Anda di halaman 1dari 53

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN MEKANISME

KOPING KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG ICU


RSI AMAL SEHAT SRAGEN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Keperawatan

Disusun Oleh:

JAHURI
022021060101

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN (ITS)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal Skripsi dengan judul “Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan


Mekanisme Koping Keluarga Pasien Stroke di Ruang ICU RSI Amal Sehat
Sragen”, telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji
Proposal Skripsi Program S1 Keperawatan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

JAHURI
022021060101

Nama Pembimbing: Tanda Tangan Tanggal

Anis Prabowo.,SKM.M.Gizi ……………………. …………………….


NIDN. .0616087605

Estin Yuliastuti.,S.Kep.,Ns.M.Kep ……………………. …………………….


NIDN. 0610078604

ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN MEKANISME


KOPING KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG ICU
RSI AMAL SEHAT SRAGEN

Disusun Oleh:
JAHURI
022021060101

Proposal Skripsi ini telah diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal : 29 November 2019
Susunan Tim Penguji:

No Nama Jabatan dalam tim Tanda Tangan

1 Yuli Widyatuti.S.Kep.,Ns.M.Kep Ketua Penguji …………………

NIDN. .0610078604

2 Anis Prabowo.,SKM.M.Gizi Penguji 1 …………………


NIDN. .0616087605

3 Estin Yuliastuti.,S.Kep.,Ns.M.Kep Penguji 2 …………………


NIDN. 0610078604

Mengetahui
Ka. Prodi. S1 Keperawatan

Dr. Ida Untari, S.KM., M.Kes


NIDN. 0629037604

iii
iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut WHO proporsi tahun 2009 populasi yang bertahan hingga usia
50 dan 60 tahun meningkat. Tren ini akan memiliki efek yang sangat besar
pada struktur demografi masyarakat. Populasi global berusia di atas 65 tahun
meningkat sebesar 9 juta setahun, dan pada tahun 2025 akan ada lebih dari 800
juta orang berusia di atas 65 tahun di dunia. Hal tersebut berefek pada
meningkatnya penyakit serebrovaskuler salah satunya adalah penyakit stroke
(Ekacahyaningtyas, 2017).
Prevalensi global stroke pada tahun 2019 adalah 101,5 juta orang,
sedangkan stroke iskemik adalah 77,2 juta, perdarahan intraserebral adalah
20,7 juta, dan perdarahan subarachnoid perdarahan adalah 8,4 juta. Pada tahun
2019, terdapat 6,6 juta kematian akibat penyakit serebrovaskular di seluruh
dunia. Secara global pada tahun 2019, total 3,3 juta orang meninggal karena
stroke iskemik, 2,9 juta meninggal karena perdarahan intraserebral, dan 0,4 juta
meninggal karena perdarahan subarachnoid (AHA, 2021).
Jumlah penderita stroke di Indonesia menduduki peringkat pertama
terjadi sebagai negara terbanyak yang mengalami stroke di seluruh Asia.
Prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 dari 1000 populasi. Angka
prevalensi ini meningkat dengan meningkatnya usia. Data nasional Indonesia
menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu
15,4%. Didapatkan sekitar 750.000 insiden stroke per tahun di Indonesia, dan
200.000 diantaranya merupakan stroke berulang (Kemenkes RI, 2019). Secara
nasional prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur 15 tahun sebesar 19,9% atau diperkirakan
sebanyak 2.120.362 orang (Kemenkes RI, 2022).
Prevalensi (per mil) Stroke berdasarkan Diagnosis Dokter pada
Penduduk Umur ≥15 Tahun menurut Karakteristik Provinsi Jawa Tengah
sebesar 11,8%. Proporsi Kontrol Stroke ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada

1
2

Penduduk Umur ≥15 Tahun dengan Stroke berdasarkan Diagnosis Dokter


menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah pemeriksaan ulang stroke ke
fasilitas pelayanan kesehatan secar rutin sebesar 40,88%, kadang-kadang
38,47% dan tidak memeriksakan 20,65% (Riskesdas 2018). Prevalensi stroke
di Jawa Tengah pada umur ≥ 15 tahun mencapai 12,3%. Data Riskesdas 2013
prevalensi stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan pada Riskesdas 2018
prevalensi stroke 10,9 per mil (Kemenkes RI, 2019).
Data di Kabupaten Sragen pemeriksaan ulang stroke ke fasilitas
pelayanan kesehatan secar rutin sebesar 41,17%, kadang-kadang 44,93% dan
tidak memeriksakan 13,93% (Dinkes Prov Jateng, 2018).
Dampak stroke pada aspek fisik adalah adanya kelemahan atau kekakuan
dan kelumpuhan pada kaki dan tangan. Setelah serangan stroke, tonus otot
akan menurun dan bahkan bisa menghilang. Tanpa pengobatan orang akan
cenderung menggunakan bagian tubuh yang tidak lumpuh untuk melakukan
gerakan sehingga bagian tubuh yang lemah akan menimbulkan kecacatan
permanen. Dan stroke tersebut juga mempunyai dampak yang mendalam pada
aspek kehidupan pasien yang mengalaminya, seperti mengalami masalah
psikososial karena terdapatnya perubahan fisik di dalam dirinya (Aliyah,
2019).
Dampak yang ditimbulkan dari penyakit stroke pada pasien, akan
menimbulkan dampak psikologis pada keluarga pasien dengan perkembangan
keadaan klien, pengobatan maupun perawatan (Nursalam, 2012).
Mekanisme koping merupakan cara untuk beradaptasi dengan stressor,
respon adaptif psikologis dari stresor tersebut, cara yang digunakan individu
dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi
yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku. Perbedaan
kemampuan yang dimiliki masing-masing individu akan memunculkan
mekanisme koping yang berbeda pula (Videbeck, 2012).
Mekanisme koping dibagi menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif
dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif yaitu
mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar,
dan mencapai tujuan. Mekanisme koping maladaptif merupakan mekanisme
3

koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,


menurunkan otonom dan cenderung menguasai lingkungan (Stuart & Sundeen,
2014).
Koping keluarga yang menghadapi mekanisme merupakan cara yang
ditempuh oleh keluarga dalam memecahkan masalah, menyesuaikan untuk
berubah, dan tanggapan kepada situasi di ruangan ICU (Intensive Care Unit)
yaitu keluarga dan perannya saat menunggu keluarga di ICU, hal ini
dikarenakan jam besuk di ruangan intensif yang terbatas, keadaan pasien yang
tidak stabil serta keadaan ruang tunggu yang berfasilitas minim (Widiastuti et
al, 2018).
Kondisi ketika pasien harus di rawat di ruang ICU menyebabkan peran
keluarga terhadap pasien menjadi berkurang karena tidak banyak terlibat dalam
perawatan pasien dan tidak dapat mendampingi pasien di ruang ICU setiap saat
(Novieastari, 2012). Mekanisme koping juga akan digunakan oleh keluarga
ketika dalam kondisi anggota keluarga ada yang dirawat di IGD, sehingga
secara tidak langsung peran caring perawat akan berdampak terhadap
pemilihan strategi koping keluarga, selain itu juga dapat menurunkan tingkat
kecemasan dan tingkat stress (Setyawan 2014). Sumber koping keluarga
merupakan factor penentu keluarga dalam menggunakan mekanisme koping
untuk merespon stressor yang muncul, yang sifatnya konstruktif ataupun
destruktif (Stuart, 2016).
Perawat yang caring akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri
pada pasien akan meningkatkan pertahanan tubuh dan membantu
meningkatkan penyembuhan (Novieastari, 2012). Perilaku caring dinyatakan
sebagai suatu perasaan untuk memberikan keamanan, perubahan perilaku, dan
bekerja sesuai standar (Kusmiran, 2017). Berdasarkan hasil survei kepuasan
pasien pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta menunjukan bahwa 14% pasien
tidak puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, disebabkan oleh
perilaku caring kurang baik, perawat tidak ramah, jarang tersenyum dan tidak
simpatik (Tiara dan Lestari, 2013).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Irfanudin, Hamid dan Ungsianik
(2020) berjudul “Hubungan Antara Perilaku Caring perawat Dengan Srategi
4

