SKRIPSI
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Esti Ruspitasari, NIM: 2011A0149
Dedi Saifullah M.Kes, NIDN
Diajukan Oleh:
Esti Ruspitasari
NIM: 2011A0149
3
TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN
Kediri, tanggal-bulan-tahun
Dosen Pembimbing
MENGETAHUI,
Dekan Fakultas S1 Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
1. HALAMAN PENGESAHAN
Judul (Bold, Font 12, Times New Roman, Capitalize Each Word, Spasi 1,5)
Oleh:
Nama Mahasiswa
NIM
DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji
4
Nama Lengkap beserta Gelar (penguji 1) ..........................................
Anggota Penguji
Nama Lengkap beserta Gelar (Penguji 2) ..........................................
MENGETAHUI,
Dekan Fakultas ………………………………
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang: Prevalensi HAIs semakin upaya yang dilakukan untuk mencegah dan
mengendalikan penularan penyakit dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya adalah
penerapan Standard Precautions
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional. Desain penelitian cross
sectional. Populasi adalah Seluruh petugas di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo. Teknik
sampling purposive sampling, sehingga besar sampel sebanyak 40 responden
Hasil: Pengetahuan mayoritas adalah baik sejumlah 28 (70%), supervisi mayoritas adalah mendukung
sejumlah 32 (80%), sarana mayoritas adalah, mendukung sejumlah 31 (77,5%) dan angka kejadian
HAis mayoritas adalah tidak terjadi sejumlah 33 (82,5%), Ada hubungan antara pengetahuan dengan
5
angka kejadian HAis dengan nilai p value = 0,004 < α = 0,05, Ada hubungan antara supervisi dengan
angka kejadian HAis dengan nilai p value = 0,034 < α = 0,05, Ada hubungan antara sarana dengan
angka kejadian HAis dengan nilai p value = 0,011 < α = 0,05, Faktor dominan tingakat kepatuhan
petugas dengan angka kejadian HAis adalah pengetahuan dengan nilai 0,017
Analisa: Analisa data menggunakan uji regresi logistic
Discuss : kepatuhan petugas sangat berpengaruh dengan terjadinya HAis, ada beberapa faktor
kepatuhan diantaranya pengetahuan, supervise dan sarana, pada penelitian ini factor yang paling
dominan adalah factor pengetahuan.
Kata Kunci: HAis, Kepatuhan, Pengetahuan, Supervisi, Sarana.
6
ANALYSIS OF COMPLIANCE LEVEL OF OFFICERS WITH THE
EVENT OF HAIS IN RSIA MUHAMMADIYAH
PROBOLINGGO CITY
ABSTRACT
Background: The prevalence of HAIs is increasingly being made to prevent and control disease
transmission from patients to health workers or vice versa is the application of Standard Precautions
Methods: This research is a quantitative research with correlational type. The research design is
cross sectional. The population is all officers at RSIA Muhammadiyah Probolinggo City. The
sampling technique is purposive sampling, so that the sample size is 40 respondents
Results: The majority of knowledge is good, 28 (70%), majority supervision is 32 (80%), majority
means is, supports 31 (77.5%) and the majority of HAis incidence is 33 (82, 5%), There is a
relationship between knowledge and the incidence of HAis with p value = 0.004 < = 0.05, There is a
relationship between supervision and the incidence of HAis with p value = 0.034 < = 0.05, There is a
relationship between means with the incidence of HAis with p value = 0.011 < = 0.05, the dominant
factor in the level of compliance of officers with the incidence of HAis is knowledge with a value of
0.017
Analysis: Data analysis using logistic regression test
Discuss: officer compliance is very influential with the occurrence of HAis, there are several
compliance factors including knowledge, supervision and facilities, in this study the most dominant
factor is the knowledge factor.
Keywords: HAis, Compliance, Knowledge, Supervision, Facilities.
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau infeksi nosokomial saat ini di
ubah dengan istilah Health Care Asosiated Infection (HAIs). Infeksi tidak hanya
berasal dari rumah sakit, pasien, petugas kesehatan, tetapi juga didapatkan dari
pengunjung yang tertular pada saat berada di lingkungan rumah sakit atau fasilitas
pelyanan kesehatan lainya. HAIs merupakan permasalahan yang serius diberbagai
negara diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Penyakit infeksi terkait pelayanan
kesehatan telah menjadi agenda yang dibahas dalam forum Asian Pacific Comitte
(APEC) atau Global Health Security Aenda (GHSA). Kejadian ini menunjukan bahwa
HAIs yang ditimbulkanberdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara. HAIs
memerlukan penangan lebih lanjut dan jika tidak ditangani bisa beresiko
memperpanjang lama perawatan pasien di rumah sakit, peningkatan biaya perawatan,
sepsis serta bisa menyebabkan kematian (Permenkes No 27, 2017) Healthcare associated
infections (HAIs) merupakan istilah yang popular menggantikan istilah infeksi
nosokomial. Menurut (Mscph et al.,2017),
Angka kejadian HAIs di negara maju dalam kurun waktu beberapa tahun ini
beraneka ragam mulai dari 3,5% sampai dengan 12%. The European Centers for
Disease control didapatkan data rata-rata kejadian di Eropa adalah 7,1%.
Lembaga ini menyebutkan perkiraan ada 4.131.000 pasien terpapar kurang lebih
4.544.100 HAIs setiap tahunya di Eropa, sedangkan di negara dengan pendapatan
perkapita rendah dan sedang kejadian HAIs berada pada 5,7% dan 19,1% (WHO,
2011). Kejadian HAIs di Indonesia pada jenis/tipe rumah sakit sangat beragam. Penelitian
yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2017 didapatkan data proporsi kejadian HAIs
di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien beresiko
160.417 (55,1%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 pasien
dari jumlah pasien beresiko 130.047 (35,7%). (Kemenkes, 2017). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 juni 2021 melalui wawancara
tentang tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah
Kota Probolinggo didapatkan data untuk tingkat kepatuhan petugas yaitu cuci tangan
dengan menggunakan metode pemberian kuisioner dari 10 responden didapatkan data 3
(30%) baik, 4 (40%) cukup dan 3 (30%) kurang, dan bundel HAis menggunakan metode
pemberian kuisioner dari 10 responden didapatkan data 3 (30%) baik, 3 (30%) cukup dan
8
4 (40%) kurang, dan untuk angka kejadian HAis didapatkan data bulan maret 2021 angka
infeksi IDO 1,2% dan phlebitis 1,94%.
Infeksi nosokomial atau yang saat ini disebut sebagai infeksi berkaitan dengan
pelayanan di fasilitas kesehatan atau HAIs merupakan suatu masalah serius terkena HAIs
(Healthcare Associated Infections). Salah satunya adalah kejadian flebitis di rumah
sakit dapat menjadi salah satu indikator pelayanan mutu rumah sakit. Upaya
pencegahan HAIs yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah meningkatkan
kemampuan dalam penerapan kewaspadaan standar dengan komponen utama yang
merupakan salah satu metode paling efektif untuk mencegah penularan patogen berkaitan
dengan pelayanan kesehatan adalah dengan melakukan praktek kebersihan tangan (hand
hygiene). Hand hygiene adalah suatu upaya membersihkan tangan baik dengan
menggunakan sabun ataupun dengan air mengalir dengan menggunakan enam langkah.
Hand hygiene sendiri telah ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia sebagai salah
satu penentu keselamatan pasien. Tujuan hand hygiene adalah menurunkan resiko infeksi
karena seringnya kontak antara petugas kesehatan dengan pasien. Perilaku hand
hygiene menjadi salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pencegahan dan pengendalian infeksi. (WHO,2019).
Ketidak patuhan dalam hand hygiene dapat terjadi transmisi mikroba yang
berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang menjalani perawat di fasilitas
layanan kesehatan banyak akibat dari ketidak patuhan melakukan hand higine salah
satunya adalah kejadian flebitis dirumah sakit. Angka kejadian flebitis dari tahun ke
tahun belum menunjukkan penurunan yang berarti. Kurangnya kesadaran dan
kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene secara tepat disinyalir menjadi
salah satu penyebab tingginya kejadian flebitis di rumah sakit baik di Indonesia maupun
di luar negeri. Flebitis merupakan infeksi nosokomial yang berasal dari
mikroorganisme yang dialami pasien, diperoleh selama pasien dirawat di rumah
sakit dan diikuti dengan manifestasi klinis yang sekurang-kurangnya 3×24 jam
(Brunner &Suddart, 2013). Flebitis dapat menyebabkan thrombus yang selanjutnya
menjadi tromboflebitis. Perjalanan flebitis biasanya jinak, tetapi meskipun demikian
apabila trombus terlepas dan kemudian di angkut ke aliran darah, dan masuk ke
jantung maka bisa menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat arterioven
trikuler secara mendadak dan menimbulkan kematian (Potter & Perry, 2012). Faktor
penyebab terjadinya flebitis ada empat hal yaitu faktor kimiawi,mekanik,agen
bakterial, dan post infus (INS, 2016). Salah satu langkah efektif memutuskan
transmisi infeksi yang mengakibatkan flebitis adalah melakukan hand hygiene
9
dengan cara yang benar dan pada waktu yang tepat, sesuai dengan yang tertuang
dalam komponen kewaspadan standar.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang “Analisis
tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
permasalahan peneliti dalam penelitian ini adalah :”Analisis tingkat kepatuhan petugas
dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum dari penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kepatuhan petugas
dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo.
2. Tujuan Khusus dari penelitian
a. Mengindentifikasi pengetahuan di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo
b. Mengindentifikasi supervisi di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo
c. Mengindentifikasi sarana di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo
d. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo
e. Menganalisis hubungan supervisi dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo
f. Menganalisis hubungan sarana dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo
g. Menganalisis tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo
D. Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan mengetahui tingkat kepatuhan petugas dengan
angka kejadian HAis. Dari hasil tersebut dapat diambil manfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan kesehatan dalam bidang
keperawatan khususnya tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis dan
dapat dijadikan sebagai jurnal atau bahan materi dalam pembelajaran di institusi
terutama dalam materi HAis.
10
2. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi selanjutnya untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut tentang kepatuhan petugas dalam melakukan hand
hygiene dan bundle HAis serta dapat menambah wawasan penulis dalam melakukan
penulisan skripsi sesuai dengan bidang ilmu keperawatan.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dibidang
pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya rumah sakit untuk mensosialisasikan
pentingnya tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian (Lestari, 2019) yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam
Melakukan Hand Hygiene Dengan Kejadian Flebitis Di Rsud Wonosari”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene
paling banyak kepatuhan tinggi sebanyak 64 (95,5%) responden. kejadian flebitis
paling banyak tidak mengalami kejadian flebitis sebanyak 64 (95,5%) responden.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel dependen, dalam penelitian tersebut
menggunakan kejadian flebitis sedangkan dalam penelitian ini variable dependen
angka kejadian HAis.
