Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI RINGAN


DI KELURAHAN KEBONSARI KULON
KECAMATAN KANIGARAN

Siti Fatonah Zain¹, Riska Yunita ², Titik Suhartini ³


Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Hafshawaty Zainul Hasan,
Probolinggo, Indonesia
Program Studi Profesi Ners, STIKes Hafshawaty Zainul Hasan, Probolinggo, Indonesia
Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Hafshawaty Zainul Hasan, Probolinggo,
Indonesia

Email:

Abstrak

Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dengan kondisi
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi
dapat menyebabkan komplikasi pada otak (stroke), jantung (Infark Miokard), dan juga
gangguan coroner lainnya. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, maka dapat
dilakukan pengobatan hipertensi. Terapi relaksasi autogenik dapat menurunkan tekanan
darah. Tujuan penelitian adalah menganalis pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen dengan desain
penelitian one group pra – post test design. Populasi penelitian adalah penderita
hipertensi ringan berjumlah 32 orang, sampel pada penelitian ini sebanyak 32 responden
dengan menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan pengukuran
tekanan darah sebelum dan sesudah terapi relaksasi autogenik. Analisa data menggunakan
uji Wilcoxon
Hasil penelitian didapatkan bahwa data sistole sebelum dilakukannya terapi
relaksasi autogenik data mean sebesar 142,38 mmHg dan data diastole 89,66 mmHg.
Data sistole sesudah dilakukan terapi relaksasi autogenik sebesar 135,88 mmHg dan data
diastole 86,59 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai systole yaitu p=0,002 dan nilai
diastole yaitu p=0,005 maka artinya ada pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan
Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat merasakan
perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah, penurunan
ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar lemak dalam tubuh, serta
penurunan proses inflamasi.

Kata Kunci: terapirelaksasi autogenic, tekanandarah, hipertensiringan.

ABSTRACT

Hypertension can be defined as persistent high blood pressure with


systolic pressure above 140 mmHg and diastolic pressure above 90 mmHg.
Hypertension can cause complications in the brain (stroke), heart (myocardial
infarction), and other coronary disorders. In order to avoid the fatal complications
of hypertension, hypertension can be treated. Autogenic relaxation therapy can
be lower blood pressure. The aim of this study was to analyze the effect of
autogenic relaxation therapy on reducing blood pressure in patients with mild
hypertension.
The type of research was used pre-experimental research with a one-
group pre-post-test design. The study population was 32 people with mild
hypertension, the sample in this study was 32 respondents using total sampling.
The research instrument used blood pressure measurements before and after
autogenic relaxation therapy. Data analysis used Wilcoxon test
The results showed that the systolic data before and after autogenic
relaxation therapy had mean data of 142 mmHg and 135.88 mmHg, diastole data
before and autogenic relaxation therapy performed mean data of 89.66 mmHg
and 86.59 mmHg. The results of the statistical test showed that the systole value
was p = 0.002 and the diastolic value was p = 0.005, meaning that there was an
effect of autogenic relaxation therapy on reducing blood pressure in patients with
mild hypertension.

Relaxation techniques are said to be effective if each individual can feel


changes in the body's physiological responses such as decreased blood
pressure, decreased muscle tension, decreased pulse rate, changes in body fat
levels, and decreased inflammatory processes.