Koping Keluarga (Primary Caregiver) Yang Anggota Keluarganya Dirawat Di


Instalasi Gawat Darurat” dengan hasil penelitian perilaku caring perawat
terhadap keluarga termasuk dalam kategori tinggi, adapun untuk strategi
koping keluarga keseluruhan keluarga telah menggunakan strategi koping
adaptif, akan tetapi perilaku caring perawat tidak mempunyai hubungan dengan
strategi koping keluarga. Perilaku caring perawat merupakan esensi dari ilmu
keperawatan (“the heart of nursing”), karena hal ini merupakan penentu
kualitas dan mutu pelayanan asuhan keperawatan dan secara langsung akan
berdampak terhadap strategi koping keluarga (primary caregiver) yang anggota
keluarganya mendapatkan perawatan di instalasi gawat darurat (IGD).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ruang ICU RSI Amal Sehat
Sragen pada bulan September 2022, wawancara terhadap 10 orang keluarga
pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen, didapatkan data 7 orang
keluarga pasien stroke mengatakan saat ini belum dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi, belum menyesuaikan dengan situasi yang terjadi baik
secara kognitif maupun perilaku atau memiliki perilaku koping yang tidak
adaftif, karena keluarga tidak dapat menunggui pasien di ruang ICU RSI Amal
Sehat Sragen serta perawat di ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen kurang
memberikan penjelasan tentang kondisi pasien, kurang simpatik dengan
keadaan pasien atau memiliki perilaku caring yang kurang baik. Hal lain yang
menyebabkan perilaku koping yang tidak adaftif dari keluarga. Hasil
wawancara didapatkan data 3 orang keluarga pasien mengatakan sudah dapat
menerima perubahan dan situasi yang terjadi atau memiliki koping adaftif
karena perawat memiliki perilaku caring yang baik, selalu menjelasakan setiap
kondisi pasien stroke kepada keluarga.
Berdasarkan studi pendahuluan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan perilaku caring perawat dengan mekanisme
koping keluarga pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan :
“Adakah hubungan perilaku caring perawat dengan mekanisme koping
keluarga pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen?”.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan
mekanisme koping keluarga pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat
Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik demografi keluarga pasien stroke di ruang
ICU RSI Amal Sehat Sragen.
b. Mengetahui perilaku caring perawat di ruang ICU RSI Amal Sehat
Sragen
c. Mengetahui mekanisme koping keluarga pasien stroke di ruang ICU
RSI Amal Sehat Sragen.
d. Menganalisis hubungan perilaku caring perawat dengan mekanisme
koping keluarga pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
literatur khususnya tentang hubungan perilaku caring perawat dengan
mekanisme koping keluarga pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat
Sragen.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Bagi peneliti agar memperoleh pengalaman dalam melakukan
penelitian dan meningkatkan pemahaman tentang hubungan perilaku
caring perawat dengan mekanisme koping keluarga pasien stroke di
ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen.
b. Bagi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
Bagi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai sumber literatur atau bahan pembelajaran dan
referensi bagi yang akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang
6

perilaku caring perawat dengan mekanisme koping keluarga pasien


stroke.
c. Bagi RSI Amal Sehat Sragen
Bagi tempat penelitian RSI Amal Sehat Sragen dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan tentang perilaku
caring perawat dengan mekanisme koping keluarga pasien stroke di
ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen.
d. Bagi Peneliti Berikutnya
Bagi peneliti berikutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumber literatur atau bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan judul penelitian di
atas.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan perilaku caring perawat dengan
mekanisme koping keluarga pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat
Sragen sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan, tetapi ada beberapa
penelitian yang mendukung penelitian ini :
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
NO Keaslian Penelitian

1 Nama peneliti / Tahun : Yuanita / 2015


Judul : Mekanisme Koping Keluarga
Menurunkan Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien Stroke
Desain dan Variabel : Desain cross sectional
Penelitian Variabel bebas : mekanisme koping
Hasil : Ada hubungan yang signifikan
(bermakna) antara mekanisme koping
keluarga dengan tingkat kecemasan
keluarga pasien diruang rawat inap
dewasa Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang
Persamaan : Variabel bebas menjadi varibal terikat :
mekanisme koping keluarga
Perbedaan : Varibel terikat : tingkat kecemasan
keluarga
7

2 Nama peneliti / Tahun : Sea / 2014


Judul : Hubungan perilaku caring perawat
dengan kepuasan keluarga pasien jiwa di
IRJ RSJD Provinsi Lampung Tahun 2014
Desain dan Variabel : Desain kuantitatif dengan pendekatan
Penelitian cross sectional.
Variabel bebas : mekanisme koping
Hasil : Ada hubungan yang signifikan antara
perilaku caring perawat dengan kepuasan
keluarga pasien jiwa di IRJ RSJD
Provinsi Lampung Tahun 2014
Persamaan : Variabel bebas : perilaku caring perawat
Perbedaan : Varibel terikat : kepuasan keluarga
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Perilaku Caring
a. Pengertian
Perilaku adalah suatu tindakan atau reaksi yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain. Perilaku perawat dalam pelayanan keperawatan
merupakan suatu tanggapan dan tindakan terhadap kebutuhan dan
keinginan dari para pasien (Anjaryani, 2011).
Caring perawat merupakan sikap peduli yang memudahkan pasien
untuk mencapai peningkatan kesehatan dan pemulihan . Perilaku caring
sebagai bentuk peduli, memberikan perhatian kepada orang lain, berpusat
pada orang, menghormati harga diri, dan kemanusiaan, komitmen untuk
mencegah terjadinya status kesehatan yang memburuk, memberi
perhatian dan menghormati orang lain (Kusmiran 2015).
Caring merupakan bahasa inggris, dimana memiliki arti peduli.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peduli adalah sikap
mengindahkan, menghiraukan, memprihatikan sesuatu yang terjadi
kepada orang lain. Caring dianggap sebagai konsep dasar dari peran
keperawatan dan menyediakan kerangka kerja untuk menjadi panduan
dalam praktik keperawatan (Calong & Gil, 2018).
Perilaku caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan
perawat dengan profesi lain dan mendominasi serta mempersatukan
tindakan-tindakan keperawatan (Waston, 2009 dalam Kusmiran 2015).
Perilaku Caring merupakan kunci sukses bagi perawat dalam
menjalankan profesinya yaitu apabila mempunyai ilmu untuk mensintesa
semua kejadian yang berhubungan dengan klien, mampu menganalisa,
mengintepretasikan, mempunyai kata hati, dan mengerti apa yang terjadi
terhadap masalah yang dihadapi klien (Rinawati, 2012).
Caring merupakan suatu konsep yang diakui secara universal dalam
lingkup keperawatan (Sapoontzi-Krepia et al., 2013). Caring dalam

8 8
9

keperawatan sangatlah penting seperti yang dijelaskan oleh Potter &


Perry (2013) menyebutkan bahwa caring merupakan inti dari praktik
keperawatan yang baik, karena caring bersifat khusus dan bergantung
pada hubungan perawat dengan klien. Caring memfasilitasi kemampuan
perawat untuk mengenali klien, mengetahui masalah klien, mencari dan
melaksanakan solusinya.
b. Komponen Caring
Menurut Swanson (dalam Watson, 2012) komponen caring ada 5
yaitu :
1) Mengetahui (Knowing) adalah usaha untuk memahami orang lain,
merawat orang lain, dan interaksi antara perawat dengan pasien.
2) Kehadiran (Being with) yaitu menghadirkan emosi ketika bersama
orang lain. Hal ini meliputi kehadiran diri perawat untuk pasien, untuk
membantu pasien, dan mengelola perasaan tanpa membebani pasien.
3) Melakukan (Doing for) yaitu melakukan tindakan untuk orang lain
atau memandirikan pasien, mencakup tindakan antisipasi,
kenyamanan, menampilkan kompetensi dan keahlian, melindungi
pasien dan menghargai pasien.
4) Memampukan (Enabling) yaitu memfasilitasi pasien untuk melewati
masa transisi dengan berfokus pada situasi, memberikan informasi
atau penjelasan, memberi dukungan, memahami perasaan pasien,
menawarkan tindakan, dan memberikan umpan balik .
5) Mempertahankan kepercayaan (Maintaining belief) yaitu
mempertahankan kepercayaan pasien dengan mempercayai kapasitas
pasien, menghargai nilai yang dimiliki pasien, mempertahankan
perilaku penuh pengharapan, dan selalu siap membantu pasien pada
situasi apapun.
c. Perilaku Caring Perawat
Menurut Waston (2012) terdapat 10 faktor sebagai human caring
atau faktor karaktif yang diperlukan dalam hubungan antara perawat
dengan klien :
10

1) Menanamkan sistem nilai humanistic-altruistik. Penerapan humanistik


dan altruistik dalam asuhan keperawatan adalah berupa pengenalan
akan identitas pasien, mengenal kelebihan dan karakter pasien sesuai
dengan nama yang disukai oleh pasien.
2) Menanamkan sikap penuh pengharapan (faith-hope). Dengan
memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat
menerima penyakitnya.
3) Menanamkan sensifitas terhadap diri sendiri dan orang lain. Bentuk
sikap sensitifitas terhadap diri sendiri adalah sikap empati. Perawat
lebih sensitive dan tulus dalam memberikan bantuan kepada pasien.
4) Membina hubungan saling membantu, saling percaya dan peduli
(human care). Hubungan semacam ini melibatkan komunikasi efektif,
empati dan kehangatan.
5) Mengekspresikan perasaan positif dan negative. Perilaku perawat
seperti menjadi pengengar yang baik, mendengarkan secara aktif
setiap keluahan pasien dengan sabar.
6) Menggunakan problem solving dalam pemecahan masalah pasien.
Berhubungan dengan proses keperawatan menggunakan metode
penyelesaian masalah yang sistematis dengan langkah-langkah dari
pengkajian sampai evaluas.
7) Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal. Proses belajar
mengajar interpersonal dapat diciptakan dengan mendiskusikan setiap
keluhan dan cara mengatasinya.
8) Menciptakan lingkungsn fisik, mental, social, dan spiritual yang
suportif, protektif, dan korektif. Bentuk perilaku perawat adalah
persetujuan perawat terhadap keinginan pasien untuk beribadah sesuai
agamanya.
9) Membantu dalam memenuhi kebutuhan pasien Bersedia memenuhi
kebutuhan dasar pasien dengan ikhlas, penuh penghargaan dan
menjaga kerahasiaan pasien.
10) Menjadi peka terhadap kekuatan eksistensial-fenomenologi spiritual.
Perawat dapat memfasilitasi kebutuhan pasien dan keluarga untuk
11

mencari terapi alternatif, berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa,
dan menyiapkan pasien dan keluarga dalam menghadapi proses
kematian dan berduka.
d. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku caring
Gibson, James & John (2012) mengemukakan tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku caring sebagai berikut :
1) Faktor Individu
Faktor individu yang dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu,
kemampuan diantaranya kemampuan kecerdasan emosional, latar
belakang, keterampilan, dan karakteristik demografis diantaranya
umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku caring
yaitu, sikap, kepribadian dan motivasi, faktor ini dipengaruhi oleh
keluarga, tingkat sosial, dan karakteristik demografis.
3) Faktor Organisasi
Faktor organisasi yang dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu,
sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan, struktur dan
pekerjaan.
e. Faktor pembentuk perilaku caring
Menurut Watson (2012) faktor pembentuk perilaku caring :
1) Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.
Asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan
(humanistik) dan perilaku yang mementingkan kepentingan orang lain
diatas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat dikembangkan
melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang, keyakinan,
interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi.
2) Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).
Pemahaman ini diperlukan untuk menekankan pentingnya obat-
obatan untuk curative, perawat juga perlu memberitahu individu
alternative pengobatan lain yang tersedia. Mengembangkan hubungan
12

perawat dan klien yang efektif, perawat memiliki perasaan optimis,


harapan, dan rasa percaya diri.
3) Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas
terhadap diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih baik. Perawat
juga perlu memahami pikiran dan emosi orang lain.
4) Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
Ciri hubungan helping-trust adalah empati, dan hangat. Hubungan
yang harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur dan
terbuka.
5) Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif.
Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua
keluhan dan perasaan pasien.
6) Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif.
Penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan perawat
menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan asuhan kepada pasien.
7) Meningkatkan belajar mengajar transpersonal.
Memberikan asuhan mandiri,menetapkan kebutuhan personal,
dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal pasien.
8) Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki
mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual.
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan
eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien.
9) Membantu memuaskan kebutuhan manusia.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri sendiri dan
pasien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum
beralih ke tingkat selanjutnya.
2. Mekanisme koping
a. Pengertian mekanisme koping
Koping berasal dari kata “to cope” yang berarti mengatasi atau
menanggulangi. Stres mengandung tiga tahapan proses yaitu primary
13

appraisal, yang merupakan proses mempersepsi tantangan atau stressor,


secondary appraisal, yakni proses memikirkan respons yang potensial
untuk menghadapi tantangan atau stressor dan proses terakhir adalah
koping, yakni proses pengambilan keputusan dari respon yang telah
dipikirkan sebelumnya. Koping didefinisikan sebagai upaya kognitif dan
perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal
dan atau internal tertentu yang dinilai berat dan melebihi sumber daya
(kekuatan) seseorang (Lazarus & Folkman dalam Sugo, 2019.
Cara-cara yang digunakan untuk menghadapi stres disebut dengan
strategi coping. Penjabaran dari strategi coping pada umumnya
membahas tentang hubungan antara stres dan perilaku individu dalam
menghadapi berbagai sumber stres. Strategi coping adalah pikiran atau
perasaan individu dalam usaha mengatasi, menahan, menurunkan efek
dari situasi yang mengancamnya (Tesfaye, 2018).
Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu untuk
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, situasi yang
mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping
merupakan tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres,
termasuk dalam upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart & Sundeen,
2014).
Strategi koping adalah sebagai usahausaha baik secara kognitif
maupun perilaku untuk mengatasi, meredakan, atau mentelorir tuntutan-
tuntutan internal maupun eksternal yang disebabkan oleh transaksi
individu dengan peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stres (Folkman
& Lazarus, 1984 dalam Agustina & Dewi, 2013).
b. Proses mekanisme koping
Lazarus & Folkam, (1984) dalam Loo, See Beh. & Loo, Leap Han,
(2012) menjelaskan apabila individu bertemu dengan suatu lingkungan
yang baru atau adanya perubahan lingkungan (situasi penuh tekanan),
secara otomatis akan melakukan penilaian awal (primary apprasial)
sebagai penentuan arti atas kejadian tersebut. Peristiwa itu dapat
14

diartikan individu sebagai sesuatu yang positif, netral, maupun negatif.


Selanjutnya setelah penilaian awal terhadap hal-hal yang memiliki
potensi untuk mengakibatkan terjadinya suatu tekanan akan muncul
penilaian sekunder (secondery apprasial). Penilaian ini sebagai
pengukuran terhadap kemampuan individu untuk mengatasi suatu
tekanan yang terjadi. Pengambilan pemilihan strategi coping yang akan
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Beberapa yang termasuk
dalam faktor eksternal yaitu ingatan pengalaman atau berbagai situasi
serta dukungan sosial, seluruh tekanan dari berbagai situasi yang bernilai
dalam kehidupan. Selanjutnya faktor internal adalah pengambilan coping
yang biasa digunakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dan
kepribadian individu seseorang tersebut. Ketika keputusan dalam
menentukan coping sudah ditentukan dengan melihat faktor eksternal dan
faktor internal maka individu akan melakukan pemilihan strategi coping
yang sesuai dalam menghadapi situasi tekanan yang dihadapinya untuk
menyelesaikan masalah.
c. Bentuk mekanisme koping
Lazarus & Folkam, (1984) dalam Maryam, (2017) menjelaskan dua
kategori utama dalam strategi coping yaitu:
1) Coping terfokus masalah (problem focused coping)
Individu menggunakan suatu tindakan yang berpusat pada suatu
pemecahan masalah (mengubah situasi). Seseorang memakai perilaku
ini jika dirinya menyadari bahwa tekanan yang dialaminya masih
dapat terkontrol dan menyakini bisa merubahnya. Cara tindakan
dalam coping berfokus masalah dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu
sebagai berikut:
a) Planull probblem solving, adalah individu merespon dalam
mengambil tindakan tertentu yang dimanfaatkan dalam merubah
keadaan untuk penyelesaian masalah.
b) Confrontative coping, adalah individu merubah suatu keadaan yang
dapat menggambarkan tingkat resiko yang akan diambil.
15

Contohnya, seseorang yang melakukan penyelesaian masalah


dengan melakukan hal-hal yang bertentangan sehingga mendapat
resiko yang cukup besar.
c) Seeking sosisal support, adalah individu melakukan tindakan
dengan mencari dukungan dari luar, baik dukungan emosional,
berupa informasi, maupun dukungan nyata dari keluarga, teman,
saudara, dll.
2) Coping berfokus emosi (emotion focused coping)
Individu melakukan suatu tindakan dari proses kognitif yang
diarahkan untuk mengurangi tekanan emosional dan termasuk strategi
seperti penghindaran, minimalisasi, menjauhkan, dan perbandingan
positif. Perilaku coping ini cenderung dilakukan saat individu merasa
tidak dapat mengubah situasi yang mengancam dan hanya bisa
menerima situasi tersebut karena sumberdaya yang dimiliki tidak
mampu mengatasi stresor tersebut. Yang termasuk strategi coping
berfokus pada emosi dibagi menjadi beberapa kategori yaitu sebagai
berikut:
a) Positive reapprasial, yaitu memberi penilaian positif dengan cara
individu membuat makna positif yang digunakan sebagai
pengembangan diri termasuk dalam hal ini adalah yang
menyangkut religius.
b) Accepting responsibility, yaitu penekanan pada tanggung jawab
dimana individu bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran atas
peran diri didalam masalah yang dihadapi, dan berusaha untuk
menerima segala sesuatunya.
c) Self controling, yaitu pengendalian diri dimana individu melakukan
regulasi baik dalam respon perasaan maupun tindakannya
d) Distancing, yaitu menjaga jarak dimana individu tidak melibatkan
diri dalam permasalahan. Atau berbuat biasa seperti tidak terjadi
apa-apa.
e) Escope avoidance, yaitu individu menghindar atau melarikan diri
dari masalah yang dihadapi. Biasanya individu cenderung tidur
16

lebih lama dari biasanya, mengkonsumsi alkohol, dan menghindar


dari orang lain.
Sedangkan menurut Stuart & Sundeen (2014) membagi strategi
coping dalam dua kategori utama yaitu: coping yang berpusat pada
masalah (problem focused form of mekanisme koping/direct action) dan
berpusat pada emosi (emotion focused of coping).
a) Yang termasuk mekanisme coping berpusat pada masalah yaitu:
1) Konfrontasi, yaitu usaha individu untuk merubah keadaan atau
menyelesaikan masalah dengan sikap agresif
2) Isolasi, adalah cara individu dengan berusaha menjauhkan diri dari
lingkungan sosial atau melarikan diri dari masalah.
3) Kompromi, adalah cara individu merubah keadaan dengan berhati-
hati, dan meminta bantuan kepada orang lain seperti keluarga,
teman dekat, atau teman sebaya.
b) Berikutnya mekanisme coping yang berpusat pada emosi yaitu sebagi
berikut:
1) Denial, yaitu individu menolak dari sumber tekanan (masalah)
dengan mengatakan hal itu tidak terjadi.
2) Rasionalisasi, adalah tindakan individu menggunakan alasan yang
dapat diterima akal maupun orang lain untuk menutupi
ketidakmampuan dirinya.
3) Kompensasi, adalah tindakan individu dengan menonjolkan sifat
baik untuk menutupi ketidakmampuannya. Kompensasi timbul
karena adanya rasa kurang mampu.
4) Represi, adalah usaha individu dalam melupakan masamasa yang
sulit, dan hanya mengingat waktu-waktu yang menyenangkan bagi
dirinya.
5) Sublimasi, adalah bagaimana individu mengeksplor perasaannya,
bakat, atau kemampuan lainnya yang bersifat positif.
6) Identifikasi, adalah usaha individu dalam meniru cara berpikir, ide,
tingkah laku dari orang lain.
17

7) Regresi, adalah bagian dari sikap individu yang kembali ke masa


lalu seperti anak kecil.
8) Proyeksi, adalah sikap individu yang menyalahkan orang lain atas
kesulitan yang dialaminya.
9) Konversi, yaitu suatu reaksi psikologi yang mengakibatkan dampak
kepada gejala fisik dari individu.
10) Displacement, yaitu suatu reaksi emosi terhadap seseorang
tetapi disalurkan kepada seseorang lainnya.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping
Menurut (Zyga et al., 2016) menjelaskan bahwa cara individu
melakukan pemilihan strategi coping tergantung pada sumber daya yang
dimiliki yaitu sebagai berikut :
1) Kondisi keadaan fisik
Kondisi kesehatan sangat dibutuhkan agar seseorang dapat
melakukan pemilihan strategi coping yang baik agar berbagai
permasalahan yang dialami dapat terselesaikan secara efektif. Sehat
yaitu status kenyamanan secara menyeluruh baik jasmani, mental, dan
sosial bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
2) Keterampilan
Pemecahan Masalah Keterampilan memecahkan masalah
meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisis situasi
untuk tujuan mengidentifikasi masalah agar menghasilkan tindakan
alternatif, menimbang tindakan alternatif, dan memilih dan
mengimplementasikan rencana tindakan yang sesuai. Ketrampilan
memecahkan masalah berasal dari sumber daya lain seperti
pengalaman, kemampuan kognitif, dan kapasitas dalam pengendalian
diri.
3) Kepribadian
Kepribadian yaitu gaya, karakteristik, dan ciri yang sangat khas
dengan diri seseorang. Kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan,
sebagai contohnya orang tua yang membiasakan anak untuk
menyelesaikan pekerjaannya sendiri maka anak tersebut akan
18

terbentuk karakter yang mandiri. Kepribadian dibedakan menjadi dua


macam yaitu introvert dan ekstrovert.
4) Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan sumber daya koping yang
penting karena peran fungsi sosial sangat luas dalam adaptasi
manusia. Dalam hal ini kemampuan untuk berkomunikasi dan
berperilaku dengan orang lain dengan cara yang sesuai secara sosial
dan efektif. Keterampilan sosial memfasilitasi pemecahan masalah
dalam hubungannya dengan orang lain dan meningkatkan dalam
meminta kerjasama atau dukungan dari orang lain.
5) Dukungan sosial
Dalam penyelesaian masalah terdapat keterlibatan orang lain.
Dimana seseorang melakukan tindakan kooperatif dalam mencari
dukungan dari orang lain, sebab sumberdaya sosial termasuk dalam
dukungan emosional, bantuan informasi, dan bantuan nyata dari
keluarga, teman, saudara, dan lain sebagainya.
6) Sumber daya material
Hal Ini mengacu pada barang dan jasa yang dapat dibeli dengan
uang. Sumber daya ini jarang disebutkan dalam diskusi coping tetapi
memiliki hubungan kuat yang ditemukan antara status ekonomi,
tekanan, dan adaptasi. Sumberdaya yang dimiliki seseorang dalam hal
ini sebagai pemuas kebutuhan. Untuk itu seseorang yang memiliki
banyak material lebih sejahtera dibandingkan dengan individu dengan
material terbatas.
7) Kendala pribadi
Batasan pribadi yang dimaksud mengacu pada nilai-nilai dan
kepercayaan budaya. Nilai-nilai dan kepercayaan yang diturunkan
secara budaya berfungsi sebagai norma yang menentukan perilaku dan
perasaan tertentu. Ada beberapa situasi di mana seorang individu akan
lebih dipengaruhi oleh norma-norma budaya, sebagian tergantung
pada apa yang dipertaruhkan dan konsekuensi untuk melanggarnya.
19

3. Koping Keluarga
Koping keluarga adalah sebagai respon yang positif, sesuai dengan
masalah, afektif, persepsi, dan respon perilaku yang digunakan keluarga dan
subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stres yang
diakibatkan oleh masalah atau peristiwa (Friedman, 2013).
Menurut Friedman (2013) tipe strategi koping keluarga dapat dibagi
menjadi 2 yaitu:
a. Internal atau intrafamilia (dalam keluarga inti) Pada strategi koping
keluarga internal ini meliputi 7 strategi koping yaitu:
1) Mengandalkan kelompok keluarga
Pada keluarga yang mengalami stres akan lebih mengandalkan
sumber-sumber dari mereka sendiri. Dengan melakukan pembentukan
struktur lebih besar dalam keluarga inti. Pembentukan struktur yang
lebih besar merupakan sebuah upaya kontrol dengan membuat
peraturan anggota keluarga.
2) Penggunaan humor
Perasaan humor adalah aset keluarga yang penting dalam
memberikan bantuan perbaikan dari sikap-sikap keluarga terhadap
masalah-masalahnya serta perawatan kesehatan. Humor dapat diakui
sebagai suatu cara oleh individu serta kelompok untuk menghilangkan
rasa cemas dan tegang, selain itu humor juga menyatakan kekuatan
dalam menghadapi bahaya, serta keunggulan dan kemenangan
terhadap kekalahan.
3) Menggunakan Pengungkapan Bersama atau (Memelihara Ikatan
Keluarga)
Merupakan cara untuk membawa keluarga supaya lebih dekat
satu dengan yang lainnya dan memelihara serta mengatasi tingkat
stres serta pikiran, dan ikut berperan dalam pengalaman bersama
keluarga dan aktivitas-aktivitas keluarga. Dalam strategi koping ini
juga lebih banyak melakukan pengungkapan bersama untuk
menghasilkan ikatan keluarga yang lebih kuat. Lobsens dalam
Friedman (2013) merekomendasikan untuk membantu koping
20

masalah-masalah mereka yaitu, tentukan waktu bersama-sama, saling


mengenal, membahas masalah secara bersama-sama, merancang
sebuah proyek yang menantang, mengembangkan ritual-ritual,
bermain bersama-sama, jangan lupa bercerita pada saat hendak tidur,
melakukan pengungkapan tentang pekerjaan dan kehidupan di sekolah
dan jangan biarkan ada jarak di antara keluarga.
4) Pengontrol Makna dari Masalah dan Penyusunan Kembali Penilaian.
Dalam stretegi koping ini keluarga lebih menggunakan
mekanisme mental atau lebih cenderung melihat segi positif dari
masalah untuk mengontrol makna dari masalah, mengurangi atau
menetralisir rangsangan yang berbahaya yang dialami dalam
kehidupan. Perumusan kembali kognitif atau penilaian dalam keluarga
merupakan cara untuk mengontrol sebuah stresor dengan penilaian
positif dan keyakinan atau optimis terhadap sebuah masalah yang
dialami.
5) Pemecahan
Masalah secara Bersama-sama Pemecahan masalah bersama-sama
dapat digambarkan sebagai suatu situasi di mana keluarga
mendiskusikan masalah yang dihadapi secara bersama-sama,
mengupayakan mencari solusi atau jalan keluar berdasarkan logika,
mecapai suatu konsensus tentang apa yang perlu dilakukan atas dasar
petunjuk yang diupayakan bersama, persepsipersepsi, serta usulan-
usulan dari anggota keluarga yang berbeda.
6) Fleksibelitas
Peran Cepatnya perubahan-perubahan dan meluas dalam
masyarakat dan dengan demikian pula dalam kehidupan keluarga,
fleksibilitas peran, khususnya dikalangan pasangan, merupakan
strategi koping yang kokoh. Fleksibilitas peran mengubah peran-peran
secara eksternal sangat adaptif terhadap tuntutan-tuntutan institusi
sosial lain secara internal sangat adaptif terhadap kebutuhan
anggotannya.
21

7) Normalisasi
Normalisasi merupakan salah satu strategi koping keluarga yang
cenderung menormalkan segala sesuatu sebanyak mungkin ketika
mereka melakukan koping terhadap sebuah stresor dalam jangka
panjang yang cenderung merusak kehidupan dalam keluarga serta
kegiatan rumah tangga.
b. Eksternal atau ekstrafamilia (di luar keluarga inti) Pada strategi koping
keluarga eksternal meliputi:
1) Mencari Informasi
Keluarga-keluarga yang mengalami stres akan memberikan
respon secara kognitif dengan mencari pengetahuan dan informasi
yang berhubungan dengan stresor. Hal ini berfungsi untuk menambah
rasa kontrol terhadap situasi dan mengurangi perasaan takut terhadap
orang yang tidak dikenal, membantu keluarga menilai stresor
(maknanya) secara akurat, serta memperkuat cara-cara keluarga
mencegah stresor yang menimpa keluarga.
2) Memelihara Hubungan Aktif dengan Komunitas
Strategi ini merupakan suatu koping keluarga yang
berkesinambungan, jangka panjang dan bersifat umum, dan bukan
sebuah kategori yang dapat meningkatkan stresor spesifik tertentu.
Anggota keluarga merupakan partisipan-partisipan aktif (baik sebagai
anggota yang aktif maupun pemimpin anggota) dalam sebuah
kelompok komunitas, dan organisasi.
3) Mencari Dukungan Sosial
Mencari sistem pendukung sosial dalam jaringan kerja sosial
keluarga merupakan strategi koping keluarga eksternal yang utama.
Tujuan dari sistem dukungan sosial adalah keluarga dekat dan teman-
teman dekat mendorong anggota keluarga untuk menceritakan atau
mengkomunikasikan kesulitan atau masalah pribadi secara bebas.
4) Mencari Dukungan Spiritual
Kepercayaan terhadap Tuhan dan berdoa diidentifikasikan oleh
keluarga sebagai sebuah cara yang paling penting bagi keluarga untuk
22

mengatasi sebuah stresor yang berkaitan dengan kesehatan atau


sebagai suatu metode yang sangat penting dan sangat sering yang
digunakan (Friedman, 2013).
4. Stroke
a. Pengertian stroke
Menurut World Health Organisation (WHO) stroke adalah adanya
tandatanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
lokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskular (Muttaqin, 2012).
Stroke atau dikenal juga dengan istilah gangguan peredaran darah
otak (GPDO), merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh adanya
gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak yang menimbulkan
gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (Dinata, dkk., 2013).
b. Klasifikasi stroke
1) Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan) Stroke iskemik
dikarenakan adanya penyumbatan yang terjadi didalam otak (Iskandar,
2011). Stroke iskemik yaitu stroke yang serangannya sering terjadi
pada usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari
penyebab stroke iskemik biasanya dikarenakan trombosis dan emboli
pada pembuluh darah (Batticaca, 2011).
2) Stroke hemoragik Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan
karena pecahnya pembuluh darah didalam otak (Iskandar, 2011).
Stroke ini sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan biasanya timbul
setelah beraktifitas fisik atau karena psikologis (mental). Dalam stroke
hemoragik terdiri dari 2 jenis perdarahan otak, yaitu:
a) Perdarahan intraserebral, yang gejalanya tidak jelas (kecuali nyeri
kepala hebat karena hipertensi), serangan terjadi pada siang hari
dan saat beraktivitas, serta saat emosi dan marah. Selain itu, tanda
gejala akan dialami seperti mual atau muntah pada permulaan
serangan, kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma 65%
terjadi kurang dari 1 setengah jam–2 jam.
23

b) Perdarahan subarakhnoid, gejalanya nyeri kepala hebat dan


mendadak, kesadaran sering terganggu, hemiparase/kelemahan
anggota tubuh ringan, gangguan hemisensorik, dan afasia/gangguan
berbahasa (Batticaca, 2011). Perbedaan perdarahan intraserebral
dan perdarahan subarakhnoid adalah nyeri kepala pada perdarahan
intraserebral hebat sedangkan perdarahan subarakhnoid sangat
hebat, pada perdarahan intraserebral kesadaran menurun sedangkan
perdarahan subarakhnoid menurun sementara (Muttaqin, 2012).
c. Faktor resiko stroke
Faktor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat
diubah adalah usia tua, ras, riwayat keluarga, dan riwayat stroke
sebelumnya. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah diantaranya
yaitu, hipertensi, penyakit jantung, gangguan pembuluh darah koroner,
mempunyai riwayat pernah terserang stroke, kebiasaan merokok,
kegemukan/obesitas, kadar asam urat tinggi, kadar lemak tinggi dalam
darah, kadar fibrinogen (faktor penggumpal darah) yang tinggi (Pinzon,
dkk., 2010).
d. Tanda gejala stroke
1) Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam):
kehilangan ketajaman pada satu atau dua mata, kehilangan
keseimbangan, rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh.
2) Gejala stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu): Gejalanya
terdapat beberapa atau semua gejala pada stroke sementara,
kelemahan/kelumpuhan tangan atau kaki, dan bicara tidak jelas.
3) Stroke berat (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa
bulan atau tahun, tidak bisa sembuh total): Gejala yang muncul semua
berupa tanda gejala pada stroke sementara dan ringan, koma jangka
pendek, kelemahan/kelumpuhan pada tangan atau kaki, bicara tidak
jelas atau hilang kemampuan bicara, sukar menelan, kehilangan daya
ingat atau konsentrasi, dan terjadinya perubahan perilaku seperti
24

mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil (Mahendra &


Rachmawati, 2012).
e. Dampak gejala stroke
Menurut Mahendra & Rachmawati (2012) akibat stroke ditentukan
oleh bagian otak yang cidera. Namun, perubahan-perubahan yang terjadi
setelah stroke, baik yang mempengaruhi bagian kanan dan kiri otak, pada
umunya sebagai berikut:
1) Kelumpuhan Kelumpuhan bagian tubuh yang hanya sebelah
(hemiplegia) adalah kecacatan yang paling umum akibat stroke.
Apabila stroke menyerang bagian otak sebelah kiri maka terjadi
himeplegia kanan. Kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan
hingga kaki sebelah kanan, termasuk tenggorokan dan lidah. Bila
dampaknya lebih ringan, biasanya bagian yang terkena stroke
dirasakan tidak bertenaga (hemiparesis kanan). Bila yang diserang
otak bagiam kanan, terjadi hemiplegia kiri dan hemiparesis kiri (jika
dampaknya ringan). Pasien stroke dengan hemiplegia atau hemiparesis
akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari,
seperti berjalan, berpakaian, makan, dan mengendalikan buang air
besar dan kecil. Apabila kerusakan terjadi pada bagian bawah otak
(cerbellum), kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan gerakan
tubuhnya akan berkurang. Dan hal ini akan mempengaruhi pada
kesulitan dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
kegiatan sehari-hari, misalnya bangun dari tempat tidur, duduk,
berjalan, atau meraih gelas. Sebagian pasien juga mengalami disfagia
(dysphagia) atau kesulitan makan atau menelan. Hal ini terjadi karena
bagian otak yang mengendalikan otototot telah rusak dan tidak
berfungsi.
2) Perubahan mental Stroke tidak selalu membuat mental penderita
merosot, dan biasanya perubahan mental biasanya hanya sementara.
Akibat serangan stroke dapat terjadi gangguan pada daya pikir,
kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar dan intelektual. Semua hal
tersebut akan dengan sendirinya mempengaruhi penderita seperti
25

merasa sedih, marah, dan tidak berdaya sering sekali menurunkan


semangat hidup penderita. Hal ini juga disebabkan penderita
kehilangan kemampuan-kemampuan tertentu, misalnya sebagai
berikut:
a) Agnosia: kehilangan kemampuan untuk mengenali orang dan
benda
b) Anasonia: tidak mengenali bagian tubuhnya sendiri
c) Ataksia: koordinasi gerakan dan ucapan yang buruk
d) Apraksia: tidak mampu melakukan suatu gerakan atau menyusun
kalimat yang diinginkan. Bahkan kehilangan kemampuan untuk
melaksanakan langkah-langkah pemikiran dalam urutan yang benar
atau kesulitan untuk mengikuti serangkaian instruksi. Kasus ini
disebabkan terputusnya hubungan antara pikiran dan tindakan.
5. Hubungan Perilaku caring perawat dengan mekanisme koping
keluarga pasien stroke
Kejadian kritis terhadap salah satu anggota keluarga secara tidak
langsung akan berdampak terhadap gangguan emosional keluarga
lainnya, seperti cemas, depresi, sedih, takut dan khawatir (Jabre et. al,
2013), hal ini salah satunya disebabkan waktu untuk menunggu,
ketidakpastian mengenai perawatan, proses hospitalisasi, penyakit dan
lamanya menjalani perawatan (Smith et al., 2011).
Perilaku caring merupakan pusat dan pemersatu ilmu pengetahuan
dan merupakan faktor dasar yang membedakan antara profesi
keperawawatan dengan profesi lainnya., Caring itu harus mencakup
pengetahuan, kinerja dan hasil, sehingga disini caring harus diterapakan
oleh setiap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien maupun keluarga) (Watson, 2012).
Gangguan emosional tersebut biasanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, faktor psikologis ataupun faktor kepribadian, Selain itu
juga bisa disebabkan olehbeban yang ditanggung keluarga, serta
sumber koping keluarga (Ampalam, Gunturu,& Padma, 2012).
26

Sumber koping keluarga merupakan faktor penentu keluarga


dalam menggunakan mekanisme koping untuk merespon stressor yang
muncul, yang sifatnya konstruktif ataupun destruktif (Stuart & Sundeen,
2014). Mekanisme koping juga akan digunakan oleh keluarga ketika
dalam kondisi anggota keluarga ada yang dirawat di IGD, sehingga secara
tidak langsung peran caring perawat akan berdampak terhadap pemilihan
strategi koping keluarga, selain itu juga dapat menurunkan tingkat
kecemasan dan tingkat stress (Setyawan, 2014).
27

B. Kerangka Teori

Faktor yang Perilaku


mempengaruhi perilaku caring
caring : perawat
 Faktor Individu
 Faktor Psikologis
 Faktor Organisasi

Keluarga
pasien stroke

Faktor
mempengaruhi
mekanisme coping :
1) Kondisi keadaan
fisik
2) Keterampilan
Mekanisme 3) Kepribadian
koping 4) Keterampilan
keluarga sosial
5) Dukungan sosial
6) Sumber daya
material
7) Kendala pribadi

Ket :
Di teliti :
Tidak diteliti :

Sumber : Setyawan, 2014., Ampalam, Gunturu,& Padma, 2012., Watson,


2012., Smith et al., 2011., Zyga et al., 2016., Gibson, James & John,
2012., Maryam, 2017.

Gambar 2.1 kerangka teori


28

C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Perilaku caring perawat Mekanisme koping


keluarga pasien stroke

Gambar 2.2 kerangka konsep


D. Hipotesis
Ada hubungan perilaku caring perawat dengan mekanisme koping
keluarga pasien stroke di ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen.
29

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah analitik korelational yaitu peneliti akan
melakukan pengukuran variabel independen dan variable dependent, kemudian
akan menganalisa data yang terkumpul untuk mencari hubungan antar variabel
(Nursalam, 2014).  Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional
analitik karena peneliti hanya mengobservasi tanpa melakukan perlakuan
terhadap obyek yang akan diteliti (Notoadmodjo, 2016). 
Pendekatan waktu pengumpulan data dalam penelitian ini secara cross
sectional. Pendekatan cross sectional variabel sebab atau risiko dan akibat atau
kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu
yang bersamaan (Notoadmodjo, 2016). Pendekatan waktu pengumpulan data
dalam penelitian ini secara cross sectional yaitu pengamatan hanya dilakukan
sekali sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh peneliti dengan melihat
adanya hubungan antara variabel dependen dan independen (Sugiyono, 2017).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen,
pada bulan Januari-Februari 2023.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2014). Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien stroke di ruang rawat ICU RSI Amal Sehat Sragen. Populasi
dalam penelitian ini adalah keluarga pasien stroke di ruang rawat ICU RSI
Amal Sehat Sragen pada bulan Januari-Februari 2023 sebanyak 35 pasien.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
populasi (Nursalam, 2014). Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dengan
keseluruhan objek penelitian (Hidayat, 2013). Metode sampling dalam

29
30

penelitian ini menggunakan purposive sampling adalah teknik pengambilan


sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Alasan
menggunakan purposive sampling karena tidak semua sampel memiliki kriteria
yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih
teknik purposive sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau
kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Menurut Notoatmodjo (2016) penentuan besar sampel menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi yang diketahui
d2 : Tingkat ketepatan terhadap populasi yang diinginkan 0.05 (5%)
Dengan menggunakan rumus tersebut dapat diambil jumlah sampel
minimal sebagai berikut;
35
n = ––––––––––
1 + 35 (0,05) 2

35
n = ––––––––––
1 + 0.0875

35
n = ––––––– = 32,18 (32)
1.0875
Berdasarkan penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa sampel
minimal adalah sebanyak 32 orang.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
2014). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
31

1) Keluarga pasien stroke yang bersedia menjadi responden dengan


menandatangani informed consent.
2) Keluarga pasien stroke serangan pertama dan masih dalam fase akut
atau dalam fase golden period.
3) Usia keluarga pasien stroke lebih dari 18 tahun.
4) Keluarga pasien stroke yang tidak bisa membaca dan menulis bisa
dibantu oleh enumerator untuk membaca kuesioner.
5) Keluarga pasien stroke yang di rawat di ruang ICU minimal
perawatan 3 hari.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena sebab tertentu, misalnya
terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun
interpretasi hasil, hambatan etis atau subjek menolak berpartisipasi
(Nursalam, 2014).
Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
1) Keluarga pasien stroke dengan latar belakang bidang kesehatan yaitu
dokter, perawat dan bidan.
2) Keluarga pasien stroke yang mengundurkan diri dari responden.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2016). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independent (bebas) adalah variable yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen
(terikat) (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini variabel independent
(bebas) adalah perilaku caring perawat.
2. Variabel dependent (terikat) adalah variable yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2017). Dalam
32

penelitian ini variabel dependent (terikat) adalah mekanisme koping pada


keluarga pasien stroke.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2017)
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus
dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori Hasil
Operasional Ukur
1 Perilaku Suatu tindakan atau Kuesioner Ordinal a. Baik, skor 76-
caring reaksi yang 100%
perawat dilakukan oleh b. Cukup, skor 56-
perawat terhadap 75%
keluarga pasien c. Kurang, skor <
stroke dalam 55%
memberikan
pelayanan
keperawatan
berupa suatu
tanggapan dan
tindakan terhadap
kebutuhan dan
keinginan dari para
keluarga pasien.
2 Mekanisme Cara yang Kuesioner Ordinal a. Baik, skor 76-
koping pada digunakan keluarga 100%
keluarga pasien stroke untuk b. Cukup, skor 56-
pasien menyelesaikan 75%
stroke masalah, mengatasi c. Kurang, skor <
perubahan yang 55%
terjadi, situasi yang
mengancam, baik
secara kognitif
maupun perilaku
ketika ada
keluarganya yang
terkena sakit stroke
harus menjalani
perawatan di ruang
ICU.
33

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan atau memperoleh data dalam melakukan suatu penelitian.
Menurut Sugiyono (2017) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner perilaku caring perawat
Kuesioner perilaku caring perawat, terdiri dari 22 item pertanyaan
mengenai perilaku caring perawat yang diadopsi dari Khasanah (2019).
Pada pertanyaan favorable jawaban tidak pernah, skor : 1, jawaban kadang-
kadang, skor : 2, jawaban sering, skor : 3, jawaban selalu, skor : 4. Untuk
pertanyaan unfavorable jawaban selalu, skor : 1, jawaban sering, skor : 2,
jawaban kadang-kadang, skor : 3, jawaban tidak pernah, skor : 4.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kuesioner perilaku caring perawat
Kisi-kisi kuesioner Favorable Unfavorable
Menanamkan sistem nilai humanistic- 1 16
altruistik.
Menanamkan sikap penuh pengharapan 17 2
(faith-hope).
Menanamkan sensifitas terhadap diri sendiri 4 3
dan orang lain.
Membina hubungan saling membantu, saling 5,6 18
percaya dan peduli (human care).
Mengekspresikan perasaan positif dan 7 19
negative.
Menggunakan problem solving pemecahan 20 8
masalah pasien.
Meningkatkan proses belajar mengajar 9 10
interpersonal.
Menciptakan lingkungsn fisik, mental, 11 21
social, dan spiritual yang suportif, protektif,
dan korektif.
Membantu dalam memenuhi kebutuhan 13 12,14
pasien
Menjadi peka terhadap kekuatan 15 22
eksistensial-fenomenologi spiritual.
34

Kategori :
Baik, Skor 76-100%
Cukup, Skor 56-75%.
Kurang, skor < 56%
2. Kuesioner mekanisme koping keluarga pasien stroke
Kuesioner mekanisme koping keluarga pasien stroke, terdiri dari 26
item pertanyaan yang diadopsi dari Hardiyanti (2016) mengenai Mekanisme
Koping. Pada pertanyaan favorable jawaban tidak pernah, skor : 1, jawaban
kadang-kadang, skor : 2, jawaban sering, skor : 3, jawaban selalu, skor : 4.
Untuk pertanyaan unfavorable jawaban selalu, skor : 1, jawaban sering, skor
: 2, jawaban kadang-kadang, skor : 3, jawaban tidak pernah, skor : 4.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Kuesioner Mekanisme Koping
Kisi-kisi kuesioner Favorable Unfavorable
Problem focused coping
Planfull 1,2,3 4
Confrontative coping 25 26
Seeking social support 22,23 24
Emotion focused coping
Positive reapprasial 20 21
Acepting Responsibility 11,12,13 14
Self Controling 8,9 10
Distancing 5,6 7
Escope Avoidance 15,16,17,18 19
Kategori :
Baik, Skor 76-100%
Cukup, Skor 56-75%.
Kurang, skor < 56%

G. Uji validitas dan reliabilitas


Instrumen yang dibuat peneliti harus memenuhi uji validitas dan
reliabilitas.
1. Uji Validitas
Menurut Dharma (2013) validitas (keaslian) isi kuesioner adalah
instrumen mengukur secara tepat sesuai yang diukur. Uji validitas dalam
35

penelitian ini menggunakan uji Pearson Product Moment. Instrumen


dinyatakan valid, jika nilai r hitung > r tabel.
Uji validitas dilakukan untuk koesioner perilaku caring perawat dan
kuesioner mekanisme koping keluarga pasien stroke. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan uji validitas dengan karakteristik yang sama pada 20
orang keluarga pasien stroke di RSU Sarila Husada Sragen sebagai sampel
untuk uji validitas kuesioner. Setelah data didapat dan ditabulasikan maka
untuk menguji validitas digunakan “ pearson product moment. Butir soal
dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel (Sugiyono, 2017).
Uji validitas pada pada 20 orang keluarga pasien stroke di RSU
Sarila Husada Sragen apabila r hitung > r tabel (0,444) dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan serta menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur
yang sama (Notoadmodjo, 2016).
Uji reliabilitas pada pada 20 orang keluarga pasien stroke di RSU
Sarila Husada Sragen menggunakan rumus Alpha cronbach (Arikunto,
2013). Nilai cronbach’s alpha pada variabel apabila > 0,6 maka item soal
dinyatakan reliabel.

H. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengolahan data hasil dari kuesioner dikumpulkan dan diolah
dengan melalui tahap-tahap :
1. Editing
Memeriksa kembali responden yang diperoleh melalui kuesioner
dengan memastikan identitas responden dan semua kuesioner telah terisi.
2. Coding
Peneliti memberikan kode terhadap masing-masing kuesioner
36

3. Transfering
Data telah dipindahkan dalam media tertentu/ aplikasi SPSS 23.0/
mastersheet.
4. Tabulating
Data telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam tabel distribusi
frekuensi yang disediakan. Teknik Analisa Data dianalisis secara univariat
dan bivariat untuk menerangkan hubungan antara dua variabel. Analisis data
telah dilakukan secara komputerisasi menggunakan program SPSS 23.0.

I. Teknik Analisa Data


1. Analisis Univariat
Analisa univariat terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk
menghasilkan distribusi dan prosentase. Data dianalisa menggunakan
statistik deskriptif untuk mendapatkan dalam bentuk tabulasi, dengan cara
memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif yang
digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan
prosentase (%) dari masing-masing item. Penelitian analisis univariat adalah
analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian.
Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik. Analisa univariat dilakukan masing-masing variabel
yang diteliti (Notoatmodjo, 2016). Analisa univariat yang akan disajikan
meliputi usia, pekerjaan, pendidikan.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi yaitu
hubungan perilaku caring perawat dengan mekanisme koping keluarga
pasien stroke, karena penelitian ini terdiri dari dua kelas data yaitu ordinal
dan ordinal maka penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik
Rank Spearman (rho) (Arikunto, 2013). Analisis bivariat menggunakan uji
korelasi nonparametrik Rank Spearman (Rho). Syarat uji Spearman Rank
adalah sebagai berikut :
37

a. Jumlah sampel besar (> 30 responden)


b. Data berdistribusi tidak normal
c. Data bersifat kategorik (skala ordinal)
Rumus Rank Spearman sebagai berikut;

6Σdi 2
ρ=1–
N ( N2 – 1 )
Keterangan :
ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank
di    = Beda  antara dua pengamatan berpasangan
N   = Total pengamatan       
Interpretasi hasil analisa uji tersebut; diputuskan menolak Ho
(menerima Ha) bila diperoleh nilai p ≤ 0.05, sebaliknya menerima Ho
(menolak Ha) bila diperoleh nilai p > 0.05. Kekuatan hubungan didasarkan
pada nilai rho yang dikategorikan berikut:
a. 0.00 – 0.199 : Sangat Lemah
b. 0.20 – 0.399 : Lemah
c. 0.40 – 0.599 : Sedang
d. 0.60 – 0.799 : Kuat
e. 0.80 – 1.00 : Sangat Kuat
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
Jika nilai p < 0,05 H0 ditolak artinya ada hubungan perilaku caring
perawat terhadap mekanisme koping pada keluarga pasien stroke di ruang
rawat ICU RSI Amal Sehat Sragen.
Jika nilai p > 0,05 H0 diterima artinya tidak ada hubungan perilaku
caring perawat terhadap mekanisme koping pada keluarga pasien stroke di
ruang rawat ICU RSI Amal Sehat Sragen.

J. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi pengajuan
judul,konsultasi dengan pembimbing perumusan judul yang tepat
kemudian mengumpulkan literature yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti. Memilih tempat penelitian, konsultasi
38

dengan dosen pembimbing dan melakukan studi pendahuluan untuk


mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penyusunan proposal.
Langkah selanjutnya adalah menyusun proposal penelitian.
b. Penyusunan dan seminar proposal
Setelah penelitian proposal selesai disusun dan disetujui oleh
pembimbing 1 dan pembimbing II, peneliti mengadakan seminar
proposal penelitian.
c. Peneliti membuat surat pengantar untuk melakukan penelitian. Peneliti
telah mengajukan surat pengantar ke RSI Amal Sehat Sragen.
d. Menentukan enumerator penelitian yang bertugas membantu
penelitian. Enumerator adalah petugas lapangan yang membantu tim
monitoring dan evaluasi dalam pengumpulan data dengan syarat
bersedia membantu penelitian sampai selesai yaitu perawat di Ruang
ICU RSI Amal Sehat Sragen, mengetahui jumlah sampel penelitian
dan mengetahui rencana jalannya penelitian. Sebelum melakukan
edukasi enumerator di berikan penjelasan tentang penelitian yang
akan dilakukan agar terdapat persamaan persepsi.
2. Tahap pelaksanaan
a. Peneliti dibantu oleh enumerator menentukan sampel penelitian sesuai
dengan kriteria inklusi.
b. Peneliti dibantu enumerator menjelasakan jalannya penelitian kepada
responden penelitian.
c. Peneliti dibantu enumerator memberikan surat persetujuan untuk
mengikuti penelitian atau informed concent, selanjutnya responden
diminta untuk menandatangani informed concent.
d. Peneliti dibantu enumerator memberikan kuesioner perilaku caring
perawat dan kuesioner mekanisme koping keluarga pasien stroke.
3. Tahap akhir
a. Pengumpulan semua data yang telah diperoleh yaitu dilakukan dengan
pengisian kuesioner.
b. Pengolahan dan analisis data data dibantu oleh program komputer
SPSS.
39

c. Penyusunan laporan penelitian sebelumnya dikonsultasikan terlebih


dahulu dengan pembimbing 1 dan pembimbing II.
d. Distribusim laporan penelitian serta pelaporan hasil penelitan pada
pihak-pihak terkait yaitu RSI Amal Sehat Sragen dan Institut
Teknologi Sains dan Kesehatan (ITS) PKU Muhammadiyah
Surakarta.

K. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2013), masalah dalam etika penelitian keperawatan
yang harus diperhatikan adalah :
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed
consent merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Anonymity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
kuesioner. Peneliti menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah responden yang ada harus dirahasiakan dalam penelitian.
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil
penelitian.

L. Jadwal Penelitian
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2021). 2021 Heart Disease & Stroke Statistical Update Fact Sheet Global
Burden of Disease.
https://professional.heart.org/-/media/PHD-Files-2/Science-News/2/2021-
Heart-and-Stroke-Stat-Update/
2021_Stat_Update_factsheet_Global_Burden_of_Disease.pdf
Aliyah. (2019). Gambaran Mekanisme Koping Dan Respon Ketidakbardayaan
Pada Pasien Stroke. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes
Bandung, 11(1), 38-43. Https://Doi.Org/10.34011/Juriskesbdg.V11i1.227.

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta. 
Dharma, Kusuma Kelana. 2013. Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan.
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Dinkes Prov Jateng. (2018). Laporan Provisni Jawa Terngah Riskesdas 2018.
https://repository.bkpk.kemkes.go.id/3882/1/CETAK%20LAPORAN
%20RISKESDAS%20JATENG%202018.pdf
Ekacahyaningtyas. (2017). Posisi Head Up 30° Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non
Hemoragik. Adi Husada Nursing Journal, [S.L.], V. 3, N. 2, P. 55-59, Dec.
2017. Issn 2502-2083.

Hardiyanti, (2016). Studi Deskriptif Mengenai Coping Strategy pada Ibu yang
Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Manunggal Kabupaten Tegal.
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung 2016.

Hidayat, (2013). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika.
Irfanudin, Hamid dan Ungsianik. (2020). Hubungan Antara Perilaku
Caringperawat Dengan Srategi Koping Keluarga (Primary Caregiver)
Yang Anggota Keluarganya Dirawat Di Instalasi Gawat Darurat.
https://jurnal.stikesbethesda.ac.id/index.php/jurnalkesehatan/article/view/
195
Kemenkes RI. (2022). Tingkatan Kualitas dan Layanan Stroke Lewat Transformasi
Kesehatan.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20221011/4641254/
tingkatan-kualitas-dan-layanan-stroke-lewat-transformasi-kesehatan/

Kemenkes. (2019). Hari Stroke Sedunia 2019 : Otak Sehat, SDM Unggul.
Http://Www.P2ptm.Kemkes.Go.Id/Artikel-Sehat/Hari-Stroke-Sedunia-
2019-Otak-Sehat-Sdm-Unggul.

Khasanah. (2019). Hubungan antara perilaku caring perawat dengan loyalitas


pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Program Studi S1
Keperawatan. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Islam Sultan
Agung Semarang.
Notoatmodjo, S. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Novieastari. (2012). Perilaku Caring Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan.


Staf DKKD FIK UI.

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik.


Keperawatan Profesional. (Edisi 2). Jakarta : Salemba Medika.

Sea. (2014). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Keluarga


Pasien Jiwa di IRJ RSJD Provinsi Lampung Tahun 2014.
Http://Ejurnalmalahayati.Ac.Id/Index.Php/Holistik/Article/View/270

Setiyawan, D. (2014). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat


Kecemasan Ibu Akibat Hospitalisasianak (Usia 0-12 Tahun) Di Ruang
Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart
Edisi Ke 10 Diterjemahkan Oleh: Keliat B.A. St. Louis: Mosby Year Book.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Tiara & Lestari. (2013). Hubungan Antara Caring Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Klien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Lampung. Jurnal Keperawatan, Vol Ix, No. 2, Oktober 2013. Issn 1907-
0357. Hal 115-119. Website : Http://Ejurnal.Poltekkestjk.Ac.Id
Videbeck. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari,
Penerjemah). Jakarta : EGC. 

Wardani, Tirta Artha (2014). Pengaruh Harapan dan Coping Stress Terhadap
Resiliensi Caregiver Kanker. Skripsi Dipulikasikan (Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/d space/handle/123456789/273.
Widiastuti, Suhartini, & Sujianto, U. (2018). Persepsi Pasien Terhadap
Kualitas Caring Perawat Yang Islami Di Intensive Care Unit, Studi
Fenomenologi. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan. Aisyiyah, 14(2), 147-
152. Https://Doi.Org/10.31101/Jkk.749

Yuanita. (2015). Mekanisme Koping Keluarga Menurunkan Tingkat Kecemasan


Keluarga Pasien Stroke.
Https://Jurnal.Unitri.Ac.Id/Index.Php/Care/Article/View/479
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Calon Responden Penelitian
Di Ruang ICU RSI Amal Sehat Sragen

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Jahuri
NIM : 022021060101
Adalah Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITS) PKU Muhammadiyah
Surakarta yang sedang mengadakan penelitian dengan judul : “Hubungan Perilaku
Caring Perawat dengan Mekanisme Koping Keluarga Pasien Stroke di Ruang
ICU RSI Amal Sehat Sragen”.
Untuk itu saya mohon kesediaan Ibu untuk menandatangani lembar
persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan saya ajukan dalam
penelitian ini. Jawaban Ibu akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk keperluan penelitian.
Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Sragen, November 2022


Peneliti

Jahuri
SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
Dengan ini menyatakan sesungguhnya saya telah mendapatkan penjelasan
mengenai maksud pengumpulan data untuk penelitian : “Hubungan Perilaku
Caring Perawat dengan Mekanisme Koping Keluarga Pasien Stroke di Ruang
ICU RSI Amal Sehat Sragen” , untuk itu secara sukarela saya menyatakan
bersedia menjadi responden penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh
kesadaran tanpa paksaan.

Saya yang menyatakan

(………………………)
INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN MEKANISME
KOPING KELUARGA PASIEN STROKE DI RUANG ICU RSI
AMAL SEHAT SRAGEN

A. Identitas
Isilah titik-titik identitas diri di bawah ini :
1. Nama :....................................
2. Umur :  < 20th  20-35th
 > 35th
3. Pendidikan :  Dasar (SD, SMP)
 Menengah (SMA, SMK)  Tinggi (Akademi, PT)
4. Pekerjaan :  Bekerja  Tidak Bekerja

B. Kuesioner Perilaku Caring Perawat

No Pernyataan Tidak Kadang- Sering Selalu


pernah kadang
1 Perawat memperlakukan pasien
dan keluarga dengan melihat nilai-
nilai kemanusiaan
2 Perawat kurang memberikan
dukungan kepada pasien dan
keluarga dalam hal pelayanan
keperawatan
3 Perawat memiliki sikap acuh atau
kurang mengenali keluarga pasien
4 Perawat mendengarkan dengan
penuh perhatian kepada keluarga
pasien
5 Perawat memberikan kepercayaan
kepada pasien agar lekas sembuh
6 Perawat membantu pasien untuk
sembuh
7 Perawat memproses informasi
tentang pasien secara rahasia
8 Perawat merahasiakan pasien
dalam perencanaan perawatnya
9 Perawat memenuhi kebutuhan
dalam perawatan pasien
10 Perawat menunjukkan sikap cuek
dan kurang perduli
terhadap pasien dan keluarga
11 Perawat menggunakan gaya
bahasa yang lembut
terhadap pasien dan keluarga
12 Perawat menunjukkan sikap cuek
kepada pasien dan keluarga
13 Perawat kembali melayani pasien
dan keluarga secara sukarela
14 Perawat tidak membantu dalam
mengurangi rasa sakit
pasien
15 Perawat memberikan perawatan
fisik yang baik kepada pasien
16 Perawat memperlakukan pasien
dan keluarga terkadang kurang
mmemperhatikan nilai
kemanusiaan
17 Perawat dengan penuh perhatian
selalu memberikan dukungan
kepada pasien dan keluarga dalam
hal pelayanan keperawatan kepada
pasien
18 Perawat tidak memberikan
kepercayaan kepada pasien agar
pasien lekas sembuh dari
penyakitnya
19 Perawat menceritakan informasi
tentang pasien secara kepada
keluarga pasien lain
20 Perawat memberikan penjelasan
kepada keluarga dalam
perencanaan perawatan pasien
21 Perawat kadang menggunakan
bahasa yang kasar terhadap pasien
dan keluarga
22 Perawat memberikan perawatan
fisik yang kurang baik kepada
pasien
C. Kuesioner Mekanisme Koping
No Pernyataan Tidak Kadang- Sering Selalu
pernah kadang
1 Keluarga menyusun rencana
perawatan setelah pasien pulang
ke rumah
2 Keluarga mencari informasi
tentang cara perawatan pasien
3 Keluarga berusaha mencari
informasi kepada perawat tentang
kondisi dan perawatan lanjut
pasien nantinya
4 Keluarga tidak perlu berdiskusi
dengan keluarga pasien stroke
lainnya
5 Keluarga akan mengatakan apa
yang menjadi pemikiran masalah
pasien kepada perawat
6 Keluarga akan berusaha
menenangkan dan memberi
semangat kepada pasien
7 Keluarga hanya cukup melihat dan
kewajiban menenangkan adalah
perawat
8 Keluarga membatasi untuk
menunggui agar pasien tenang
9 Keluarga akan mengajak pasien
pergi ke tempat saudara jika sudah
sembuh
10 Keluarga akan memilih diam
ketika pasien menangis agar
pasien sadar sendiri dengan
konisinya
11 Keluarga akan berusaha diam dan
tidak bercerita tentang kondisi
pasien kepada orang lain
12 Meskipun keluarga sedih tapi akan
tetap berdiam dan menyimpannya
sendiri
13 Ketika berbagai masalah datang
keluarga akan berusaha tenang
14 Keluarga akan bertindak cepat
kepada pasien dan tidak
memikirkan resiko yang terjadi
15 Keluarga melawan rasa bosan
dengan mengevaluasi diri
16 Meskipun keluarga bersedih tetapi
tidak saya perlihatkan di depan
pasien
17 Keluarga tetap bersyukur atas
keadaan pasien yang diberikan
pada pasien dengan segala
kelebihan dan kekurangan
18 Keluarga akan menenangkan
pasien dan memberi semangat
kepada pasien
19 Keluarga merasa pasien dapat
berperan sendiri tanpa bantuan
orang lain
20 Keluarga tetap selalu berdoa demi
kesembuhan pasien
21 Keluarga terkdang menyalahkan
diri sendiri tentang kondisi pasien
22 Perawat dan keluarga merupakan
tempat mencurahkan perasaan
tentang kondisi pasien
23 keluarga memperoleh informasi
mengenai terapis untuk pasien dari
perawat
24 Keluarga tidak perlu berbicara
dengan perawat atas kondisi
pasien
25 Keluarga mengekspresikan rasa
kesal ketika klien menuntut agar
pasien cepat sembuh
26 Keluarga tidak berbuat apa-apa
ketika mendapat keluhan dari
pasien
JADWAL PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN MEKANISME KOPING KELUARGA
PASIEN STROKE DI RUANG ICU RSI AMAL SEHAT SRAGEN

Oktober November Desember Januari Februari Maret


April 2022
Kegiatan 2022 2022 2022 2022 2022 2022
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul Skripsi                                                        
Menyusun Skripsi
Penyusunan                                                        
Bab I – III
Ujian Proposal Skripsi                                                        
Revisi Bab I-III                                                        
Penelitian                                                        
Penyusunan BabIV-V                                                        
Ujian Skripsi                                                        
Revisi Ujian Skripsi                                                        

Anda mungkin juga menyukai