OLEH :
NI PUTU AYU PRAMESTI PUTRI
P07120018089
Oleh:
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
iii
LEMBAR PENGESAHAN
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : P07120018089
Jurusan : Keperawatan
adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
mestinya.
v
DESCRIPTION OF THE SPIRITUAL WELL-BEING LEVEL OF STROKE
PATIENT IN THE WORK AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER 1
ABIANSEMAL IN 2021
ABSTRACT
Spiritual well-being is a way of life, a lifestyle that views and makes life enjoyable
and purposeful. This study aims to determine the spiritual level of stroke patients
in the Work Area of the Abiansemal 1 Public Health Center UPTD in 2021. The
method used in this research is quantitative research with descriptive research
design. The sampling technique used in this study was total sampling. With a sample
of 39 people who are people who have suffered a stroke. Data were collected using
a Spiritual Well-Being Scale (SWBS) questionnaire. The SWBS scale uses a 6-point
Likert scale, starting from the statement "strongly disagree" point 1, "quite
disagree" point 2, "disagree" point 3, "agree" point 4, "quite agree" point 5,
"strongly agree "Point 6 and the highest score for the SWBS scale is 120. The
classification of the SWBS questionnaire score is 20-40 = low spiritual well-being,
41-99 = moderate spiritual well-being, 100-120 = high spiritual well-being. The
results of this study indicate that the majority of respondents have a moderate level
of spiritual well-being, namely 19 respondents (48.7%)
vi
GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL PADA PASIEN
STROKE DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
ABIANSEMAL 1 TAHUN 2021
ABSTRAK
Kesejahteraan spiritual merupakan cara hidup, gaya hidup yang memandang dan
menghidupkan hidup menjadi menyenangkan dan memiliki tujuan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat spiritual pasien stroke di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Dengan
sampel sebanyak 39 orang yang merupakan masyarakat yang menderita stroke.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner Spiritual Well-Being
Scale (SWBS). Skala SWBS menggunakan 6 poin skala Likert, dimulai dari
pernyataan “sangat tidak setuju” poin 1, “cukup tidak setuju” poin 2, “tidak setuju”
poin 3, “setuju” poin 4, “cukup setuju” poin 5, “sangat setuju” point 6 dan skor
tertinggi untuk skala SWBS adalah 120. Adapun klasifikasi skor kuisioner SWBS
yaitu, skor 20-40 = kesejahteraan spiritual rendah, skor 41-99 = kesejahteraan
spiritual sedang, skor 100-120 = kesejahteraan spiritual tinggi. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kesejahteraan spiritual
sedang yaitu sebanyak 19 responden (48,7%).
vii
RINGKASAN PENELITIAN
viii
penelitian deskriptif. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non probability dengan sampling kuota. Dengan sampel sebanyak 36 orang
yang merupakan masyarakat yang menderita stroke. Penelitian ini dilakukan dari
bulan Maret – April 2021.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki
tingkat kesejahteraan spiritual sedangn yaitu sebanyak 18 orang (50,0%).
Berdasarkan karakteristik usia, mayoritas responden yang memiliki tingkat
kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada rentang umur 40-44 tahun sebanyak 7
orang (19,4%). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, mayoritas responden yang
memiliki tingkat kesejahteraan spirituak sedang yaitu jenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 10 orang (27,8%). Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan,
mayoritas responden yang memiliki tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu
berada pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 21 orang (58,3%).
Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan, mayoritas responden yang memiliki
tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada jenis pekerjaan PNS sebanyak 6
orang (16,7%).
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021” tepat pada waktunya. Karya
tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk
Kemenkes Denpasar.
3. I Nengah Sumirta, SST, M.Kes., selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga
yang telah memberikan izin karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat
x
menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Jurusan Keperawatan
6. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing mata Kuliah Metodologi Keperawatan dan
mata kuliah Keperawatan Komunitas yang telah memberikan ilmu yang dapat
7. Orang tua, keluarga, dan sahabat peneliti yang telah memberikan dorongan dan
inspirasi.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini yang tidak
Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju kearah yang lebih
baik, karenanya sumbang saran untuk perbaikan sangat penulis harapkan dan
semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
xii
3. Manfaat kesejahteraan spiritual ..................................................................... 8
B. Konsep Stroke............................................................................................. 12
1. Pengertian stroke......................................................................................... 12
5. Penatalaksanaan .......................................................................................... 19
6. Patofisiologi ................................................................................................ 20
xiii
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 30
penelitian .................................................................................................... 40
Responden .................................................................................................. 48
A. Simpulan..................................................................................................... 52
B. Saran........................................................................................................... 53
xiv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 54
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
xvi
Tabel 9 Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam
akibat gangguan aliran darah ke otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan berbicara, proses berpikir, daya ingat dan
bentuk bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak. Black dan
diakibatkan oleh interupsi aliran darah menuju kebagian bagian otak secara tiba tiba
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting dan perlu
kasus stroke, baik itu kasus baru maupun rekuren. 610.000 di antaranya merupakan
suatu kasus yang baru, dan 185.000 adalah kasus rekuren. Setiap 40 detik,
13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke.
Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas akibat stroke terjadi
pada Negara berpendapatan rendah dan menengah. Lebih dari empat dekade
terakhir, kejadian stroke pada Negara berpendapatan rendah dan menengah
meningkat lebih dari dua kali lipat. Sementara itu, kejadian stroke menuurun
sebanyak 42% pada Negara berpendapatan tinggi. Selama 15 tahun terakhir, rata
rata stroke terjadi dan menyebabkan kematian lebih banyak kepada Negara
Stroke juga dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering dijumpai pada
populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, resiko yang terjadi bisa berlipat ganda
setiap kurun waktu 10 tahun (Sofyan et al., 2015). Secara nasional, prevalensi stroke
prevalensi tertinggi stroke di Indonesia. Sementara itu, Papua dan Maluku Utara
memiliki prevalensi stroke terendah di bandingkan provinsi lainnya, yaitu 4,1% dan
lebih banyak pada kelompok umur 75 tahun ke atas (50,2%) dan proporsi penderita
stroke paling sedikit adalah pada kelompok umur 15-24 tahun. Laki laki dan
perempuan memiliki proporsi kejadian stroke yang hampir sama yaitu 11,0% dan
10,9%. Sebagian besar penduduk yang terkena stroke memiliki pendidikan tamat
SD (29.5%). Hal ini sama dengan karakteristik penyakit tidak menular lainnya
(Kemenkes, 2019)
2
Dokter menurut provinsi tahun 2018, Bali memiliki Proporsi cukup tinggi yaitu
sebesar 10,7% atau sebanyak 12 ribu jiwa dengan proporsi kontrol stroke rutin ke
fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 44,3%, proporsi kontrol stroke tidak rutin
sebesar 40,3%, proporsi kontrol stroke tidak memeriksakan ulang sebesar 15,8%
kontrol stroke tidak rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 32,4% dan
ini. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi nomor dua baik di negara
berkembang atau pun di negara maju. Selain itu stroke merupakan penyebab utama
sampai saat lesi tersebut menetap yang menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
Kerusakan sel otak pasca stroke menyebabkan kecacatan fungsi sensorik, motoric
berkomunikas dengan orang lain sampai aktivitas gerak (Bariroh et al., 2016)
Sebagian besar pasien pasca stroke akan mengalami gejala sisa yang sangat
3
bervariasi sesuai dengan lokasi otak yang mengalami penyumbatan. Gejala sisa ini
dapat berpengaruh pada kehidupan pasien dalam berbagai aspek seperti aspek fisik,
emosional, psikologis, kognitif, dan sosial yang akan berdampak pada penurunan
kehidupan yang dilihat dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal
serta hubungannya dengan tujuan, harapan, standar dan hal-hal lain yang menjadi
perhatian individu (Bariroh et al., 2016). Aspek kualitas hidup terdiri dari kesehatan
pengembangan diri yang dilakukan secara sengaja, biasanya datang atas dasar
kesesuaian antara pengalaman hidupnya yang bermakna, memiliki tujuan dan nilai
ditandai dengan seseorang memiliki hubungan yang harmonis dengan diri sendiri,
komunitas atau orang lain, lingkungan dan Tuhan (Sriyanti et al., 2016).
dimana spiritualitas sebagai salah satu domain dalam kualitas hidup (Kurniawati,
2015). Semakin sejahtera tingkat spiritual pasien maka akan semakin baik kualitas
hidup pasien (Sriyanti et al., 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke menunjukan bahwa dari 43 pasien pasca stroke
yang menjadi responden di Ruang Poli Saraf RSUD Ulin Banjarmasin bulan Maret-
4
April 2016 sebanyak 33 (76,7%) responden memiliki tingkat kesejahteraan spiritual
spiritual yang cukup baik. Menurut Sriyanti dkk (2016) pasien yang terpenuhi
dengan aktivitas kerohanian secara personal yang baik, disamping itu yang turut
mempengaruhi adalah dari diri pasien itu sendiri yang sudah bisa menyesuaikan
dengan keadaannya sehingga pasien lebih menerima kondisi, yang membuat pasien
berdamai dengan dirinya sendiri, orang lain, alam sekitarnya dan juga dengan
Tuhan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui tingkat spiritual pasien
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien stroke
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
5
b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai pemenuhan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
b. Bagi Masyarakat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
spiritual dan kesejahteraan spiritual (Ekşi & Kardaş, 2017). Spiritulitas adalah
dimensi integral dari manusia dan telah diakui sebagai faktor penting dalam
tujuan dan makna dari kehidupan (Nelson, 2009). Kesejahteraan spiritual mengacu
pada kegembiraan akan rasa menerima, emosi positif dan rasa interaksi positif
dengan kekuatan “superior”, dengan orang lain, diri sendiri dan dicapai melalui
Kesejahteraan spiritual merupakan inti dari kesehatan manusia dan yang mendasari
dimensi fisik, psikologis dan dimensi sosial serta kesejahtaraan seseorang (Mansori
kualitas hubungan yang dimiliki seseorang pada empat wilayah, yaitu hubungan
dengan Tuhan, orang lain, alam dan diri sendiri (Fisher & Ng, 2017).
7
spiritual diidentifikasikan melalui karakteristik seperti stabilitas dalam kehidupan,
kedamaian, rasa hubungan dekat dengan diri sendiri, Tuhan, orang lain dan
lingkungan, makna hidup serta tujuan hidup (Mansori et al, 2017). Kesejahteraan
merasakan adanya kepuasan yang berkaitan dengan Tuhan atau tujuan dan makna
hidup.
menurut Paloutzian dan Ellison dalam (Cobb et al, 2012) memiliki dua dimensi,
meliputi :
Dimensi ini berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan. Dimensi ini
menilai hubungan seseorang dengan Tuhan (seperti berdoa, percaya bahwa Tuhan
peduli dan mencintai, hubungan dengan Tuhan bermakna, memiliki hubungan yang
Dimensi eksistensial menekankan pada makna dan tujuan hidup. Penilaian diri
terhadap tujuan dan kepuasan hidup seseorang, seperti hidup adalah pengalaman
yang positif, puas dengan kehidupan, menikmati kehidupan, hidup memiliki tujuan
dan makna.
Priastana et al., 2016), yaitu memiliki rasa kepuasan terhadap kehidupan, menjaga
8
keseimbangan dan kontrol hidup, membangun hubungan yang positif, memiliki
makna dan tujuan dalam kehidupan, memiliki kemampuan yang bersumber pada
diri sendiri dengan kekuatan yang lebih tinggi dari individu tersebut dan menerima
a. Domain personal
b. Domain Communal
antara diri sendiri dan orang lain, termsuk rasa cinta, keadilan, harapan dan
c. Domain environmental
d. Domain transcendental
Hubungan seseorang dengan kekuatan yang paling tinggi, kekuatan yang suci
dan tidak terbatas serta menjalin hubungan dengan pencipta. Domain ini melibatkan
9
Faktor usia akan mempengaruhi kesejahteraan spiritual hal tersebut
bertambahnya usia. Semakin tua usia pasien, dimensi transcendental lebih penting
b. Jenis kelamin
kesejahteraan spiritual antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan
tetapi skor kesejahteraan spiritual wanita lebih tinggi daripada skor kesejahteraan
spiritual pria.
unsur baik religius maupun non religius. Alat ukur yang digunakan dalam
mengukur kesejahteraan spiritual beraneka ragam. Terdapat tiga alat ukur yang
Alat ukur SAS dikembangkan dari perspektif keperawatan yang dipandu oleh
tujuan dan makna hidup serta transendensi. SAS terdiri dari 28 item pertanyaan
dengan menggunakan 5 poin skala Linkert, di mulai dari pernyataan sangat tidak
Scale (Facit-SP)
Alat ukur ini adalah ukuran yang paling umum digunakan untuk kesejahteraan
10
mencakup 2 subskala, yaitu makna / kedamaian dan iman. Instrumen kesejahteraan
spiritual ini terdiri dari 12 item pertanyaan dengan skor total 0-44 (Hasegawa dkk.,
2017).
telah digunakan lebih dari 300 artikel yang diterbitkan dan 200 disertasi serta
tesis (Paloutzian dan Park, 2014). SWBS telah digunakan dalam penilaian
Skala penilaian SWBS terdiri dari dua sub skala, yaitu mengukur
EWB menghasilkan penilaian diri terhadap tujuan hidup individu dan kepuasan
hidup secara keseluruhan dan sub skala RWB memberikan penilaian diri
SWBS berisi 20 item, dimana 10 item menilai RWB dan 10 item menilai EWB
(Soleimani dkk., 2016). Skala SWBS menggunakan 6 poin skala Likert, dimulai
dari pernyataan “sangat tidak setuju” poin 1, “cukup tidak setuju” poin 2, “tidak
setuju” poin 3, “setuju” poin 4, “cukup setuju” poin 5, “sangat setuju” point 6
dan skor tertinggi untuk skala SWBS adalah 120. Klasifikasi skor menurut
11
a. Skor 20-40 = kesejahteraan spiritual rendah
SWBS karena telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian dalam bidang
kesehatan, kuisioner SWBS dapat digunakan oleh seluruh umat beragama, item
per item yang digunakan dalam SWBS menunjukkan tentang makna hidup dan
transendensi namun. Selain itu instrumen ini dapat mengetahui masalah yang
didapatkan menggunakan alat ukur ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memberikan intervensi kepada klien yang memiliki masalah dalam hal religius
atau eksistensial.
B. Konsep Stroke
1. Pengertian stroke
CVA atau cedera serebrovaskular adalah gangguan suplai darah otak secara
mendadak sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat
pecahnya pembuluh darah otak. Gangguan pada aliran darah ini aka menguramgi
suplai oksigen, glukosa, dan nutrien lain kebagian otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang terkena dan mengakibatkan gangguan pada sejumlah fungsi
12
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk bentuk kecacatan yang lain
sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2011). Stroke adalah suatu keadaan
yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkab
Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan neurologis yang
disebabkan oleh sumbatan atau interupsi sirkulasi darah normal ke otak.Dua tipe
stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke hemoragik lebih jauh
Terry, 2013).
2. Penyebab stroke
a. Trombosis sereberal
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
b. Hemoragik
13
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam perdarahan dalam
ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
c. Hipoksia umum
hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang turun akibat
aritmia
d. Hipoksia setempat
hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang turun akibat
aritmia
faktor risiko stroke yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat
1.) Usia
Stroke dapat menyerang segala usia, tetapi semakin tua usia seseorang maka
14
Laki laki dua kali lebih berisiko dari pada perempuan, tetapi jumlah perempuan
4.) Ras
2.) Merokok
plak pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah. Nikotin
Karena kolestrol tidak dapat langsung larut dalam darah dan cenderung
15
diabetes cenderung menderita obesitas. Obesitas dapat mengakibatkan hipertensi
dan tingginya kadar kolesterol dimana keduanya merupakan faktor risiko stroke.
Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu berbagai
penyakit yang menyerang, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Salah satu
contoh life style yaitu berkaitan dengan pola makan. Generasi muda biasanya sering
makanan siap saji yang serat lemak dan kolesterol namun rendah sehat. Kemudian,
seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng atau makanan dengan kadar gula
dan lain-lain. Faktor gaya hidup lain yang dapat beresiko terkena stroke yaitu
sedentary life style atau kebiasaan hidup santai dan malas berolah raga. Hal ini dapat
tumpukan kadar lemak dan kolestrol dalam darah yang beresiko membentuk
ateroskelorosis (plak) yang dapat menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat
6.) Obesitas
dapat menimbulkan faktor risiko lainnya seperti tekanan darah tinggi, tingginya
Konsumsi alkohol meningkatkan risiko stroke. Minum alkohol lebih dari satu
gelas pada pria dan lebih dua gelas pada pria dapat mengakibatkan peningkatan
16
tekanan darah. Selain itu, minum tiga gelas kopi sehari dapat meningkatkan tekanan
8.) Stres
4. Klasifikasi stroke
a. Stroke hemoragik
subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak
tertentu. Stroke ini biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bias juga terjadi pada saat istirahat. Kesadaran klien umunya menurun.
Stroke non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
sereberal. Stroke ini biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
17
Jantung Batas jantung Patoogi Lebih sering Alat jantung
(heart) mengalami jantung kardiosklerosis endokarditis,
dilatasi, tekanan jarang , tanda aritmia
aorta terdengar hipertonik kardiak
pada bunyi jantung
jantung II
Tekanan Hipertensi arteri Jarang Bervariasi Bervariasi
darah (blood meningkat
preassure) (mungkin
menetap tak
berubah)
Paresis atau Hemiplegia Bisa tidak Hemiparesis Hemiparesis,
plegia dengan aktivitas ada. Jarang lebih kelemahan di
ekstremitas berlebih, pada lutut prominen pada salah satu
ekstensi salah satu ekstremitas
abnormal ekstremitas lebih tampak
bisa mengarah daripada
ke hemiplegia yang lainnya.
Kadang-
kadang
mengarah ke
hemplegia
Tanda Kadang-kadang Kadang- Unilateral l Unilateral
Patologi bilateral, kadang
tampak lesi mengarah ke
pada salah satu bilateral
sisi serebral
Rata-rata Cepat Cepat Secara Cepat
perkembang perlahan
an penyakit
Serangan Jarang 30% Jarang Jarang
Tanda awal Kadang-kadang Hamper Jarang Jarang pada
iritasi selalu gejala awal
meningeal penyakit
Pergerakan Kadang-kadang Kadang- Kadang- Jarang
mata kadang kadang
Cairan Berdarah atau Kadang- Tidak Tidak
cerebrospi xanthocromic kadang berawar berwarna dan
na l dengan perdarah na dan jernih
peningkatan an jernih
tekanan
Fundus Kadang-kadang Jarang Perubah Perbedaan
mata perdarahan dan perdarah an perubahan
18
perubahan an sklerotik pembuluh
pembuluh darah pembulu darah
han (arterosklero
darah sis dan
vaskulitis)
Echo-EG Terdapat tanda tidak Tidak
pergantian M- terdapat terdapat
echo dan perganti tanda
hematoma an tanda perganti
M- echo an M-
di echo
edema atau
otak dan kemung
hiperten kinan
si perganti
intrakra a hingga
nial 2mm
keutuha
n
hemisfer
pada
hari
pertama
seranga
n stroke
Sumber : Baticaca, 2008
5. Penatalaksanaan
a. Fase akut
Fase akut stroke biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yang koma pada
penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini
b. Fase rehabilitasi
sehingga mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari hari. Sasaran utama
pada fase ini adalah pasien dan keluarga meliputi perbaikan mobilitas, menghindari
19
nyeri bahu, pencapaian perawatan diri, mendapatkan kontrol kandung kemih,
integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak adanya komplikasi. Pada fase
rehabilitasi ini pasien dapat di rawat di rumah sakit, di pusat rehabilitasi ataupun di
7. Patofisiologi
bergantung pada lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
terganggu dan dapat berubah makin lambat atau cepat, karena adanya gangguan
lokal seperti thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular atau karena
infrak pada otak. Thrombus (bekuan darah) berasal dari plak aterosklerotik dan
darah dapat beku di areanstenosis, sehingga yang terjadi aliran darah mengalami
Thrombus bisa pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus menyebabkan iskemia jaringan otak dan edema serta
20
8. Manifestasi klinis stroke
a. Stroke iskemik
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampaibeberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud
b. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengandaerah otak yang
terkena.
1.) lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran menempatkan
posisi.
2.) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruh indra dan memori
4.) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik,
intelektual
21
dialami pasien yaitu :
tidak jelas).
Pasien stroke dapat beresiko mengalami depresi dan isolasi sosial, sehingga
22
ketentraman/ketenangan hati(misal, kedamaian), menyatakan keinginannya
3. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar daripada diri sendiri meliputi,
meliputi:
23
Pada tahap perkembangan, ditemukan adanya persepsi tentang Tuhan dan
bentuk sembahyang yang berbeda-beda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian
anak.
b. Jenis Kelamin
tinggi dibanding laki-laki dikarenakan banyak kaum wanita yang selalu melibatkan
dirinya dalam kegiatan keagamaan, baik itu mengurus fasilitas ibadah ataupun
model bagi suami, istri ataupun anak. Keluarga sebagai lingkungan pertama yang
dikenal memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual,
karena keluarga memilliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
Keyakinan, sikap, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya
mengikuti keyakinan yang dianut oleh keluarganya termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
terisolasi dari dunia luar. Adanya perubahan pada pola aktivitas sehari-hari seperti
24
menghadiri acara resmi, berkumpul bersama keluarga atau teman dekat.
25
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah. (Hidayat, 2010). Konsep
1. Usia
Tingkat Kesejahteraan 2. Jenis kelamin
Spiritual 3. Pendidikan
4. pekerjaan
1. Tinggi
2. Rendah
3. Sedang
Pasien Stroke
Keterangan :
: tidak diteliti
: diteliti
: Alur
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel penelitian
Pada penelitian ini variable yang digunakan adalah satu variable yaitu Tingkat
2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi dari variable variable yang akan diteliti
secara operasional di lapangan (Masturoh & Anggita T, 2018). Pada bagian ini akan
membahas tentang penjelasan atau definisi yang dibuat oleh peneliti tentang focus
27
Tabel 2
Definisi Operasional Variabel Penelitian Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Stroke
1 2 3 4 5
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dalam komunitas tertentu, termasuk di bidang rekam medis dan informasi kesehatan
1. Populasi penelitian
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Populasi pada penelitian ini adalah 39 pasien stroke di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang secara nyata diteliti dan di tarik kesimpulan (Masturoh & Anggita T,
2018). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total
29
sampling. Teknik total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2019). Jadi jumlah sampel pada
penelitian ini adalah sebanyak 39 orang pasien stroke di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1.
Subjek pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Berikut adalah kriteria inklusi dan eksklusi dari subjek penelitian ini :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria inklusi dari
b. Kriteria eksklusi
kriteria inklusi (Nursalam, 2016). Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
Pada penelitian ini menggunakan jenis Data Primer dan Data Sekunder.
Dimana Data Primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
merupakan data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada
30
2. Teknik pengumpulan data
pengumpulan data jika peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi yang akan
untuk dijawab (Masturoh & Anggita T, 2018). Langkah- langkah pengumpulan data
sebagai berikut :
data.
Poltekkes Denpasar.
Abiansemal 1
e. Melakukan pemilihan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang
sudah ditentukan.
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.
akan dilakukan secara luring dan akan dikumpulkan oleh peneliti sendiri.
31
h. Mengumpulkan hasil pengisian kuisioner yang telah diisi oleh responden,
yang dimana kuisioner SWBS ini sudah banyak digunakan pada penelitian untuk
& Park, 2013) pada kuisioner ini menggunakan skala likert. Skala likert merupakan
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang suatu gejala atau fenomena dalam penelitian (Masturoh & Anggita T,
2018). Kuesioner SWBS terdiri dari 20 pernyataan yang terdiri dari dua subskala,
SWBS menggunakan skala Linkert dengan nilai 1-6 tiap item-item pernyataan.
Pernyataan Favorable dinyatakan dalam poin 1 untuk sangat tidak setuju (STS),
poin 2 cukup tidak setuju (CTS), poin 3 tidak setuju (TS), poin 4 setuju (S), poin 5
untuk cukup setuju (CS) dan poin 6 untuk sangat setuju (SS), sedangkan pernyataan
akhir penilaian adalah skor kesejahteraan spiritual, total skor kesejahteraan spiritual
Analisis data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini
berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisis inilah data yang diperoleh peneliti
bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah (Siyoto &
Sodik, 2018).
32
1. Pengolahan Data
data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok mentah dengan menggunakan
a. Editing
data yang dikumpulkan atau diperoleh. Editing dilakukan saat tahap pengumpulan
data atau juga dapat dilakukan saat data telah terkumpul.Peneliti melakukan editing
dengan cara memeriksa satu per satu kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui
kelengkapan data yang diberikan responden. Jika data belum lengkap maka dapat
b. Coding
data dengan cara memberikan kode numerik/ angka menjadi beberapa kategori.
Saat pengolahan dan analisis data menggunakan komputer, pemberian kode ini
sangat penting dilakukan. Kegunaan dari coding adalah mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Pada penelitian ini, peneliti
akan memberikan kode angka untuk mempermudah melakukan tabulasi dan analisa
data.
c. Processing
Setelah semua data terisi penuh dan benar serta sudah melewati pengkodean,
maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang dimasukkan dapat
dianalisis. Pada tahap ini, jawaban-jawaban yang salah sudah diberikan kode
33
kategori kemudian dimasukkan ke dalam tabel dengan cara manual dan melalui
pengolahan komputer.
d. Cleaning
Pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar atau belum,
mengecek kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.
tabel distribusi.
2. Analisa Data
Data penelitian akan dianalisis dengan cara analisis statistic deskriptif. Analisis
deskriptif adalah suatu usaha mengumpulkan dan menyusun data. Setelah data
meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam, 2015).
F. Etika Penelitian
Penelitian ini menghormati hak hak responden dan tidak merugikan responden.
clearance dari kondisi etik. Responden akan diberi naskah PSP dan informed
budaya dan menjamin kerahasiaan sebagai subjek peneliti. Untuk itu peneliti
2. Beneficence
34
Beneficence yaitu tidak berbuat merugikan subjek. Peneliti telah
3. Justice
4. Confidentiality
masalah lainnya.
35
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
penduduk sehingga sangat sulit menentukan data riil penduduk. Dalam wilayah
kerjanya, hampir semua lokasi publik maupun akses ke rumah rumah penduduk
dilengkapi dengan sarana transportasi jalan yang bisa dilalui dengan kendaraan roda
empat dan beberapa ruas jalan yang dilalui oleh kendaraan roda 2.
desa yaitu Desa Abiansemal yang terdiri dari 8 Banjar, Desa Dauh Yeh Cani yang
terdiri dari 6 Banjar, Desa Blahkiuh yang terdiri dari 7 Banjar, Desa Sangeh yang
terdiri dari 5 Banjar, Desa Ayunan yang terdiri dari 4 Banjar. Jumlah penduduk di
Bongkasa, selatan Desa Mambal, dan di sebelah barat Desa Penarungan, Desa Baha
yang terdiri dari beberapa jenis tenaga seperti Kepala Puskesmas, Ka. Sub. Bag.,
TU, Dokter Umum PNS, Dokter Umum PTT, Dokter Tenaga Peningkatan, Dokter
Gigi, Perawat DIII PNS, Ners/PTT, Ners tenaga peningkatan, DIII Perawat tenaga
Gigi, Bidan PNS, Bidan peningkatan pelayanan, Bidan PTT, Bidan peningkatan
Asisten Apoteker, analisa lab, analis tenaga peningkatan lab, ahli gizi, Sarjana
Abiansemal 1 ini sangat ramah dan sangat membantu kelancaran penelitian yang
sedang berlangsung.
kelamin, pendidikan dan pekerjaan dapat diuraikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
37
a. Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 yang terbagi menjadi usia 40-44
tahun, 45-49 tahun, 50-55 tahun, 56-60 tahun, dan 61-65 tahun dilihat pada tabel 3
dibawah ini.
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
menjadi responden, usia yang paling banyak menderita stroke yaitu umur 45-49
tahun sebanyak 13 responden (25,6%) dan yang paling sedikit yaitu usia 61-65
38
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansema 1 adalah terdiri dari tamatan SD,
SMA dan Perguruan Tinggi dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
39
Berdasarkan data pada tabel 5 didapatkan bahwa dari 39 responden, pendidikan
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
PNS 10 25,6
Wirausaha 11 28,2
Karyawan Swasta 7 17,9
Tidak Bekerja 11 28,2
Jumlah 39 10,0
terbanyak pada pasien stroke adalah Wirausaha dan pasien stroke yang tidak
penelitian
persentase tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke adalah sebagai berikut
40
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Spiritual di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
Tinggi 14 35,9
Sedang 19 48,7
Rendah 6 15,4
Jumlah 39 100,0
pada pasien stroke berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan.
kelompok usia
41
Tabel 8
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan Kelompok Usia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
Tahun 2021
f % f % f % f %
Berdasarkan data pada tabel 8, dapat diketahui bahwa pasien stroke terbanyak
masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual sedang dengan rentang usia 40-44
kelamin
42
Tabel 9
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
Berdasarkan data pada tabel 9, dapat diketahui bahwa pasien stroke yang
sebanyak 10 responden (25,6%), dan pasien stroke yang berjenis kelamin laki laki
tingkat pendidikan
43
Tabel 10
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
f % f % f % f %
Berdasarkan data pada tabel 10, dapat diketahui bahwa pasien stroke terbanyak
pekerjaan
44
Tabel 11
Distribusi Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual pada Pasien Stroke
Berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Abiansemal 1 Kecamatan Abiansemal
Kabupaten Badung Tahun 2021
Berdasarkan data pada tabel 11, dapat diketahui bahwa pasien stroke terbanyak
masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada pasien stroke
a. Usia
menjadi responden, usia yang paling banyak menderita stroke yaitu umur 45-49
tahun sebanyak 13 responden (25,6%) dan yang paling sedikit yaitu usia 61-65
tahun sebanyak 3 responden (7,7%). Sama hal nya dengan penelitian yang
Surakarta bahwa dari 420 pasien stroke sebanyak 53,6% orang memiliki rentang
45
usia 30-45 tahun. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Chraa et al (2014) yang
melaporkan bahwa di Maroko pada tahun 2007 hingga 2010 terdapat 128 kasus
struke pada usia muda. Pada umumnya stroke dapat menyerang semua golongan
usia, namun stroke biasanya lebih banyak terjadi pada golongan usia lanjut
endotel yang mengalami penebalan pada bagaian intima, sehingga pembuluh darah
menyempit. Namun stroke dapat menyerang golongan usia muda hal tersebut
berpengaruh pada pola makan dan gaya hidup (Masriadi, 2016). Peningkatan
b. Jenis Kelamin
dikarenakan banyak kaum wanita yang selalu melibatkan dirinya dalam kegiatan
keagamaan, baik itu mengurus fasilitas ibadah ataupun menjadi pelayan kegiatan
keagamaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Lewis et al., 2014) menunjukan jika
kesejahteraan spiritual antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan
tetapi skor kesejahteraan spiritual wanita lebih tinggi daripada skor kesejahteraan
spiritual pria.
c. Pendidikan
pada pasien stroke terbanyak adalah SMA sebanyak 21 respoden (53,8%). Hal ini
46
di dukung oleh penelitian Patricia, dkk (2015) di peroleh data tingkat pendidikan
didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang di kembangkan. Jenjang atau
ekonomi memang tidak berkaitan langsung dengan kejadian stroke. Akan tetapi,
sehat. Oleh karena itu, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
d. Pekerjaan
terbanyak pada pasien stroke adalah Wirausaha dan pasien stroke yang tidak
mempunyai dampak pola hidup sehari hari diantaranya konsumsi makanan, dan
pemeliharaan kesehatan.
pasien stroke terbanyak adalah tingkat sedang yaitu sebesar 19 responden (48,7%).
47
bahwa pasien stroke terbanyak masuk ke dalam tingkat kesejahteraan spiritual
sedang dengan rentang usia 40-44 tahun yaitu sebanyak 7 responden (17,9%).
berdasarkan jenis kelamin pasien stroke yang berjenis kelamin perempuan memiliki
pasien stroke yang berjenis kelamin laki laki memiliki tingkat kesejahteraan
sedang pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 10 responden (15,6%), dan
tingkat kesejahteraan spiritual sedang yaitu pada pasien stroke yang tidak bekerja
Karakteristik Responden
usia
menjadi responden, usia yang paling banyak menderita stroke yaitu umur 45-49
tahun sebanyak 13 responden (25,6%) dan yang paling sedikit yaitu usia 61-65
tahun sebanyak 3 responden (7,7%). Sama hal nya dengan penelitian yang
Surakarta bahwa dari 420 pasien stroke sebanyak 53,6% orang memiliki rentang
usia 30-45 tahun. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Chraa et al (2014) yang
melaporkan bahwa di Maroko pada tahun 2007 hingga 2010 terdapat 128 kasus
stroke pada usia muda. Pada umumnya stroke dapat menyerang semua golongan
48
usia, namun stroke biasanya lebih banyak terjadi pada golongan usia lanjut
endotel yang mengalami penebalan pada bagaian intima, sehingga pembuluh darah
menyempit. Namun stroke dapat menyerang golongan usia muda hal tersebut
berpengaruh pada pola makan dan gaya hidup (Masriadi, 2016). Peningkatan
pembuluh darah otak (Noor, 2008). Berdasarkan dari penelitian dar 39 responden
jenis kelamin
responden terbanyak yang terkena stroke adalah berjenis kelamin perempuan yang
kaum wanita yang selalu melibatkan dirinya dalam kegiatan keagamaan, baik itu
antara pria dan wanita tidak ada perbedaan yang signifikan tetapi skor kesejahteraan
spiritual wanita lebih tinggi daripada skor kesejahteraan spiritual pria. Berdasarkan
hasil penelitian dari 39 responden berdasarkan jenis kelamin pasien stroke yang
49
c. Tingkat kesejahteraan spiritual pada pasien stroke berdasarkan karakteristik
pendidikan
21 respoden (53,8%). Hal ini di dukung oleh penelitian Patricia, dkk (2015) di
peroleh data tingkat pendidikan paling banyak menderita stroke yaitu SMA
memang tidak berkaitan langsung dengan kejadian stroke. Akan tetapi, tingkat
Oleh karena itu, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pekerjaan
50
responden terbanyak adalah pasien stroke yang tidak bekerja sebanyak 7 responden
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor agar
dapat lebih diperhatikan bagi peneliti peneliti yang akan datang dalam
menyempurnakan penelitiannya karena tentu saja penelitian ini masih jauh dari kata
keterbatasan penelitian ini yaitu penelitian ini dilakukan pada masa pandemic
51
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
disimpulkan bahwa :
sedang, yaitu karakteristik usia terbanyak berada di rentang usia 40-44 tahun
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka peneliti dapat
sarankan kepada :
spiritual pasien.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan
pasien stroke dan dapat melanjutkan penelitian yang telah dilaksanakan dengan
53
DAFTAR PUSTAKA
A’la, M. Z., Yosep, I., & Agustina, H. R. (2017). Pengaruh Bereavement Life
Review terhadap Kesejahteraan Spiritual pada Keluarga Pasien Stroke. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 5(2). https://doi.org/10.24198/jkp.v5i2.526
Andika Priastana, I. K., Ayu Ratih Agustini, I. G., & Leda Kio, A. (2016).
Hubungan Spiritual Well-Being dengan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bina Usada Bali. NurseLine Journal,
1.
Chraa, M., Louhab, N., & Kissani, N. (2014). Stroke in young adults: About 128
cases. Pan African Medical Journal, 17(January 2014).
https://doi.org/10.11604/pamj.2014.17.37.3226
Ekşi, H., & Kardaş, S. (2017). Spiritual Well-Being: Scale Development and
Validation. Spiritual Psychology and Counseling, 2(1).
https://doi.org/10.12738/spc.2017.1.0022
Esti, Amira & Johan, T. (2020). Buku Ajar Keperawatan Kleuarga Stroke.pdf.
Pustaka Galeri Mandiri.
Farida, I., & Amalia, N. (2009). Mengantisipasi Stroke : Petunjuk Mudah, Lengkap
dan Praktis Sehari Hari. Buku Biru.
Fisher, J. (2011). The four domains model: Connecting spirituality, health and well-
being. Religions, 2(1), 17–28. https://doi.org/10.3390/rel2010017
54
Fisher, J., & Ng, D. (2017). Presenting a 4-Item spiritual well-being index (4-
ISWBI). Religions, 8(9), 1–13. https://doi.org/10.3390/rel8090179
Kurniawati, H. (2015). Studi Meta Analisis Spiritual Well Being dan Quality Of
Life. Seminar Psikologi & Kemanusiaan, 2011, 978–979.
https://media.neliti.com/media/publications/183589-ID-studi-fenomenologi-
pengalaman-pasien-kan.pdf
Lewis, S., Salins, N., Raghvendra Rao, M., & Kadam, A. (2014). Spiritual well-
being and its influence on fatigue in patients undergoing active cancer directed
treatment: A correlational study. Journal of Cancer Research and
Therapeutics, 10(3), 676–680. https://doi.org/10.4103/0973-1482.138125
Mansori, Y. K., Dolatian, M., & Shams, J. (2017). Relationship between Death
Anxiety and Spiritual Well-Being in Patients with Gynecologic Cancer.
Advances in Nursing and Midwifery (Faculty of Nursing of Midwifery
Quarterly), 27(3), 28–34. https://doi.org/10.22037/anm.v27i2.18155
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (1st ed.). Trans Info
Media.
Masturoh, I., & Anggita T, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (p. 307).
Kementerian Kesehatan RI.
55
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Paloutzion, R. F., & Park, C. L. (2013). Handbook of the psychology of religion and
spirituality. Guilford Press.
Sofyan, A. M., Sihombing, I. Y., & Hamra, Y. (2015). Hubungan Umur, Jenis
Kelamin, dan Hipertensi dengan. Medula, 1(1), 24–30.
Weaver, A., & Terry, C. L. (2013). Keperawatan Kritis (1st ed.). Rapha Publishing.
Wei, D., Liu, X.-Y., Chen, Y.-Y., Zhou, X., & Hu, H.-P. (2016). Effectiveness of
physical, psychological, social, and spiritual intervention in breast cancer
survivors: An integrative review. Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing,
56
3(3), 226. https://doi.org/10.4103/2347-5625.189813
Wicaksana, I., Wati, A., & Muhartomo, H. (2017). Perbedaan Jenis Kelamin
Sebagai Faktor Risiko Terhadap Keluaran Klinis Pasien Stroke Iskemik.
Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 6(2), 655–
662.
Yulsifa, N. (2016). Hubungan Spiritual Well Being ( Swb ) Dengan Quality of Life
( Qol ) Pasien Stroke. 1–19.
57
Lampiran 1
Jadwal Penelitian Kegiatan Gambaran Tingkat Kesejahteraan Spiritual Pada Pasien Stroke
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Abiansemal 1 Tahun 2021
Waktu Kegiatan (dalam Minggu)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
58
Lampiran 2
2 Tahap Pelaksanaan
a. Kuota Rp 100.000,00
b. Transportasi dan akomodasi Rp 150.000,00
3 Tahap Akhir
a. Penyusunan laporan Rp 200.000,00
b. Penggandaan laporan Rp 200.000,00
c. Presentasi laporan Rp 200.000,00
d. Revisi laporan Rp 150.000,00
e. Biaya tidak terduga Rp 200.000,00
Jumlah Rp 1.900.000,00
59
Lampiran 3
Kepada
Di -
Puskesmas Abiansemal 1
Dengan hormat,
Badung, 2021
Peneliti
60
Lampiran 4
KUISIONER KESEJAHTERAAN SPIRITUAL
61
berharga
5. Saya percaya
Tuhan itu tidak
peduli dan masa
bodoh dengan
apa yang saya
lakukan sehari-
hari
6. Saya merasa
masa depan saya
tidak jelas
7. Saya memiliki
hubungan yang
penuh arti
dengan Tuhan
8. Saya merasa
sangat bahagia
dan puas dengan
hidup saya
9. Saya merasa
tidak mempunyai
kekuatan dan
dukungan dari
Tuhan
10. Saya merasakan
suatu
kebahagiaan
dalam tujuan
hidup saya
11. Saya yakin
62
bahwa Tuhan
selalu perhatian
dengan masalah
yang saya hadapi
12. Saya sungguh
tidak menikmati
hidup ini
13. Saya secara
pribadi tidak
memiliki
kepuasan dalam
berhubungan
dengan Tuhan
14. Saya merasa
pasti tentang
masa depan saya
15. Hubungan saya
dengan Tuhan
membantu saya
merasa tidak
sendirian
16. Saya merasa
hidup ini penuh
dengan konflik
dan kemalangan
17. Saya merasa
sangat bahagia
ketika dengan
Tuhan
18. Hidup ini terasa
63
tidak punya
banyak arti
19. Hubungan saya
dengan Tuhan
menambah
perasaan bahagia
hidup saya
20. Saya yakin ada
tujuan yang nyata
dalam hidup saya
TOTAL
Hasil interpretasi :
Sumber : sumber kuisioner ini di adopsi dari penelitian Pudji Utama (2018)
64
Lampiran 5
MASTER TABEL
GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN SPIRITUAL
PADA PASIEN STROKE DI WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS ABIANSEMAL 1 TAHUN 2021
A. Karakteristik Responden
No Nama Umur Coding Jenis Kelamin Coding Pekerjaan Coding Pendidikan Coding
1 Tn. G 47 th 2 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 SMA 3
2 Ny. M 40 th 1 Perempuan 2 Karyawan Swasta 3 Perguruan tinggi 4
3 Tn. B 45 th 2 Laki laki 1 Wirausaha 2 SMA 3
4 Ny. W 55 th 3 Perempuan 2 Wirausaha 2 Perguruan tinggi 4
5 Tn. H 43 th 1 Laki laki 1 PNS 1 Perguruan tinggi 4
6 Ny. C 58 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SD 1
7 Ny. D 58 th 4 Perempuan 2 PNS 1 SMA 3
8 Ny. A 42 th 1 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
9 Tn. D 45 th 2 Laki laki 1 Wirausaha 2 SMA 3
65
10 Ny. G 42 th 1 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4
11 Tn. J 43 th 1 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 SMA 3
12 Ny N 56 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SMA 3
13 Ny E 43 th 1 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
14 Tn. F 44 th 1 Laki laki 1 Tidak bekerja 4 SMA 3
15 Ny W 50 th 3 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
16 Ny. H 50 th 3 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
17 Tn. A 54 th 3 Laki laki 1 Wirausaha 2 Perguruan tinggi 4
18 Ny V 45 th 2 Perempuan 2 Karyawan swasta 3 Perguruan tinggi 4
19 Ny C 47 th 2 Perempuan 2 Karyawan swasta 3 Perguruan tinggi 4
20 Ny. A 44 th 1 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4
21 Ny. M 48 th 2 Perempuan 2 PNS 1 SMA 3
22 Tn K 53 th 3 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 Perguruan tinggi 4
23 Ny. H 48 th 2 Perempuan 2 PNS 1 SMA 3
24 Ny. T 45 th 2 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
25 Ny. I 45 th 2 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 Perguruan tinggi 4
26 Ny. L 43 th 1 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4
27 Tn. P 45 th 2 Laki laki 1 PNS 1 Perguruan tinggi 4
28 Ny. U 45 th 2 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
29 Ny. B 47 th 2 Perempuan 2 PNS 1 Perguruan tinggi 4
66
30 Tn. G 52 th 3 Laki laki 1 Tidak bekerja 4 SMA 3
31 Tn T 56 th 4 Laki laki 1 PNS 1 SMA 3
32 Ny. D 58 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SMA 3
33 Ny. L 60 th 4 Perempuan 2 Tidak bekerja 4 SMA 3
34 Tn. G 65 th 5 Laki laki 1 Tidak bekerja 4 SD 1
35 Tn. S 44 th 1 Laki laki 1 Karyawan swasta 3 SMA 3
36 Ny. A 46 th 2 Perempuan 2 Wirausaha 2 SMA 3
Keterangan :
Usia : 40-44 tahun (1); 45-49 tahun (2); 50-55 (3); 56-60 tahun (4); 61-65 tahun (5)
Jenis Kelamin : Laki laki (1); Perempuan (2)
Pendidikan : SD (1); SMP (2); SMA (3); Perguruan Tinggi (4)
Pekerjaan : PNS (1); Wirausaha (2); Karyawan Swasta (3); Tidak bekerja (4)
67
B. Pernyataan
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P19 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total Kriteria
1 1 1 6 6 1 2 5 4 2 5 5 2 1 3 5 2 6 1 6 5 69 Sedang
2 4 4 6 6 1 6 6 6 6 6 6 6 6 4 6 4 4 4 6 2 99 Sedang
3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 120 Tinggi
4 3 4 6 6 6 5 4 6 4 6 4 6 4 6 4 5 3 6 6 6 100 Tinggi
5 2 3 4 6 3 3 4 5 3 4 5 3 2 4 5 2 4 3 4 5 74 Sedang
6 3 3 6 1 2 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 40 Rendah
7 6 1 6 6 1 1 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 6 6 6 6 100 Tinggi
8 6 6 4 4 3 6 4 6 4 4 4 6 5 6 4 6 6 6 4 6 100 Tinggi
9 6 6 6 6 6 3 6 6 3 6 6 3 6 6 6 3 6 3 6 1 100 Tinggi
10 5 2 6 6 3 3 6 6 6 6 6 3 3 6 6 6 6 3 6 6 100 Tinggi
11 1 1 6 6 1 3 6 6 1 6 6 1 1 6 6 1 6 1 6 5 76 Sedang
12 1 3 6 6 1 1 6 6 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 95 Sedang
13 3 3 6 6 6 6 6 6 6 6 6 3 3 3 3 6 6 4 6 1 95 Sedang
14 1 1 6 6 1 1 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 95 Sedang
15 1 1 1 6 6 1 1 6 1 1 1 1 1 2 2 1 4 1 1 1 40 Rendah
16 1 1 6 5 1 1 5 5 1 6 6 1 1 5 5 4 4 1 5 6 70 Sedang
17 3 4 4 6 1 6 6 3 6 4 6 6 3 6 6 6 6 6 6 6 100 Tinggi
68
18 6 3 6 6 6 3 6 6 1 6 6 6 6 4 6 2 6 3 6 6 100 Tinggi
19 3 6 6 6 6 6 5 5 2 5 6 3 6 5 5 3 6 5 5 6 100 Tinggi
20 1 1 1 6 1 3 1 4 3 4 1 1 1 3 1 3 1 1 2 1 40 Rendah
21 3 2 2 4 3 3 1 4 3 1 1 3 3 3 1 3 1 3 4 6 54 Sedang
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 5 4 1 5 1 6 1 40 Rendah
23 3 5 6 6 1 1 6 6 5 6 6 6 3 4 6 6 6 6 6 6 100 Tinggi
24 1 1 4 2 4 2 2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 2 1 2 2 40 Rendah
25 1 1 6 6 1 1 5 6 3 5 4 3 3 3 3 3 5 1 5 6 71 Sedang
26 1 1 6 6 1 1 6 6 1 6 6 1 1 5 6 1 6 1 6 6 74 Sedang
27 1 1 6 6 1 1 6 6 1 6 6 1 1 6 6 1 6 1 6 6 75 Sedang
28 1 1 5 5 1 1 6 5 1 6 6 1 1 5 6 1 6 1 6 6 71 Sedang
29 3 1 6 4 1 1 6 1 1 4 4 1 1 4 6 3 4 1 4 4 60 Sedang
30 3 3 6 5 3 3 5 6 6 6 5 6 6 4 6 3 6 6 6 6 100 Tinggi
31 3 3 4 4 1 1 5 1 1 6 5 1 1 6 6 3 6 3 6 6 72 Sedang
32 6 6 6 6 3 6 5 6 6 6 4 6 6 5 6 3 3 3 6 6 104 Tinggi
33 3 4 6 6 3 6 6 6 3 6 6 3 3 6 6 6 3 3 6 6 97 Sedang
34 3 6 6 6 6 6 6 6 5 6 5 2 2 5 5 2 1 6 6 5 95 Sedang
35 1 1 6 6 1 3 6 1 1 6 6 1 1 6 6 1 6 1 6 5 71 Sedang
36 1 1 6 6 1 3 1 6 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 40 Rendah
69
Lampiran 6
70
Lampiran 7
VALIDASI BIMBINGAN
71
Lampiran 8. Permohonan izin penelitian kampus
72
lampiran 9. Surat DPMPTSP Provinsi Bali
73
lampiran 10. Surat DPMPTSP Kabupaten Badung
74
Lampiran 11. Surat Dinas Kesehatan Kabupaten Badung
75
76