Keywords: autogenic relaxation therapy, blood pressure, mild hypertension


1. Pendahuluan penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,
Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada disembuhkan secara potensial (Muchid dkk, 2006).
dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut Jika hipertensi tidak ditangani dengan baik, maka
mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk akan menyebabkan komplikasi penyakit
mengedarkan darah keseluruh tubuh melalui degeneratif seperti gagal ginjal, gagal jantung,
pembuluh darah (Yanita, 2017). Hipertensi AMI, stroke dan penyakit pembuluh darah tepi.
berkaitan dengan tekanan sistolik atau tekanan Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa
diastolik atau tekanan keduanya, hipertensi dapat saja yang dapat menghambat (protektif) dan
diartikan sebagai tekanan darah tinggi persisten meningkatkan (pemicu) kejadian hipertensi,
dengan kondisi tekanan sistolik diatas 140 mmHg sehingga dapat dilakukan pengelolaan/penanganan
dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Wijaya, serta pencegahan hipertensi maupun
2013). komplikasinya secara cepat (Sustrani, Alam &
Data World Health Organization (WHO) Hadibroto, 2014).
tahun 2017 menunjukkan satu milyar orang di Secara garis besar pengobatan hipertensi
dunia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi dibagi menjadi dua yaitu pengobatan farmakologi
akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi
tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dapat menyembuhkan hipertensi namun memiliki
dunia terkena hipertensi (Depkes RI, 2017). Di banyak efek samping seperti sakit kepala, pusing,
Indonesia, hipertensi merupakan maslah kesehatan lemas, dan mual. Sedangkan salah satu terapi non
dengan prevalensi sebesar 34.1%. Provinsi Jawa farmakologi yang saat ini banyak digunakan adalah
Timur menduduki peringkat 6 di seluruh Indonesia terapi relaksasi. Proses relaksasi dapat
dengan tingkat penderita hipertensi sebesar 34% memanjangkan serabut otot, meningkatkan kerja
(Kemenkes, 2018). Dari data dinas kesehatan impuls sehingga dapat dikirimkan ke otak dan
probolinggo menyebutkan, total penderita menurunkan aktifitas pada otak serta sistem tubuh
hipertensi pada tahun 2017 mencapai 65% lainnya. Penurunan frekuensi jantung dan napas,
sejumlah 20.321 penduduk angka ini meningkat tekanan darah, konsumsi oksigen serta
dari tahun 2016 sebanyak 15.510 penduduk meningkatnya aktifitas otak dan temperatur kulit
Menurut data Survey Indikator Kesehatan Nasional perifer (permukaan) merupakan beberapa respon
(Sirkrtnas tahun 2018). dari relaksasi. Terapi relaksasi dapat membantu
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan individu mengembangkan keterampilan kognitif
peneliti pada tanggal 24 November 2020 melalui sehingga dapat menurunkan energi negatif serta
wawancara sebagian besar penderita hipertensi berespon sesuai dengan lingkungan sekitar (Perry
disebabkan oleh gaya hidup yang kurang baik, & Potter, 2010).
seperti mengkonsumsi garam berlebih, merokok Berdasarkan beberapa literatur menyebutkan
dan jarang berolahraga. Data yang diperoleh bahwa relaksasi dapat menurunkan stres, cemas
penderita hipertensi dari hasil pengukuran tekanan dan tekanan. Teknik relaksasi banyak jenisnya,
darah dari 10 orang (100%) di dapatkan 2 (20%) salah satunya adalah terapi relaksasi autogenik.
hipertensi ringan, 4 (40%) hipertensi sedang dan 4 Terapi relaksasi autogenik yaitu suatu bentuk
(40%) hipertensi berat. terapi relaksasi yang akan menempatkan diri
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan individu kedalam kondisi terhipnotis ringan. Terapi
kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan relaksasi autogenik merupakan tipe
pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui psikofisiologikal dari bentuk psikoterapi dasar
(hipertensi essensial atau hipertensi primer). dengan menggunakan autosugesti (Kanji, White &
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan Ernst, 2006). Terapi relaksasi autogenik efektif
tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari dalam menurunkan ketegangan pada otot,
populasi dengan persentase rendah mempunyai meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi
penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi tekanan yang ditandai dengan gejala psikologis
sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder yang dialami individu berkaitan dengan penyakit
diantaranya endogen maupun eksogen. Bila yang dideritanya misalnya komplikasi dari
pengobatan medis yang dilakukannya atau Frekuensi Prosentase
penyakit serta duka cita yang terjadi karena Usia
(f) (%)
kehilangan orang terdekat (Potter & Perry, 2010). 25-30 tahun 6 18,8
2. Metode Penelitian 31-35 tahun 7 21,9
Penelitian ini menggunakan penelitian 36-40 tahun 19 59,4
pra eksperimen dengan desain penelitian Jumlah 32 100
one group - pra – post test design. Metode Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan
penelitian ini mengungkapkan hubungan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia
sebab-akibat dengan cara melibatkan satu yang terbanyak adalah kelompok usia 36-40
kelompok subjek. Pada metode ini kelompok tahun yaitu sejumlah 19 responden (59,4%) dan
subjek diobservasi sebelum dilakukan yang paling sedikit adalah kelompok usia 25-30
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah tahun yaitu sejumlah 6 responden (18,8%).
intervensi (Nursalam, 2009). Tabel 5.3 Karakteristik responden
Populasi dalam penelitian ini adalah Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Penderita hipertensi ringan di Kelurahan
Pendidikan Frekuensi Prosentas
Kebonsari Kulon Kecamatan Kanigaran
Terakhir (f) e (%)
berjumlah 32 orang
Sampel penelitian ini seluruh penderita SD 7 21,9
hipertensi ringan di Kelurahan Kebonsari Kulon SMP 10 31,3
Kecamatan Kanigaran berjumlah 32 orang SMA 9 28,1
DIII 4 12,5
3. Hasil dan Pembahasan S1 2 6,3
Bagian ini menyajikan hasil penelitian Jumlah 32 100
yang dapat dilengkapi dengan tabel. Bagian Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan
pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, bahwa karakteristik responden berdasarkan
menginterpretasikan penemuan secara logis, pendidikan terakhir yang terbanyak adalah
mengaitkan dengan sumber rujukan yang relevan kelompok SMP yaitu sejumlah 10 responden
1. Data Umum (31,3%) dan yang paling sedikit adalah
Tabel 5.1 karakteristik responden kelompok S1 yaitu sejumlah 2 responden
berdasarkan Jenis Kelamin (6,3%)
Frekuensi Prosentas
Jenis Kelamin Tabel 5.4 Karakteristik responden Berdasarkan
(f) e (%)
Laki – Laki 20 62,5 Pekerjaan
Frekuensi Prosentas
Perempuan 12 37,5 Pekerjaan
(f) e (%)
Jumlah 32 100 Tidak Bekerja 5 15,6
IRT 8 25
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa Petani 9 28,1
karakteristik responden berdasarkan jenis Pedagang 6 18,8
kelamin yang terbanyak adalah kelompok laki- PNS 4 12,5
laki yaitu sejumlah 20 responden (62,5%) dan Jumlah 32 100
yang paling sedikit adalah perempuan yaitu Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa
sejumlah 12 responden (37,5%) karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang
terbanyak adalah kelompok petani yaitu sejumlah 9
responden (28,1%) dan yang paling sedikit adalah
kelompok PNS yaitu sejumlah 4 responden (12,5%)
Tabel 5.5 Karakteristik responden Berdasarkan
Tabel 5.2 Karakteristik responden Lama Menderita Hipertensi
Berdasarkan Usia
Lama Menderita Frekuensi Prosentase tekanan darah, menurunkan ketegangan otot,
Hipertensi (F) (%) meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi
tekanan gejala pada individu yang mengalami
1-2 Tahun 15 46,9 berbagai situasi (misalnya komplikasi dari
3-4 Tahun 11 34,4 pengobatan medis atau penyakit atau duka cita
>5 Tahun 6 18,8 karena kehilangan orang terdekat) (Potter
Jumlah 31 100 &Perry, 2012)
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa Hipertensi merupakan suatu penyakit
karakteristik responden berdasarkan lama menderita dengan kondisi medis yang beragam. Pada
hipertensi ringan yang terbanyak adalah kelompok kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak
1-2 tahun yaitu sejumlah 15 responden (46,9%) diketahui (hipertensi essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat
2. Data Khusus disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok
Tabel 5.6 Variabel Tekanan Darah Sebelum lain dari populasi dengan persentase rendah
Terapi Relaksasi Autogenic di Kelurahan mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
Kebonsari Kulon Kecamatan Kanigaran sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab
Variabel hipertensi sekunder diantaranya endogen maupun
Sistole  n Mean  Median  Modus eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder
 Sebelum  32  142,38  140 140  dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-
 Sesudah  32  135,88  140 140 
pasien ini dapat disembuhkan secara potensial,
Jika hipertensi tidak ditangani dengan baik, maka
Berdasarkan hasil penelitian yang
akan menyebabkan komplikasi penyakit
dilakukan pada tanggal 6 Juni 2021 didapatkan
degeneratif seperti gagal ginjal, gagal jantung,
data bahwa responden yang sesuai target
AMI, stroke dan penyakit pembuluh darah tepi.
penelitian sebanyak 32 responden. Berdasarkan
Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa
tabel 5.6 didapatkan bahwa data systole sebelum
saja yang dapat menghambat (protektif) dan
dilakukannya terapi relaksasi autogenik, nilai
meningkatkan (pemicu) kejadian hipertensi,
mean sebanyak 142,38 mmHg, median sebanyak
sehingga dapat dilakukan
140 mmHg dan modus sebanyak 140 mmHg.
pengelolaan/penanganan serta pencegahan
Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa data
hipertensi maupun komplikasinya secara cepat
diastole sebelum dilakukannya terapi relaksasi
(Sustrani, Alam & Hadibroto, 2014).
autogenik, nilai mean sebanyak 89.66 mmHg,
Sebagian besar responden Di Kelurahan
median sebanyak 90 mmHg dan modus sebanyak
Kebonsari Kulon Kecamatan Kanigaran
90 mmHg.
didapatkan bahwa karakteristik responden
Latihan relaksasi berguna digunakan
berdasarkan usia yang terbanyak adalah
untuk menurunkan stres dan kecemasan.
kelompok usia 36-40 tahun yaitu sejumlah 19
Beberapa literatur menyebutkan kalau relaksasi
responden (59,4%), kelompok usia 25-30 tahun
dapat menurunkan stres, cemas dan tekanan.
yaitu sejumlah 6 responden (18,8%) dan
Benson merupakan salah satu pakar yang
kelompok usia 31-35 tahun yaitu sejumlah 7
mengembangkan teknik relaksasi melalui
responden (21,9%). Dari hasil penelitian usia
psikofisiologikal (Benson & Klipper, 1975 dalam
terbanyak 36-40 tahun pada usia ini terjadi
Francesco, 2016). Latihan relaksasi merupakan
penurunan fungsi organ tubuh terutama elastisitas
suatu strategi terbaik untuk menangani stres.
pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan
Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya
tekanan darah lebih mudah meningkat.
adalah Relaksasi autogenik adalah tipe
Dengan demikian, berdasarkan uraian
psiofisiologikal dari psikoterapi dasar dengan
tersebut maka peneliti berpendapat bahwa
menggunakan autosugesti, yang pertama kali
semakin bertambahnya usia kemungkinan
dikembangkan oleh dokter dan psikiatri di
seseorang menderita hipertensi juga semakin
Jerman yaitu J.H. Schultz di awal abad 20
besar resiko mengalami hipertensi atau tekanan
(Kanji, White & Ernst, 2016). Relaksasi efektif
darah tinggi, karena dinding pembulu darah
dalam menurunkan denyut jantung dan
mengalami penebalan dan pengerasan sehingga bertujuan agar individu dapat mengontrol diri
menjadi kaku, diameter pembulu darah mengecil ketika terjadi rasa ketegangan dan stres yang
atau menyempit. Penebalan dan pergeseran membuat individu merasa dalam kondisi yang
dinding pembulu darah juga dapat terjadi akibat tidak nyaman. Autogenik memiliki makna
penimbunan jaringan ikat dan penimbunan pengaturan sendiri.Autogenik merupakan salah
lemak. Sehingga elastisitas pembuluh darah satu contoh dari teknik relaksasi yang
orang dewasa berbeda dengan orang-orang yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan
masih muda. Selain karena faktor usia, beban menggunakan persepsi tubuh (misalnya, tangan
pikiran atau stress juga mampu meningkatkan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi oleh
tekanan darah. Beban pikiran atau stress dapat sugesti diri sendiri (Stetter dalam Kristiarini,
memicu timbulnya hipertensi melalui aktivitas 2013). Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi
sistem saraf simpatis yang mengakibatkan pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan
naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah
menentu). Pada saat seseorang mengalami stress, keadaan rileks, peningkatan konsentrasi serta
hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian peningkatan rasa bugar dalam tubuh.Teknik
akan meningkatkan tekanan darah melalui relaksasi autogenik membantu individu dalam
kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan mengalihkan secara sadar perintah dari diri