2. Penelitian (Nur Hidayah, 2019) yang berjudul “Kepatuhan Tenaga Kesehatan
Terhadap Implementasi Hand Hygiene di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Kota
Makassar” Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan perawat (56.05%), bidan
(53.37%), dan dokter (49.33%). Berdasarkan kepatuhan per indikasi sebelum kontak
dengan pasien (55.81%), sebelum tindakan aseptik (56.41%), setelah terpapar cairan
tubuh pasien yang berisiko (70.11%), setelah kontak dengan pasien (53.16%) dan
setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien (27.27)%. Perbedaan dengan penelitian
ini adalah variabel dependen, dalam penelitian tersebut menggunakan Implementasi
Hand Hygiene sedangkan dalam penelitian ini variable dependen angka kejadian
HAis.
3. Penelitian (Astri Budhi Satiti, 2019) yang berjudul “Analisis Penerapan Standard
Precautions Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Hais (Healthcare Associated
Infections) Di Rsud Raa Soewondo Pati” Hasil penelitian menunjukkan Tingkat
kepatuhan pembuangan sampah benda tajam rata-rata petugas sudah banyak yang
patuh walaupun belum bisa mencapai angka kepatuhan 100%. Sedangkan
pengelolaan limbah darah dan komponen darah baru yang dilakukan audit atau
monitoring evaluasi pada tahun 2016 triwulan ke-2 dan hasilnya sebesar 80% masih
11
di bawah standar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel independen, dalam
penelitian tersebut menggunakan Penerapan Standard Precautions sedangkan dalam
penelitian ini variable independen tingkat kepatuhan petugas.
12
BAB II
KONSEP TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Kepatuhan
a. Pengertian
Kepatuhan (compliance ataupun adherence) merupakan istilah yang mengacu
pada sejauh mana pasien melaksanakan tindakan dan pengobatan yang
direkomendasikan oleh dokter atau orang lain (Sarafino & Smith.,2012)
Menurut Brown & Bussell (2011) menyebutkan bahwa konotasi keduanya
sedikit berbeda. Adherence melibatkan persetujuan pasien terhadap anjuran
pengobatan, hal ini secara implisit menunjukkan keaktifan pasien bekerjasama dalam
proses pengobatan, sedangkan compliance mengindikasikan bahwa pasien secara
pasif mengikuti petunjuk dokter.
Sarafino & Smith (2012) mengungkapkan bahwa adherence adalah istilah
yang lebih baik karena menunjukkan sifat kolaboratif pengobatan, sedangkan
compliance mengisyaratkan bahwa individu pasrah terhadap tuntutan pengobatan,
sehingga terkesan bahwa sebenarnya individu tersebut enggan mematuhi pengobatan.
3. Konsep HAis
a. Pengertian
Menurut WHO (2016) HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak
ditemukan atau tidak sedang berinkubasi pada saat pasien masuk. Termasuk dalam
definisi ini adalah infeksi yang didapat di rumah sakit namun baru bermanifestasi
setelah pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs dapat terjadi pada tenaga kesehatan,
staf dan pengunjung rumah sakit.
HAIs merupakan penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit,
beberapa waktu yang lalu disebut sebagai infeksi nosokomial (Hospital Acquired
Infection). Saat ini penyebutan tersebut diubah menjadi infeksi terkait pelayanan
kesehatan atau “HAIs” (Healthcare Associated Infections) dengan pengertian yang
lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga
dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes, 2017)
Menurut Centres for Disease Control and Prevention (CDC) (2013), HAIs
adalah komplikasi perawatan kesehatan dan terkait dengan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan, dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya
HAIs. Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan dan dari
petugas kesehatan maupun dari personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter
intra vena, kateter urin, kasa pembalut atau perban, dan cara yang keliru dalam
menangani luka. Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja,
tetapi juga dapat mengenai seluruh personil rumah sakit yang berhubungan
langsung dengan pasien maupun penunggu dan para pengunjung pasien.
d. Etiologi Hais
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial (Darmadi
2018)
1) Faktor dari dalam (instrinsik factors)
a) Dari penderita (instrinsic factors)
b) Umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, resiko terapi, atau adanya
penyakit lain yang menyertai penyakit dasar (multipatologi) beserta
komplikasinya.
c) Keperawatan: lamanya hari perawatan (length of stay), menurunkan standar
pelayanan perawat, serta padatnya penderita dalam suatu ruangan.
d) Patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak
jaringan, lamanya pemaparan (length of exposure) antara sumber penularan
(reservoir) dengan penderita.
2) Faktor dari luar (extrinsic factors)
a) Petugas pelayanan medis: perawat, dokter, bidan, tenaga laboratorium.
b) Peralatan dan material medis: instrumen, respirator, jarum, kateter, kain/doek,
kassa.
c) Lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat pembuangan
sampah/pengolahan limbah.
d) Minuman/makanan: hidangan yang disajikan setiap saat pada penderita.
e) Penderita lain: keberadaan penderita lain dalam satu kamar/ruangan/bangsal
perawatan dapat merupakan sumber penularan.
f) Pengunjung /keluarga: keberadaan tamu/keluarga dapat merupakan sumber
penularan
26
B. Kerangka Teori
Kerangka konsep merupakan hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan:
kondisi umum
penderita
Lingkungan
Lamanya hari
perawatan
Minuman/makanan
instrumen
Pengunjung/
Ketidak patuhan keluarga
Hand hygiene
petugas
Penderita lain yang memiliki
ruangan yang sama dengan pasien
C. Hipotesis
Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2013).
Hipotesa (H1) Ada Pengaruh tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian
HAis di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo. H1 diterima apabila p < α ( 0,05 ).
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desaine Penelitian
Desain penelitian merupakan suatus strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian (Nursalam, 2016).
Desain Penelitian berupa metode analitik korelasional dengan pendekatan cross
sectional, yang bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam,
2016). Dalam hal ini adalah “Analisis tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian
HAis di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo”.
Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali. Pada jenis
variabel dependent dan independent dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada
tindak lanjut. Tentunya tidak semua subyek penelitian harus diobservasi pada hari atau
pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independent ataupun dependent dinilai
hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena
(variabel dependent) dihubungkan dengan penyebab (Nursalam, 2016).
B. Kerangka Kerja
Populasi
Seluruh petugas di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo sebanyak 45 responden
Tehnik Sampling
Tehnik Sampling yang digunakan adalah purposive sampling
Responden
Sebagian petugas di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo sebanyak 43 responden
30
Instrumen Penelitian
Lembar Kuesioner dan Lembar Observasi
Analisa Data
Analisis Regresi Logistik
Kesimpulan
H1 di terima jika p value ≤ α dengan α = 0,05
Hο di terima jika p value > α dengan α = 0,05
C. Populasi,sampel,sampling
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut, atau kumpulan orang,
individu, atau objek yang akan diteliti sifat – sifat atau karakteristiknya (Hidayat,
2018).
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh petugas di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo sebanyak 45 responden
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian dengan
menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan penelitian
menggunakan populasi karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih
menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Dalam menentukan sampel, langkah awal yang
harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi atau menentukan populasi target
(Masturoh, 2018)
a. Kriteria Sampel
Adapun yang menjadi kriteria inklusi dan ekslusi adalah sampel ini adalah :
a) Kriteria inklusi
31
1) Bersedia berpatisipasi dalam penelitian
2) Latar belakang pendidikan D3 dan S1 atau Ners
3) Perawat yang bertugas di ruang anak, perawat perina dan bidan
b) Kriteria eklusi
1) Perawat yang tidak di ruangan itu
2) Perawat yang sedang cuti atau mengikuti tugas belajar
3) Kepala ruangan
Dalam penelitian ini sampelnya adalah sebagian petugas di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo
b. Besar Sampel
Dengan menggunakan rumus, maka besar sampel dalam penelitian ini adalah
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumalh populasi
d = tingkat signifikasi (p)
Maka :
n= 45
1 + 45 (0,05)²
= 45
1 + 45 (0,0025)
= 45
1 + 0,1125
= 45
1,1125
= 40,44
= 40
3. Tehnik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel, (Sugiono,
2009).Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan
populasi yang ada (Hidayat, 2008). Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2013).
Tehnik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
peneliti menggunakan teknik purposive sampling (judgement sampling) yaitu suatu
32
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam penelitian), sehingga
sampel tersebut dapat mewakili populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
2013). Adapun besar sample dalam penelitian ini sebanyak 40 responden.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional merupakan desain
penelitian yang fokus dalam melakukan observasi data variabel independen dan
dependen yang diukur hanya satu kali saja atau secara simultan, tanpa ada tindak lanjut.
Semua subjek yang digunakan dalam penelitian tidak harus diobservasi dalam satu hari
atau satu waktu yang sama, tetapi variabel independen dan dependen dinilai satu kali
saja. Dengan demikian, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel
dependen) yang dihubungkan dengan faktor penyebab atau variabel independen
(Nursalam, 2016).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent/ Bebas / yang mempengaruhi)
Variabel independent adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain,
apabila variabel independent berubah maka dapat menyebabkan variabel lain
berubah. Nama lain dari variabel independent atau variabel bebas adalah prediktor,
risiko, determinan, kausa (Masturoh, 2018).
Variabel Independent dalam penelitian ini adalah hand higyne dan bundel HAis.
Dengan menggunakan skala nominal
2. Variabel Dependent / terikat / yang dipengaruhi)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen,
artinya variabel dependent berubah karena disebabkan oleh perubahan pada variabel
independen (Masturoh, 2018). Variabel dalam penelitian ini adalah angka kejadian HAis.
Dengan menggunakan skala nominal
F. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Skala Data Kategori
(menurut peneliti bersifat / Indikator Ukur
operasional tidak boleh
bertentangan dengan teori,
bersifat operasional)
Bebas: Kemampuan responden -dapat Kuesi Nominal Hasil
1. Penget dalam menjawab menyebut oner Ukur:
33
ahuan pertanyaan seputar kan Baik = 6-
penggunaan APD secara definisi 10
benar - dapat Cukup = 1-
menyebut 5
kan
factorpeny
ebab
- dapat
menyebut
kan cara
menguran
gi
terjadinya
HAis
2. Superv Gambaran supervisi yang -mengikuti Kuesi Nominal Hasil
ise telah dilakukan oleh supervise oner Ukur:
supervisor keperawatan - Menduku
(tim patient safety, kepala melakukan ng = 17-
ruang, pengawas tindakan 32
keperawatan, dan kepala sesuai Kurang
seksi keperawatan) untuk SOP Mendukung
mengukur kualitas = 1-16
supervisi berdasarkan
persepsi perawat
b. Coding
37
Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasi data menurut katagorinya
masing-masing. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa kode
pada bagian-bagian tertentu untuk mempermudah waktu pentabulasian dan
analisa data.
1) usia
a) 28-30 tahun : code 1
b) 31-33 tahun : code 2
2) Jenis kelamin
a) Laki-laki : code 1
b) Perempuan : code 2
3) Pendidikan
a) DIII : code 1
b) SI : code 2
4) Lama Bekerja
a) 1-2 tahun : code 1
b) >3 tahun : code 2
5) Soal favourable
a) Ya : code 1
b) Tidak : code 0
6) Soal unfavourable
a) Ya : code 0
b) Tidak : code 1
c. Skoring
Scoring adalah melakukan penilaian dari hasil kuisioner yang dilakukan
pada responden. Dalam melakukan skoring. Pertanyaan mendukung
1) Pengetahuan
a) Baik :skor 6-10
b) Cukup : skor 1-5
2) Supervisi
a) Mendukung :skor 17-32
b) Kurang Mendukung : skor 1-16
3) Sarana
a) Mendukung : skor 3-5
b) Kurang Mendukung : skor 1-2
4) Angka Kejadian HAis
38
a) Tidak Terjadi : skor 51-100
b) Terjadi : skor 1-50
d. Tabulating
Setelah data diperiksa dan diberi kode, data dimasukkan dalam master
tabel kemudian dijumlahkan, disusun, ditata, untuk disajikan dan dianalisa
H. Etika Penelitian
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data (Nursalam 2017). Lembar
persetujuan ini diberikan kepada setiap petugas yang masuk dalam kriteria iklusi.
Peneliti memberikan pejelasan tentang maksud dan tujuan peneliti serta pengaruh
yang terjadi jika menjadi responden. Lembar persetujuan diisi secara suka rela oleh
responden dan jika pasien tidak bersedia, maka hak pasien tetap dijunjung tinggi.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan
3. Confidentility (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian
baik informasi maupun masalah - masalah lainnya, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu
yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, Alimul Aziz, 2018)
Informasi yang telah diperoleh dari responden dijamin kerahasiannya. Informasi
yang disajikan dalam laporan hanyalah data yang berhubungan dengan penelitian.
I. Keterbatasan Penelitian
41
Keterbatasan Penelitian yaitu bagian riset keperawatan yang menjelaskan
keterbatasan dalam penulisan riset, dalam setiap penulisan pasti mempunyai kelemahan
– kelemahan yang ada, kelemahan – kelemahan tersebut ditulis dalam keterbatasan
(Hidayat, 2017).
1. Pada saat penelitian ada sebagian responden yang tidak hadir sehingga peneliti harus
menyesuaikan kembali penelitian yang akan dilaksanakan sehingga hal tersebut juga
dapat memperpanjang waktu penelitian.
2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang
jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan/ pengetahuan
responden yang sesungguhnya
42
BAB IV
HASIL
C. Karakteristik variabel
1. Pengetahuan
Tabel 5.5:Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pada
Bulan Agustus 2021.
No Pengetahuan Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Cukup 12 30
2 Baik 28 70
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer, lembar kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan mayoritas pengetahuan responden adalah
baik sejumlah 28 responden (70%). Minoritas pengetahuan responden adalah cukup
sejumlah 12 responden (30%).
2. Supervisi
Tabel 5.6:Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Supervisi Pada Bulan
Agustus 2021.
No Supervisi Frekuensi (F) Prosentase (%)
44
1 Kurang mendukung 8 20
2 Mendukung 32 80
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer, lembar kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan mayoritas supervisi responden adalah
mendukung sejumlah 32 responden (80%). Minoritas supervisi responden adalah
kurang mendukung sejumlah 8 responden (20%).
3. Sarana
Tabel 5.7:Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Sarana Pada Bulan
Agustus 2021.
No Supervisi Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Kurang
9 22.5
mendukung
2 Mendukung 31 77.5
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer, lembar kuesioner penelitian 2021
Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan mayoritas sarana responden adalah
mendukung sejumlah 31 responden (77,5%). Minoritas sarana responden adalah
kurang mendukung sejumlah 9 responden (22,5%).
4. Angka Kejadian HAis
Tabel 5.8:Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Angka Kejadian HAis
Pada Bulan Agustus 2021.
No Angka Frekuensi (F) Prosentase (%)
Kejadian HAis
1 Terjadi 7 17.5
2 Tidak Terjadi 33 82.5
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer, lembar kuesioner penelitian 2021
45
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan mayoritas angka kejadian HAis responden
adalah tidak terjadi sejumlah 33 responden (82,5%). Minoritas angka kejadian HAis
responden adalah terjadi sejumlah7 responden (17,5%).
3. Tabulasi silang antara sarana dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah
Kota Probolinggo.
Tabel 5.11:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Sarana
dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo Pada Bulan Agustus 2021
Angka Kejadian HAis
Sarana Terjadi Tidak Terjadi Jumlah
f % f % f %
Kurang
3 7,5 6 15 9 22,5
Mendukung
Mendukung 4 10 27 67,5 31 77,5
Jumlah 7 17,5 33 82,5 40 100
Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan hasil bahwa sarana dengan angka kejadian
HAis adalah mendukung dan tidak terjadi sebanyak 27 responden (67,5%)
2. Multivariat
Tabel 5.15: Analisa tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di
RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo
2. Identifikasi Supervisi
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan mayoritas supervisi responden adalah
mendukung sejumlah 32 responden (80%). Minoritas supervisi responden adalah
kurang mendukung sejumlah 8 responden (20%).
51
Penelitian yang dilakukan oleh Yoan Kasim, dkk tahun 2017 yang
menganalisa hubungan motivasi dan supervisi dengan kepatuhan perawat dalam
penggunaan APD pada penanganan pasien gangguan muskuloskeletal yang
merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Hasil
penelitian menunjukan ada hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat (p=0,011)
dan terdapat hubungan supervisi dengan kepatuhan perawat (p=0,003). Ini artinya
terdapat hubungan motivasi dan supervisi dengan kepatuhan perawat dalam
penggunaan APD pada penanganan pasien gangguan muskuloskeletal di RSUP Prof
Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini di dukung oleh peneltian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dewi & Ellafrina (2015) dengan mengevaluasi penggunaan alat
pelindung diri pada petugas saat melakukan tindakan penanganan pasien kecelakaan
lalu lintas di IGD RSM Ahmad Dahlan Kota Kediri, diperoleh hasil bahwa masih
rendahnya tingkat kepatuhan petugas dalam menggunakan APD. Beberapa hambatan
pada pelaksanaan penggunaan APD diantaranya kurangnya prasarana serta kurangnya
pengawasan berupa monitoring dan evaluasi dari pimpinan
Peneliti berpendapat bahwa untuk menilai kepatuhan perawat tentang
penggunaan standar penggunaan alat pelindung diri dibutuhkan adanya pengawasan
dari pihak rumah sakit. Pengelolaan pelayanan keperawatan khususnya dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi membutuhkan sistem manajerial keperawatan
yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan dalam
menghasilkan pelayanan keperawatan yang prima dan berkual Manajer keperawatan
betanggungjawab melakukan pemantauan kepatuhan terhadap kebijakan keperawatan,
termasuk kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri dalam upaya
mengurangi resiko infeksi. Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang
berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah terprogram dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan
manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di ruangan dan bersama dengan staf keperawatan mencari jalan
pemecahannya
3. Sarana
Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan mayoritas sarana responden adalah
mendukung sejumlah 31 responden (77,5%). Minoritas sarana responden adalah
kurang mendukung sejumlah 9 responden (22,5%).
Kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap tindakan
keperawatan, termasuk didalamnya prosedur mencuci tangan, menjadi salah satu
penentu keberhasilan pencegahan infeksi nosokomial (Costy, 2013). Menurut Gultom
52
yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara fasilitas (sarana prasarana)
dengan penerapan kewaspadaan universal oleh perawat.
Sarana yang emndukung dapat meningkatkan kepatuhan petugas dalam
melaksanakan tindakan sehingga dapat menurunkan angka kejadian HAis
C. Analisa hubungan supervisi dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo.
Berdasarkan tabel 5.13 didapatkan hasil hubungan supervisi dengan angka
kejadian adalah p = 0,034 dengan tingkat signifikan nilai p < 0,05 sehingga dapat
dinyatakan bahwa H1 diterima yang artinya ada hubungan antara supervisi dengan angka
53
kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo Pada Bulan Agustus 2021.
Sehingga variabel tersebut diatas memenuhi syarat untuk dilakukan analisis multivariat
Hananto P dkk (2017) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh supervisi kepala ruang model Proctor terhadap pelaksanaan keselamatan pasien
dengan menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan pre and
post test control group. Jumlah sampel sebanyak 88 perawat pelaksana. Analisa data
menggunakan Mann-Whitney menunjukkan ada pengaruh supervisi kepala ruang model
Proctor terhadap pelaksanaan keselamatan pasien (p= 0,000). Supervisi kepala ruang
Seminar Nasional dan Call for Paper | 245 model Proctor dapat diaplikasikan sebagai
salah satu solusi untuk meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien.
Peneliti berpendapat bahwa supervisi dalam keperawatan bukan hanya sekedar
kontrol, tetapi lebih dari itu. Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi
atau syarat-syarat personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien.14 Supervisi memiliki pengaruh besar
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Peran dari fungsi pengarahan kepala ruang
memiliki hubungan yang positif dalam kepatuhan perawat pelaksana menggunakan alat
pelindung diri.15 Supervisi kepala ruang berhubungan positif dengan penerapan patient
safety
54
D. Analisa hubungan sarana dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo.
Berdasarkan tabel 5.14 didapatkan hasil hubungan sarana dengan angka kejadian
adalah p = 0,011 dengan tingkat signifikan nilai p < 0,05 sehingga dapat dinyatakan
bahwa H1 diterima yang artinya ada hubungan antara sarana dengan angka kejadian
HAis di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo Pada Bulan Agustus 2021. Sehingga
variabel tersebut diatas memenuhi syarat untuk dilakukan analisis multivariat.
Penelitian tentang strategi ketersediaan sarana yang mendukung pada tahun 2017
yang dilakukan oleh Pittet et al , dengan pengamatan dari berbagai aspek dan melibatkan
beberapa disiplin ilmu menunjukan penurunan angka kejadian HAIs yang signifikan,
terutama pada kasus kejadian transmisi MRSA ( Methycilin Resistant Staphylococcus
Aureus ) yang semakin menurun. Penelitian sama juga dilakukan di Victoria Australia,
hasil penelitan terbukti bahwa ketersediaan sarana dapat meningkatkan petugas
melakukan hand hygiene mengurangi bakteremia yang disebabkan oleh MRSA (Grayson
et al., 2011)
Peneliti berpendapat bahwa infeksi nosokomial sebagain besar juga telah berada
pada kategori tinggi sebagaimana ditemukan sebagian besar perawat telah mengetahui
tentang apa itu pencegahan infeksi nosokomial, penyebab dan pencegahan infeksi
nosokomial. ketersediaan sarana yang mendukung dapat menurunkan angka kejadian
HAis, semakin lengka sarana maka semakin patuh petugas dalam melakukan hand
hygine dan memakai alat pelindung diri sehingga dapat menurunkan kejadian HAis.
E. Analisa Faktor Dominan Tingkat Kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di
RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo
Berdasarkan tabel 5.15 dari hasil uji statistik dengan menggunakan Windows
SPSS 20 dengan menggunakan uji regresi logistik didapatkan faktor yang paling
dominan mempengaruhi penyebab terjadinya angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo Pada Bulan Agustus 2021 adalah pengetahuan
dengan nilai 0,017
Hasibuan (2012) menjelaskan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran dan kesediaan
seseorang untuk menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Kepatuhan
yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya. Tenaga kesehatan khususnya perawat merupakan salah satu
tenaga di rumah sakit yang secara langsung berinteraksi dengan pasien.
