Anda di halaman 1dari 95

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL


PADA PASIEN STROKE DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS ABIANSEMAL 1
TAHUN 2021

OLEH :
NI PUTU AYU PRAMESTI PUTRI
P07120018089

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III
DENPASAR
2021
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL


PADA PASIEN STROKE DI WILAYAH UPTD
PUSKESMAS ABIANSEMAL 1
TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli


Madya Keperawatan pada Program Studi D III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Denpasar

Oleh:

NI PUTU AYU PRAMESTI PUTRI


NIM.P07120018089

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III
DENPASAR
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL


PADA PASIEN STROKE DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS ABIANSEMAL 1
TAHUN 2021

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Ketut Sudiantara, A.Per.Pen.S.Kep.Ns.,M.Kes Dr. I Wayan Mustika, S.Kep.Ns.M.Kes


NIP.196808031989031003 NIP.196508111988031002

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ners. I Made Sukarja, S.Kep.,M.Kep


NIP. 196812311992031020

iii
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL:

GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL


PADA PASIEN STROKE DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS ABIANSEMAL 1
TAHUN 2021

TELAH DIUJI DIHADAPAN PENGUJI

PADA HARI : JUMAT

TANGGAL : 21 MEI 2021

TIM PEMBIMBING SEMINAR

1. I Ketut Gama,SKM.M.Kes (Ketua Penguji) (……)


NIP. 196202221983091001
2. Dr Agus Sri Lestari,S.Kep.Ns.M.Erg (Anggota 1) (……)
NIP. 196408131985032001
3. Ketut Sudiantara, A.Per.Pen. S.Kep.Ns M.Kes (Anggota 2) (……)
NIP. 196808031989031001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ners. I Made Sukarja, S.Kep.,M.Kep


NIP. 196812311992031020

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Putu Ayu Pramesti Putri

NIM : P07120018089

Program Studi : D III

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2021

Alamat : Br. Batulumbang, Sangeh

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual Pada

Pasien Stroke di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021

adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya

sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Denpasar, 21 Mei 2021

Yang membuat pernyataan

Ni Putu Ayu Pramesti Putri


NIM : P07120018089

v
DESCRIPTION OF THE SPIRITUAL WELL-BEING LEVEL OF STROKE
PATIENT IN THE WORK AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER 1
ABIANSEMAL IN 2021

ABSTRACT

Spiritual well-being is a way of life, a lifestyle that views and makes life enjoyable
and purposeful. This study aims to determine the spiritual level of stroke patients
in the Work Area of the Abiansemal 1 Public Health Center UPTD in 2021. The
method used in this research is quantitative research with descriptive research
design. The sampling technique used in this study was total sampling. With a sample
of 39 people who are people who have suffered a stroke. Data were collected using
a Spiritual Well-Being Scale (SWBS) questionnaire. The SWBS scale uses a 6-point
Likert scale, starting from the statement "strongly disagree" point 1, "quite
disagree" point 2, "disagree" point 3, "agree" point 4, "quite agree" point 5,
"strongly agree "Point 6 and the highest score for the SWBS scale is 120. The
classification of the SWBS questionnaire score is 20-40 = low spiritual well-being,
41-99 = moderate spiritual well-being, 100-120 = high spiritual well-being. The
results of this study indicate that the majority of respondents have a moderate level
of spiritual well-being, namely 19 respondents (48.7%)

Keywords :, spiritual well-being, stroke, stroke patient

vi
GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL PADA PASIEN
STROKE DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
ABIANSEMAL 1 TAHUN 2021

ABSTRAK

Kesejahteraan spiritual merupakan cara hidup, gaya hidup yang memandang dan
menghidupkan hidup menjadi menyenangkan dan memiliki tujuan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat spiritual pasien stroke di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Dengan
sampel sebanyak 39 orang yang merupakan masyarakat yang menderita stroke.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner Spiritual Well-Being
Scale (SWBS). Skala SWBS menggunakan 6 poin skala Likert, dimulai dari
pernyataan “sangat tidak setuju” poin 1, “cukup tidak setuju” poin 2, “tidak setuju”
poin 3, “setuju” poin 4, “cukup setuju” poin 5, “sangat setuju” point 6 dan skor
tertinggi untuk skala SWBS adalah 120. Adapun klasifikasi skor kuisioner SWBS
yaitu, skor 20-40 = kesejahteraan spiritual rendah, skor 41-99 = kesejahteraan
spiritual sedang, skor 100-120 = kesejahteraan spiritual tinggi. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kesejahteraan spiritual
sedang yaitu sebanyak 19 responden (48,7%).

Kata kunci : kesejahteraan spiritual, stroke, pasien stroke

vii
RINGKASAN PENELITIAN

Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke


di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1
Tahun 2021

Oleh : Ni Putu Ayu Pramesti Putri (P07120018089)

WHO mendefinisikan stroke adalah terjadinya gangguang fungsiaonal otak


fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam
akibat gangguan aliran darah ke otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan berbicara, proses berpikir, daya ingat dan
bentuk bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak.
Data World Stroke Organization menunjukan bahwa setiap tahunnya ada
13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke.
Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi
pada Negara berpendapatan rendah dan menengah. Lebih dari empat dekade
terakhir, kejadian stroke pada Negara berpendapatan rendah dan menengah
meningkat lebih dari dua kali lipat. Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia
tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar
10,9%, atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Provinsi Kalimantan Timur
(14,7%) dan di Yogyakarta (14,6%) merupakan provinsi dengan prevalensi
tertinggi stroke di Indonesia. Sementara itu, Papua dan Maluku Utara memiliki
prevalensi stroke terendah di bandingkan provinsi lainnya, yaitu 4,1% dan 4,6%
(Kemenkes, 2019).
Kesejahteraan spiritual ialah proses menguraikan sifat ikatan dinamis antara
pribadi dan pencipta, hubungannya cukup harmonis tergantung pada
pengembangan diri yang dilakukan secara sengaja, biasanya datang atas dasar
kesesuaian antara pengalaman hidupnya yang bermakna, memiliki tujuan dan nilai
nilai kehidupan pribadi (Kurniawati, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat spiritual pasien stroke di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian kuantitatif dengan desain

viii
penelitian deskriptif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non probability dengan sampling kuota. Dengan sampel sebanyak 36 orang
yang merupakan masyarakat yang menderita stroke. Penelitian ini dilakukan dari
bulan Maret – April 2021.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki
tingkat kesejahteraan spiritual sedangn yaitu sebanyak 18 orang (50,0%).
Berdasarkan karakteristik usia, mayoritas responden yang memiliki tingkat
kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada rentang umur 40-44 tahun sebanyak 7
orang (19,4%). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, mayoritas responden yang
memiliki tingkat kesejahteraan spirituak sedang yaitu jenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 10 orang (27,8%). Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan,
mayoritas responden yang memiliki tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu
berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 21 orang (58,3%).
Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan, mayoritas responden yang memiliki
tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada jenis pekerjaan PNS sebanyak 6
orang (16,7%).

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul

“Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Stroke di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021” tepat pada waktunya. Karya

tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha

penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk

itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH., selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan izin penyusunan karya

tulis ilmiah ini sebagai syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga

Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

2. Ners. I Made Sukarja, S.Kep.,M.Kep., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan izin

penyusunan karya tulis ilmiah ini sebagai syarat menyelesaikan Pendidikan

Diploma Tiga Keperawatan Jusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Denpasar.

3. I Nengah Sumirta, SST, M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga

Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

yang telah memberikan izin karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat

x
menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Denpasar.

4. Ketut Sudiantara, A.Per.Pen.S.Kep.Ns.,M.Kes., selaku pembimbing utama

yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dan masukan dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Dr. I Wayan Mustika, S.Kep.Ns.M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang

telah memberikan pengetahuan, bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing mata Kuliah Metodologi Keperawatan dan

mata kuliah Keperawatan Komunitas yang telah memberikan ilmu yang dapat

digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

7. Orang tua, keluarga, dan sahabat peneliti yang telah memberikan dorongan dan

inspirasi.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini yang tidak

bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju kearah yang lebih

baik, karenanya sumbang saran untuk perbaikan sangat penulis harapkan dan

semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Denpasar, 21 Mei 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................... v

ABSTRACT ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

RINGKASAN PENELITIAN ........................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ............................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

A. Konsep Kesejahteraan Spiritual ..................................................................... 7

1. Pengertian kesejahteraan spiritual ................................................................. 7

2. Dimensi kesejahteraan spiritual ..................................................................... 8

xii
3. Manfaat kesejahteraan spiritual ..................................................................... 8

4. Domain kesejahteraan spiritual...................................................................... 9

5. Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan spiritual ....................................... 9

B. Konsep Stroke............................................................................................. 12

1. Pengertian stroke......................................................................................... 12

2. Penyebab stroke .......................................................................................... 13

3. Faktor risiko stroke ..................................................................................... 14

4. Klasifikasi stroke ........................................................................................ 17

5. Penatalaksanaan .......................................................................................... 19

6. Patofisiologi ................................................................................................ 20

7. Manifestasi klinis stroke.............................................................................. 21

C. Konsep Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke ..................................... 22

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Spiritual........................ 23

BAB III KERANGKA KONSEP ..................................................................... 26

A. Kerangka Konsep ........................................................................................ 26

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................................ 27

1. Variabel penelitian ...................................................................................... 27

2. Definisi operasional .................................................................................... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 29

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................... 29

C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 29

1. Populasi penelitian ...................................................................................... 29

2. Sampel penelitian ........................................................................................ 29

xiii
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 30

1. Jenis pengumpulan data .............................................................................. 30

2. Teknik pengumpulan data ........................................................................... 31

3. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................... 32

E. Metode Analisa Data ................................................................................... 32

1. Pengolahan Data ......................................................................................... 33

2. Analisa Data ............................................................................................... 34

F. Etika Penelitian ........................................................................................... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 36

A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 36

1. Kondisi Lokasi Penelitian ........................................................................... 36

2. Karakteristik Responden Penelitian ............................................................. 37

3. Hasil pengamatan terhadap subjek penelitian berdasarkan variabel

penelitian .................................................................................................... 40

3. Hasil analisa data ........................................................................................ 41

B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 45

1. Berdasarkan Karakteristik Pasien ................................................................ 45

2. Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke .................................... 47

3. Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke Berdasarkan Karakteristik

Responden .................................................................................................. 48

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 51

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 52

A. Simpulan..................................................................................................... 52

B. Saran........................................................................................................... 53

xiv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik ..................... 17

Tabel 2 Definisi Operasional ................................................................... 28

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal

Kabupaten Badung Tahun 2021………………………………… 38

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal

Kabupaten Badung Tahun 2021 .................................................. 39

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal

Kabupaten Badung Tahun 2021 ................................................. 39

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal

Kabupaten Badung Tahun 2021 .................................................. 40

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

Spiritual di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1

KecamatanAbiansemal Kabupaten Badung Tahun 2021 ............. 41

Tabel 8 Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien

Stroke Berdasarkan Kelompok Usia di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal Kabupaten

Badung Tahun 2021 .................................................................... 42

xvi
Tabel 9 Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien

Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal Kabupaten

Badung Tahun 2021 .................................................................... 43

Tabel 10 Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien

Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal Kabupaten

Badung Tahun 2021 .................................................................... 44

Tabel 11 Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien

Stroke Berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja UPTD

Puskesmas Abiansemal Kecamatan Abiansemal Kabupaten

Badung Tahun 2021 .................................................................... 45

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep ............................................................................. 26

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian Kegiatan……………………………… 58

Lampiran 2 Realisasi Anggaran Biaya Penelitian……………………. 59

Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden………………. 60

Lampiran 4 Kuisioner Kesejahteraan Spiritual………………………. 61

Lampiran 5 Master Tabel…………………………………………….. 65

Lampiran 6 Lembar Validitas Kuisioner…………………………….. 70

Lampiran 7 Validasi Bimbingan…………………………………….. 71

Lampiran 8 Permohonan Izin Penelitian Kampus ………………….. 72

Lampiran 9 Surat DPMPTSP Provinsi Bali…………………………. 73

Lampiran 10 Surat DPMPTSP Kabupaten Badung…………………… 74

Lampiran 11 Surat Dinas Kesehatan Kabupaten Badung……………… 75

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO mendefinisikan stroke adalah terjadinya gangguang fungsiaonal otak

fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam

akibat gangguan aliran darah ke otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa

kelumpuhan anggota gerak, gangguan berbicara, proses berpikir, daya ingat dan

bentuk bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak. Black dan

hawks (2005) mengatakan bahwa stroke adalah perubahan neurologis yang

diakibatkan oleh interupsi aliran darah menuju kebagian bagian otak secara tiba tiba

atau mendadak (Esti, Amira & Johan, 2020)

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting dan perlu

diperhatikan. Selain jumlah kasus yang semakin meningkat, stroke dapat

menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya. Data American Heart

Association (AHA) tahun 2015 menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab

disabilitas pertama di dunia. Setiap tahunnya di dunia, terdapat sekitar 795.000

kasus stroke, baik itu kasus baru maupun rekuren. 610.000 di antaranya merupakan

suatu kasus yang baru, dan 185.000 adalah kasus rekuren. Setiap 40 detik,

seseorang di Amerika Serikat terkena serangan stroke, dan setiap 4 menit

seseorang di Amerika meninggal akibat stroke. (Wicaksana et al., 2017).

Data World Stroke Organization menunjukan bahwa setiap tahunnya ada

13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke.

Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi

pada Negara berpendapatan rendah dan menengah. Lebih dari empat dekade
terakhir, kejadian stroke pada Negara berpendapatan rendah dan menengah

meningkat lebih dari dua kali lipat. Sementara itu, kejadian stroke menuurun

sebanyak 42% pada Negara berpendapatan tinggi. Selama 15 tahun terakhir, rata

rata stroke terjadi dan menyebabkan kematian lebih banyak kepada Negara

berpendapatan rendah dan menengah dibandingkan dengan Negara berpendapatan

tinggi (Kemenkes, 2019).

Stroke juga dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering dijumpai pada

populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, resiko yang terjadi bisa berlipat ganda

setiap kurun waktu 10 tahun (Sofyan et al., 2015). Secara nasional, prevalensi stroke

di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15

tahun sebesar 10,9%, atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Provinsi

Kalimantan Timur (14,7%) dan di Yogyakarta (14,6%) merupakan provinsi dengan

prevalensi tertinggi stroke di Indonesia. Sementara itu, Papua dan Maluku Utara

memiliki prevalensi stroke terendah di bandingkan provinsi lainnya, yaitu 4,1% dan

4,6% (Kemenkes, 2019)

Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa kejadian penyakit stroke terjdi

lebih banyak pada kelompok umur 75 tahun ke atas (50,2%) dan proporsi penderita

stroke paling sedikit adalah pada kelompok umur 15-24 tahun. Laki laki dan

perempuan memiliki proporsi kejadian stroke yang hampir sama yaitu 11,0% dan

10,9%. Sebagian besar penduduk yang terkena stroke memiliki pendidikan tamat

SD (29.5%). Hal ini sama dengan karakteristik penyakit tidak menular lainnya

(Kemenkes, 2019)

Prevalensi penyakit stroke jika dilihat dari Proporsi Kontrol stroke ke

Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada penduduk ≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis

2
Dokter menurut provinsi tahun 2018, Bali memiliki Proporsi cukup tinggi yaitu

sebesar 10,7% atau sebanyak 12 ribu jiwa dengan proporsi kontrol stroke rutin ke

fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 44,3%, proporsi kontrol stroke tidak rutin

sebesar 40,3%, proporsi kontrol stroke tidak memeriksakan ulang sebesar 15,8%

(Kemenkes, 2019). Berdasarkan Proporsi kontrol stroke ke fasilitas pelayanan

kesehatan pada penduduk umur ≥ 15 tahun stroke berdasarkan diagnosis dokter

menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali, Kabupaten Badung memiliki proporsi

kontrol stroke rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 49,19%, proporsi

kontrol stroke tidak rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 32,4% dan

proporsi kontrol stroke yang tidak memeriksakan ulang ke fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu sebesar 18,40% (Riskesdas, 2018). Studi pendahuluan yang

dilakukan di UPTD Puskesmas Abiansemal 1 di dapatkan data jumlah penderita

Stroke pada tahun 2020 sebanyak

Tingginya kasus penyakit stroke di berbagai daerah di Tanah Air belum

diimbangi dengan kepedulian masyarakat terhadap penanganan masalah kesehatan

ini. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi nomor dua baik di negara

berkembang atau pun di negara maju. Selain itu stroke merupakan penyebab utama

kecacatan di dunia (Yulsifa, 2016).

Berdasarkan patogenesisnya, stroke dimulai saat terbentuk lesi patologik

sampai saat lesi tersebut menetap yang menyebabkan kerusakan sel-sel otak.

Kerusakan sel otak pasca stroke menyebabkan kecacatan fungsi sensorik, motoric

maupun kognitif yang dapat mengganggu kemampuan fungsional mulai dari

berkomunikas dengan orang lain sampai aktivitas gerak (Bariroh et al., 2016)

Sebagian besar pasien pasca stroke akan mengalami gejala sisa yang sangat

3
bervariasi sesuai dengan lokasi otak yang mengalami penyumbatan. Gejala sisa ini

dapat berpengaruh pada kehidupan pasien dalam berbagai aspek seperti aspek fisik,

emosional, psikologis, kognitif, dan sosial yang akan berdampak pada penurunan

produktivitas dan kualitas hidup (Bariroh et al., 2016)

Kualitas hidup adalah persepsi individu tentang posisi mereka dalam

kehidupan yang dilihat dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal

serta hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan hal-hal lain yang menjadi

perhatian individu (Bariroh et al., 2016). Aspek kualitas hidup terdiri dari kesehatan

fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan

dengan lingkungan, dan keadaan spiritual (Chrisnawati et al., 2017).

Kesejahteraan spiritual ialah proses menguraikan sifat ikatan dinamis antara

pribadi dan pencipta, hubungannya cukup harmonis tergantung pada

pengembangan diri yang dilakukan secara sengaja, biasanya datang atas dasar

kesesuaian antara pengalaman hidupnya yang bermakna, memiliki tujuan dan nilai

nilai kehidupan pribadi (Kurniawati, 2015). Kesejahteraan spiritual yang baik

ditandai dengan seseorang memiliki hubungan yang harmonis dengan diri sendiri,

komunitas atau orang lain, lingkungan dan Tuhan (Sriyanti et al., 2016).

Kesejahteraan spiritual memiliki konsistensi korelasi dengan kualitas hidup,

dimana spiritualitas sebagai salah satu domain dalam kualitas hidup (Kurniawati,

2015). Semakin sejahtera tingkat spiritual pasien maka akan semakin baik kualitas

hidup pasien (Sriyanti et al., 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Sriyanti dkk (2016) yang berjudul Hubungan Kesejahteraan Spiritual Dengan

Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke menunjukan bahwa dari 43 pasien pasca stroke

yang menjadi responden di Ruang Poli Saraf RSUD Ulin Banjarmasin bulan Maret-

4
April 2016 sebanyak 33 (76,7%) responden memiliki tingkat kesejahteraan spiritual

yang baik dan sebanyak 10 (23,3%) responden memiliki tingkat kesejahteraan

spiritual yang cukup baik. Menurut Sriyanti dkk (2016) pasien yang terpenuhi

kebutuhan spiritualnya mampu mencapai keadaan yang sejahtera karena didukung

dengan aktivitas kerohanian secara personal yang baik, disamping itu yang turut

mempengaruhi adalah dari diri pasien itu sendiri yang sudah bisa menyesuaikan

dengan keadaannya sehingga pasien lebih menerima kondisi, yang membuat pasien

berdamai dengan dirinya sendiri, orang lain, alam sekitarnya dan juga dengan

Tuhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini, bagaimana Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual Pada

Pasien Stroke di Wilayah UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui tingkat spiritual pasien

stroke di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien stroke

b. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Manfaat akademis/ilmiah penelitian ini adalah :

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi dalam

pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien stroke

5
b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai pemenuhan

kebutuhan spiritual pada pasien stroke

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pasien dalam melakukan

kegiatan spiritual di rumah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

baru kepada penulis mengenai tingkat spiritual pada pasien stroke

b. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi pedoman untuk masyarakat agar dapat

mengingatkan anggota keluarga yang terkena stroke untuk meningkatkan

kegiatan spiritual di rumah.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesejahteraan Spiritual

1. Pengertian kesejahteraan spiritual

Spiritual dan religusitas menempati tempat penting dalam kehidupan manusia

sebagai motivasi dan kekuatan harmonisasi. Spiritual adalah struktur

multidimensional dan telah dimanfaatkan dalam berbagai konteks seperti kebaikan

spiritual dan kesejahteraan spiritual (Ekşi & Kardaş, 2017). Spiritulitas adalah

dimensi integral dari manusia dan telah diakui sebagai faktor penting dalam

kesehatan dan kesejahteraan pasien. Spiritualitas dipahami sebagai hubungan

seseorang dengan transenden (Tuhan) yang diekspresikan melalui sikap, kebiasaan

dan praktik. Kesejahteraan merupakan pengalaman saat seseorang menemukan

tujuan dan makna dari kehidupan (Nelson, 2009). Kesejahteraan spiritual mengacu

pada kegembiraan akan rasa menerima, emosi positif dan rasa interaksi positif

dengan kekuatan “superior”, dengan orang lain, diri sendiri dan dicapai melalui

proses kognitif, emosional dan interaksi yang dinamis dan terkoordinasi.

Kesejahteraan spiritual merupakan inti dari kesehatan manusia dan yang mendasari

dimensi fisik, psikologis dan dimensi sosial serta kesejahtaraan seseorang (Mansori

et al, 2017). Kesejahteraan spiritual merupakan perspektif yang dirasakan dalam

kualitas hubungan yang dimiliki seseorang pada empat wilayah, yaitu hubungan

dengan Tuhan, orang lain, alam dan diri sendiri (Fisher & Ng, 2017).

Kesejahteraan spiritual berfungsi sebagai koping dan dapat meningkatkan

lokus internal dalam mengendalikan situasi stres (Itsna, 2015). Kesejahteraan

7
spiritual diidentifikasikan melalui karakteristik seperti stabilitas dalam kehidupan,

kedamaian, rasa hubungan dekat dengan diri sendiri, Tuhan, orang lain dan

lingkungan, makna hidup serta tujuan hidup (Mansori et al, 2017). Kesejahteraan

spiritual adalah keadaan yang dirasakan seseorang dimana orang tersebut

merasakan adanya kepuasan yang berkaitan dengan Tuhan atau tujuan dan makna

hidup.

2. Dimensi kesejahteraan spiritual

Dimensi kesejahteraan spiritual menyediakan integrasi, harmoni dan

kebebasan dalam kepribadian seseorang (Nelson, 2009). Kesejahteraan spiritual

menurut Paloutzian dan Ellison dalam (Cobb et al, 2012) memiliki dua dimensi,

meliputi :

a. Dimensi vertikal / religious

Dimensi ini berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan. Dimensi ini

menilai hubungan seseorang dengan Tuhan (seperti berdoa, percaya bahwa Tuhan

peduli dan mencintai, hubungan dengan Tuhan bermakna, memiliki hubungan yang

memuaskan dengan Tuhan).

b. Dimensi horizontal / eksistensial

Dimensi eksistensial menekankan pada makna dan tujuan hidup. Penilaian diri

terhadap tujuan dan kepuasan hidup seseorang, seperti hidup adalah pengalaman

yang positif, puas dengan kehidupan, menikmati kehidupan, hidup memiliki tujuan

dan makna.

3. Manfaat kesejahteraan spiritual

Manfaat kesejahteraan spiritual dalam kehidupan individu menurut (Andika

Priastana et al., 2016), yaitu memiliki rasa kepuasan terhadap kehidupan, menjaga

8
keseimbangan dan kontrol hidup, membangun hubungan yang positif, memiliki

makna dan tujuan dalam kehidupan, memiliki kemampuan yang bersumber pada

diri sendiri dengan kekuatan yang lebih tinggi dari individu tersebut dan menerima

adanya tantangan dan perubahan dalam hidup. Meningkatnya kesejahteraan

spiritual pasien akan memberikan manfaat seperti berkurangnya rasa sakit,

meningkatkan koping, meningkatkan kualitas hidup pasien (Wei et al., 2016).

4. Domain kesejahteraan spiritual

Domain kesejahteraan spiritual menurut (Fisher, 2011), yaitu:

a. Domain personal

Dimana seseorang berhubungan dengan dirinya sendiri berkaitan dengan

makna, tujuan dan nilai dalam kehidupan.

b. Domain Communal

Domain ini mengekspresikan kualitas dan kedalaman hubungan interpersonal

antara diri sendiri dan orang lain, termsuk rasa cinta, keadilan, harapan dan

kepercayaan pada rasa kemanusiaan.

c. Domain environmental

Domain ini berupa keterkaitan terhadap lingkungan secara natural,

kemampuan untuk memelihara lingkungan agar dapat bermanfaat bagi sekitar.

d. Domain transcendental

Hubungan seseorang dengan kekuatan yang paling tinggi, kekuatan yang suci

dan tidak terbatas serta menjalin hubungan dengan pencipta. Domain ini melibatkan

iman terhadap realitas transenden yaitu Tuhan.

5. Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan spiritual


a. Usia

9
Faktor usia akan mempengaruhi kesejahteraan spiritual hal tersebut

ditunjukkan dengan spiritualitas seseorang cenderung meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Semakin tua usia pasien, dimensi transcendental lebih penting

b. Jenis kelamin

Penelitian yang dilakukan oleh (Lewis et al., 2014) menunjukan jika

kesejahteraan spiritual antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan

tetapi skor kesejahteraan spiritual wanita lebih tinggi daripada skor kesejahteraan

spiritual pria.

6. Pengukuran kesejahteraan spiritual

Spiritualitas merupakan suatu kontruksi yang luas dengan mencakup banyak

unsur baik religius maupun non religius. Alat ukur yang digunakan dalam

mengukur kesejahteraan spiritual beraneka ragam. Terdapat tiga alat ukur yang

digunakan dalam mengukur kesejahteraan spiritual, yaitu :

1. The Spirituality Assesment Scale (SAS)

Alat ukur SAS dikembangkan dari perspektif keperawatan yang dipandu oleh

empat komponen kerangka spiritualitas termasuk keterkaitan, sumber kekuatan,

tujuan dan makna hidup serta transendensi. SAS terdiri dari 28 item pertanyaan

dengan menggunakan 5 poin skala Linkert, di mulai dari pernyataan sangat tidak

setuju sampai sangat setuju (Lou, 2015).

2. The Functional Assessment of Chronic Illness Therapy–Spiritual Well Being

Scale (Facit-SP)

Alat ukur ini adalah ukuran yang paling umum digunakan untuk kesejahteraan

spiritual dalam penelitian yang meneliti orang-orang yang memiliki penyakit

kronis. Facit-SP mengukur subjek keseluruhan kesejahteraan spiritual dan

10
mencakup 2 subskala, yaitu makna / kedamaian dan iman. Instrumen kesejahteraan

spiritual ini terdiri dari 12 item pertanyaan dengan skor total 0-44 (Hasegawa dkk.,

2017).

3. Spiritual Well-Being Scale (SWBS)

Penggunaan SWBS untuk mengukur skala kesejahteraan spiritual banyak

digunakan pada penelitian dalam konteks spiritual (Chaiviboontham dkk.,

2016). Pengukuran kesejahteraan spiritual menggunakan SWBS telah

digunakan dalam berbagai penelitian khususnya dibidang kesehatan. SWBS

telah digunakan lebih dari 300 artikel yang diterbitkan dan 200 disertasi serta

tesis (Paloutzian dan Park, 2014). SWBS telah digunakan dalam penilaian

untuk mengeksplorasi dimensi spiritual dari keseluruhan kesehatan individu

dalam berbagai konteks, seperti mental, psikologis, perawatan kesehatan fisik,

praktik klinis, universitas dan kongregasi (You dan Yoo, 2015).

Skala penilaian SWBS terdiri dari dua sub skala, yaitu mengukur

kesejahteraan religius (RWB) dan kesejahteraan eksistensial (EWB). Sub skala

EWB menghasilkan penilaian diri terhadap tujuan hidup individu dan kepuasan

hidup secara keseluruhan dan sub skala RWB memberikan penilaian diri

terhadap hubungan seseorang dengan Tuhan (Chaiviboontham dkk., 2016).

SWBS berisi 20 item, dimana 10 item menilai RWB dan 10 item menilai EWB

(Soleimani dkk., 2016). Skala SWBS menggunakan 6 poin skala Likert, dimulai

dari pernyataan “sangat tidak setuju” poin 1, “cukup tidak setuju” poin 2, “tidak

setuju” poin 3, “setuju” poin 4, “cukup setuju” poin 5, “sangat setuju” point 6

dan skor tertinggi untuk skala SWBS adalah 120. Klasifikasi skor menurut

Abbasi dkk., (2014) adalah sebagai berikut :

11
a. Skor 20-40 = kesejahteraan spiritual rendah

b. Skor 41-99 = kesejahteraan spiritual sedang

c. Skor 100-120 = kesejahteraan spiritual tinggi

Pengukuran kesejahteraan spiritual dalam penelitian ini menggunakan alat

ukur Spiritual Well-Being Scale (SWBS). Peneliti memilih menggunakan

SWBS karena telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian dalam bidang

kesehatan, kuisioner SWBS dapat digunakan oleh seluruh umat beragama, item

per item yang digunakan dalam SWBS menunjukkan tentang makna hidup dan

transendensi namun. Selain itu instrumen ini dapat mengetahui masalah yang

dialami responden apakah menyangkut masalah religius atau masalah

eksistensial / tujuan dan makna kehidupan ataukah keduanya, hasil yang

didapatkan menggunakan alat ukur ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam

memberikan intervensi kepada klien yang memiliki masalah dalam hal religius

atau eksistensial.

B. Konsep Stroke
1. Pengertian stroke
CVA atau cedera serebrovaskular adalah gangguan suplai darah otak secara

mendadak sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat

pecahnya pembuluh darah otak. Gangguan pada aliran darah ini aka menguramgi

suplai oksigen, glukosa, dan nutrien lain kebagian otak yang disuplai oleh

pembuluh darah yang terkena dan mengakibatkan gangguan pada sejumlah fungsi

otak (Hartono, 2010)

12
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke merupakan

penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,

gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk bentuk kecacatan yang lain

sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2011). Stroke adalah suatu keadaan

yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkab

terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita

kelumpuhan atau kematian (B Baticaca, 2008)

Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan neurologis yang

disebabkan oleh sumbatan atau interupsi sirkulasi darah normal ke otak.Dua tipe

stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik lebih jauh

dibagi menjadi hemoragik intrasrebral dan hemoragik subaraknoid (Weaver &

Terry, 2013).

2. Penyebab stroke

Menurut (Muttaqin, 2011), Penyebab stroke terdiri dari :

a. Trombosis sereberal

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti

di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau

bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan

penurunan darah yang menyebabkan iskemik sereberal. Tanda dan neurologis

sering kali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.

b. Hemoragik

13
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam perdarahan dalam

ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi

karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak

menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang

berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak membengkak,

sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah

hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang turun akibat

aritmia

d. Hipoksia setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah

hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang turun akibat

aritmia

3. Faktor risiko stroke


Ada sejumlah factor risiko yang dapat memicu terjadinya stroke. Ada dua jenis

faktor risiko stroke yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat

dikendalikan (Farida & Amalia, 2009)

a. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan :

1.) Usia

Stroke dapat menyerang segala usia, tetapi semakin tua usia seseorang maka

semakin besar kemungkinan orang tersebut terserang stroke.

2.) Jenis kelamin

14
Laki laki dua kali lebih berisiko dari pada perempuan, tetapi jumlah perempuan

yang meninggal akibat stroke lebih banyak.

3.) Riwayat keluarga

Keluarga dengan riwayat anggota keluarga pernah mengalami stroke berisiko

lebih besar dari pada keluarga tanpa riwayat stroke

4.) Ras

Ras Afrika-Amerika mempunyai risiko yang lebih tinggi mengalami kematian

dan kecacatan akibat stroke dibandingkan dengan ras kulit putih.

b. Faktor risiko yang dapat dikendalikan

1.) Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyebab stroke

2.) Merokok

Merokok dapat mengakibatkan rusaknya oembuluh darah dan peningkatan

plak pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah. Nikotin

dari rokok dapat meningkatkan tekanan darah

3.) Kadar Kolestrol

Karena kolestrol tidak dapat langsung larut dalam darah dan cenderung

menempel di pembuluh darah, akibatnya kolestrol membentuk bekuan dan plak

yang menyumbat arteri dan akhirnya memutuskan aliran darah ke jantung

(menyebabkan serangan jantung) dan ke otak (menyebabkan stroke)

4.) Diabetes mellitus

Penyakit diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak pada pembuluh

darah yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya stroke iskemik. Penderita

15
diabetes cenderung menderita obesitas. Obesitas dapat mengakibatkan hipertensi

dan tingginya kadar kolesterol dimana keduanya merupakan faktor risiko stroke.

5.) Life Style

Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu berbagai

penyakit yang menyerang, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Salah satu

contoh life style yaitu berkaitan dengan pola makan. Generasi muda biasanya sering

menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi

makanan siap saji yang serat lemak dan kolesterol namun rendah sehat. Kemudian,

seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng atau makanan dengan kadar gula

tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah zat pewarna/penyedap/pemanis

dan lain-lain. Faktor gaya hidup lain yang dapat beresiko terkena stroke yaitu

sedentary life style atau kebiasaan hidup santai dan malas berolah raga. Hal ini dapat

mengakibatkan kurangnya kemampuan metabolisme tubuh dalam pembakaran zat-

zat makanan yang dikonsumsi. Sehingga, beresiko membentuk terjadinya

tumpukan kadar lemak dan kolestrol dalam darah yang beresiko membentuk

ateroskelorosis (plak) yang dapat menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat

pada munculnya serangan jantung dan stroke

6.) Obesitas

Peningkatan berat badan dapat mengakibatkan risiko stroke. Obesitas juga

dapat menimbulkan faktor risiko lainnya seperti tekanan darah tinggi, tingginya

kolesterol jahat, dan diabetes.

7.) Alkohol, kopi

Konsumsi alkohol meningkatkan risiko stroke. Minum alkohol lebih dari satu

gelas pada pria dan lebih dua gelas pada pria dapat mengakibatkan peningkatan

16
tekanan darah. Selain itu, minum tiga gelas kopi sehari dapat meningkatkan tekanan

darah dan risiko stroke

8.) Stres

Penelitian menunjukkan hubungan antara stres dengan mempersempit

pembuluh darah carotid

4. Klasifikasi stroke

Menurut (Muttaqin, 2011), stroke dikelompokkan atas dua yaitu :

a. Stroke hemoragik

Stroke hemoragi merupakan perdarahan sereberal dan mungkin perdarahan

subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak

tertentu. Stroke ini biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,

namun bias juga terjadi pada saat istirahat. Kesadaran klien umunya menurun.

b. Stroke non hemoragik

Stroke non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis

sereberal. Stroke ini biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun

tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.

Tabel 1. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik


bronchorrea
Nadi (pulse) Tegang, Kecepatan Mungkin cepat Bergantung
bradikardia nadi 80- dan halus pada etiologi
lebih sering 100x/menit penyakit
daripada jantung
takikardia

17
Jantung Batas jantung Patoogi Lebih sering Alat jantung
(heart) mengalami jantung kardiosklerosis endokarditis,
dilatasi, tekanan jarang , tanda aritmia
aorta terdengar hipertonik kardiak
pada bunyi jantung
jantung II
Tekanan Hipertensi arteri Jarang Bervariasi Bervariasi
darah (blood meningkat
preassure) (mungkin
menetap tak
berubah)
Paresis atau Hemiplegia Bisa tidak Hemiparesis Hemiparesis,
plegia dengan aktivitas ada. Jarang lebih kelemahan di
ekstremitas berlebih, pada lutut prominen pada salah satu
ekstensi salah satu ekstremitas
abnormal ekstremitas lebih tampak
bisa mengarah daripada
ke hemiplegia yang lainnya.
Kadang-
kadang
mengarah ke
hemplegia
Tanda Kadang-kadang Kadang- Unilateral l Unilateral
Patologi bilateral, kadang
tampak lesi mengarah ke
pada salah satu bilateral
sisi serebral
Rata-rata Cepat Cepat Secara Cepat
perkembang perlahan
an penyakit
Serangan Jarang 30% Jarang Jarang
Tanda awal Kadang-kadang Hamper Jarang Jarang pada
iritasi selalu gejala awal
meningeal penyakit
Pergerakan Kadang-kadang Kadang- Kadang- Jarang
mata kadang kadang
Cairan Berdarah atau Kadang- Tidak Tidak
cerebrospi xanthocromic kadang berawar berwarna dan
na l dengan perdarah na dan jernih
peningkatan an jernih
tekanan
Fundus Kadang-kadang Jarang Perubah Perbedaan
mata perdarahan dan perdarah an perubahan

18
perubahan an sklerotik pembuluh
pembuluh darah pembulu darah
han (arterosklero
darah sis dan
vaskulitis)
Echo-EG Terdapat tanda tidak Tidak
pergantian M- terdapat terdapat
echo dan perganti tanda
hematoma an tanda perganti
M- echo an M-
di echo
edema atau
otak dan kemung
hiperten kinan
si perganti
intrakra a hingga
nial 2mm
keutuha
n
hemisfer
pada
hari
pertama
seranga
n stroke
Sumber : Baticaca, 2008

5. Penatalaksanaan
a. Fase akut

Fase akut stroke biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yang koma pada

saat masuk dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya pasien sadar

penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini

adalah mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.

b. Fase rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke, bertujuan

untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien stroke,

sehingga mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari hari. Sasaran utama

pada fase ini adalah pasien dan keluarga meliputi perbaikan mobilitas, menghindari

19
nyeri bahu, pencapaian perawatan diri, mendapatkan kontrol kandung kemih,

perbaikan proses piker, pencapaian beberapa bentuk komunikasi, pemeliharaan

integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak adanya komplikasi. Pada fase

rehabilitasi ini pasien dapat di rawat di rumah sakit, di pusat rehabilitasi ataupun di

rumahnya sendiri yang bergantung pada sejumlah faktor, termasuk status

ketergantungan pasien stroke.

7. Patofisiologi

Infrak sereberal yaitu berkurangnya suplai darah di otak. Luasnya infrak

bergantung pada lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi area

yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat

terganggu dan dapat berubah makin lambat atau cepat, karena adanya gangguan

lokal seperti thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular atau karena

gangguan umum seperti hipoksia karena gangguan jantung.

Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah merupakan faktor penyebab

infrak pada otak. Thrombus (bekuan darah) berasal dari plak aterosklerotik dan

darah dapat beku di areanstenosis, sehingga yang terjadi aliran darah mengalami

pelambatan dan turbulensi.

Thrombus bisa pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli

dalam aliran darah. Thrombus menyebabkan iskemia jaringan otak dan edema serta

kongesti di area sekitar. Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture

arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intrasereberal dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intracranial dan dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial dan dapat menyebabkan herniasi otak.

20
8. Manifestasi klinis stroke

Menurut (Oktavianus, 2014), manifestasi klinis stroke sebagai berikut :

a. Stroke iskemik

Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:

1.) Transient ischemic attack (TIA)

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampaibeberapa jam dan hilang

sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud

sama, memperberat atau malah menetap.

2.) Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND)

Gejala timbul lebih dari 24 jam

3.) Progressing stroke atau stroke inevolution

Gejala makin lama makin berat (progresif) disebabkangangguan aliran darah

makin lama makin berat

4.) Sudah menetap atau permanen

b. Stroke hemoragik

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengandaerah otak yang

terkena.

1.) lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran menempatkan

posisi.

2.) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruh indra dan memori

3.) Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan

4.) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik,

intelektual

Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapagangguanyang

21
dialami pasien yaitu :

1) Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse

2) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguansentuhan dan sensasi,

gangguan penglihatan, hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).

3) Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan bahasa), disartria (bicara

tidak jelas).

C. Konsep Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke

Pasien stroke dapat beresiko mengalami depresi dan isolasi sosial, sehingga

halini dapat berpengaruh dalam mengatasi masalah kesehatannya. Pasien stroke

yang mengalami depresi dapat menyebabkan gangguan motivasi dan gangguan

fungsi- fungsi kognitif sehingga kualitas hidupnya mengalami perubahan pasca

serangan stroke. Kualitas hidup seseorang dapat mencerminkan tingkat

spiritualitas. Dimensi spiritual termasuk ke dalam dimensi sehat dan beberapa

peneliti menyatakan bahwa kesejahteraan spiritual merupakan faktor penting

dalam kesehatan (Mauk & Schmidt, 2004).

NANDA 2015-2017 (International Nursing, 2014) menetapkan batasan

karakteristik kesiapan meningkatkan kesejahteraan spiritual, sebagai berikut:

1. Hubungan dengan diri sendiri, meliputi: menyatakan keinginannya untuk

meningkatkan rasa cinta, menyatakan keinginannya meningkatkan filosopi

hidup yang memuaskan, menyatakan keinginannya meningkatkan harapan

hidup, menyatakan keinginannya meningkatkan kemampuan untuk

memaafkan diri sendiri, menyatakan keinginannya untuk meningkatkan

kepasrahan pada ketentuan Tuhan, menyatakan keinginannya meningkatkan

kesenangan dan kebahagiaan, menyatakan keinginannya meningkatkan

22
ketentraman/ketenangan hati(misal, kedamaian), menyatakan keinginannya

meningkatakan mekanisme pemecahan masalah, menyatakan keinginannya

meningkatkan makna hidup, menyatakan keinginannya meningkatkan

motivasi/dorongan, menyatakan keinginannya meningkatkan penerimaan atas

segala sesuatu yang dimilikinya.

2. Hubungan dengan orang lain meliputi : menyatakan keinginan untuk

meningkatkan hubungan dan interaksi dengan orang terdekat, menyatakan

keinginan untuk meningkatkan interaksi dengan pimpinan spiritual,

menyatakan keinginan untuk meningkatkan memberi maaf orang lain,

menyatakan keinginan untuk meningkatkan bantuan kepada orang lain,

menyatakan keinginan meningkatkan kegiatan spiritual, menyatakan

keinginan meningkatkan energi kreatif (misal, menulis, membuat puisi,

menyanyi), menyatakan keinginan untuk meningkatkan waktu di luar ruang

(rekreasi ke gunung, pantai,dan lain sebagainya).

3. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar daripada diri sendiri meliputi,

menyatakan keinginan untuk meningkatkan memanjatkan doa, menyatakan

keinginan meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas religius, menyatakan

keinginan untuk meningkatkan pengalaman mistis, menyatakan keinginan

untuk meningkatkan rasa hormat pada rohaniwan.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Spiritual

Spiritualitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor di bawah ini

meliputi:

a. Tahap Perkembangan (Usia)

23
Pada tahap perkembangan, ditemukan adanya persepsi tentang Tuhan dan

bentuk sembahyang yang berbeda-beda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian

anak.

b. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin perempuan cenderung memiliki kesejahteraan spiritual

tinggi dibanding laki-laki dikarenakan banyak kaum wanita yang selalu melibatkan

dirinya dalam kegiatan keagamaan, baik itu mengurus fasilitas ibadah ataupun

menjadi pelayan kegiatan keagamaan.

c. Keluarga (Pasangan Hidup)

Keluarga terutama pasangan hidup memiliki peranan penting dalam

menentukan kualitas spiritual anggotanya, karena keluarga akan dijadikan role

model bagi suami, istri ataupun anak. Keluarga sebagai lingkungan pertama yang

dikenal memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual,

karena keluarga memilliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Latar Belakang Etnik dan Budaya

Keyakinan, sikap, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya

seseorang, karena pada umumnya seseorang akan memeluk suatu keyakinan

mengikuti keyakinan yang dianut oleh keluarganya termasuk nilai moral dari

hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.

e. Terpisah dari Ikatan Spiritual

Seseorang yang mengalami sakit kronis seringkali merasakan hidupnya

terisolasi dari dunia luar. Adanya perubahan pada pola aktivitas sehari-hari seperti

24
menghadiri acara resmi, berkumpul bersama keluarga atau teman dekat.

Terpisahnya pasien dengan ikatan spiritualnya dapat beresiko terhadap perubahan

tingkat kesejahteraan spiritual

25
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah. (Hidayat, 2010). Konsep

pada penelitian ini dijabarkan dengan skema di bawah ini :

Kesejahteraan Faktor yang


Stroke
Spiritual mempengaruhi
kesejahteraan spiritual :

1. Usia
Tingkat Kesejahteraan 2. Jenis kelamin
Spiritual 3. Pendidikan
4. pekerjaan
1. Tinggi
2. Rendah
3. Sedang

Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada

Pasien Stroke

Keterangan :

: tidak diteliti

: diteliti

: Alur
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel penelitian

Menurut Sugiyono (2019), variable penelitian merupakan segala sesuatu yang

berbentuk yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi mengenai hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.

Pada penelitian ini variable yang digunakan adalah satu variable yaitu Tingkat

Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke.

2. Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi dari variable variable yang akan diteliti

secara operasional di lapangan (Masturoh & Anggita T, 2018). Pada bagian ini akan

membahas tentang penjelasan atau definisi yang dibuat oleh peneliti tentang focus

studi yang dirumuskan secara operasional yaitu sebagai berikut :

27
Tabel 2

Definisi Operasional Variabel Penelitian Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Stroke

No Variable Definisi Operasional Alat Pengukuran Skala Ukur Hasil Pengukuran

1 2 3 4 5

1 Kesejahteraan Kesejahteraan spiritual Kuisioner SWBS (Spiritual Ordinal • skor 20-40 =


kesejahteraan
Spiritual merupakan cara hidup, gaya well-being Scale) spiritual
rendah
hidup yang memandang dan menggunakan skala likert • skor 41-99 =
kesejahteraan
menghidupkan hidup menjadi dengan jumlah pernyataan
spiritual
sedang
menyenangkan dan memiliki sebanyak 20 butir dan 6
• skor 100-120 =
tujuan pilihan jawaban kesejahteraan
spiritual tinggi

28
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk

melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Di

bidang kesehatan, penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan masalah masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat atau di

dalam komunitas tertentu, termasuk di bidang rekam medis dan informasi kesehatan

(Masturoh & Anggita T, 2018)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1,

Kabupaten Badung, Bali pada bulan Maret – April 2021

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian dapat ditarik kesimpulan (Masturoh & Anggita T, 2018).

Populasi pada penelitian ini adalah 39 pasien stroke di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Abiansemal 1

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang secara nyata diteliti dan di tarik kesimpulan (Masturoh & Anggita T,

2018). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total

29
sampling. Teknik total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2019). Jadi jumlah sampel pada

penelitian ini adalah sebanyak 39 orang pasien stroke di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Abiansemal 1.

Subjek pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Berikut adalah kriteria inklusi dan eksklusi dari subjek penelitian ini :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria inklusi dari

penelitian ini adalah :

1.) Pasien dengan stroke yang bersedia menjadi responden

2.) Pasien stroke yang berobat di Puskesmas 1 Abiansemal

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi

kriteria inklusi (Nursalam, 2016). Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :

1.) Pasien stroke yang tidak kooperatif

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis pengumpulan data

Pada penelitian ini menggunakan jenis Data Primer dan Data Sekunder.

Dimana Data Primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sedangkan Data Sekunder

merupakan data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada

(Masturoh & Anggita T, 2018).

30
2. Teknik pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan teknik Wawancara Terstruktur dan Kuisioner

dalam pengumpulan data. Wawancara Terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data jika peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi yang akan

diperoleh. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab (Masturoh & Anggita T, 2018). Langkah- langkah pengumpulan data

sebagai berikut :

a. Mendapatkan persetujuan dari pembimbing untuk melakukan pengumpulan

data.

b. Mengurus surat permohonan izin melalui administrasi Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar.

c. Mengajukan surat permohonan izin penelitian di tempat penelitian.

d. Melakukan pengumpulan data dengan catatan yang ada di UPTD Puskesmas

Abiansemal 1

e. Melakukan pemilihan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang

sudah ditentukan.

f. Pendekatan kepada subjek penelitian dan menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian. Setelah responden bersedia diteliti, responden diberikan lembar

persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani. Jika responden menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.

g. Melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuisioner yang

akan dilakukan secara luring dan akan dikumpulkan oleh peneliti sendiri.

31
h. Mengumpulkan hasil pengisian kuisioner yang telah diisi oleh responden,

kemudian data yang terkumpul akan dilakukan analisis data.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan Kuisioner SWBS (Spiritual well-being Scale)

yang dimana kuisioner SWBS ini sudah banyak digunakan pada penelitian untuk

mengukur skala kesejahteraan spiritual khususnya dibidang kesehatan (Paloutzion

& Park, 2013) pada kuisioner ini menggunakan skala likert. Skala likert merupakan

skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

tentang suatu gejala atau fenomena dalam penelitian (Masturoh & Anggita T,

2018). Kuesioner SWBS terdiri dari 20 pernyataan yang terdiri dari dua subskala,

yaitu Religion well-being (RWB) dan Exstensional Well-being (EWB). Kuesioner

SWBS menggunakan skala Linkert dengan nilai 1-6 tiap item-item pernyataan.

Pernyataan Favorable dinyatakan dalam poin 1 untuk sangat tidak setuju (STS),

poin 2 cukup tidak setuju (CTS), poin 3 tidak setuju (TS), poin 4 setuju (S), poin 5

untuk cukup setuju (CS) dan poin 6 untuk sangat setuju (SS), sedangkan pernyataan

unfavorable dinilai dengan kebalikan dari penilaian pernyataan favorable. Hasil

akhir penilaian adalah skor kesejahteraan spiritual, total skor kesejahteraan spiritual

dari 20-120 (A’la et al., 2017).

E. Metode Analisa Data

Analisis data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini

berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisis inilah data yang diperoleh peneliti

bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah (Siyoto &

Sodik, 2018).

32
1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh

data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok mentah dengan menggunakan

rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013).

Langkah-langkah pengolahan data yaitu :

a. Editing

Editing merupakan upaya yang dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang dikumpulkan atau diperoleh. Editing dilakukan saat tahap pengumpulan

data atau juga dapat dilakukan saat data telah terkumpul.Peneliti melakukan editing

dengan cara memeriksa satu per satu kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui

kelengkapan data yang diberikan responden. Jika data belum lengkap maka dapat

langsung diklarifikasi kepada responden atau kuesioner dapat dikeluarkan.

b. Coding

Coding merupakan aktivitas yang dilakukan dengan cara mengkategorikan

data dengan cara memberikan kode numerik/ angka menjadi beberapa kategori.

Saat pengolahan dan analisis data menggunakan komputer, pemberian kode ini

sangat penting dilakukan. Kegunaan dari coding adalah mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Pada penelitian ini, peneliti

akan memberikan kode angka untuk mempermudah melakukan tabulasi dan analisa

data.

c. Processing

Setelah semua data terisi penuh dan benar serta sudah melewati pengkodean,

maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang dimasukkan dapat

dianalisis. Pada tahap ini, jawaban-jawaban yang salah sudah diberikan kode

33
kategori kemudian dimasukkan ke dalam tabel dengan cara manual dan melalui

pengolahan komputer.

d. Cleaning

Pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar atau belum,

mengecek kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

Mengecek kesalahan-kesalahan yaitu menghubungkan jawaban satu sama lain

untuk mengetahui konsistensi jawaban. Data kemudian disajikan kedalam bentuk

tabel distribusi.

2. Analisa Data

Data penelitian akan dianalisis dengan cara analisis statistic deskriptif. Analisis

deskriptif adalah suatu usaha mengumpulkan dan menyusun data. Setelah data

tersusun langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggambarkan dan

meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam, 2015).

F. Etika Penelitian

Penelitian ini menghormati hak hak responden dan tidak merugikan responden.

Sebelum penelitian dilaksanakan, proposal penelitian ini akan mendapatkan ethical

clearance dari kondisi etik. Responden akan diberi naskah PSP dan informed

consent untuk persetujuan menjadi responden. Adapun prinsip etika yang

diterapkan pada penelitian ini yaitu:

1. Respect for person

Peneliti menghormati harkat dan martabat manusia, otonomi, perbedaan nilai

budaya dan menjamin kerahasiaan sebagai subjek peneliti. Untuk itu peneliti

melakukan persetujuan setelah penjelasan (PSP)

2. Beneficence

34
Beneficence yaitu tidak berbuat merugikan subjek. Peneliti telah

mempertimbangkan bahwa penelitian ini lebih banyak manfaat daripada kerugian

bagi subjek. Peneliti juga memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko

dengan penelaahan hasil penelitian terdahulu

3. Justice

Penelitian berlaku adil tanpa membedakan antar subjek penelitian. Semua

subjek akan mendapatkan perlakuan yang sama

4. Confidentiality

Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien.

Penelitian menjamin kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah

masalah lainnya.

35
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien

Stroke dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1, Kecamatan

Abiansemal, Kabupaten Badung. UPTD Puskesmas Abiansemal 1 merupakan salah

satu pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan pemerintah dan

berlokasi di Banjar Delod Pasar Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal,

Kabupaten Badung, sekitar 5 km dari Ibu Kota Mangupura.

Secara umum, situasi di wilayah kerja Puskesmas Abiansemal 1 yang

merupakan daerah perkotaan dengan penduduk padat dengan tingginya mobilitas

penduduk sehingga sangat sulit menentukan data riil penduduk. Dalam wilayah

kerjanya, hampir semua lokasi publik maupun akses ke rumah rumah penduduk

dilengkapi dengan sarana transportasi jalan yang bisa dilalui dengan kendaraan roda

empat dan beberapa ruas jalan yang dilalui oleh kendaraan roda 2.

Wilayah kerja Puskesmas Abiansemal 1 seluas 17,04 km2 , yang meliputi 5

desa yaitu Desa Abiansemal yang terdiri dari 8 Banjar, Desa Dauh Yeh Cani yang

terdiri dari 6 Banjar, Desa Blahkiuh yang terdiri dari 7 Banjar, Desa Sangeh yang

terdiri dari 5 Banjar, Desa Ayunan yang terdiri dari 4 Banjar. Jumlah penduduk di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 seluruhnya yaitu 25.689 Jiwa.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Abiansemal diuraikan sebagai berikut, di


sebelah utara yaitu Desa Carangsari, timur Desa Selat, Desa Punggul, Desa

Bongkasa, selatan Desa Mambal, dan di sebelah barat Desa Penarungan, Desa Baha

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Abiasemal 1 sebanyak 178 pegawai

yang terdiri dari beberapa jenis tenaga seperti Kepala Puskesmas, Ka. Sub. Bag.,

TU, Dokter Umum PNS, Dokter Umum PTT, Dokter Tenaga Peningkatan, Dokter

Gigi, Perawat DIII PNS, Ners/PTT, Ners tenaga peningkatan, DIII Perawat tenaga

peningkatan pelayanan, Perawat tenaga peningkatan pelayanan KBS, SPR, Perawat

Gigi, Bidan PNS, Bidan peningkatan pelayanan, Bidan PTT, Bidan peningkatan

pelayanan KBS, Asisten Apoteker, Tenaga peningkatan Apoteker, Peningkatan

Asisten Apoteker, analisa lab, analis tenaga peningkatan lab, ahli gizi, Sarjana

Terapat Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan/Sanitasria.

Penelitian yang dilakukan di UPTD Puskesmas Abiansemal 1 ini, peneliti tidak

menemukan hambatan apapun saat melakukan penelitian berlangsung. Puskesmas

Abiansemal 1 ini sangat mudah di jangkau dan lokasinya berada di pusat

Kecamatan Abiansemal. Pegawai dan tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas

Abiansemal 1 ini sangat ramah dan sangat membantu kelancaran penelitian yang

sedang berlangsung.

2. Karakteristik Responden Penelitian

Sampel penelitian dalam penelitian ini merupakan penderita storke yang

tinggal di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 yaitu sebanyak 39

responden. Adapun karakteristik responden penelitian berdasarkan usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan dapat diuraikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

37
a. Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia

Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia penderita stroke di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 yang terbagi menjadi usia 40-44

tahun, 45-49 tahun, 50-55 tahun, 56-60 tahun, dan 61-65 tahun dilihat pada tabel 3

dibawah ini.

Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Usia Frekuensi (f) Persentase (%)


40-44 tahun 10 25,6
45-49 tahun 13 33,3
50-55 tahun 6 15,4
56-60 tahun 7 17,9
61-65 tahun 3 7,7
Jumlah 39 100,0

Berdasarkan interpretasi tabel 3 diketahui bahwa dari 39 pasien stroke yang

menjadi responden, usia yang paling banyak menderita stroke yaitu umur 45-49

tahun sebanyak 13 responden (25,6%) dan yang paling sedikit yaitu usia 61-65

tahun sebanyak 3 responden (7,7%).

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin penderita stroke di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1

38
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)


Laki laki 15 38,5
Perempuan 24 61,5
Jumlah 39 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak

adalah perempuan yang berjumlah 24 responden (63,9%)

c. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan penderita stroke di

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansema 1 adalah terdiri dari tamatan SD,

SMA dan Perguruan Tinggi dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini

Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)


SD 5 12,8
SMA 21 53,8
Perguruan Tinggi 13 33,3
Jumlah 39 100,0

39
Berdasarkan data pada tabel 5 didapatkan bahwa dari 39 responden, pendidikan

pada pasien stroke terbanyak adalah SMA sebanyak 21 respoden (53,8%)

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pasien stroke di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Abiansemal 1 adalah terdiri dari wirausaha dan karyawan

swasta/buruh/pegawai dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini

Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

PNS 10 25,6
Wirausaha 11 28,2
Karyawan Swasta 7 17,9
Tidak Bekerja 11 28,2
Jumlah 39 10,0

Berdasarkan data pada tabel 6 didapatkan bahwa dari 39 responden, pekerjaan

terbanyak pada pasien stroke adalah Wirausaha dan pasien stroke yang tidak

bekerja yaitu sebanyak 11 responden (28,2%)

3. Hasil pengamatan terhadap subjek penelitian berdasarkan variabel

penelitian

Dari hasil pengamatan terhadap subjek penelitian dengan menggunakan

persentase pada 39 responden di UPTD Puskesmas Abiansemal 1 diperoleh

persentase tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke adalah sebagai berikut

40
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Spiritual di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Tingkat Kesejahteraan Frekuensi (f) Persentase (%)


Spiritual

Tinggi 14 35,9
Sedang 19 48,7
Rendah 6 15,4

Jumlah 39 100,0

Berdasarkan data pada tabel 7 dari 39 responden, tingkat kesejahteraan spiritual

pasien stroke terbanyak adalah tingkat sedang sebesar 19 responden (48,7%).

3. Hasil analisa data

Analisa ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat kesejahteraan spiritual

pada pasien stroke berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, dan

pekerjaan.

a. Gambaran tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan

kelompok usia

Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke di Puskesmas Abiansemal 1

tahun 2021 berdasarkan kelompok usia dijelaskan seperti tabel 8 berikut.

41
Tabel 8
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan Kelompok Usia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
Tahun 2021

Tingkat Kesejahteraan Spiritual Total


Usia
Tinggi Sedang Rendah

f % f % f % f %

40-44 3 7,7 7 17,9 0 0,0 10 27,8

45-49 5 12,8 5 12,8 3 7,7 13 36,1

50-55 3 7,7 1 2,6 2 5,1 6 16,7

56-60 3 5,6 3 7,3 1 2,6 7 17,9

61-65 0 0,0 1 2,6 0 0,0 1 2,8

Total 12 33,3 18 50,0 6 16,7 39 100,0

Berdasarkan data pada tabel 8, dapat diketahui bahwa pasien stroke terbanyak

masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual sedang dengan rentang usia 40-44

tahun yaitu sebanyak 7 responden (17,9%).

b. Gambaran tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan jenis

kelamin

Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke di Puskesmas Abiansemal 1

tahun 2021 berdasarkan jenis kelamin dijelaskan seperti tabel 9 berikut

42
Tabel 9
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Jenis Tingkat Kesejahteraan Spiritual Total


Kelamin Tinggi Sedang Rendah
f % f % f % f %
Laki-laki 4 10,3 10 25,6 1 2,6 15 38,5
Perempuan 10 25,6 9 23,1 5 12,8 24 61,5
Total 14 35,9 19 48,7 6 15,4 39 100,0

Berdasarkan data pada tabel 9, dapat diketahui bahwa pasien stroke yang

berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat kesejahteraan spiritual tinggi yaitu

sebanyak 10 responden (25,6%), dan pasien stroke yang berjenis kelamin laki laki

memiliki tingkat kesejahteraan spirituak rendah yaitu sebanyak 10 orang (25,6%)

c. Gambaran tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan

tingkat pendidikan

Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke di Puskesmas Abiansemal 1

tahun 2021 berdasarkan tingkat pendidikan dijelaskan seperti tabel 10 berikut.

43
Tabel 10
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Tingkat Kesejahteraan Spiritual


Pendidikan Total
Tinggi Sedang Rendah

f % f % f % f %

SD 0 0,0 4 10,3 1 2,6 5 12,8

SMA 7 17,9 10 15,6 4 10,3 21 53,8


Perguruan
7 17,9 5 12,8 1 2,6 13 33,3
tinggi
Total 14 35,9 19 48,7 6 15,4 39 100,0

Berdasarkan data pada tabel 10, dapat diketahui bahwa pasien stroke terbanyak

masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual sedang pada tingkat pendidikan

SMA yaitu sebanyak 10 responden (15,6%)

d. Gambaran tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan

pekerjaan

Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke di Puskesmas Abiansemal 1

tahun 2021 berdasarkan pekerjaan dijelaskan seperti tabel 11 berikut.

44
Tabel 11
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021

Tingkat Kesejahteraan Spiritual Total


Pekerjaan
Tinggi Sedang Rendah
f % f % f % f %
PNS 4 10,3 4 10,3 2 5,1 10 25,6
Karyawan
3 7,7 3 7,7 1 2,6 7 17,9
swasta
Wirausaha 4 10,3 5 12,8 2 5,1 11 28,2
Tidak bekerja 3 7,7 7 17,9 1 2,6 11 28,2
Total 14 35,9 19 48,7 6 15,4 39 100,0

Berdasarkan data pada tabel 11, dapat diketahui bahwa pasien stroke terbanyak

masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada pasien stroke

yang tidak bekerja sebanyak 7 responden (17,9%)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Berdasarkan Karakteristik Pasien

a. Usia

Berdasarkan interpretasi tabel 3 diketahui bahwa dari 39 pasien stroke yang

menjadi responden, usia yang paling banyak menderita stroke yaitu umur 45-49

tahun sebanyak 13 responden (25,6%) dan yang paling sedikit yaitu usia 61-65

tahun sebanyak 3 responden (7,7%). Sama hal nya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mahendrakrisna, dkk (2019) yang dilakukan di RSUD Kota

Surakarta bahwa dari 420 pasien stroke sebanyak 53,6% orang memiliki rentang

45
usia 30-45 tahun. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Chraa et al (2014) yang

melaporkan bahwa di Maroko pada tahun 2007 hingga 2010 terdapat 128 kasus

struke pada usia muda. Pada umumnya stroke dapat menyerang semua golongan

usia, namun stroke biasanya lebih banyak terjadi pada golongan usia lanjut

dikarenakan fungsi semua organ tubuh mengalami kemunduran terutama bagian

endotel yang mengalami penebalan pada bagaian intima, sehingga pembuluh darah

menyempit. Namun stroke dapat menyerang golongan usia muda hal tersebut

berpengaruh pada pola makan dan gaya hidup (Masriadi, 2016). Peningkatan

frekuensi stroke seiring dengan peningkatan umur berhubungan dengan proses

penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk

pembuluh darah otak (Noor, 2008).

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak

adalah perempuan yang berjumlah 24 responden (63,9%). Faktor jenis kelamin

perempuan cenderung memiliki kesejahteraan spiritual tinggi dibanding laki-laki

dikarenakan banyak kaum wanita yang selalu melibatkan dirinya dalam kegiatan

keagamaan, baik itu mengurus fasilitas ibadah ataupun menjadi pelayan kegiatan

keagamaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Lewis et al., 2014) menunjukan jika

kesejahteraan spiritual antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan

tetapi skor kesejahteraan spiritual wanita lebih tinggi daripada skor kesejahteraan

spiritual pria.

c. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 39 responden, pendidikan

pada pasien stroke terbanyak adalah SMA sebanyak 21 respoden (53,8%). Hal ini

46
di dukung oleh penelitian Patricia, dkk (2015) di peroleh data tingkat pendidikan

paling banyak menderita stroke yaitu SMA sebanyak 39 orang (52,0%).

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 jenjang atau tingkat pendidikan adalah

tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang di kembangkan. Jenjang atau

tingkat pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan sebagai faktor sosial

ekonomi memang tidak berkaitan langsung dengan kejadian stroke. Akan tetapi,

tingkat pendidikan seseorang menentukan sikap orang tersebut terhadap perilaku

sehat. Oleh karena itu, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

diharapkan mampu memahami informasi kesehatan dan mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari hari (Notoatmodjo, 2007).

d. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 39 responden, pekerjaan

terbanyak pada pasien stroke adalah Wirausaha dan pasien stroke yang tidak

bekerja yaitu sebanyak 11 responden (28,2%). Menurut Suryo (2010) jenis

pekerjaan seseorang sangat mempengaruhi pendapatan keluarga yang akan

mempunyai dampak pola hidup sehari hari diantaranya konsumsi makanan, dan

pemeliharaan kesehatan.

2. Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke

Berdasarkan hasil penelitian dari 39 responden, tingkat kesejahteraan spiritual

pasien stroke terbanyak adalah tingkat sedang yaitu sebesar 19 responden (48,7%).

Selain itu berdasarkan karakteristik, pasien stroke terbanyak masuk ke dalam

kriteria Tingkat Kesejahteraan Spiritual Sedang. Berdasarkan usia, dapat diketahui

47
bahwa pasien stroke terbanyak masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual

sedang dengan rentang usia 40-44 tahun yaitu sebanyak 7 responden (17,9%).

berdasarkan jenis kelamin pasien stroke yang berjenis kelamin perempuan memiliki

tingkat kesejahteraan spiritual tinggi yaitu sebanyak 10 responden (25,6%), dan

pasien stroke yang berjenis kelamin laki laki memiliki tingkat kesejahteraan

spiritual rendah yaitu sebanyak 10 orang (25,6%), berdasarkan karakteristik

pendidikan pasien stroke terbanyak masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual

sedang pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 10 responden (15,6%), dan

berdasarkan karakteristik pekerjaan, pasien stroke terbanyak masuk ke dalam

tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada pasien stroke yang tidak bekerja

sebanyak 7 responden (17,9%).

3. Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke Berdasarkan

Karakteristik Responden

a. Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan karakteristik

usia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 39 pasien stroke yang

menjadi responden, usia yang paling banyak menderita stroke yaitu umur 45-49

tahun sebanyak 13 responden (25,6%) dan yang paling sedikit yaitu usia 61-65

tahun sebanyak 3 responden (7,7%). Sama hal nya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mahendrakrisna, dkk (2019) yang dilakukan di RSUD Kota

Surakarta bahwa dari 420 pasien stroke sebanyak 53,6% orang memiliki rentang

usia 30-45 tahun. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Chraa et al (2014) yang

melaporkan bahwa di Maroko pada tahun 2007 hingga 2010 terdapat 128 kasus

stroke pada usia muda. Pada umumnya stroke dapat menyerang semua golongan

48
usia, namun stroke biasanya lebih banyak terjadi pada golongan usia lanjut

dikarenakan fungsi semua organ tubuh mengalami kemunduran terutama bagian

endotel yang mengalami penebalan pada bagaian intima, sehingga pembuluh darah

menyempit. Namun stroke dapat menyerang golongan usia muda hal tersebut

berpengaruh pada pola makan dan gaya hidup (Masriadi, 2016). Peningkatan

frekuensi stroke seiring dengan peningkatan umur berhubungan dengan proses

penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk

pembuluh darah otak (Noor, 2008). Berdasarkan dari penelitian dar 39 responden

pasien stroke terbanyak masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual sedang

dengan rentang usia 40-44 tahun yaitu sebanyak 7 responden (17,9%).

b. Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan karakteristik

jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dari 39 responden dapat disimpulkan bahwa

responden terbanyak yang terkena stroke adalah berjenis kelamin perempuan yang

berjumlah 24 responden (63,9%). Faktor jenis kelamin perempuan cenderung

memiliki kesejahteraan spiritual tinggi dibanding laki-laki dikarenakan banyak

kaum wanita yang selalu melibatkan dirinya dalam kegiatan keagamaan, baik itu

mengurus fasilitas ibadah ataupun menjadi pelayan kegiatan keagamaan. Penelitian

yang dilakukan oleh Lewis et al (2014) menunjukan jika kesejahteraan spiritual

antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan tetapi skor kesejahteraan

spiritual wanita lebih tinggi daripada skor kesejahteraan spiritual pria. Berdasarkan

hasil penelitian dari 39 responden berdasarkan jenis kelamin pasien stroke yang

berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat kesejahteraan spiritual tinggi yaitu

sebanyak 10 responden (25,6%).

49
c. Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan karakteristik

pendidikan

Berdasarkan pendidikan dari 39 responden stroke di wilayah kerja Puskesmas

Abiansemal 1 persentase terbanyak yaitu pada tingkat pendidikan SMA sebanyak

21 respoden (53,8%). Hal ini di dukung oleh penelitian Patricia, dkk (2015) di

peroleh data tingkat pendidikan paling banyak menderita stroke yaitu SMA

sebanyak 39 orang (52,0%). Tingkat pendidikan sebagai faktor sosial ekonomi

memang tidak berkaitan langsung dengan kejadian stroke. Akan tetapi, tingkat

pendidikan seseorang menentukan sikap orang tersebut terhadap perilaku sehat.

Oleh karena itu, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan

mampu memahami informasi kesehatan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari hari (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan dari penelitian 39 responden

didapatkan dari karakteristik pendidikan responden terbanyak adalah pendidikan

SMA sebanyak 10 responden (15,6%) masuk ke dalam kriteria Tingkat

Kesejahteraan Spiritual Sedang.

d. Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan karakteristik

pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan dari 39 responden stroke di wilayah kerja Puskesmas

Abiansemal 1 presentase terbanyak yaitu pada pekerjaan Wirausaha sebanyak 11

responden (28,2%). Menurut Suryo (2010) jenis pekerjaan seseorang sangat

mempengaruhi pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak pola hidup

sehari hari diantaranya konsumsi makanan, dan pemeliharaan kesehatan.

Berdasarkan dari penelitian 36 responden didapatkan dari karakteristik pekerjaan

50
responden terbanyak adalah pasien stroke yang tidak bekerja sebanyak 7 responden

(17,9%) masuk ke dalam kriteria Kesejahteraan Spiritual Sedang.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor agar

dapat lebih diperhatikan bagi peneliti peneliti yang akan datang dalam

menyempurnakan penelitiannya karena tentu saja penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna dan memiliki beberapa kekurangan untuk di perbaiki lagi. Adapun

keterbatasan penelitian ini yaitu penelitian ini dilakukan pada masa pandemic

Covid-19 sehingga peneliti mengalami sedikit hambatan dalam berinteraksi dan

berkomunikasi dengan responden dalam proses pengambilan data.

51
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien

stroke di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021 dapat

disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan karakteristik usia pasien stroke dari 36 responden, sebagian besar

berada di rentang usia 45-49 tahun sebanyak 13 responden (33,3%), jenis

kelamin sebagian besar berada pada jenis kelamin perempuan sebanyak 24

responden (61,5%), tingkat pendidikan sebagian besar berada pada tingkat

pendidikan SMA sebanyak 21 responden (53,8%), jenis pekerjaan sebagian

besar berada pada jenis pekerjaan wirausaha sebanyak 11 responden (28,2%)

dan tidak bekerja sebanyak 11 responden (28,2%).

2. Tingkat kesejahteraan spiritual terbanyak berada pada tingkat kesejahteraan

spiritual sedang yaitu sebanyak 19 responden (48,7,%). Berdasarkan

karakteristik responden terbanyak dengan tingkat kesejahteraan spiritual

sedang, yaitu karakteristik usia terbanyak berada di rentang usia 40-44 tahun

sebanyak 7 responden (17,9%), berdasarkan karakteristik jenis kelamin

terbanyak pada laki laki yaitu sebanyak 10 responden (25,6%), berdasarkan

karakteristik pendidikan terbanyak adalah tingkat pendidikan SMA yaitu

sebanyak 10 orang (15,6%), berdasarkan karakteristik pekerjaan terbanyak

adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 7 orang (17,9%).


B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka peneliti dapat

sarankan kepada :

1. Kepada perawat poliklinik umum di Puskesmas Abiansemal 1

Diharapkan bagi perawat poliklinik umum tetap mempertahankan

penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi kegiatan promotive, prefentif dan

kuratif tentang pengobatan pada pasien stroke untuk meningkatkan kesejahteraan

spiritual pasien.

2. Kepada peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan

untuk melaksanakan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perawatan

pasien stroke dan dapat melanjutkan penelitian yang telah dilaksanakan dengan

ruang lingkup yang lebih luas.

53
DAFTAR PUSTAKA

A’la, M. Z., Yosep, I., & Agustina, H. R. (2017). Pengaruh Bereavement Life
Review terhadap Kesejahteraan Spiritual pada Keluarga Pasien Stroke. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 5(2). https://doi.org/10.24198/jkp.v5i2.526

Andika Priastana, I. K., Ayu Ratih Agustini, I. G., & Leda Kio, A. (2016).
Hubungan Spiritual Well-Being dengan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bina Usada Bali. NurseLine Journal,
1.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Rineka


Cipta.

B Baticaca, F. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Salemba Medika.

Bariroh, U., S, H. S., & A, M. S. (2016). Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik


Pasien Pasca Stroke. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4, 486–495.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/viewFile/14276/13808

Chraa, M., Louhab, N., & Kissani, N. (2014). Stroke in young adults: About 128
cases. Pan African Medical Journal, 17(January 2014).
https://doi.org/10.11604/pamj.2014.17.37.3226

Chrisnawati, Natalia, C., & Machelia, S. (2017). Hubungan Kesejahteraan Spiritual


dengan Kualiats Hidup Pada Keluarga Pasien Kanker Di Ruang Edelweis
RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Suaka Insan, 20, 1–9.
https://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/view/69/45

Cobb, M. R., Puchalski, C. M., & Rumbold, B. (2012). Oxford Textbook of


Spirituality in Healthcare. In Oxford Textbook of Spirituality in Healthcare.
https://doi.org/10.1093/med/9780199571390.001.0001

Ekşi, H., & Kardaş, S. (2017). Spiritual Well-Being: Scale Development and
Validation. Spiritual Psychology and Counseling, 2(1).
https://doi.org/10.12738/spc.2017.1.0022

Esti, Amira & Johan, T. (2020). Buku Ajar Keperawatan Kleuarga Stroke.pdf.
Pustaka Galeri Mandiri.

Farida, I., & Amalia, N. (2009). Mengantisipasi Stroke : Petunjuk Mudah, Lengkap
dan Praktis Sehari Hari. Buku Biru.

Fisher, J. (2011). The four domains model: Connecting spirituality, health and well-
being. Religions, 2(1), 17–28. https://doi.org/10.3390/rel2010017

54
Fisher, J., & Ng, D. (2017). Presenting a 4-Item spiritual well-being index (4-
ISWBI). Religions, 8(9), 1–13. https://doi.org/10.3390/rel8090179

Hartono, A. (2010). Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. EGC.

Hidayat, A. A. A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.


Health Book Publishing.

Itsna, I. N. (2015). Kesejahteraan Spiritual Dan Tingkat Kecemasan Pada Wanita


Dengan Mioma Uteri Dan Kista Ovarium. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhamada,
7(2), 96–102.

Kemenkes, R. (2019). Infodantin Stroke Kemenkes Ri 2019. In Infodantin Stroke


Kemenkes RI 2019.

Kurniawati, H. (2015). Studi Meta Analisis Spiritual Well Being dan Quality Of
Life. Seminar Psikologi & Kemanusiaan, 2011, 978–979.
https://media.neliti.com/media/publications/183589-ID-studi-fenomenologi-
pengalaman-pasien-kan.pdf

Lewis, S., Salins, N., Raghvendra Rao, M., & Kadam, A. (2014). Spiritual well-
being and its influence on fatigue in patients undergoing active cancer directed
treatment: A correlational study. Journal of Cancer Research and
Therapeutics, 10(3), 676–680. https://doi.org/10.4103/0973-1482.138125

Mahendrakrisna, D., Windriya, D. P., & Gts, A. C. (2019). Karakteristik Pasien


Stroke Usia Muda di RSUD Kota Surakarta. Cdk-274, 46(3), 167–170.

Mansori, Y. K., Dolatian, M., & Shams, J. (2017). Relationship between Death
Anxiety and Spiritual Well-Being in Patients with Gynecologic Cancer.
Advances in Nursing and Midwifery (Faculty of Nursing of Midwifery
Quarterly), 27(3), 28–34. https://doi.org/10.22037/anm.v27i2.18155

Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (1st ed.). Trans Info
Media.

Masturoh, I., & Anggita T, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (p. 307).
Kementerian Kesehatan RI.

Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Salemba Medika.

Nelson, J. M. (2009). Psychology, religion, and spirituality. In Psychology, religion,


and spirituality. https://doi.org/10.1007/978-0-387-87573-6

Noor, N. N. (2008). Epidemiologi. Rineka Cipta.

55
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.

Nursalam. (2015). Konsep & penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan.

Oktavianus. (2014). Asuhan Keperawatan pada Sistem Neurobehavior (cet. 1).


Graha Ilmu.

Paloutzion, R. F., & Park, C. L. (2013). Handbook of the psychology of religion and
spirituality. Guilford Press.

Patricia, H., Kembuan, M. A. H. N., & Tumboimbela, M. J. (2015). Karakteristik


Penderita Stroke Iskemik Yang Di Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Tahun 2012-2013. E-CliniC, 3(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.7402

Pudji Utama, H. N. (2018). Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Kanker dengan


Kemoterapi Di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember. 1–105.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/87665/Hartiena
Nadiya-142310101084_.pdf?sequence=1

Riskesdas 2018. (2018). Laporan Provinsi Bali. In Lembaga Penerbit Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D (2nd ed.). Graha Ilmu.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2018). Dasar Metedologi Penelitian. In Dasar


Metedologi Penelitian.

Sofyan, A. M., Sihombing, I. Y., & Hamra, Y. (2015). Hubungan Umur, Jenis
Kelamin, dan Hipertensi dengan. Medula, 1(1), 24–30.

Sriyanti, N. P., Warjiman, & Basit, M. (2016). Hubungan Kesejahteraan Spiritual


Dengan Kualitas Hidup Pasca Pasien Stroke. Jurnal Keperawatan Suaka
Insan, 1(2), 1–8.
http://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/view/43

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif,


Kombinasi, R&D dan Penelitian Pendidikan. In Alfabeta.

Suryo, J. (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafaan. B First.

Weaver, A., & Terry, C. L. (2013). Keperawatan Kritis (1st ed.). Rapha Publishing.

Wei, D., Liu, X.-Y., Chen, Y.-Y., Zhou, X., & Hu, H.-P. (2016). Effectiveness of
physical, psychological, social, and spiritual intervention in breast cancer
survivors: An integrative review. Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing,

56
3(3), 226. https://doi.org/10.4103/2347-5625.189813
Wicaksana, I., Wati, A., & Muhartomo, H. (2017). Perbedaan Jenis Kelamin
Sebagai Faktor Risiko Terhadap Keluaran Klinis Pasien Stroke Iskemik.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 6(2), 655–
662.

Yulsifa, N. (2016). Hubungan Spiritual Well Being ( Swb ) Dengan Quality of Life
( Qol ) Pasien Stroke. 1–19.

57
Lampiran 1
Jadwal Penelitian Kegiatan Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Stroke
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021
Waktu Kegiatan (dalam Minggu)

No Kegiatan Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan proposal penelitian


2 Seminar proposal penelitian
3 Revisi proposal
4 Pengurusan izin penelitian
5 Pengumpulan data
6 Pengolahan data
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan
9 Sidang hasil penelitian
10 Revisi laporan
11 Pengumpulan KTI

58
Lampiran 2

Realisasi Anggaran Biaya Penelitian

Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke di Wilayah


UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021

Alokasi dana yang diperlukan dalam penelitian ini direncanakan sebagai


berikut:

No Kegiatan Rencana Biaya


1 Tahap Persiapan
a. Penyusunan proposal Rp 300.000,00
b. Penggandaan proposal Rp 200.000,00
c. Presentasi proposal Rp 100.000,00
d. Revisi proposal Rp 100.000,00

2 Tahap Pelaksanaan
a. Kuota Rp 100.000,00
b. Transportasi dan akomodasi Rp 150.000,00

3 Tahap Akhir
a. Penyusunan laporan Rp 200.000,00
b. Penggandaan laporan Rp 200.000,00
c. Presentasi laporan Rp 200.000,00
d. Revisi laporan Rp 150.000,00
e. Biaya tidak terduga Rp 200.000,00

Jumlah Rp 1.900.000,00

59
Lampiran 3

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada

Yth. Bapak/Ibu Calon Responden

Di -

Puskesmas Abiansemal 1

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar


semester VI bermaksud melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingkat
Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke di Wilayah UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 ”, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi DIII
Keperawatan. Berkaitan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk menjadi responden yang merupakan sumber informasi bagi penelitian ini.
Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiannya.

Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya


ucapkan terima kasih.

Badung, 2021

Peneliti

Ni Putu Ayu Pramesti Putri


NIM. P07120018089

60
Lampiran 4
KUISIONER KESEJAHTERAAN SPIRITUAL

Berikan lingkaran sesuai kondisi yang anda rasakan saat ini.

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

CST : Cukup Setuju CTS : Cukup Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS CST S TS CTS STS


1. Saya tidak
merasakan
kepuasan saat
saya berdoa
kepada tuhan
2. Saya tidak tahu
siapa diri saya
sebenarnya,
berasal dari mana
atau kemana
tujuan saya
3. Saya yakin
bahwa Tuhan
mencintai dan
peduli dengan
saya
4. Saya merasa
bahwa kehidupan
ini adalah sebuah
pengalaman

61
berharga
5. Saya percaya
Tuhan itu tidak
peduli dan masa
bodoh dengan
apa yang saya
lakukan sehari-
hari
6. Saya merasa
masa depan saya
tidak jelas
7. Saya memiliki
hubungan yang
penuh arti
dengan Tuhan
8. Saya merasa
sangat bahagia
dan puas dengan
hidup saya
9. Saya merasa
tidak mempunyai
kekuatan dan
dukungan dari
Tuhan
10. Saya merasakan
suatu
kebahagiaan
dalam tujuan
hidup saya
11. Saya yakin

62
bahwa Tuhan
selalu perhatian
dengan masalah
yang saya hadapi
12. Saya sungguh
tidak menikmati
hidup ini
13. Saya secara
pribadi tidak
memiliki
kepuasan dalam
berhubungan
dengan Tuhan
14. Saya merasa
pasti tentang
masa depan saya
15. Hubungan saya
dengan Tuhan
membantu saya
merasa tidak
sendirian
16. Saya merasa
hidup ini penuh
dengan konflik
dan kemalangan
17. Saya merasa
sangat bahagia
ketika dengan
Tuhan
18. Hidup ini terasa

63
tidak punya
banyak arti
19. Hubungan saya
dengan Tuhan
menambah
perasaan bahagia
hidup saya
20. Saya yakin ada
tujuan yang nyata
dalam hidup saya
TOTAL
Hasil interpretasi :

Sumber : sumber kuisioner ini di adopsi dari penelitian Pudji Utama (2018)

64
Lampiran 5

MASTER TABEL
GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL
PADA PASIEN STROKE DI WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS ABIANSEMAL 1 TAHUN 2021

A. Karakteristik Responden

No Nama Umur Coding Jenis Kelamin Coding Pekerjaan Coding Pendidikan Coding
1 Tn. G 47 th 2 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 SMA 3
2 Ny. M 40 th 1 Perempuan 2 Karyawan Swasta 3 Perguruan tinggi 4
3 Tn. B 45 th 2 Laki laki 1 Wirausaha 2 SMA 3
4 Ny. W 55 th 3 Perempuan 2 Wirausaha 2 Perguruan tinggi 4
5 Tn. H 43 th 1 Laki laki 1 PNS 1 Perguruan tinggi 4
6 Ny. C 58 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SD 1
7 Ny. D 58 th 4 Perempuan 2 PNS 1 SMA 3
8 Ny. A 42 th 1 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
9 Tn. D 45 th 2 Laki laki 1 Wirausaha 2 SMA 3

65
10 Ny. G 42 th 1 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4
11 Tn. J 43 th 1 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 SMA 3
12 Ny N 56 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SMA 3
13 Ny E 43 th 1 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
14 Tn. F 44 th 1 Laki laki 1 Tidak bekerja 4 SMA 3
15 Ny W 50 th 3 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
16 Ny. H 50 th 3 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
17 Tn. A 54 th 3 Laki laki 1 Wirausaha 2 Perguruan tinggi 4
18 Ny V 45 th 2 Perempuan 2 Karyawan swasta 3 Perguruan tinggi 4
19 Ny C 47 th 2 Perempuan 2 Karyawan swasta 3 Perguruan tinggi 4
20 Ny. A 44 th 1 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4
21 Ny. M 48 th 2 Perempuan 2 PNS 1 SMA 3
22 Tn K 53 th 3 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 Perguruan tinggi 4
23 Ny. H 48 th 2 Perempuan 2 PNS 1 SMA 3
24 Ny. T 45 th 2 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
25 Ny. I 45 th 2 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 Perguruan tinggi 4
26 Ny. L 43 th 1 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4
27 Tn. P 45 th 2 Laki laki 1 PNS 1 Perguruan tinggi 4
28 Ny. U 45 th 2 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
29 Ny. B 47 th 2 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4

66
30 Tn. G 52 th 3 Laki laki 1 Tidak bekerja 4 SMA 3
31 Tn T 56 th 4 Laki laki 1 PNS 1 SMA 3
32 Ny. D 58 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SMA 3
33 Ny. L 60 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SMA 3
34 Tn. G 65 th 5 Laki laki 1 Tidak bekerja 4 SD 1
35 Tn. S 44 th 1 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 SMA 3
36 Ny. A 46 th 2 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3

Keterangan :
Usia : 40-44 tahun (1); 45-49 tahun (2); 50-55 (3); 56-60 tahun (4); 61-65 tahun (5)
Jenis Kelamin : Laki laki (1); Perempuan (2)
Pendidikan : SD (1); SMP (2); SMA (3); Perguruan Tinggi (4)
Pekerjaan : PNS (1); Wirausaha (2); Karyawan Swasta (3); Tidak bekerja (4)

67
B. Pernyataan

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P19 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total Kriteria
1 1 1 6 6 1 2 5 4 2 5 5 2 1 3 5 2 6 1 6 5 69 Sedang
2 4 4 6 6 1 6 6 6 6 6 6 6 6 4 6 4 4 4 6 2 99 Sedang
3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 120 Tinggi
4 3 4 6 6 6 5 4 6 4 6 4 6 4 6 4 5 3 6 6 6 100 Tinggi
5 2 3 4 6 3 3 4 5 3 4 5 3 2 4 5 2 4 3 4 5 74 Sedang
6 3 3 6 1 2 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 40 Rendah
7 6 1 6 6 1 1 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 6 6 6 6 100 Tinggi
8 6 6 4 4 3 6 4 6 4 4 4 6 5 6 4 6 6 6 4 6 100 Tinggi
9 6 6 6 6 6 3 6 6 3 6 6 3 6 6 6 3 6 3 6 1 100 Tinggi
10 5 2 6 6 3 3 6 6 6 6 6 3 3 6 6 6 6 3 6 6 100 Tinggi
11 1 1 6 6 1 3 6 6 1 6 6 1 1 6 6 1 6 1 6 5 76 Sedang
12 1 3 6 6 1 1 6 6 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 95 Sedang
13 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 3 3 3 3 6 6 4 6 1 95 Sedang
14 1 1 6 6 1 1 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 95 Sedang
15 1 1 1 6 6 1 1 6 1 1 1 1 1 2 2 1 4 1 1 1 40 Rendah
16 1 1 6 5 1 1 5 5 1 6 6 1 1 5 5 4 4 1 5 6 70 Sedang
17 3 4 4 6 1 6 6 3 6 4 6 6 3 6 6 6 6 6 6 6 100 Tinggi

68
18 6 3 6 6 6 3 6 6 1 6 6 6 6 4 6 2 6 3 6 6 100 Tinggi
19 3 6 6 6 6 6 5 5 2 5 6 3 6 5 5 3 6 5 5 6 100 Tinggi
20 1 1 1 6 1 3 1 4 3 4 1 1 1 3 1 3 1 1 2 1 40 Rendah
21 3 2 2 4 3 3 1 4 3 1 1 3 3 3 1 3 1 3 4 6 54 Sedang
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 5 4 1 5 1 6 1 40 Rendah
23 3 5 6 6 1 1 6 6 5 6 6 6 3 4 6 6 6 6 6 6 100 Tinggi
24 1 1 4 2 4 2 2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 2 1 2 2 40 Rendah
25 1 1 6 6 1 1 5 6 3 5 4 3 3 3 3 3 5 1 5 6 71 Sedang
26 1 1 6 6 1 1 6 6 1 6 6 1 1 5 6 1 6 1 6 6 74 Sedang
27 1 1 6 6 1 1 6 6 1 6 6 1 1 6 6 1 6 1 6 6 75 Sedang
28 1 1 5 5 1 1 6 5 1 6 6 1 1 5 6 1 6 1 6 6 71 Sedang
29 3 1 6 4 1 1 6 1 1 4 4 1 1 4 6 3 4 1 4 4 60 Sedang
30 3 3 6 5 3 3 5 6 6 6 5 6 6 4 6 3 6 6 6 6 100 Tinggi
31 3 3 4 4 1 1 5 1 1 6 5 1 1 6 6 3 6 3 6 6 72 Sedang
32 6 6 6 6 3 6 5 6 6 6 4 6 6 5 6 3 3 3 6 6 104 Tinggi
33 3 4 6 6 3 6 6 6 3 6 6 3 3 6 6 6 3 3 6 6 97 Sedang
34 3 6 6 6 6 6 6 6 5 6 5 2 2 5 5 2 1 6 6 5 95 Sedang
35 1 1 6 6 1 3 6 1 1 6 6 1 1 6 6 1 6 1 6 5 71 Sedang
36 1 1 6 6 1 3 1 6 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 40 Rendah

69
Lampiran 6

LEMBAR VALIDITAS KUISIONER


Pernyataan r Hitung r Tabel Validitas
P.1 0,621 0,374 Valid
P.2 0,645 0,374 Valid
P.3 0,628 0,374 Valid
P.4 0,601 0,374 Valid
P.5 0,601 0,374 Valid
P.6 0,479 0,374 Valid
P.7 0,614 0,374 Valid
P.8 0,769 0,374 Valid
P.9 0,673 0,374 Valid
P.10 0,690 0,374 Valid
P.11 0,815 0,374 Valid
P.12 0,734 0,374 Valid
P.13 0,789 0,374 Valid
P.14 0,668 0,374 Valid
P.15 0,691 0,374 Valid
P.16 0,616 0,374 Valid
P.17 0,680 0,374 Valid
P.18 0,797 0,374 Valid
P.19 0,718 0,374 Valid
P.20 0,718 0,374 Valid
Total 1,000 0,374

70
Lampiran 7

VALIDASI BIMBINGAN

71
Lampiran 8. Permohonan izin penelitian kampus

72
lampiran 9. Surat DPMPTSP Provinsi Bali

73
lampiran 10. Surat DPMPTSP Kabupaten Badung

74
Lampiran 11. Surat Dinas Kesehatan Kabupaten Badung

75
76

Anda mungkin juga menyukai