denyut jantung. Apabila stress berlanjut, tekanan individu untuk melawan efek akibat stress yang
darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut berbahaya bagi tubuh. Dengan mempelajari cara
akan mengalami hipertensi. mengalihkan pikiran berdasarkan anjuran, maka
individu dapat menyingkirkan respon stress yang
Tabel 5.7 variabel Tekanan Darah Sesudah mengganggu pikiran (Widyastuti dalam
Terapi Relaksasi Autogenic di Kristiarini, 2013).
Kelurahan Kebonsari Kulon Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa
Kecamatan Kanigaran. karakteristik responden berdasarkan jenis
 Variabel kelamin yang terbanyak adalah kelompok laki-
Diastole  n Mean  Median  Modus laki yaitu sejumlah 20 responden (62,5%) dan
 Sebelum  32 89,66 90 90 perempuan yaitu sejumlah 12 responden (37,5%).
 Sesudah  32 86,59 88 90 Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah
Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
data systole sesudah dilakukannya terapi karena laki-laki memiliki gaya hidup yang dapat
relaksasi autogenik, nilai mean sebanyak 135,88 meningkatkan tekanan darah dibandingkan
mmHg, median sebanyak 140 mmHg dan modus wanita seperti merokok, sering mengkonsumsi
sebanyak 140 mmHg. Berdasarkan tabel 5.9 kopi, stres serta kurangnya istirahat tidur akibat
didapatkan bahwa data diastole sesudah beban kerja yang ditanggung laki-laki. Selain itu
dilakukannya terapi relaksasi autogenik, nilai kurangnya olah raga juga dapat menyebabkan
mean sebanyak 86,59 mmHg, median sebanyak terjadinya hipertensi karena kurangnya olahraga
88 mmHg dan modus sebanyak 90 mmHg. dapat terjadi kekakuan pembuluh darah dan
Pengaruh relaksasi autogenik dalam menurunnya daya tahan jantung serta paru-paru
pengaturan perasaan dapat diobservasi pada sehingga dapat meningkatnya tekanan darah.
studi orang dewasa di Jepang. peneliti Dengan demikian, berdasarkan uraian
melaporkan adanya pengaruh positif pada 10 tersebut maka peneliti berpendapat bahwa
menit latihan relaksasi autogenic terhadap tekanan darah responden sebagian besar
perasaan secara umum. Hal ini bisa responden setelah dilakukannya terapi relaksasi
diobservasi dari penurunan rasa bingung dan skor autogenik terdapat perubahan ditandai dengan
kelemahan setelah post intervensi (Hashim, menurunnya tekanan darah pasien. Adanya
2011) penurunan tekanan darah disebabkan karena
Relaksasi merupakan suatu keadaan terapi relaksasi autogenik memiliki fase relaksasi
dimana seseorang merasakan bebas mental dan yang mampu membuat responden merasa rileks
fisik dari ketegangan dan stres.Teknik relaksasi dan tenang sehingga otot-otot yang tegang
menjadi kendur dan aliran tekanan darah menjadi dapat menurunkan energi negatif serta berespon
lancar. sesuai dengan lingkungan sekitar (Perry & Potter,
3. Pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap 2010).
penurunan tekanan darah pada penderita Pada saat penelitian sebelum
hipertensi ringan di Kelurahan Kebonsari dilakukannya terapi relaksasi autogenik
Kulon Kecamatan Kanigaran responden mengatakan pusing, sakit kepala serta
badan terasa lemas. Setelah itu responden
Kelompok Media Minimum- Nilai p melakukan terapi relaksasi autogenik Langkah-
n Maksimum
Tekanan darah sistolik 140 139-159
langkah latihan relaksasi autogenik diantaranya
sebelum terapi relaksasi yaitu menginstruksikan responden untuk
autogenik 0.002 merasakan berat, merasakan kehangatan,
Tekanan darah sistolik 140 120-150 merasakan denyut jantung, latihan pernapasan,
sesudah terapi relaksasi
autogenik latihan abdomen, latihan kepala dan mengakhiri
Tekanan darah diastolik 90 85-99 latihan. Terapi relaksasi autogenik dilakukan
sebelum terapi relaksasi sekitar 3-4 menit pada setiap fase berlangsung
autogenik 0.005
Tekanan darah diastolik 88 80-90 selama 15 menit dan dilakukan selama 3 minggu.
sesudah terapi relaksasi Terapi relaksasi autogenik ini merupakan salah
autogenik satu cara membantu klien yang sedang
Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan hasil mengalami kecemasan atau stres fisik atau
bahwa Hasil uji statistic dengan menggunakan psikologis yang bersifat ringan dengan
Windows SPSS 19 uji Wilcoxon didapatkan nilai menekankan pada latihan pengaturan pikiran,
p systole= 0,002 dan p diastole=0,005 dengan posisi yang rileks, dan pengaturan pola
taraf signifikan α=0,05 (ρ = 0,002, ρ = 0,005< α pernafasan. Proses terapi relaksasi autogenik
