jamban dapat menurunkan resiko penyakit diare.
Menurut Depkes RI (2007), jamban yang memenuhi syarat adalah :
a. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air
permukaan
b. Cukup terang
c. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, lipan, dan kecoa)
d. Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
16

e. Cukup lobang angin


f. Tidak menimbulkan kecelakaan
Banyak penelitian yang menjelaskan ada hubungan jamban dengan
kejadian diare, yaitu :
a. Menurut Nilton, dkk (2008) penelitian mereka menyatakan bahwa
responden yang tidak memiliki jamban kejadian diarenya lebih besar
dibandingkan yang memiliki jamban. Kelompok yang tidak memiliki
jamban, kebiasaan untuk buang air besar di sungai memiliki angka
kejadian diare lebih besar dan pada kelompok yang memiliki jamban
dengan keadaan bersih memiliki angka kejadian diare lebih rendah.
b. Menurut Yusnani (2008) menyatakan bahwa ada hubungan
memanfaatkan jamban dengan kejadian diare. Dalam penelitian
tersebut pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat meningkatkan insiden penyakit diare. Dari hasil
penelitian membuktikan bahwa pembuangan kotoran manusia yang
tidak baik dapat mencemari tangan, air, tanah atau dapat menempel
pada lalat atau serangga lain yang menghinggapinya sehingga dapat
menimbulkan penularan berbagai macam penyakit diantaranya diare.
c. Menurut Wulandari (2009) menyatakan ada hubungan jenis tempat
pembuagan tinja dengan kejadian diare. Hal ini disebabkan
masyarakat masih banyak yang belum memiliki jamban sehat. Jenis
jamban tidak sehat yaitu jenis jamban tanpa tangki septik atau
jamban cemplung dan rumah yang tidak memiliki jamban sehingga
bila buang air besar mereka pergi ke sungai. Jenis tempat
pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan, akan
berdampak pada banyaknya lalat. Tinja yang dibuang di tempat
terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan berkembang
biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja (faecal
borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran
manusia yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran
manusia dan hinggap pada makanan manusia.
17
18

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas
KONTA
PERILAKU:

Penggunaan Air Bersih


Mencuci Tangan
Penggunaan Jamban Sehat
 
VEKT
• Serangga (l

LINGKUNGAN:
Sosek:
• Tk. Pengetahuan masyarakat.
• Tk. Pendidikan masyarakat.
• Tk. Penghasilan.
Lingkungan fisik/geo:
• Dekat Sungai
• Banjir saat musim penghujan
Jarak sumber air dengan jamban tangki septik/pembuangan sampah
Jenis Jamban/pembuangan tinja
Pencemaran air
Sanitasi makanan

Keterangan:

Bagan : Kerangka Konsep Penelitian tentang Hubungan Perilaku Dengan Kejadian Diare d

17
19

Ada 3 faktor yang memengaruhi kejadian yaitu faktor Perilaku,


faktor lingkungandan pelayanan kesehatan. Dalam kesempatan ini peneliti
akan menguji adanya hubungan antara “perilaku dengan kejadian diare”.
Perilaku tersebut menyangkut:
1. Penggunaan air bersih
2. Mencuci tangan
3. Penggunaan jamban sehat
Dalam kehidupan manusia, air memberikan manfaat yang
menguntungkan dan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap
kesehatan manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan
merupakan media penularan penyakit. Air yang memenuhi persyaratan air
bersih/air minum yakni secara kuantitatif 60 l/or/hari untuk pedesaan dan
secara kualitatif yang telah ditetapkan dalam KEMENKES RI tentang syarat
dan pengawasan air minum dibagi dalam: Bakteriologis, kimia, radioaktivitas
dan fisik.Sehingga, memanfaatkan sarana air bersih yang memenuhi
persyaratan secara fisik memiliki resiko pencemaran oleh bakteri penyebab
diare sangatlah rendah (Sarudji, D. 2016).
Penggunaan air bersih saja tidak cukup untuk memutus mata rantai
kuman. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan
hewan, ataupun cairan tubuh lain seperti ingus dan air ludah dapat
terkontaminasi oleh kuman-kuman penyakit seperti bakteri, virus dan parasit
yang dapat menempel pada permukaaan kulit. Oleh karena itu tangan sangat
berperan dalam penularan penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan
melalui mulut (fekal-oral), misalnya diare. Menurut Depkes (2009) tangan
akan bebas dari kuman penyakit apabila cuci tangan dengan baik dan benar
yaitu cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh
manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kumansehingga
segala sesuatu yang akan dikonsumsi bebas dari bakteri.
Selain penggunaan air bersih dan kebiasaan mencuci tangan,
kepemilikan serta penggunaan jamban juga dapat menurunkan kejadian diare.
20

Penggunaan jamban sehat harus memenuhi syarat umum yakni: menghindari


kontaminasi tanah permukaan, menghindari kontaminasi air tanah,
menghindari kontaminasi air permukaan, tidak terjangkau oleh lalat dan
binatang lainnya, terhindar dari bau dan terlindung serta mudah dan murah
dalam pembuatan dan perawatan (Sarudji, D. 2016).

Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat


kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat. Tinja yang dibuang di
tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan berkembang
biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja (faecal borne
disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia yang
terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran manusia dan hinggap
pada makanan/minuman manusia. Kesemuanya adalah upaya mencegah
kejadian diare.

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dalam kerangka konsep di atas, maka disusunlah


hipotesis sebagai berikut:
“Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian diare di Desa
Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto tahun 2017”.
21

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. Penelitian

analitik merupakan riset epidemiologi yang memiliki tujuan untuk

mendapatkan penjelasan mengenai faktor-faktor resiko serta penyebab

penyakit. Penelitian analitik digunakan untuk mengetahui hubungan sebab

akibat antara dua variabel secara observasional, dimana bentuk hubungan

didapatkan perbedaan, hubungan atau pengaruh. Metode pendekatan dalam

penelitian ini menggunakan rancangancase control yang merupakan suatu

penelitian (survey) analitik yang menggunakan pendekatan retrospectiveuntuk

data fakter risiko. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan)

diidentifikasi pada saat ini, sedangkan faktor risiko yang diidentifikasi

terjadipada waktu yang lalu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gayamanwilayah kerja Puskesmas

Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2017.


22

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah pengambilan keseluruhan subyek/obyek penelitian

yang mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009).Populasi dari penelitian ini

adalah Warga Desa Gayaman, wilayah kerja Puskesmas Gayaman,

Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah:

a. Sampel kasus
Sampel kasus adalah warga yang mengalamai Diare di Desa
Gayaman, Kecamatan Mojoanyar dengan data sekunder dari Puskesmas
Gayamanbulan Junitahun 2017 sampai dengan bulan Juli Tahun 2017,
sebanyak 41 kasus. Besar sampel kasus sebanyak 41 kasus(diambil dari
seluruh kasus).
b. Sampel kontrol
Sampel kontrol adalah warga yang tidak mengalami Diare
yangbertempat tinggal di Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar,
Mojokerto.
Beberapa ahli statistik berpendapat bahwa besar sampel sebanyak
30 individu sudah dianggap cukup. Selanjutnya Suyatno (2010)
berpendapat bahwa besar sampel kontrol diperolehdari kelipatan besar
sampel kasus dengan sebanyak-banyaknya 4 kelipatan. Dengan
demikian besar sampel kontrol adalah 41 orang (kelipatan 1 x jumlah
kasus).
c. Besar Sampel
Dengan design case control dimana didapatkan rumus kesetaraan
dengan perbandingan 1 : 1, artinya 1 kasus dengan 1 kontrol.
23

(Sastroasmoro, 2011: 30). Dari data yang diperoleh terdapat 23 kasus


dan 23 kontrol, jadi total besar sampel sebanyak 46 orang.

d. Kriteria inklusi dan eksklusi


1) Kriteria inklusi kasus
a) Anggota sampel kasus adalah pasien yang mengalami diare
menurut catatan medis Puskesmas Gayaman antara bulan Juni
2017 – Juli 2017;
b) Pasien telah bertempat tinggal di Desa Gayaman setidak-tidaknya
selama 6 bulan terakhir.
2) Kriteria eksklusi kasus
a) Anggota sampel tidak mengisi kuesioner secara tidak lengkap
(tidak menjawab semua pertanyaan)
b) Alamat tidak jelas atau dua kali didatangi tidak berada ditempat.
3) Kriteria inklusi kontrol.
a) Warga yang tidak menderita diare dalam rentang bulan Juni
2017 – Juli 2017, yang tinggal di sekitar rumah kasus (tetangga
penderita) dengan jarak maksimal 100 meter dari rumah sampel
kasus.
4) Kriteria eksklusi kontrol
a) Anggota sampel kontrol tidak mengisi kuesioner secara tidak
lengkap (tidak menjawab semua pertanyaan)
b) Tidak ada di tempat waktu penelitian atau dua kali didatangi
tidak berada ditempat.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan ukuran yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dari kelompok yang lain. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain :


24

1. Variabel Terikat

Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat

dari penelitian ini adalah Kejadian Diare.

2. Variabel Bebas

Adalah obyek yang mempengaruhi variabel terikat.Pada penelitian ini

variabel bebas adalah Perilaku yaitu penggunaan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun dan penggunaa jamban sehat.

E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Kategori/kriteria Alat Ukur Skala


Bebas : Perilaku yang dilakukan atas Dinyatakan: Kuesioner Nominal
keadaan sehingga anggota 1. Baik : apabila mampu
Perilaku keluarga atau keluarga dapat menjawab pertanyaan benar
menolong dirinya sendiri di 75-100% dari seluruh
bidang kesehatan dan berperan pernyataan.
aktif dalam kegiatan-kegiatan 2. Kurang baik : apabila mampu
kesehatan di masyarakat menjawab dengan benar
kurang dari 75% dari seluruh
pernyataan.

Terikat : Penyakit yang ditandai dengan Dinyatakan: Catatan Nominal


bertambahnya frekwensi 1. Diare: warga yang menderita rekam
Angka defekasi lebih dari biasanya Diare menurut rekam medis medis
kejadian ( > 3 kali/hari) disertai puskesmas.
diare perubahan konsistensi tinja 2. tidak Diare bila : warga yang
(menjadi cair), dengan/tanpa tidak menderita dalam
darah dan/atau lender. keluarga menurut rekam
medis puskesmas.
25

F. Prosedur Penelitian

1. Alur Prosedur Penelitian

Persiapan penelitian dengan lembar kuisioner

Mengumpulkan data pasien diare untuk pembagian lembar kuesioner


yang didapatkan dari data record report Puskesmas Gayaman bulan
Juni-Juli 2017

Informed consent

Bersedia

Inklusi Eksklusi
pasien di Desa Gayaman setidak- anggota sampel tidak mengisi
tidaknya selama 6 bulan terakhir dan kuesioner secara tidak lengkap
bersedia menjadi responden

Besar sampel pada penelitian ini adalah 82 orang

Matching

Data Primer dan Kueseoner

Odds Ratio

Uji Statistik

Hasil Akhir
26

2. Kualifikasi dan Jumlah Petugas

Jumlah petugas yang secara formal yang memilki kompetensi dalam

pengukuran data penelitian antara lain :

a. Petugas Puskesmas Gayaman Kabupaten Mojokerto yang khusus

memegang program diare sebanyak 1 orang.

b. Kader di Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupatn

Mojokerto sebanyak 2 orang.

c. Dokter Muda yang melakukan penelitian sebanyak 4 orang.

3. Pengumpulan data

a. Prosedur Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara melakukan observasi melalui

pembagian lembar kuesioner kepada responden. Data mengenai

identitas pasien, ekonomi, pengetahuan, penggunaan air bersih,

mencuci tangan dengan sabun dan penggunaan jamban sehat.Data

yang akan diperoleh melalui pengumpulan :

- Data Primer

Diperoleh dari kuisioner langsung yang diberikan kepada

responden.

- Data Sekunder

Diperoleh dari dokumen yang ada di Puskesmas Gayaman,

Mojoanyar, Mojokerto.
27

b. Jadwal Waktu Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2017.

4. Alat dan Instrumen Penelitian

Alat dan instrumen penelitian data dari penelitian antara lain :

a. Data pasien diare dari record report milik Puskesmas Gayaman

Kabupaten Mojokerto pada bulan Juni-Juli 2017.

b. Lembar Kuesioner

5. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-

langkah:

a. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul


padalembar kuesioner (checklist) dan lembar observasi.
b. Coding, yaitu memberikan code numerik (angka) terhadap data
yangterdiri dari beberapa kategori untuk memudahkan memasukan
data keprogram komputer.
c. Saving, yaitu menyimpan data sebelum data diolah atau dianalisis.
d. Data entry, yaitu memasukan data yang telah disimpan
kedalamprogram komputer untuk dilakukan analisis lanjut.
e. Cleaning, yaitu pengetikan kembali data yang sudah dientri
untukmengetahui ada kesalahan atau tidak.
f. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk program
computerkemudian direkap dan di susun dalam bentuk tabel supaya
memudahkan dalam membaca data (Wawansiswa, 2012).
28

G. Analisis Data

Analisis data awal yang digunakan adalah analisa univariat untuk

meringkas kumpulan data dari hasil penarikan sampel. Selanjutnya analisis

yang dapat digunakan dengan odds ratio karena metode pendekatan

penelitian adalah case control dan odds ratio merupakan ukuran untuk

mencari faktor resiko dengan kejadian penyakit.

Hasil pengukuran pada studi kasus-kontrol (case control)disusun

dalam tabel 2x2. Hubungan sebab akibat antara faktor resiko dan efek

diperoleh secara tidak langsung, yakni dengan menghitung resiko relatif,

yang dalam studi kasus-kontrol dinyatakan sebagai rasio odds (odds ratio)

(Sastroasmoro, S, Ismail, S, 2010).

Tabel IV.2 Tabel Odds Ratio

Kasus Kontrol Jumlah


Faktor Risiko (+) a b a+b
Faktor Risiko (-) c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

a xd
Odds Ratio (OR) =
bxc

Rasio odds menunjukkan berapa besar peran faktor resiko yang


diteliti terhadap terjadinya penyakit (efek). Nilai rasio odds = 1
menunjukkan bahwa faktor yang diteliti ternyata bukan merupakan resiko
untuk terjadinya efek. Rasio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa
benar faktor yang diteliti merupakan faktor resiko, sedangkan rasio yang
kurang dari 1 menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan faktor
protektif untuk terjadinya efek (Sastroasmoro, S, Ismail, S, 2010).

BAB V
29

HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Gayaman yang masuk dalam wilayah


kerja Puskesmas Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto,
Provinsi Jawa Timur. Berikut adalah data umum dan data khusus Desa
Gayaman :

1. Identitas
a. Desa : Gayaman
b. Kecamatan : Mojoanyar
c. Kabupaten : Mojokerto

d. Provinsi : Jawa Timur

2. Data geografi
Luas wilayah KecamatanMojoanyar adalah 2.668.541 km2 terdiri
dari 12 desa. Berikut batas-batas wilayah kecamatan Gayaman :

a. Barat : Kecamatan Magersari Kota. Mojokerto


b. Timur : Kecamatan Bangsal, Kab. Mojokerto
c. Selatan : Kecamatan Puri, Kab.Mojoekerto
d. Utara : Kecamatan Tarik, Kab Sidoarjo

Desa Gayaman luas 2.164 km2. Desa Gayaman merupakan wilayah kerja
puskesmas Gayaman dengan jumlah penduduk 4.293. Berdasarkan data di
Puskesmas Gayaman didapatkan 41 penderita diare yang bertempat tinggal di
Desa Gayaman selama periode Juni-juli 2017.

B. Karakteristik Responden
30

Berdasarkan hasil kuesioner pada 82 responden, didapatkan data


karakteristik responden sebagai berikut :
1. Penggunaan Air Bersih

Tabel V.1: Tabel Penggunaan Air Bersih Responden di Desa Gayaman


Tahun 2017
Kasus Kontrol Jumlah
Penggunaan Air
Bersih F % f % f %
Baik 29 44,6 % 36 55,4 % 65 79,3%
Kurang baik 12 70,6 % 5 29,5 % 17 20,7%
Sumber : Hasil survei, 2017

Tabel V.1 menunjukkan bahwa dalam penggunaan air bersih pada


kelompok kasus 70,6% responden termasuk kurang baik sedangkan pada
kelompok kontrol hanya 29,5%.
2. Mencuci Tangan

Tabel V.2: Tabel Mencuci Tangan Responden di Desa Gayaman Tahun


2017

Mencuci Kasus Kontrol Jumlah


Tangan F % F % f %
Baik 19 37,3 % 32 62,7 % 51 62,2 %
Kurang baik 22 71% 9 29 % 31 37,8 %
Sumber : Hasil survei, 2017

Tabel V.2 menunjukkan bahwa dalam mencuci tangan pada


kelompok kasus 71% responden termasuk kurang baik sedangkan pada
kelompok kontrol hanya 29%.

3. Penggunaan Jamban Sehat

Tabel V.3: Tabel Penggunaan Jamban Sehat Responden di Desa


Gayman Tahun 2017
Penggunaan Kasus Kontrol Jumlah
Jamban F % f % f %
Sehat
Baik 29 43,3 % 38 56,7% 67 81,7 %
Kurang 12 80 % 3 20% 15 18,3 %
Sumber : Hasil survei, 2017
31

Tabel V.3 menunjukkan bahwa dalam penggunaan jamban sehat


pada kelompok kasus 80% responden termasuk kurang baik sedangkan pada
kelompok kontrol hanya 20%.

C. Analisis Data

Ho : Tidak ada hubungan perilaku dengan kejadian diare di Desa


Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto.
H1 : Ada hubungan perilaku dengan kejadian diare di Desa Gayaman,
Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto

Tabel V.4: Kejadian Diare menurut Perilaku dengan Kejadian Diare


diDesa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto.

Kejadian Diare
Perilaku Diare Bukan Diare
F % f %
Kurang baik 39 69,6% 17 30,4 %
Baik 2 7,7% 24 92,3 %
Jumlah 41 100 % 41 100 %
Sumber: Hasil survei, 2017.

Tabel V.5: Jumlah Kejadian Diare menurut Perilaku dengan Kejadian


Diare diDesa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto.
Kejadian Diare
Perilaku Jumlah
Diare Bukan Diare
F f f %
Kurang baik 39 17 56 68,3%
Baik 26 31,7%
2 24
Jumlah 41 41 82 100%
Sumber: Hasil survei, 2017.

a xd
Odds Ratio (OR) =
bxc

39 x 24
Odds Ratio (OR) =
17 x 2
= 27,5
32

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil Odds Ratio sebesar 27,5 (Lihat
Tabel V.4). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor risiko
perilaku dengan kejadian diare di Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar,
Kabupaten Mojokerto dengan risiko 27,5 kali lebih bessar terjadi pada warga
yang melaksanakan prilaku kurang baik dibanding dengan kejadian diare
pada kelompok warga yang melakukan prilaku dengan baik.
33

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang meliputi interpretasi dan diskusi
hasil penelitian dari masing - masing variable penelitian dikaitkan dengan teori
dan hasil penelitian yang telah ada. Selain itu dalam pembahasan ini peneliti
menjelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.

A. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh penggunaan air bersih terhadap angka kejadian diare Desa


Gayaman,Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto pada bulan
Juni-juli tahun 2017
Dalam penelitian ini pengaruh penggunaan air bersih dikatagorikan
menjadi perilaku baik dan kurang baik dimana dari hasil penelitian
didapatkan bahwa penggunaain air bersih yang kurang baik berjumlah
70,6% yang terkena diare dan 29,5% yang tidak diare. Untuk penggunaan
air bersih yang baik 44,6% yang terkena diare dan 55,4% yang tidak diare.
Dari hasil penelitian ini terdapat hubungan antara penggunaan air bersih
terhadap angka kejadian diare di Desa Gayaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sucipto (2003) menyatakan
bahwa ada hubungan antara pemanfaatan sumber air bersih dengan kejadian
diare. Dari penelitian yang telah dilakukan, pemanfaatan sarana air bersih
yang memenuhi persyaratan secara fisik memiliki resiko untuk terjadinya
pencemaran oleh bakteri penyebab diare sangatlah rendah. Namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pencemaran air oleh bakteri pada saat
pengambilan dan penyimpanan air serta perilaku masyarakat saat memasak
air dan memanfaatkan sarana tersebut. Pernyataan yang sama juga
diungkapkan oleh Nilton, dkk (2008) penelitian mereka menyatakan bahwa
responden pengguna air PDAM kejadian diarenya lebih kecil dibandingkan
pengguna air sumur. Pada responden dengan kebiasaan memasak air
34

sebelum diminum angka kejadian diarenya lebih rendah dibandingkan yang


tidak memasak air sebelum diminum sementara bagi kelompok yang sumber
airnya berasal dari sumur kelompok responden yang jarak sumurnya kurang
dari 10 meter dari sumber pencemaran memiliki angka kejadian diare lebih
tinggi. Sumber air minum yang tercemar merupakan salah satu sarana
sanitasi atau faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian
kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral yaitu
dimasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja.
Air yang diperoleh warga dijadikan sebagai air minum, dan mencuci.
Kondisi yang berlangsung secara lama dan berulang-ulang mengakibatkan
kejadian diare. Meskipun air minum tersebut ditampung di tempat
penampungan air dan tertutup, tetapi air tersebut masih dapat tercemar oleh
tangan yang menyentuh air saat mengambil air.

Identifikasi masalah dari jumlah perilaku penggunaan air bersih


yang kurang baik sebesar 20,7%. Sebagian besar masyarakat di desa
Gayaman masih menggunakan sumber air dari sumur yang tidak memenuhi
syarat, merebus air tidak sampai mendidih (>5 menit) dan penyimpanan air
dalam wadah yang tidak tertutup sehingga diperlukan penyuluhan tentang
tata cara penggunaan air bersih yang memenuhi syarat serta cara memasak
air dan penyimpanannya.

2. Pengaruh mencuci tangan terhadap angka kejadian diare di Desa


Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto pada bulan
Juni-juli tahun 2017
Dalam penelitian ini mencuci tangan dikatagorikan perilaku baik
dan perilaku kurang baik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku
mencuci tangan yang kurang baik sebesar 71,0% yang terkena diare dan
29.0% yang tidak diare. Untuk perilaku mencuci tangan yang baik sebesar
37,3% yang terkena diare dan 62,7% yang tidak diare. Berdasarkan hasil
penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
35

mencuci tangan terhadap angka kejadian diare di Desa Gayaman Kecamatan


Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusnani (2008), yang


menyatakan bahwa ada hubungan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian
diare. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa tangan akan bebas dari
bakteri apabila mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir,
membersihkan seluruh bagian-bagian dari tangan. Oleh karena itu salah satu
pemutusan mata rantai penularan penyakit diare dapat dilakukan dengan
cuci tangan yang benar pakai sabun sehingga menurunkan kejadian diare.
Pernyataan serupa oleh Sucipto (2003), menyatakan bahwa ada hubungan
cuci tangan pakai sabun dengan menurunnya kejadian diare karena bakteri
pada tangan akan mati sehingga makanan yang akan dikonsumsi bebas dari
bakteri.

Identifikasi masalah dari jumlah perilaku mencuci tangan yang


kurang baik sebesar 37,8%. Sebagian besar masyarakat di desa Gayaman
mencuci tangan tidak selalu menggunakan sabun dan jarang mencuci tangan
sebelum makan sehingga perlunya penyuluhan mengenai cara mencuci
tangan yang benar yaitu dengan air bersih dan menggunakan sabun sehingga
memutus mata rantai kuman.

3. Pengaruh Jamban sehat terhadap angka kejadian diare di Desa


Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto pada bulan
Juni-juli tahun 2017

Dalam penelitian ini jamban sehat dikategorikan menjadi jamban


sehat baik dan kurang baik. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
jamban sehat yang kurang baik sebesar 80% yang terkena diare dan 20%
yang tidak diare. Untuk jamban sehat yang baik sebesar 43,3% yang terkena
diare dan 56,7% yang tidak diare. Berdasarkan hasil penelitian ini maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sanitasi lingkungan terhadap
angka kejadian diare.
36

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari (2009) menyatakan


ada hubungan jenis tempat pembuagan tinja dengan kejadian diare.Hal ini
disebabkan masyarakat masih banyak yang belum memiliki jamban
sehat.Jenis jamban tidak sehat yaitu jenis jamban tanpa tangki septik atau
jamban cemplung dan rumah yang tidak memiliki jamban sehingga bila
buang air besar mereka pergi ke sungai. Jenis tempat pembuangan tinja yang
tidak memenuhi syarat kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat.
Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk
bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit
melalui tinja (faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya
pada kotoran manusia yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di
kotoran manusia dan hinggap pada makanan manusia.
Penggunaan jamban sehat harus memenuhi syarat umum yakni:
menghindari kontaminasi tanah permukaan, menghindari kontaminasi air
tanah, menghindari kontaminasi air permukaan, tidak terjangkau oleh lalat
dan binatang lainnya, terhindar dari bau dan terlindung serta mudah dan
murah dalam pembuatan dan perawatan (Sarudji, D. 2016).

Identifikasi masalah dari jumlah penggunaan jamban sehat yang


kurang baik sebesar 18,3%. Sebagian besar masyarakat di desa Gayaman
masih menggunakan jamban cemplung dan sebagian masyarakat yang sudah
memiliki jamban kurang menjaga kebersihan sehingga perlunya diadakan
program kredit jamban dan pembagian jamban gratis bagi keluarga yang
kurang mampu serta diadakan penyuluhan tentang pentingnya menjaga
kebersihan jamban agar syarat jamban sehat dapat terpenuhi.
37

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian dengan judul Hubungan Prilaku dengan Kejadian Diare di
Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto pada bulan Juni-
juli tahun 2017 menyimpulkan dengan hasil:
1. Penggunaain air bersih yang kurang baik berjumlah 70,6% dari kasus
diare. Perilaku mencuci tangan yang kurang baik berjumlah 71,0% dari
kasus diare. Penggunaan jamban yang kurang baik berjumlah oleh 80%
dari kasus diare.
2. Kejadian diare di desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten
Mojokerto yang berperilaku kurang baik berjumlah 68,3% dari
keseluruhan sampel baik yang terkena diare maupun yang tidak.
3. Ada hubungan antara faktor risiko perilaku dengan kejadian diare di Desa
Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto dengan risiko
27,5 kali lebih besar terjadi pada warga yang melaksanakan perilaku
kurang baik dibanding dengan kejadian diare pada kelompok warga yang
melakukan perilaku dengan baik.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas
Dibutuhkan peran aktif kader dan petugas kesehatan dari puskesmas dalam
memberikan informasi dan penyuluhan kesehatan khususnya tentang diare.

2. Bagi Masyarakat:
a. Meningkatkan pengetahuan dengan cara membaca dari buku, internet dan
sumber lainnya khususnya mengenai diare.
b. Mengikuti kegiatan yang diadakan puskesmas khususnya penyuluhan
kesehatan tentang diare.
38

c. Mengatur pola hidup sehat seperti cuci tangan sebelum makan, menutup
makanan, merebus air yang akan diminum, buang air besar di jamban

3. Bagi peneliti lain


Hasil penelitian ini dapat diteruskan lebih lanjut oleh peneliti lain
tentang beberapa faktor lain yang berhubungan dengan kejadian diare
dengan jumlah responden yang lebih banyak, lokasi yang lebih luas, dan
sample lebih homogen.
39

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.
Badan Litbangkes. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional 2007. Depkes RI. Jakarta
Budiman dan Agus. R. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemban Medika.
Budiyono, dkk, Hubungan Praktik Penggunaan Fasilitas Sanitasi dan Praktik
Personal Higiene dengan Kejadian Diare di Kelurahan Bandarharjo Kota
Semarang, Jurnal Promosi Kesehatan Vol.2/No.1/Januari 2007.
Chandra, B.Dr., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:
Ditjen PPM dan PL.
__________ 2002.Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta: Ditjen PPM
dan PL.
__________ 2005.Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM
dan PL.
___________. 2008. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes, RI. 2010. Panduan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga.
Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta.
Depkes, R. I. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Ditjen PPM dan
PL, Jakarta.
Hidayat A. A. A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes RI, Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan triwulan II (Jakarta, 2011).
Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta : TIM.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Proverawati, A dan Eni. R. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta : Nuha Medika.
Sarudji, D. 2016. Materi Pokok Kepanitraan Klinik. Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Fakultas Kedokteran UWKS.Surabaya, hal. 140-156
40

Sastroasmoro, Sudigdo, dan Sofyan Ismael, 2010. Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Klinis edisi ketiga. In: Pemilihan Subyek Penelitian dan Desain
Penelitian. Jakarta: Sagung Seto, 78-100.
Sumantri Arif , Kesehatan Lingkungan, ( Jakarta, Kencana Prenada Media Group,
2010).
Wibowo, T. 2004. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Berdarah pada Balita di
Kabupaten Sleman.Jurnal.Berita Kedokteran Masyarakat.
World Health Organization (WHO). 2004. Global Water Supply and Sanitation
Assesment. World Heath Organization, Geneva.
Wulandari, AP. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Faktor
Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009 (Skripsi). Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Yusnani, 2008.Hubungan Sanitasi Dasar dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) terhadap Kegiatan Diare Pada Balita di Lingkungan II Kelurahan
Tanah Merah Kota Binjai. Medan: FKM USU.
41

Lampiran 1 :Pengantar Kuesioner

KUESIONER

Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data penelitian


mengenai“Hubungan Perilaku dengan Kejadian Diare di Desa Gayaman,
Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto”

Desa Gayaman adalah desa yang memiliki kejadian diare tertinggi di


Kecamatan Mojoanyar. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan kejadian
tersebut adalah masih banyaknya masyarakat yang tidak menjalankan prilaku
hidup bersih dan sehat. Apabila prilaku hidup bersih dan sehat diaplikasikan
dengan benar maka penyebab dan diare dapat dihindari. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana prilaku berpengaruh terhadap terjadinya
kasus diare di Desa Gayaman.

Untuk mencapai tujuan tersebut mohon kerjasamanya untuk mengisi


kuesioner berikut serta bersedia memberikan informasi yang cukup untuk
melengkapi data penelitian ini. Terima kasih atas kesempatan yang telah Anda
berikan dan mohon maaf apabila dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang
berkenan.

Petunjuk Pengumpulan Data


1. Memberi salam sebelum masuk ke tempat tinggal responden
2. Memeperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan penelitian
ini kepada responden
3. Meminta kesediaan responden menjadi sampel dalam penelitian ini dengan
cara mengisi tanda tangan di lembar persetujuan menjadi responden
4. Melakukan wawancara sesuai dengan kuesioner
5. Apabila saat wawancara terdapat jawaban tambahan dari responden agar
dicatat
6. Setelah wawancara selesai, ucapkan terima kasih kepada responden
42

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden


SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)

Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat


penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku dengan Kejadian Diare di Desa
Gayaman pada Bulan Juni-Juli 2017”, saya mengerti bahwa saya diminta untuk
mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan timbulnya penyakit Diare di desa kami. Saya memerlukan waktu sekitar
15-20 menit sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Saya memahami
bahwa penelitian ini tidak membawa risiko. Apabila ada pertanyaan yang
menimbulkan respon emosional, penelitian akan dihentikan dan peneliti akan
memberi dukungan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan,
dan kerahasiaannya ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak
akan ditulis pada instrumen penelitian dan akan tersimpan secara terpisah di
tempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai
responden atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau
kehilangan semua hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau
mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan
memuaskan.Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini
dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden.
Mojokerto,..............................
Responden,

(..........................................)
Saksi :
1. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)
2. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)
43

Lampiran 3 :Lembar Kuesioner


HUBUNGAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE DI DESA
GAYAMAN PADA BULAN JUNI - JULI 2017

PETUNJUK: Isilah jawaban yang benar dari pernyataan/pertanyaan berikut


dengan cara memberi tanda silang (x) pada kotak yang tersedia.

DATA UMUM

1. No Responden :
2. Alamat responden : RT ........ RW ........ desa Gayaman
3. Kelompok (sampel) :
a. Kasus
b. Kontrol
4. Jenis kelamin penderita diare
a. Laki-laki
b. Perempuan

IDENTITAS RESPONDEN

1. Umur Responden :
a) 5-9 tahun
b) 10-15 tahun
c) 16-20 tahun
d) > 20 tahun

2. Pendidikan formal terakhir :


a) Tidak sekolah/ SD
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
c) Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan Responden :
a) Pegawai Negeri
44

b) Karyawan swasta;
c) Wiraswasta
d) Lain-lain. (sebutkan) .................................................

EKONOMI

4. Penghasilan responden perbulan:


a) < Rp. 3.279.975,00 (UMK)
b) ≥ Rp. 3.279.975,00

PENGETAHUAN

5. Apakah yang dimaksud dengan diare?


a) Apabila buang air besar dengan tinja encer;
b) Apabila buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan tinjanya encer

6. Apa yang dapat menyebabkan diare?


a) Tertular saat meminjam pakaian
b) Tidak cuci tangan sebelum makan, air yang dan makanan yang kotor

7. Menurut Anda, diare dapat menular melalui apa?


a) Air, susu sapi, makanan dan minuman
b) Udara dan pakaian

8. Bagaimana cara mencegah diare?


a) Selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman, mencuci tangan sebelum
makan dan buang air besar dan memasak air minum hingga mendidih
b) Menjauhi orang yang terkena diare

9. Apa yang pertama kali harus diberikan kepada penderita diare?


a) Makanan yang banyak
b) Oralit / pengganti oralit ( larutan gula-garam, air tajin)
45

Penggunaan Air Bersih

1. Apa jenis sarana air bersih yang Anda gunakan untuk minum?
a) PAM/air dalam kemasan
b) Air sumber atau air sumur

2. Apabila sumber air minum adalah air sumur, bagaimana cara menyiapkan air
minum dari air bersih tersebut? (Observasi)
a) Merebus sebelum diminum
b) Langsung diminum

3. Kapan air disebut masak pada waktu anda memasak air?


a) Air tampak bergolak untuk sekitar 5 menit.
b) Yang penting sudah panas.

4. Dimana Anda menyimpan air yang telah di masak? (Observasi)


a) Di wadah ditutup
b) Di wadah tidak tertutup

5. Bagaimana cara membersihkan alat untuk makan dan minum ?


a) Dicuci dan ditiriskan sampai kering sebelum digunakan;
b) Dicuci kemudian dibersihkan lagi dengan lap basah;

Mencuci Tangan

6. Apakah Anda mencuci tangan sebelum makan?


a) Ya
b) Kadang-kadang

7. Apakah Anda mencuci tangan setelah buang air kecil atau buang air (BAK)
besar (BAB)?
a) Ya ;
b) Kadang-kadang

8. Apakah Anda mencuci tangan dengan sabun?


46

a) Ya;
b) Kadang-kadang

9. Bagaimana cara Anda mencuci tangan?


a) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun,
membersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, selah-selah jari dan
punggung tangan kemudian meringkan dengan lap bersih
b) Cuci tangan dengan air

Penggunaan Jamban
(bila TIDAK memiliki jamban hanya menjawab no. 10, 11 dan 12) – 3 nomor.

10. Apakah anda/keluarga anda memiliki jamban?


a) Ya (punya);
b) Tidak;

11. Dimana Anda buang air besar (BAB)? (observasi)


a) Jamban/kakus/WC;
b) Diluar jamban/di tempat terbuka;

12. Apakah setelah buang air besar di jamban atau di luar jamban anda cebok?
a) Ya;
b) Tidak;

13. Berapa jarak kakus/jamban anda dengan sumur? (Observasi)


a) ≥ 10 meter;
b) <10 meter;

14. Bagaimana kebersihan jamban yang anda gunakan? (Observasi)


a) Bersih; (lantai tidak licin, tidak berbau, tidak ada serangga/vektor)
b) Kurang bersih; (ada salah satu atau lebih syarat tidak bersih);

15. Kapan jamban dibersihkan?


a) 1 minggu sekali;
47

b) Lebih dari seminggu;

Cara scoring:
Nilai jawaban betul = 1 (jawaban merah),jawaban salah diberi nilai nol = 0.
Kemudian jumlahkan nilai betul (a)
Jumlahkan pertanyaan yang dinilai dari pertanyaan no. 1 s.d. 15. Jadikan jumlah
ini sebagai penyebut (b).
Skor untuk responden = a/b x 100%
48

FREQUENCIES VARIABLES=penggunaanairbersih mencucitangan penggunanjambansehat

 /STATISTICS=STDDEV MEAN MEDIAN MODE

  /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 24-Aug-2017 12:57:02

Comments

Input Data C:\Users\relaesa\Desktop\data diare.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 85

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.
49

Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=penggunaanairbersih
mencucitangan penggunanjambansehat

/STATISTICS=STDDEV MEAN MEDIAN


MODE

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.000

[DataSet1] C:\Users\relaesa\Desktop\data diare.sav

Statistics

penggunaanairber penggunanjamban
sih mencucitangan sehat

N Valid 82 82 82

Missing 3 3 3

Mean 1.2073 1.3780 1.1829

Median 1.0000 1.0000 1.0000

Mode 1.00 1.00 1.00

Std. Deviation .40788 .48788 .38899


50

Frequency Table

penggunaanairbersih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 65 76.5 79.3 79.3

kurang baik 17 20.0 20.7 100.0

Total 82 96.5 100.0

Missing System 3 3.5

Total 85 100.0

mencucitangan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 51 60.0 62.2 62.2

kurang baik 31 36.5 37.8 100.0

Total 82 96.5 100.0

Missing System 3 3.5

Total 85 100.0
51

penggunanjambansehat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 67 78.8 81.7 81.7

kurang baik 15 17.6 18.3 100.0

Total 82 96.5 100.0

Missing System 3 3.5

Total 85 100.0

CROSSTABS

  /TABLES=diare BY penggunaanairbersih mencucitangan penggunanjambansehat

  /FORMAT=AVALUE TABLES

  /STATISTICS=CHISQ CC PHI RISK

  /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL

  /COUNT ROUND CELL.
52

Crosstabs

Notes

Output Created 24-Aug-2017 12:58:03

Comments

Input Data C:\Users\relaesa\Desktop\data diare.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 85

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
53

Syntax CROSSTABS

/TABLES=diare BY penggunaanairbersih
mencucitangan penggunanjambansehat

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ CC PHI RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW


COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.031

Elapsed Time 00:00:00.014

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762


54

[DataSet1] C:\Users\relaesa\Desktop\data diare.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

diare * penggunaanairbersih 82 96.5% 3 3.5% 85 100.0%

diare * mencucitangan 82 96.5% 3 3.5% 85 100.0%

diare * penggunanjambansehat 82 96.5% 3 3.5% 85 100.0%

diare * penggunaanairbersih

Crosstab

penggunaanairbersih

baik kurang baik Total

diare diare Count 29 12 41

Expected Count 32.5 8.5 41.0

% within diare 70.7% 29.3% 100.0%

% within penggunaanairbersih 44.6% 70.6% 50.0%

% of Total 35.4% 14.6% 50.0%


55

tidak diare Count 36 5 41

Expected Count 32.5 8.5 41.0

% within diare 87.8% 12.2% 100.0%

% within penggunaanairbersih 55.4% 29.4% 50.0%

% of Total 43.9% 6.1% 50.0%

Total Count 65 17 82

Expected Count 65.0 17.0 82.0

% within diare 79.3% 20.7% 100.0%

% within penggunaanairbersih 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 79.3% 20.7% 100.0%


56

Chi-Square Tests

Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.636a 1 .057

Continuity Correctionb 2.671 1 .102

Likelihood Ratio 3.725 1 .054

Fisher's Exact Test .100 .050

Linear-by-Linear
3.592 1 .058
Association

N of Valid Casesb 82

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi -.211 .057

Cramer's V .211 .057

Contingency Coefficient .206 .057

N of Valid Cases 82
57

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for diare (diare /


.336 .106 1.062
tidak diare)

For cohort penggunaanairbersih


.806 .642 1.011
= baik

For cohort penggunaanairbersih


2.400 .929 6.201
= kurang baik

N of Valid Cases 82

diare * mencucitangan

Crosstab

mencucitangan

baik kurang baik Total

diare diare Count 19 22 41

Expected Count 25.5 15.5 41.0

% within diare 46.3% 53.7% 100.0%

% within mencucitangan 37.3% 71.0% 50.0%

% of Total 23.2% 26.8% 50.0%


58

tidak diare Count 32 9 41

Expected Count 25.5 15.5 41.0

% within diare 78.0% 22.0% 100.0%

% within mencucitangan 62.7% 29.0% 50.0%

% of Total 39.0% 11.0% 50.0%

Total Count 51 31 82

Expected Count 51.0 31.0 82.0

% within diare 62.2% 37.8% 100.0%

% within mencucitangan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 62.2% 37.8% 100.0%


59

Chi-Square Tests

Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.765a 1 .003

Continuity Correctionb 7.469 1 .006

Likelihood Ratio 8.974 1 .003

Fisher's Exact Test .006 .003

Linear-by-Linear Association 8.658 1 .003

N of Valid Casesb 82

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi -.327 .003

Cramer's V .327 .003

Contingency Coefficient .311 .003

N of Valid Cases 82
60

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for diare (diare /


.243 .093 .635
tidak diare)

For cohort mencucitangan =


.594 .411 .857
baik

For cohort mencucitangan =


2.444 1.284 4.652
kurang baik

N of Valid Cases 82

diare * penggunanjambansehat

Crosstab

penggunanjambansehat

baik kurang baik Total

diare diare Count 29 12 41

Expected Count 33.5 7.5 41.0

% within diare 70.7% 29.3% 100.0%

% within
43.3% 80.0% 50.0%
penggunanjambansehat

% of Total 35.4% 14.6% 50.0%


61

tidak diare Count 38 3 41

Expected Count 33.5 7.5 41.0

% within diare 92.7% 7.3% 100.0%

% within
56.7% 20.0% 50.0%
penggunanjambansehat

% of Total 46.3% 3.7% 50.0%

Total Count 67 15 82

Expected Count 67.0 15.0 82.0

% within diare 81.7% 18.3% 100.0%

% within
100.0% 100.0% 100.0%
penggunanjambansehat

% of Total 81.7% 18.3% 100.0%


62

Chi-Square Tests

Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.609a 1 .010

Continuity Correctionb 5.222 1 .022

Likelihood Ratio 6.995 1 .008

Fisher's Exact Test .020 .010

Linear-by-Linear Association 6.528 1 .011

N of Valid Casesb 82

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi -.284 .010

Cramer's V .284 .010

Contingency Coefficient .273 .010

N of Valid Cases 82
63

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for diare (diare /


.191 .049 .739
tidak diare)

For cohort
.763 .616 .946
penggunanjambansehat = baik

For cohort
penggunanjambansehat = 4.000 1.218 13.132
kurang baik

N of Valid Cases 82

Anda mungkin juga menyukai