Penelitian Kusumaningtyas (2013) membuktikan bahwa kepatuhan mencuci
tangan kategori patuh sebesar 70%. Kepatuhan merupakan suatu perilaku manusia yang
taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin. Kepatuhan perawat adalah perilaku
55
perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau
peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Kepatuhan perawat dalam penerapan
kewaspadaan universal sesuai prosedur tetap (protap) yang telah ditetapkan. Kepatuhan
mencuci tangan perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar
terhadap kesehatan perawat dan pasien dalam pencegahan terjadinya HAIs. Kegagalan
untuk melakukan kebersihan tangan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai
sebab utama terjadinya infeksi rumah sakit
56
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pengetahuan mayoritas responden adalah baik sejumlah 28 responden (70%),
supervisi mayoritas responden adalah mendukung sejumlah 32 responden (80%),
sarana mayoritas responden adalah mendukung sejumlah 31 responden (77,5%) dan
angka kejadian HAis mayoritas responden adalah tidak terjadi sejumlah 33
responden (82,5%)
2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo dengan nilai p value = 0,004 < α = 0,05
3. Ada hubungan antara supervisi dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo dengan nilai p value = 0,034 < α = 0,05
4. Ada hubungan antara sarana dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah
Kota Probolinggo dengan nilai p value = 0,011 < α = 0,05
5. Faktor dominan tingakat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo adalah pengetahuan dengan nilai 0,017
B. SARAN
1. Saran bagi tempat penelitian
Diharapkan kepada pihak rumah sakit dapat mengembangkan dan
memberikan edukasi melalui para petugas kesehatan untuk untuk meningkatkan
kepatuhan dengan meningkatkan pengetahuan tentang HAis, mengikuti supervise dan
menggunakan sarana yang telah disediakan seperti hand sanitaizer, alat pelindung diri
dll
2. Saran bagi Institusi pendidikan
Diharapkan untuk mengembangkan ilmu keperawatan bahwasanya penyebab
terjadinya HAis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, supervise dan
sarana
3. Saran bagi Peneliti selanjutnya
Dari penelitian ini didapatkan bahwasanya faktor terjadinya HAis dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu yaitu pengetahuan, supervise dan sarana. Pengetahuan
merupakan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya HAis sehingga pengetahuan
yang cukup akan memperkecil terjadinyaHAis. Sehingga diharapkan peneliti
selanjutnya agar dapat melihat terkait faktor lain yaitu supervise untuk diteliti lebih
detail
4. Uraikan saran bagi masyarakat
57
Diharapkan bagi masyarakat dapat menerapkan kepatuhan dalam menurunkan
angka kejadian HAis dengan cara mencuci tangan, memakai masker pada saat
menjenguk pasien
58
LAMPIRAN 1
INFORM CONSENT
59
LAMPIRAN 2
KISI – KISI KUESIONER
60
LAMPIRAN 3
INSTRUMEN PENELITIAN
KUESIONER
Ruang :
A. IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk Pengisian
Diisi peneliti berdasarkan biodata responden;
Nama:
Jenis Kelamin:
Usia:
Tingkat Pendidikan :
□ D III Keperawatan/ Kebidanan
□ S 1 Keperawatan / Ners/ Kebidanan
B. TINGKAT PENGETAHUAN
Diisi responden.
Jawablah pernyataan berikut dengan cara memberikan tanda ”√” pada kolom
jawaban yang telah tersedia sesuai dengan yang akan Anda lakukan, dengan pilihan
jawaban.
B : Benar
S : Salah
No Pernyataan Jawaban
B S
1. Infeksi merupakan invasi patogen ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan sakit (kerusakan jaringan)
2. Infeksi yang didapat dalam proses perawatan pasien disebut sebagai
Hospital-acquired infections (HAI) atau Healthcare Associated
Infections (HAI’s).
3. Infeksi nosokomial ditetapkan jika di tempat perawatan
kesehatan terjadi lebih dari 48 jam.
61
4. Infeksi yang sering didapatkan akibat kecelakaan kerja adalah
infeksi nosokomial endemik.
5. Faktor resiko infeksi adalah status imun yang menurun, tindakan
invasif dan sarana.
6. Rantai penularan infeksi dapat sebagai dasar proses
pencegahan dan pengendalian infeksi.
7. Tindakan kewaspadaan standar mampu mencegah timbulnya
infeksi nosokomial.
8. Kewaspadaan standar yang diketahui terdiri dari 11 elemen.
9. Petugas kesehatan harus mematuhi tindakan kebersihan tangan, Alat
Pelindung Diri (APD), dekontaminasi peralatan perawatan
pasien,kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah, penatalaksanaan
linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien, hygiene
respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik aman dan
praktik lumbal pungsi aman.
10. Kelalaian petugas akan menyebabkan timbulnya infeksi
nosokomial.
C. PELAKSANAAN SUPERVISI
Petunjuk Pengisian
Diisi oleh responden dengan cara memberi tanda () pada
kolom jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan
jawaban berikut; S = Selalu
Sr = Sering
K = Kadang-kadang
TP = Tidak Pernah
Jawaban
No PERNYATAAN S Sr K TP
4 3 2 1
1. Anda mendapatkan pengarahan dari kepala ruang
tentang pengendalian infeksi.
D. SARANAPRASARANA KEPERAWATAN
Petunjuk Pengisian
Diisi oleh responden dengan cara memberi tanda () pada
kolom jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan
jawaban berikut;
Y = Ya
T = Tidak
Jawaban
No PERNYATAAN Y T
1 0
1. Anda mendapatkan instrumen saat akan melakukan
pengendalian infeksi.
Petunjuk Pengisian
Diisi oleh responden dengan cara memberi tanda () pada
kolom jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan
jawaban berikut; S = Selalu
Sr = Sering
K = Kadang-kadang
TP = Tidak Pernah
Jawaban
No PERNYATAAN S Sr K TP
4 3 2 1
1. Anda melakukan cuci tangan sebelum kontak pasien
2. Anda melakukan cuci tangan sebelum tindakan
aseptik.
3. Anda mencuci tangan setelah kontak pasien
4. Anda mencuci tangan setelah kontak dengan darah
dan atau cairan tubuh pasien
5. Anda mencuci tangan setelah kontak lingkungan
pasien.
6. Sebelum melakukan tindakan, anda memakai
handscoon.
7. Anda memakai masker selama melakukan tindakan.
Anda memakai apround sebelum melakukan tindakan
8. yang beresiko menodai baju seperti perawatan luka,
drainage, penanganan perdarahan.
9. Anda memakai sepatu jika melakukan tindakan yang
akan menodai kaki.
10. Anda memakai kacamata selama melakukan tindakan
yang beresiko menodai mata.
11. Anda memakai kap kepala selama melakukan
tindakan yang beresiko menodai tambut dan kepala.
Instrumen yang telah dipakai untuk tindakan
12. dilakukan dekontaminasi/desinfeksi dengan
direndam.
13. Bahan habis pakai dibuang di tempat sampah
infeksius.
64
LAMPIRAN 4
HASIL PENELITIAN
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
PENGETAHUAN
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.768 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Variance if Item- Total Alpha if Item
Deleted Item Correlation Deleted
Deleted
P1 14.40 32.800 .702 .752
P2 14.43 32.185 .675 .746
P3 14.30 31.597 .829 .737
P4 14.23 32.668 .687 .748
P5 14.23 32.944 .681 .751
P6 14.20 32.993 .674 .751
P7 14.33 31.954 .714 .742
P8 14.30 32.424 .649 .747
P9 14.37 32.861 .707 .753
P10 14.33 31.540 .801 .737
Pengetahuan 7.53 8.947 1.000 .879
SUPERVISI
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
66
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.784 9
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Variance if Item- Total Alpha if Item
Deleted Item Correlation Deleted
Deleted
P1 39.37 98.654 .888 .748
P2 39.50 102.328 .681 .762
P3 39.33 100.023 .740 .755
P4 39.53 103.430 .713 .766
P5 39.47 101.844 .754 .760
P6 39.50 101.845 .751 .760
P7 39.33 102.920 .737 .765
P8 39.47 99.292 .793 .752
Supervisi 21.03 28.723 1.000 .901
SARANA
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.786 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Variance if Item- Total Alpha if Item
Deleted Item Correlation Deleted
Deleted
P1 6.60 8.110 .807 .722
P2 6.43 8.875 .720 .758
P3 6.40 9.076 .774 .767
P4 6.53 8.671 .719 .753
P5 6.43 8.875 .720 .758
SARANA 3.60 2.662 1.000 .774
67
ANGKA KEJADIAN HAis
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.780 26
Item-Total Statistics
LAMPIRAN 5
HASIL UJI STATISTIK
Frequencies
Statistics
Valid 40 40 40 40 40 40 40
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Std. Error of Mean .080 .076 .078 .069 .073 .064 .067
Mode 1 2 1 2 2 2 2
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2 2 2 2
Sum 59 66 56 70 68 72 71
Statistics
AKH
Valid 40
N
Missing 0
Mean 1.83
Median 2.00
Mode 2
Maximum 2
Sum 73
Frequency Table
Usia
JK
LB
PGTN
SPRVSI
Valid KURANG
8 20.0 20.0 20.0
MENDUKUNG
SARANA
KURANG
9 22.5 22.5 22.5
MENDUKUNG
Valid
MENDUKUNG 31 77.5 77.5 100.0
AKH
TIDAK
Valid 33 82.5 82.5 100.0
TERJADI
Crosstabs
AKH Total
TERJADI TIDAK
TERJADI
Count 4 24 28
% within
BAIK 57.1% 72.7% 70.0%
AKH
Count 7 33 40
% within
Total 100.0% 100.0% 100.0%
AKH
AKH Total
TERJADI TIDAK
TERJADI
Count 3 5 8
KURANG % within
42.9% 15.2% 20.0%
MENDUKUNG AKH
% within
MENDUKUNG 57.1% 84.8% 80.0%
AKH
Count 7 33 40
% within
Total 100.0% 100.0% 100.0%
AKH
AKH Total
TERJADI TIDAK
TERJADI
Count 3 6 9
KURANG % within
42.9% 18.2% 22.5%
MENDUKUNG AKH
% within
MENDUKUNG 57.1% 81.8% 77.5%
AKH
Count 7 33 40
% within
Total 100.0% 100.0% 100.0%
AKH
BIVARIAT
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Continuity
7,383 1 ,007
Correctionb
Linear-by-Linear
9,275 1 ,002
Association
75
N of Valid Cases 40
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Continuity
3,546 1 ,060
Correctionb
Linear-by-Linear
5,232 1 ,022
Association
N of Valid Cases 40
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Continuity
5,686 1 ,017
Correctionb
Linear-by-Linear
7,642 1 ,006
Association
N of Valid Cases 40
MULTIVARIAT
Iteration Historya,b,c,d
76
Coefficients
Angka
-2 Log Consta Penget Supervi Kejadia
Iteration likelihood nt ahuan si Sarana n HAis
LAMPIRAN 6
LEMBAR KONSULTASI
Lampiran 7 Dokumen Foto
Lampiran 8.Summary Executive
Lampiran 9. Identitas Penulis
80