= 0,05), dari hasil analisis tersebut dapat dapat memanjangkan serabut otot, meningkatkan
disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi kerja impuls sehingga dapat dikirimkan ke otak
autogenik terhadap penurunan tekanan darah dan menurunkan aktifitas pada otak serta sistem
pada penderita hipertensi ringan di Kelurahan tubuh lainnya. Penurunan frekuensi jantung dan
Kebonsari Kulon Kecamatan Kanigaran napas, tekanan darah, konsumsi oksigen serta
Hipertensi adalah peningkatan tekanan meningkatnya aktifitas otak dan temperatur kulit
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan perifer (permukaan) merupakan beberapa respon
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali dari relaksasi. Terapi relaksasi autogenik dapat
pengukuran dengan selang waktu lima menit membantu individu mengembangkan
dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes keterampilan kognitif sehingga dapat
RI, 2013). Secara garis besar pengobatan menurunkan energi negatif serta berespon sesuai
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu pengobatan dengan lingkungan sekitar.
farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan Dengan demikian, berdasarkan uraian
farmakologi dapat menyembuhkan hipertensi tersebut maka peneliti berpendapat bahwa terapi
namun memiliki banyak efek samping seperti relaksasi autogenik dapat menurunkan tekanan
sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. Sedangkan darah pasien hipertensi, ditunjukkan dengan hasil
salah satu terapi non farmakologi yang saat ini tekannan darah sebelum dan sesudah
banyak digunakan adalah terapi relaksasi. Proses dilakukkannya terapi autogenic menunjukkan
relaksasi dapat memanjangkan serabut otot, adanya penurunan tekanan darah selain itu respon
meningkatkan kerja impuls sehingga dapat dari pasien setelah dilakukannya terapi relaksasi
dikirimkan ke otak dan menurunkan aktifitas autogenic pasien merasa lebih rileks, sakit kepala
pada otak serta sistem tubuh lainnya. Penurunan berkurang dan merasa lebih tenang.
frekuensi jantung dan napas, tekanan darah,
konsumsi oksigen serta meningkatnya aktifitas 4. Kesimpulan dan Saran
otak dan temperatur kulit perifer (permukaan) 1) Kesimpulan
merupakan beberapa respon dari relaksasi.Terapi
relaksasi dapat membantu individu
mengembangkan keterampilan kognitif sehingga
Dari hasil penelitian dan Bagi pihak desa, penelitian ini
pembahasan peneliti diatas dapat diharapkan dapat sebagai masukan bagi
disimpulkan sebagai berikut: pihak desa agar meningatkan
1. Tekanan darah sebelum dilakukannya pengetahuan terkait terapi relaksasi
terapi relaksasi autogenic didapatkan autogenik terhadap penurunan tekanan
tekanan sistole data mean sebanyak darah pada penderita hipertensi ringan
142,38 mmHg dan tekanan diastole data di Kelurahan Kebonsari Kulon
mean sebanyak 89,66 mmHg Kecamatan Kanigaran. Selain itu
2. Tekanan darah sesudah dilakukannya penyuluhan tentang pentingnya
terapi relaksasi autogenic didapatkan relaksasi autogenik dapat dilaksanakan
tekanan sistole data mean sebanyak untuk meningkatkan pengetahuan
135,88 mmHg dan tekanan diastole data tentang cara menangani hipertensi
mean sebanyak 86,59 mmHg ringan
3. Ada pengaruh terapi relaksasi autogenik e. Bagi Responden
terhadap penurunan tekanan darah pada Disarankan bagi responden
penderita hipertensi ringan di Kelurahan agar mampu mengubah persepsi
Kebonsari Kulon Kecamatan mengenai cara mengontrol hipertensi
Kanigarandengan nilai yaitu p value ringan dengan cara terapi relaksasi
systole sebesar 0,002 dan p value diastole autogenik secara teratur, serta lebih
sebesar 0,005 dengan taraf signifikan meningkatkan pemahaman atau
α=0,05 sehingga p value ≤ 0,05 pengetahuan terkait terapi relaksasi
autogenic
2) Saran f. Bagi Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian Diharapkan peneliti selanjutnya
di atas, maka dapat diberikan saran sebagai dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
berikut: dengan menggunakan responden yang
a. Bagi Institusi Pendidikan murni dilakukan terapi relaksasi
Hasil Penelitian ini diharapkan autogenik tanpa adanya intervensi lain
dapat dijadikan sebagai tambahan seperti obat-obatan hipertensi yang
refrensi dalam proses belajar mengajar dikonsumsi oleh reponden.
baik untuk kalangan mahasiswa,
pendidikan sarjana maupun profesi 5. Referensi
menjadi bukti dasar yang dipergunakan Alimul Aziz, (2009). Metode Penelitian
pembelajaran keperawatan medical Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data.
bedah khususnya tentang terapi Jakarta:Salemba Medika
relaksasi autogenik terhadap penurunan Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. 2013.
tekanan darah pada penderita hipertensi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
ringan. Tekanan Darah di Puskesmas Telaga
b. Bagi profesi keperawatan Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program
Bagi bidang ilmu keperawatan Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH.
khususnya keperawatan medical bedah Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/
hendaknya hasil penelitian ini No. 1
diharapkan dapat memberikan Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan,
informasi dan mengembangkan Jakarta : EGC
keilmuan terkait terapi relaksasi Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan
autogenik danpenurunan tekanan darah Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC
pada penderita hipertensi ringan Budiharto, (2019) Pengantar ilmu perilaku
kesehatan dan pendidikan kesehatan
d. Bagi Lahan Jakarta: Penerbit buku kedokteran Egc.
Corwin, Elisabeth. J. (2008) Buku Saku Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing:
Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Consep, Proses and Practice.Edisi 7. Vol.
Media. 3. Jakarta : EGC
Corwin, Elisabeth. J. (2011). Buku Saku Pratiwi dalam Kristiarini, (2013) Hubungan
Patofisiologi ed rev 3. Jakarta: EGC Antara Perilaku Olahraga, Stres, dan Pola
Dalimartha, 2008. Resep tumbuhan obat untuk Makan dengan Tingkat Hipertensi Pada
hipertensi. Jakarta: Penebar Swadaya Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan
Depkes (2017) Sebagian Besar Penderita Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota
Hipertensi tidak Menyadarinya, Surabaya. Jurnal Promkes, Volume 1, pp.
BiroKomunikasi dan Pelayanan 111-117.
Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Radmarssy. (2007). Meredam Hipertensi
Greenberg dalam Setyawati, 2010. Selintas Dengan Aerobik. meredam-
Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: hipertensidengan-aerobik.
Asmara Book Ridwan Amiruddin, (2007)Epidemiologi DM
Jafar Nurhaedar. (2010). Hipertensi. Program dan Isu Mutakhirnya.
Study Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Setyawati, (2010) dalam Sabrina, (2017).
Masyarakat,Universitas Hasanuddin Selintas Tentang Kelelahan Kerja.
Makassar, Makassar. Jakarta Yogyakarta: Asmara Books.
Kristiarini. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Setyoadi.(2011). Terapi Modalitas Keperawatan
Autogenik Terhadap Skala Nyeri Pada Ibu Pada Klien Psikogeriatrik. Penerbit:
Post Operasi Sectio Caesaria (Sc) di RSUD Salemba Medika. Jakarta
Banyumas. Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi;
Lelyana R., 2008. Semarang : Pengaruh Kopi mengatasi tekanan darah tinggi.
terhadap Asam Urat Darah. Tesis. Jakarta:Intisari Mediatama.
Universitas Diponegoro, Program Smeltzer (2002) Buku Ajar Keperawatan
Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik. 26- Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
30. bahasa Agung Waluyo) Edisi 8
Niken.Dan Haryanto, Dany. 2010. Pembelajaran vol.3.Jakarta :EGC
Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Smeltzer, S.C, Bare BG. 2001. Buku Ajar
Pustaka Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Soekidjo Notoatmodjo, 2010. Metodologi
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Novitasari, E.: Isolasi senyawa fenolat dari Soenanto, Hardi. (2014). Cara Penyembuhan
fraksi etil asetat kulitbatang tumbuhan Hipertensi. Jakarta : Gramedia
gandaria. Jurnal Penelitian Sains 2016, 13, Sustrani, Alam & Hadibroto, 2014. Hipertensi.
1, 10-14. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Widyanto FC & Tribowo C. 2013. Trend
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Disease. Jakarta : Trans Info
Jakarta: Salemba Medika MediaWidyastuti dalam Kristiarini, 2013
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu World Health Organization (WHO), 2017
Keperawatan Pendekatan Praktis WHO.Measure your blood pressure,
Edisi.4.Jakarta: Salemba Medika reduce your risk
Oberg, E. 2013. Mind-body techniques to reduce
hypertension’s chronic effects intergrative
medicine
Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai