Anda di halaman 1dari 71

SKRIPSI

HUBUNGAN RELIGIULITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL


BEING PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI
RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2021

Penelitian Keperawatan Jiwa

YULIANDA M. P.
NIM. 1902066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA
SKRIPSI

HUBUNGAN RELIGIULITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL


BEING PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI
RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2021

Penelitian Keperawatan Jiwa

YULIANDA M. P.
NIM. 1902066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA

i
SKRIPSI

HUBUNGAN RELIGIULITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL


BEING PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI
RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2021

Merupakan Persyaratan untuk memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan (S. Kep.) Pada Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Syedza Saintika

YULIANDA M. P.
NIM. 1902066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Nama : Yulianda M. P.

Nim : 1902066

Prodi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Religiulitas Dengan Psychological Well Being Pada

Pasien Penyakit Jantung Koroner (Pjk) Di RSUD Sawahlunto

Tahun 2021

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan tim

penguji skripsi Program Studi ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Syedza Saintika Pada tanggal :

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Helena Patricia, M. Kep. Muhammad Ikhsan, M. Kom.

Menyetujui :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Syedza Saintika Padang
Ketua,

Drs. H. Hasrinal, Amd. Kep., MM.

PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING

iii
HUBUNGAN RELIGIULITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL
BEING PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI
RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2021

Skripisi ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan tim


penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Syedza Saintika
Tanggal......................

OLEH
YULIANDA M. P.
NIM. 1902066

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Helena Patricia, M. Kep. Muhammad Ikhsan, M. Kom.

Menyetujui :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Syedza Saintika Padang

Ns. Weni Sartiwi, M. Kep.

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

iv
HUBUNGAN RELIGIULITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL
BEING PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI
RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2021

OLEH:

YULIANDA M. P.
NIM. 1902066

Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh Panitia penguji pada Program Studi S1
Keperawatan STIKES Syedza Saintika Padang pada Tanggal..................

Panitia Penguji,

1. Ns. Veolina Irman, M. Kep. (.........................................)

2. Ns. Emira Apriyeni, M. Kep. (.........................................)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

v
SYEDZA SAINTIKA PADANG
SKRIPSI, OKTOBER 2021

YULIANDA MARTHASA PUTRI

HUBUNGAN RELIGIULITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL


BEING PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI
RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2021

VIII + 43 halaman + 3 tabel + 6 lampiran

ABSTRAK
. Perubahan pada psikologis yang terjadi pada penderita penyakit jantung
dapat memberikan pengaruh buruk bagi status kesehatan pasien. pada kondisi
cemas, stress, dan depresi dapat berpengaruh pada fisiologi jantung. Rendahnya
tingkat kesejahteraan psikologis harus segera ditangani, mengingat efek yang
ditimbulkan sangat besar yaitu munculnya kecemasan, depresi dan bentuk
simptom psikologi yang lainnya. Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan
Religiulitas dengan Psychological Well Being Pada Pasien PJK di RSUD
Sawahlunto.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien yang dirawat di RSUD Sawahlunto, penelitian
rencananya akan dilakukan pada bulan September - Oktober 2021. Populasi dalam
penelitian ini 38 orang Teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling,
berjumlah 35 orang. Pengolahan data menggunakan komputerisasi dengan untuk
menganalisa secara univariat yaitu dengan distribusi frekuensi dan univariat
dengan melakukan uji chi square, untuk melihat apakah ada hubungan Religiulitas
dengan Psychological Well Being Pada Pasien Pjk Di RSUD Sawahlunto.
Hasil penelitian didapatkan Lebih separuh responden memiliki religiulitas
yang rendah yaitu berjumlah 19 orang (54,3%). Lebih separuh responden
memiliki religiulitas yang rendah yaitu berjumlah 19 orang (54,3%). Hasil uji Chi
squre didapatkan nilai p value adalah 0,030, yang artinya nilai p< 0,05.
Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara Religiulitas dengan
Psychological Well Being Pada Pasien PJK di RSUD Sawahlunto. Diharapkan
penelitian ini bisa memberikan informasi dari pasien tentang kesejahteraan
spiritual khususnya pada pasien PJK dan bisa membantu meningkatkan
kesembuhan penyakit jantung koroner dan memberikan penyuluhan peningkatan
religiulitas agar dapat meningkatkan Psychological Well Being pada pasien
penyakit jantung koroner

Kata Kunci : Psychological Well Being, Religiulitas, Penyakit jantung koroner

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM


INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
SYEDZA SAINTIKA PADANG

vi
Thesis, OCTOBER 2021

YULIANDA MARTHASA PUTRI

THE RELATIONSHIP OF RELIGIULITY WITH PSYCHOLOGICAL WELL


BEING IN CORONARY HEART DISEASE (CHD) PATIENTS AT
SAWAHLUNTO HOSPITAL IN 2021

VIII + 43 pages +3 tables +6 attachments

ABSTRACT

Psychological changes that occur in patients with heart disease can have a
bad influence on the patient's health status. in conditions of anxiety, stress, and
depression can affect the physiology of the heart. The low level of psychological
well-being must be addressed immediately, considering that the effects are very
large, namely the emergence of anxiety, depression and other forms of
psychological symptoms. The purpose of this study is to determine the
relationship between religiosity and psychological well-being in CHD patients at
Sawahlunto Hospital
This research is a type of descriptive analytic research. The population in
this study were patients who were treated at the Sawahlunto Hospital, the study
was planned to be carried out in September - October 2021. The population in
this study was 38 people. The sampling technique was accidental sampling,
totaling 35 people. Data processing uses computerization to analyze univariately,
namely with frequency distribution and univariate by doing chi square test, to see
if there is a relationship between religiosity and Psychological Well Being in PJK
Patients at Sawahlunto Hospital.
The results showed that more than half of the respondents had low religiosity,
which was 19 people (54.3%). More than half of the respondents have low
religiosity, which is 19 people (54.3%). The results of the Chi square test showed
that the p value was 0.030, which means the p value < 0.05.
The results showed that there was a relationship between religiosity and
Psychological Well Being in CHD patients at Sawahlunto Hospital. It is hoped
that this research can provide information from patients about spiritual well-
being, especially in CHD patients and can help improve the healing of coronary
heart disease and provide counseling on increasing religiosity in order to
improve Psychological Well Being in coronary heart disease patients.

Keywords: Psychological Well Being, Religiosity, Coronary Heart Disease

KATA PENGANTAR

vii
Puji syukur kita ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat

dan karunia-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Religiulitas

Dengan Psychological Well Being Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner

(Pjk) Di RSUD Sawahlunto Tahun 2021” dapat diselesaikan. Skripsi ini

disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Keperawatan

pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti memperoleh dukungan baik moril

maupun materil dari berbagai pihak. Peneliti juga mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syamsul Amar, MS. Sebagai ketua yayasan STIKes

Syedza Saintika Padang.

2. Bapak Drs. Hasrinal, Amd. Kep. MM. Sebagai Ketua STIkes Syedza

Saintika Padang.

3. Ibu Ns. Helena Patricia, M. Kep. Sebagai pembimbing I, yang telah

bersedia membimbing menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Muhammad Ikhsan, M. Kom. Sebagai Pembimbing II, yang telah

bersedia membimbing saya sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Direktur RSUD Sawahlunto dr. Ardian Amri, Mars.

6. Ibu Ns. Veolina Irman, M. Kep. Sebagai Penguji I dan Ibu Ns. Emira

Apriyeni, M. Kep. Sebagai Penguji II

7. Dosen pengajar dan seluruh staf Akademik Program studi Keperawatan

Stikes Syedza Saintika Padang.

8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi dorongan agar skripsi ini

terselesaikan dengan baik.

viii
9. Keluarga tercinta yang selalu memberi semangat dan motivasi serta selalu

mendoakan untuk perjuangan peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Untuk itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

skripsi ini.

Padang, Oktober 2021

Peneliti

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSYARATAN...................................................................... ii

ix
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI......................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................... 7
A. Penyakit Jamtung Koroner............................................................... 7
B. Psychological well being.................................................................. 19
C. Kerangka Teori................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 28
A. Jenis dan desain Penelitian............................................................... 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 28
D. Etika Penelitian................................................................................ 29
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 30
F. Teknik Pengolahan Data........................................................................... 32
G. Teknik Analisa Data......................................................................... 33
H. Kerangka Konsep............................................................................. 33
I. Hipotesa Penelitian........................................................................... 34
J. Defenisi Operasional........................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................................ 36
B. Analisa Bivariat................................................................................ 36
C. Analisa Univariat............................................................................. 37
BAB V PEMBAHASAN

x
A. Psychological well being pada pasien PJK di RSUD Sawahlunto. . 38
B. Religiulitas pasien PJK di RSUD Sawahlunto................................. 39
C. Hubungan Religiulitas dengan Psychological well being pada
Pasien PJK di RSUD Sawahlunto................................................... 40
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 43
B. Saran................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner ( PJK ) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot

jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh

darah koroner akibat lapisan dinding pembuluh darah mengalami

ateroskelosis.Hal ini akan menyebabkan otot jantung didaerah tersebut mengalami

kekurangan aliran darah dan menimbulkan berbagai akibat, dari angina pectoris

( nyeri dada ) sampai infark miokard atau sering disebut serangan jantung

( Kemenkes, 2018).

PJK merupakan penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh penyumbatan

pada arteri koroner oleh tumpukan plak, polutan atau zat-zat kimia lingkungan

yang biasanya masuk ke tubuh melalui makanan, minuman atau berbentuk gas

yang terkumpul pada dinding arteri koronaria. Hal ini membuat adanya

kemungkinan penggumpalan darah pada bagian arteri yang menyempit, dengan

begitu tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena aliran arteri diblok oleh

gumpalan darah yang sudah menjadi keras (Iskandar, 2017).

World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyebutkan bahwa

prevalensi dari penyakit jantung sekitar 31%, dari total penyebab kematian di

dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka

kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 4,2 juta individu di Indonesia

menderita penyakit jantung.

Di Sumatera Barat, prevalensi penderita PJK meningkat dari tahun 2013 yang

hanya 1,2% sampai tahun 2018 mencapai 1,9 %. Di RSUD Sawahlunto, Sejak

1
tahun 2018 sampai 2019 mencapai 145-200 kasus tiap bulannya (rawat inap dan

rawat jalan ) atau sekitar 55% dari semua kasus penyakit yang ada di RSUD

Sawahlunto.

Penyakit jantung mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi penderita

dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Penderita penyakit jantung yang telah

melewati fase akut dan sedang menjalani rawat jalan atau rawat inap harus

melakukan perbaikan dalam hal diet, kebiasaan merokok, pembatasan aktivitas,

dan juga pengendalian stress dan kecemasan. Perbaikan pada pasien jantung

adalah perubahan dalam hal-hal yang dapat menjadi sumber stress dan dapat

menimbulkan kondisi penderita penyakit jantung menjadi lebih buruk, aspek yang

harus di perhatikan pada pasien penyakit jantung antara lain aspek biologi,

psikologi, sosial dan spiritual penderita (Mirwanti & Nuraeni, 2016).

Psychological well-being (PWB) atau kesejahteraan psikologis merupakan

suatu kondisi yang menjadikan individu dapat mengenali, menggali dan memiliki

potensi yang khas pada dirinya. Sikap inilah yang kemudian dapat mengarahkan

seseorang untuk mencapai kepuasan dalam hidupnya. Karena ketika individu

dapat merasakan kepuasan hidup maka kesejahteraan psikologisnya sudah

terpenuhi dan otomatis keadaan mentalnya pun bisa dikatakan dalam keadaan

sehat (Ryff, 2014).

Perubahan pada psikologis yang terjadi pada penderita penyakit jantung dapat

memberikan pengaruh buruk bagi status kesehatan pasien. pada kondisi cemas,

stress, dan depresi dapat berpengaruh pada fisiologi jantung (Mirwanti & Nuraeni,

2016). Kesejahteraan psikologis di Indonesia dikatakan masih berada pada

kategori rendah, didukung dengan meningkatnya angka Penyakit Tidak Menular

2
(PTM) pada semua jenjang usia PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner

(PJK), Kanker dan Diabetes (Epi, 2019). Rendahnya tingkat kesejahteraan

psikologis harus segera ditangani, mengingat efek yang ditimbulkan sangat besar

yaitu munculnya kecemasan, depresi dan bentuk simptom psikologi yang lainnya

(Ryff, 2014).

Orang yang bahagia cenderung lebih baik dalam menjalani kehidupan

daripada orang yang kurang bahagia, orang yang bahagia biasanya lebih produktif

dan lebih terlibat secara sosial dan cenderung memiliki pendapatan lebih. Dilihat

dari segi fisik, orang dewasa yang sehat secara mental pada semua jenjang usia

memiliki kondisi kesehatan kronis yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa

yang kurang sehat secara mental; mereka juga menunjukkan produktivitas yang

lebih besar dan penggunaan perawatan kesehatan yang lebih rendah (Ryff, 2014).

Menurut Ryff (2014) ciri lain individu yang mempunyai kesejahteraan

psikologis yang tinggi yakni terpenuhinya enam dimensi, yaitu dimensi

penerimaan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi,

dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup dan dimensi pertumbuhan

pribadi. Setiap individu tentu memiliki pencapaian dimensi PWB yang berbeda

dengan individu yang lain. Faktor yang mempengaruhi Psychological well-being

dalam diri seseorang ada 6 aspek. Antara lain faktor demografis (meliputi usia,

jenis kelamin, sosial ekonomi), faktor dukungan sosial, faktor religius,

kemampuan pribadi (skill), kepribadian, serta faktor jaringan sosial (Ryff, 2014).

Inquiry & Pargament, (2016), meyakini bahwa koping religius dapat

mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan subjektif, dan berharap penelitian ini

akan terus di kembangkan oleh peneliti lain, karena menurutnya hal ini sangat

3
menarik dan unik. Perlunya manusia untuk belajar lebih banyak tentang agama,

bukan hanya sebagai sumber daya tetapi lebih kepada pengenalan terhadap diri

serta menguatkan keyakinannya mengenai keterkaitan kesehatan, kesejahteraan,

dan religius.

Studi pendahuluan yang penulis lakukan di ruangan instalasi rawat intensive

(IRI) RSUD Sawahlunto dengan melakukan wawancara pada 10 orang pasien

yang dirawat dengan penyakit jantung koroner. 8 pasien mengatakan belum bisa

menerima kondisi yang terjadi saat ini. Hasil wawancara didapatkan 5 orang

pasien merasa sudah terlalu jauh dari agama, sehingga beranggapan ini adalah

teguran bagi mereka. 6 pasien mengatakan merasa membebani keluarga dan

lingkungan sekitarnya karena akan bergantung selama sakit. 7 orang mengatakan

karena penyakit jantung koroner ini akan menghambat pekerjaan dan masa depan

diri dan keluarganya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti meneliti tentang “Hubungan

religiulitas dengan Psychological Well Being Pada Pasien Penyakit jantung

koroner (PJK) di RSUD Sawahlunto Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan

Religiulitas dengan Psychological Well Being Pada Pasien Penyakit jantung

koroner (PJK) di RSUD Sawahlunto Tahun 2021?.

4
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan Religiulitas dengan Psychological Well Being

Pada Pasien PJK di RSUD Sawahlunto.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi Psychological Well Being pada pasien PJK

di RSUD Sawahlunto

b. Diketahui distribusi frekuensi religiulitas pada pasien PJK di RSUD

Sawahlunto

c. Diketahui hubungan Religiulitas dengan Psychological Well Being Pada

Pasien PJK di RSUD Sawahlunto.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi RSUD Sawahlunto

Diharapkan penelitian ini bisa menggali informasi dari pasien tentang

kesejahteraan spiritual khususnya pada pasien PJK dan bisa membantu

meningkatkan kesembuhan penyakit jantung koroner dan memberikan

penyuluhan peningkatan religiulitas agar dapat meningkatkan Psychological

Well Being pada pasien penyakit jantung koroner.

2. Bagi STIKes Syedza Saintika Padang

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah referensi bagi civitas

akademis STIKes Syedza Saintika Padang.

5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi bahan tambahan untuk lebih

mengembangkan penelitian lain yang berhubungan dengan psychological well

being pada pasien PJK.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan metode

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di

RSUD Sawahlunto, penelitian rencananya akan dilakukan pada bulan September -

Oktober 2021. Populasi dalam penelitian ini 38 orang Teknik pengambilan sampel

adalah accidental sampling, berjumlah 35 orang. Pengolahan data menggunakan

komputerisasi dengan untuk menganalisa secara univariat yaitu dengan distribusi

frekuensi dan univariat dengan melakukan uji chi square, untuk melihat apakah

ada hubungan Religiulitas dengan Psychological Well Being Pada Pasien Pjk Di

RSUD Sawahlunto.

6
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Penyakit Jantung Koroner

1. Defenisi

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat

otot jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada

pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah

mengalami ateroskelosis (Kemenkes, 2018). Penyakit Jantung Koroner (PJK)

adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat

menyebabkan serangan jantung (American Heart Association, 2013). PJK juga

disebut penyakit arteri koroner (Coronary Artery Desease), penyakit jantung

iskemik (IHD), atau penyakit jantung aterosklerotik, sebagai akumulasi plak

ateromatosa dalam dinding-dinding arteri yang memasok darah ke miokardium

( otot jantung ) (Manitoba Centre for Health Policy, 2013).

Penumpukan plak menyebabkan nyeri dada dan tidak nyaman karena otot

jantung tidak mendapatkan darah yang cukup sehingga melemahkan otot

jantung, hal ini dapat menyebabkan gagal jantung dan aritmia (Centers for

Disease Control and Prevention, 2017). Seperti halnya organ lain, jantung

memerlukan zat makanan dan oksigen untuk memompa darah ke seluruh

tubuh. Jantung akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan

dan pengeluaran.Jika pembuluh darah koroner tersumbat atau menyempit,

maka pasokan darah ke jantung akan berkurang, sehingga terjadi

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen.

7
Semakin besar persentase penyempitan pembuluh koroner makin berkurang

aliran darah ke jantung, akibatnya timbullah nyeri dada (UPT-Balai Informasi

Teknologi lipi pangan& Kesehatan, 2009 ) .

2. Anatomi, Fisiologi Jantung dan Arteri Koroner

Sistem kardiovaskular dapat dianggap sebagai sistem transportasi tubuh.

Sistem ini memiliki tiga komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan

darah itu sendiri. Jantung adalah alat pemompa dan pembuluh darah adalah

rute pengiriman, darah dianggap sebagai cairan yang mengandung oksigen dan

nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan membawa limbah yang perlu dibuang

( Virtual Medical Centre, 2013 ).

3. Struktur dan Fungsi Jantung

a. Struktur Jantung

Jantung adalah otot seukuran kepalan tangan dan berbentuk kerucut

dengan panjang 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm. Terletak di antara dua

paru-paru di sebelah kiri dari tengah dada, memiliki empat ruang yaitu

atrium kiri, atrium kanan, ventrikel kiri dan ventrikel kanan ( Virtual

Medical Centre, 2013)

b. Fungsi Jantung

Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Virtual

Medical Centre, 2013 ).

8
Gambar I
Fungi jantung

c. Arteri Koroner Jantung

Jantung manusia normal memiliki dua arteri koroner mayor yang keluar

dari aorta yaitu right coronary artery dan left main coronary artery.

Dinamakan koroner karena bersama dengan cabangnya melingkari jantung

seperti crown ( mahkota corona ). Arteri koroner meninggalkan aorta lebih

kurang ½ inci di atas katup semilunar aorta, Left main coronary artery

bercabang dua, yaitu left anterior descendens yang memberikan perdarahan

pada area anterior ventrikel kiri, septum ventrikel dan muskulus papillaris

anterior. Sementara left circumflex memberikan perdarahan pada area lateral

ventrikel kiri dan area right coronary artery dominan kiri. Right coronary

artery memberikan perdarahan pada SA node, AV node, atrium kanan,

9
ventrikel kanan, ventrikel kiri inferior, ventrikel kiri posterior dan muskulus

papillaris posterior ( Kasma, 2011 ).

d. Patogenesis Plak Aterosklerosis

Struktur arteri koroner jantung yang sehat terdiri atas 3 lapisan, yaitu:

intima, media dan adventitia. Intima merupakan lapisan monolayer sel-sel

endotel yang menyelimuti lumen arteri bagian dalam. Sel-sel endotel

menutupi seluruh bagian dalam sistem vaskular hampir seluas 700 m2 dan

berat 1,5 kg. Sel endotel memiliki berbagai fungsi, diantaranya

menyediakan lapisan nontrombogenik dengan menutupi permukaannya

dengan sulfat heparan dan melalui produksi derivat prostaglandin seperti

prostasiklin yang merupakan suatu vasodilator poten dan penghambat

agregasi platelet.Rusaknya lapisan endotel memicu terjadinya aterosklerosis

sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini.

Ada beberapa hipotesis yang menerangkan tentang proses terbentuknya

aterosklerosis, seperti monoclonal hypothesis, lipogenic hypothesis dan

response to injure hypothesis. Namun yang banyak diperbincangkan adalah

mengenai response to injure hypothesis sebagai berikut:

1) Stage A : Endothelial Injure Endotelial

Lapisan yang licin berfungsi sebagai barrier yang menjamin aliran

darah koroner lancar. Faktor risiko yang dimiliki pasien akan

memudahkan masuknya lipoprotein densitas rendah yang teroksidasi

maupun makrofag ke dalam dinding arteri. Interaksi antara endotelial

injure dengan platelet, monosit dan jaringan ikat ( collagen ),

10
menyebabkan terjadinya penempelan platelet ( platelet adherence ) dan

agregasi trombosit (trombosit aggregation).

2) Stage B : Fatty Streak Formation.

Pembentukan fatty streak merupakan pengendapan kolesterol-

kolesterol yang telah dioksidasi dan makrofag di bawah endothelium

arteri. Low Density Lipoprotein ( LDL ) dalam darah akan menyerang

endotel dan dioksidasi oleh radikal-radikal bebas pada permukaan

endotel. Lesi ini mulai tumbuh pada masa kanak-kanak. Makroskopik

berbentuk bercak berwarna kekuningan, yang terdiri dari sel-sel yang

disebut foam cells. Sel-sel ini ialah sel-sel otot polos dan makrofag yang

mengandung lipid, terutama dalam bentuk ester cholesterol. .

3) Stage C: Fibrosis Plaque Formation

Formasi plak fibrosis terdiri atas inti atau central cholesterol dan

tutup jaringan ikat Stable fibrous plaque ( cap fibrous ). Formasi ini

memberikan dua gambaran tipe yaitu stable plague dan Unstable fibrous

plaque (Kasma, 2011).

4. Patofisiologi PJK

Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi yang ditandai

dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan

makrofag di seluruh kedalaman tunika intima ( lapisan sel endotel ), dan ke

tunika media ( lapisan otot polos ). Arteri yang paling sering terkena adalah

arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. Langkah pertama dalam

pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen

arteri, kondisi ini terjadi karena cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain,

11
cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai

komponen plasma, termasuk asam lemak dan trigliserida, sehingga zat ini

dapat masuk kedalam arteri.

Oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang dapat

merusak pembuluh darah. Cedera pada sel endotel menimbulkan reaksi

inflamasi dan imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan

monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin

proinflamatori poten yang kemudia menarik lebih banyak sel darah putih dan

trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T

dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant

( penarik kimia ) yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis.

Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih akan menempel disana

oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga

endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel di

lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-sel

endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang menjadi

makrofag dan bersama neutrofi melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus

inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel otot polos

yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima.

Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima

karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini

kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus

berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah

(trombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga

12
mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan

kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan

bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga

pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit.

Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat

aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan

kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah)

miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob

untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat

tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan

pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina

pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung

berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah

kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark (Corwin, 2010).

5. Gejala PJK

Gejala PJK yang biasanya timbul adalah:

a. Dada terasa sakit, terasa tertimpa beban, terjepit, diperas, terbakar dan

tercekik. Nyeri terasa di bagian tengah dada, menjalar ke lengan kiri,

leher, bahkan menembus ke punggung. Nyeri dada merupakan keluhan

yang paling sering dirasakan oleh penderita PJK.

b. Sesak nafas

c. Takikardi

d. Jantung berdebar-debar

e. Cemas

13
f. Gelisah

g. Pusing kepala yang berkepanjangan

h. Sekujur tubuhnya terasa terbakar tanpa sebab yang jelas

i. Keringat dingin

j. Lemah

k. Pingsan

l. Bertambah berat dengan aktivitas

Tapi kebanyakan orang yang menderita PJK tidak mengalami beberapa

gejala di atas, tiba-tiba saja jantung bermasalah dan dalam kondisi yang kronis

( UPT-Balai Informasi Teknologi lipi, 2009 ).

6. Klasifikasi PJK

Menurut Braunwald (2015), PJK memiliki beberapa klasifikasi sebagai

berikut:

a) Angina Pektoris Stabil

Angina pektoris stabil adalah keadaan yang ditandai oleh adanya suatu

ketidaknyamanan (jarang digambarkan sebagai nyeri) di dada atau lengan

yang sulit dilokalisasi dan dalam, berhubungan dengan aktivitas fisik atau

stres emosional dan menghilang dalam 5-15 menit dengan istirahat atau

dengan obat nitrogliserin sublingual (Yusnidar, 2017). Angina pektoris

stabil adalah rasa nyeri yang timbul karena iskemia miokardium yang

merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan oksigen miokard. Iskemia miokard dapat disebabkan oleh

stenosis arteri koroner, spasme arteri koroner dan berkurangnya kapasitas

oksigen di dalam darah.

14
b) Angina pektoris tak stabil

Angina pectoris tak stabil adalah angina pektoris (atau jenis ekuivalen

ketidaknyamanan iskemik) dengan sekurang-kurangnya satu dari tiga hal

berikut;

1) Timbul saat istirahat (atau dengan aktivitas minimal) biasanya

berakhir setelah lebih dari 20 menit (jika tidak diberikan nitrogliserin).

2) Lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan

onset baru (dalam 1 bulan).

3) Timbul dengan pola crescendo (bertambah berat, bertambah lama,

atau lebih sering dari sebelumnya). Pasien dengan ketidaknyamanan

iskemik dapat datang dengan atau tanpa elevasi segmen ST pada EKG

( Yusnidar, 2017 ).

Istilah angina tidak stabil pertama kali digunakan 3 dekade yang lalu

dan dimaksudkan untuk menandakan keadaan antara infark miokard dan

kondisi lebih kronis dari pada angina stabil. Angina tidak stabil merupakan

bagian dari sindrom koroner akut, dimana tidak ada pelepasan enzim dan

biomarker nekrosis miokard. Angina dari Sindrom Koroner Akut (SKA)

cenderung merasa lebih parah dari angina stabil, dan biasanya tidak

berkurang dengan istirahat beberapa menit atau bahkan dengan tablet

nitrogliserin sublingual. SKA menyebabkan iskemia yang mengancam

kelangsungan hidup otot jantung. Kadang-kadang obstruksi menyebabkan

SKA hanya berlangsung selama waktu yang singkat dan tidak ada nekrosis

jantung yang terjadi, SKA memiliki dua dua bentuk gambaran EKG yaitu:

15
1) Infak Otot Jantung tanpa ST Elevasi (Non STEMI) Non STEMI

merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang

disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak, erosi

dan ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen. Pada non STEMI, trombus yang terbentuk

biasanya tidak menyebabkan oklusi menyeluruh pada lumen arteri

koroner. Non STEMI memiliki gambaran klinis dan patofisiologi yang

mirip dengan angina tidak stabil, sehingga penatalaksanaan keduanya

tidak berbeda. Diagnosis Non STEMI ditegakkan jika pasien dengan

manifestasi klinis angina tidak stabil menunjukkan bukti adanya

nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung.

2) Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI) STEMI umumnya

terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah

oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya

(Kasma, 2011).

7. Komplikasi PJK

Adapun komplikasi PJK adalah:

a. Disfungsi ventricular

b. Aritmia pasca STEMI

c. Gangguan hemodinamik

d. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi

ST Infark miokard Angina tak stabil

e. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel

f. Syok kardiogenik

16
g. Gagal jantung kongestif

h. Perikarditis

i. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010).

8. Pencegahan PJK

Untuk berhasilnya upaya pencegahan PJK, tidak hanya diperlukan tenaga

medis saja, namun perlu adanya kerja-sama dengan penderita. Niat yang kuat

dari penderita, kesadaran keluarga, lingkungan dan pekerjaan sangat penting

untuk berhasilnya usaha ini. Pencegahan PJK dapat dibagi menjadi

pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah usaha

menjaga agar orang tidak menderita PJK.

Usaha pencegahan ini harus di mulai sejak dini, yaitu pada masa remaja

karena seperti yang telah di ketahui bahwa fatty streat atau proses awal

aterosklerosis sudah ditemukan pada usia remaja, sedangkan Pencegahan

sekunder adalah usaha yang dilakukan agar tidak terjadi serangan jantung

dengan segala komplikasinya bagi mereka yang sudah terkena PJK. Dalam

pencegahan PJK ada 4 tingkatan yaitu:

a. Pencegahan Primordial (Pre Primary Prevention)

Pencegahan primordial adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah

munculnya faktor predisposisi PJK pada suatu wilayah dimana belum

tampak adanya faktor yang menjadi risiko PJK ( Bustam, 2017 ). Upaya

pencegahan primordial dapat berupa kebijaksanaan nutrisi nasional dalam

sektor agrokultural, industri makanan, impor dan ekspor makanan,

penanganan konprehensif rokok, pencegahan hipertensi dan promosi

aktivitas fisik/olah raga ( Nasution, 2012 ).

17
b. Pencegahan Primer (Primary Prevention)

Pencegahan primer adalah upaya awal pencegahan PJK sebelum

seseorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komuniti berupa

penyuluh faktor risiko PJK terutama pada kelompok risiko tinggi.

Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya

proses atherosklerosis secara dini ( Bustan, 2015).

c. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan pada penderita yang

sudah tekena PJK agar tidak berulang atau menjadi lebih berat. Disini

diperlukan perubahan pola hidup (terhadap faktor-faktor yang dapat

dikendalikan) dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita

PJK. Pencegahan tingkat ketiga ini ditujukan untuk mempertahankan nilai

prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas Untuk menghindari

terjadinya penyakit yang lebih parah atau komplikasi yang tidak diinginkan

maka perlu dilakukan penegakan diagnosa dengan cepat dan tepat.

d. Pencegahan Tersier ( Tertiary Prevention )

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam

tingkatan ini berupa rehabilitasi jantung, program rehabilitasi jantung

ditujukan kepada penderita PJK, atau pernah mengalami serangan jantung

atau pasca operasi jantung ( Bustam, 2015).

18
B. Psychological Well Being (PWB)

1. Pengertian

Istilah psychological well-being pertama kali berangkat dari pandangan

filsuf Aristoteles mengenai paham eudaimonisme, yang mengatakan bahwa

psychological well-being berisi tentang memenuhi dan mewujudkan daimon

atau sifat dasar manusia melalui proses aktualisasi diri akan potensi-potensi

yang dimilikinya (Gough dalam Purwaningrum, 2016). Eudaemonia

merupakan salah satu pendekatan yang fokus pada keberfungsian penuh dari

diri individu untuk bertumbuh dan berarti di dalam mewujudkan tujuan yang

dapat dicapai oleh diri sendiri, sehingga individu dapat merasa damai, dan

dapat mengapresiasi kehidupannya (Rachmayani & Ramdhani, 2014).

Konsep Ryff tentang psychological well-being sendiri merujuk pada

Rogers tentang orang yang berfungsi penuh (fully-functioning person),

pandangan Maslow tentang aktualisasi diri (self actualization), pandangan Jung

tentang individuasi (individuation), konsep Allport tentang kematangan,

konsep Erikson dalam menggambarkan individu mencapai integrasi dibanding

putus asa, konsep Neugarten tentang kepuasaan hidup, serta kriteria positif

individu yang bermental sehat yang dikemukakan johanda (Ryff, 2014).

Maslow dan Rogers (2013) berfokus pada aktualisasi diri dan pandangan

tentang orang yang berfungsi sepenuhnya masing-masing, sebagai cara untuk

mencapai psychological well being dan kepuasan pribadi. Berdasarkan uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa psychological well being adalah kesejahteraan

psikologis merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu

19
yang mencakup evaluasi dan penerimaan diri pada berbagai aspek kehidupan

serta merasa puas dalam kehidupan.

2. Dimensi psychological well-being

Dirumuskan oleh Ryff (2014) yaitu:

a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)

Penerimaan diri adalah bagian penting dari psychological well being

dan lebih memperhatikan pendapat positif seseorang mengenai dirinya. Ini

tidak mengacu kepada cinta diri atau harga diri yang dangkal, melainkan

untuk membangun harga diri yang mencakup aspek positif dan negatif. Skor

yang tinggi pada dimensi ini mengindikasikan orang yang memiliki sikap

positif, mengakui dan menerima segala aspek dalam diri, termasuk kualitas

baik dan buruknya dan dapat memandang masa lalu dengan perasaan yang

positif. Skor rendah pada dimensi ini muncul pada orang yang sebagian

besar tidak puas dengan diri mereka sendiri, mereka merasa tidak nyaman

dengan apa yang terjadi dalam kehidupan masa lalu mereka,

mengkhawatirkan kualitas pribadi dan ingin mengubahnya.

b. Pertumbuhan pribadi (Personal Growth)

Dimensi ini mencakup kemampuan seseorang untuk menyadari

potensi dan bakat yang ada dalam diri dan untuk mengembangkan sumber

daya baru. Hal ini sering menemukan kesulitan sehingga dibutuhkan untuk

menggali secara mendalam agar dapat menemukan kekuatan batin

seseorang. Skor tinggi pada dimensi ini menunjukan orang yang ingin terus

berkembang. Mereka mengamati partumbuhan dan perkembangan diri

mereka sendiri, terbuka terhadap pengalaman baru, mereka merasa sudah

20
memenuhi potensinya, dapat melihat perbaikan diri dan perilaku dari waktu

ke waktu dan dan mengadakan perubahan dalam meningkatkan pengetahuan

diri dan efektivitas mereka. Skor yang rendah pada dimensi ini muncul pada

orang dengan rasa stagnasi pribadi, dengan tidak ada perbaikan dan

perkembangan dari waktu ke waktu, mereka merasa bosan dan kurang

berminat dalam menjalani hidup.

c. Tujuan dalam hidup (Purpose in life)

Tujuan dalam hidup adalah kemampuan seseorang untuk menemukan

makna dan arah dalam pengalaman sendiri, dan untuk menetapkan tujuan

dalam hidupnya. Skor tinggi dalam dimensi ini muncul pada orang yang

memiliki tujuan dan arahan dalam hidup, mereka merasa baik masa lalu

maupun sekarang hidup mereka berarti, mereka memegang keyakinan yang

memberi tujuan pada kehidupan mereka serta tujuan dan alasan untuk hidup.

Skor rendah muncul pada orang yang merasa hidup mereka tidak ada artinya

dan tidak memiliki tujuan dan arah, mereka tidak dapat melihat setiap titik

dalam pengalaman masa lalunya.

d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)

Dimensi ini fokus terhadap tantangan dari orang lain yang menguasai

lingkungan sekitar. Kemampuan ini memerlukan keterampilan dalam

menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang bermanfaat bagi orang

lain. Skor tinggi dalam dimensi ini diperoleh oleh orang-orang dengan rasa

penguasaan dan kompetensi di sekeliling mereka, yang bisa menggunakan

peluang yang muncul secara efektif dan dapat memilih atau menciptakan

konteks yang tepat bagi kebutuhan mereka dan nilai –nilai pribadi mereka.

21
Skor rendah menunjukan kesulitan dalam mengelola urusan sehari-hari, atau

mengubah atau memperbaiki lingkungan mereka dan kurang dapat

menggunakan sebagi an besar peluang yang muncul serta kurangnya kontrol

terhadap dunia sekitar mereka.

e. Otonomi (Autonomy)

Dimensi ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengejar

keyakinan pribadi dan kepercayaan, bahkan jika melawan ajaran atau

kepercayaan yang diterima atau kebijaksanaan biasa. Hal ini juga mengacu

pada kemampuan untuk sendirian jika diperlukan dan untuk hidup mandiri.

Skor tinggi dalam dimensi ini menunjukan orang-orang yang menentukan

segala sesuatunya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain, maupun

menahan tekanan sosial dan mengatur perilaku berdasarkan penilaian

pribadi. Orangorang ini mengevaluasi diri sesuai dengan standar pribadi.

Skor rendah menunjukan orang yang terlalu peduli dengan harapan-harapan

orang lain, mereka bergantung pada penilaian orang lain sebelum membuat

keputusan penting, pemikiran dan tindakan mereka dipengaruhi oleh

tekanan sosial.

f. Hubungan positif dengan orang lain (Positive relation with others)

Dimensi ini mencakup ketabahan, kesenangan dan kesenangan manusia

yang berasal dari hubungan dekat dengan orang lain, dari keintiman dan

cinta. Skor tinggi muncul pada orang yang hangat, memiliki hubungan yang

memuaskan dan percaya kepada orang lain, peduli terhadap kesejahteraan

orang lain dan memiliki kapasitas untuk merasa empati, mempengaruhi dan

keintiman serta memberi dan menerima segala hal di dalam hubungan

22
mereka. Skor rendah menunjukan bahwa seseorang kurang memiliki

hubungan erat dan kurang percaya dengan orang lain, merasa sulit untuk

menjadi hangat dan terbuka dan merasakan keprihatinan terhadap

kesejahteraan orang lain. Mereka merasa frustasi dan terisolasi dengan

hubungan sosial. Orang-orang ini tidak menginginkan komitmen dengan

orang lain.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

Menurut Ryff (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi PWB, yaitu:

a. Usia

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ryff, ditemukan adanya

perbedaan tingkat psychological well-being pada orang dari berbagai

kelompok usia. Dalam dimensi penguasaan lingkungan terlihat profil

meningkat seiring dengan pertambahan usia. Semakin bertambah usia

seseorang maka semakin mengetahui kondisi yang terbaik bagi dirinya.

Oleh karenanya, individu tersebut semakin dapat pula mengatur

lingkungannya menjadi yang terbaik sesuai dengan keadaan dirinya.

Individu yang berada dalam usia dewasa akhir memiliki skor psychological

well-being yang lebih rendah dalam dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan

pribadi; individu yang berada dalam usia dewasa madya memiliki skor

psychological well-being yang lebih tinggi dalam dimensi penguasaan

lingkungan; individu yang berada dalam usia dewasa awal memiliki skor

yang lebih rendah dalam dimensi otonomi dan penguasaan lingkungan dan

memiliki skor psychological well-being yang lebih tinggi dalam dimensi

pertumbuhan pribadi. Dimensi penerimaan diri dan dimensi hubungan

23
positif dengan orang lain tidak memperlihatkan adanya perbedaan seiring

dengan pertambahan usia.

b. Jenis kelamin

Menurut Ryff, satu-satunya dimensi yang menunjukkan perbedaan

signifikan antara laki-laki dan perempuan adalah dimensi hubungan positif

dengan orang lain. Sejak kecil, stereotipe jender telah tertanam dalam diri

anak laki-laki digambarkan sebagai sosok yang agresif dan mandiri,

sementara itu perempuan digambarkan sebagai sosok yang pasif dan

tergantung, serta sensitif terhadap perasaan orang lain. Tidaklah

mengherankan bahwa sifat-sifat stereotipe ini akhirnya terbawa oleh

individu sampai individu tersebut dewasa. Sebagai sosok yang digambarkan

tergantung dan sensitif terhadap perasaan sesamanya, sepanjang hidupnya

wanita terbiasa untuk membina keadaan harmoni dengan orang-orang di

sekitarnya. Inilah yang menyebabkan mengapa wanita memiliki skor yang

lebih tinggi dalam dimensi hubungan positif dan dapat mempertahankan

hubungan yang baik dengan orang lain.

c. Budaya

Ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara masyarakat yang

memilikibudaya yang berorientasi pada individualisme dan kemandirian

seperti dalam aspek penerimaan diri atau otonomi lebih menonjol dalam

konteks budaya barat. Sementara itu, masyarakat yang memiliki budaya

yang berorientasi kolektif dan saling ketergantungan dalam konteks 15

budaya timur seperti yang termasuk dalam aspek hubungan positif dengan

orang yang bersifat kekeluargaan.

24
d. Religiusitas

Religiusitas mempunyai hubungan positif dengan kesejahteraan dan

kesehatan mental, agama mampu meningkatkan PWB dalam diri seseorang.

Ellison juga menjelaskan bahwa adanya korelasi antara religiusitas dengan

PWB, dimana individu dengan religiusitas yang kuat, tingkat PWB juga

akan lebih tinggi, sehingga akan semakin sedikit dampak negatif yang

dirasakan dari peristiwa traumatik dalam hidup.

e. Dukungan Sosial

Menurut Persma (dalam jurnal Family’s Social Support and

Psychological Well-Being of the Elderly in Tembalang, Desiningrum, 2010)

menyatakan bahwa dukungan secara informatif disertai dengan dukungan

emosional yang baik akan meningkatkan psychological well being pada

individu. Menurut Winnubust (Desiningrum, 2010) dukungan sosial erat

kaitannya dengan hubungan yang harmonis dengan orang lain sehingga

individu tersebut mengetahui bahwa orang lain peduli, menghargai dan

mencintai dirinya.

f. Kepribadian

Ryff dan Keyes (2014) mengatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi psychological well being adalah kepribadian.

g. Stres

Stres merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi

rendahnya psychological well being pada diri seseorang.

25
4. Pengukuran Psychological well being

Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB) merupakan alat ukur

yang dikembangkan oleh Carol Ryff pada tahun 1989. Alat ukur ini didasarkan

pada 6 dimensi yang menerangkan aspek-aspek dari positive functioning

psychology (Ryff, 2014), dimana keadaaan positive functioning psychology

seorang dapat pula menjelaskan kesejahteraan psikologisnya (psychological

well-being). Versi asli dari alat ukur ini berjumlah 20 item dari tiap dimensi

yang ada, sehingga total item dari versi asli alat ukur ini berjumlah 120 item.

Seiring bertambahnya waktu Ryff membuat beberapa versi berbeda dari alat

ukur ini, dimana item dari tiap-tiap dimensinya berjumlah 14, 9, dan 3 item.

Dalam penelitian ini digunakan PWBS medium form yaitu dengan jumlah

item 42 butir.

26
C. Kerangka Teori

Dimensi psychological well-


being:
1. Penerimaan Diri (Self-
Acceptance)
2. Pertumbuhan pribadi
(Personal Growth)
3. Tujuan dalam hidup (Purpose
in life)
4. Penguasaan Lingkungan
(Environmental Mastery)
5. Hubungan positif dengan
orang lain (Positive relation
with others)
6. Otonomi (Autonomy) Psychological Well-Being

Faktor yang mempengaruhi


Psychological Well-Being
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Budaya
4. Religiusitas
5. Dukungan Sosial
6. Kepribadian
7. Stress

Kerangka Teori
Sumber Ryff dan Keyes (2014)

27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah Deskriptif analitik dengan desain penelitian

Cross Sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu atau periode tertentu

dengan pengamatan objek studi dilakukan dalam waktu yang bersamaan

(Prasetyo, 2015). Penelitian ini untuk melihat hubungan Kesejahteraan Spriritual

Terhadap Psychological Well Being Pada Pasien Pjk di Ruangan Instalasi Rawat

Intensive RSUD Sawahlunto.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan diRSUD Sawahlunto bulan 15 September – 6 Oktober

2021. Pengumpulan data awal dilakukan sejak bulan Juni 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

dengan penyakit jantung koroner yang dirawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Sawahlunto. Data dari medical record RSUD Sawahlunto pada bulan

Februari – April 2021 terdapat 112 pasien. Populasi dalam penelirian ini

adalah rata-rata perbulan pasien yang didapatkan 38 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Pengambilan Sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling.

Yaitu pengambilan sampel atau responden berdasarkan yang kebetulan ada di

28
tempat penelitian dan bersedia menjadi responden apabila orang tersebut sesuai

dengan kriteria responden dalam penelitian ini.

N
n=
N ¿¿
Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

d = Nilai presisi 95 % atau sig = 0,05

Maka didapatkan sampel sebesar 35 orang

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Responden bisa berkomunikasi dengan baik

3) Responden dirawat di ruangan rawatan RSUD Sawahlunto

b. Kriteria Ekslusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Responden mengalami kesulitan dalam penelitian, misalnya

keadaan yang mengancam jiwa seperti heart attack, gagal nafas

dan lainnya yang mengancam jiwa.

D. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan ( Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden. Tujuannya adalah agar subjek penelitian mengerti maksud atau

tujuan peneliti, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka

29
harus menandatangani lembar persetujuan, jika tidak bersedia, maka peneliti

harus menghormati hak dari subjek penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Anomnimity metupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data.

Peneliti hanya memberikan kode pada lembar pengumpulan data tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian.

4. Menghormati keadilan dan Inklusivitas (Respect for justice

inclusiveness)

Penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat dan hati-hati. Peneliti juga

memberikan keuntungan dan beban merata sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan subjek.

5. Balancing Harms and benefits

Peneliti memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dalam

melakukan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara pada

responden dengan instrumen kuesioner dalam bentuk pertanyaan yang

30
berkaitan dengan hubungan Kesejahteraan Spriritual dan Psychological Well

Being Pada Pasien Pjk.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data penunjang untuk mendapatkan data pasien

dengan diagnosa jantung koroner di RSUD Sawahlunto yang diambil dari

status rawatan pasien rawat inap RSUD Sawahlunto.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Nursalam (2012) instrumen penelitian merupakan alat bantu

bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berupa lembar kuisioner untuk mengetahui apakah ada

hubungan Kesejahteraan Spriritual Terhadap Psychological Well Being Pada

Pasien Pjk di Ruangan Instalasi Rawat Intensive RSUD Sawahlunto.

3. Prosedur Penelitian

a. Studi dokumentasi, studi pustaka, penyusunan proposal, dan dilanjutkan

dengan ujian proposal.

b. Mengurus perizinan melakukan penelitian

c. Kemudian melakukan permohonan izin ke RS.

d. Setelah mendapatkan responden, kemudian sampel dimintai persetujuan

(informed consent) sebagai sampel penelitian dan menjelaskan tujuan

penelitian kepada responden.

e. Pelaksanaan penelitian dengan pemberian kuisioner dan wawancara,

peneliti dibantu oleh teman-teman diruang rawatan untuk menyebarkan

kuisioner jika terdapat benturan jadwal pengisian kuisioner.

31
F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Notoadmodjo (2012) dilakukan secara manual

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyuntingan data (editing)

Melakukan pememeriksaan data hasil jawaban dari kuesioner yang telah

ditanyakan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi kelengkapan

jawabannya. Editing dilakukan di lapangan dalam pelaksanaan tidak ditemukan

kekurangan / kelebihan dari data responden

2. Pengkodean data (coding)

Melakukan penilaian / kode angka pada jawaban kuesioner agar lebih

mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Jawaban yang benar untuk

pertanyaan pengetahuan jawaban benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0.

3. Tabulasi data (tabulating)

Memasukkan kode- kode ke dalam tabel dimana jawaban dari masing-

masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau soffware komputer.

4. Pembersihan data (cleaning)

Melakukan pemeriksaan data atai mengecek kembali data dalam

komputer untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian di lakukan pembetulan atau

koreksi.

32
G. Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau

analisa yang dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Analisa Univariat merupakan penyajian dalam bentuk satu variabel dengan

menggunakan distribusi freukensi.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesa dan melihat

bagaimana pengaruh antar variabel independen (Religiulitas) terhadap variabel

dependen yaitu (Psychological Well Being) dengan uji Chi Square untuk

mengetahui hubungan Religiulitas dengan Psychological well being, dengan

tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Untuk menentukan pemakaian mean atau

median peneliti melakukan uji normalitas shapiro wilk dengan hasil pada

variabel religiulitas nilai sig. = 0,412 dan pada variabel Psychological Well

Being nilai sig. = 0,062. Hasil uji normalitas menunjukkan data terdistribusi

normal sehingga peneliti menggunakan nilai mean untuk menentukan

pengkategorian variabel.

H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang diinginkan atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan sistem yang terdiri dari input,

proses, dan output. Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang

suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan

33
maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu

tujuan yang telah ditentukan (Notoatmodjo, 2012).

Variabel Independen Variabel Dependen


Religiulitas Psychological Well Being

I. Hipotesa Penelitian

Ha : Ada hubungan ada hubungan Religiulitas dengan Psychological

Well Being Pada Pasien Pjk Di RSUD Sawahlunto.

J. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi Operasional


N Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil Skala
o Operasional ukur ukur
A Independen
1 Religiulitas Merupakan Wawancara Kuisioner 0= Ordinal
Suatu Religiulita rendah,
internalisasi s jika <
nilai-nilai mean =
agama 61
kedalam diri 1=
seseorang tinggi,
jika ≥
mean= 62
(Azwar,
2016)
B Dependen
1 Psychologic kesejahteraan Wawancara Kuisioner 0= Ordinal
alWell psikologis Psycholog rendah,
Being merupakan icalWell jika <
suatu kondisi Being mean =
tertinggi (Ryff, 167
yang dapat 2014) 1=
dicapai oleh tinggi,
individu jika ≥
yang mean=
mencakup 168
evaluasi dan (Ramadi,
penerimaan 2017)
diri pada
berbagai
aspek

34
kehidupan
serta merasa
puas dalam
kehidupan

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto merukanan Rumahsakit tipe C

yang terletak di kota Sawahlunto dan merupakan satu-satunya Rumah sakit yang

ada di Sawahlunto. RSUD Sawahlunto memiliki berbagai jenis Pelayanan, mulai

dari pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap. Pada rawat inap RSUD

Sawahlunto memiliki 8 ruangan rawat inap dengan jumlah tempat tidur 175

tempat tidur. Pada pelayanan Rawat jalan RSUD Sawahlunto memiliki beberapa

jenis pelayanan antara lain, fisioterapi,haemodialisa dan poli dokter spesialis.

B. Analisa Univariat

1. Distribusi Frekuensi pasien Psychological Well Being Jantung


Koroner
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Psychological Well Being pasien Jantung Koroner
di RSUD Sawahlunto tahun 2021
PWB Frekuensi %
Rendah 19 orang 54,3%
Tinggi 16 orang 45,7%%

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat responden yang memiliki Psychological

Well Being tinggi berjumlah 16 orang (45,7%), lebih separuh responden

memiliki Psychological Well Being rendah yaitu berjumlah 19 orang (54,3%).

2. Distribusi Frekuensi Religiulitas pasien Jantung Koroner


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Religiulitas pasien Jantung Koroner
di RSUD Sawahlunto tahun 2021
Religiulitas Frekuensi %
Rendah 19 orang 54,3%
Tinggi 16 orang 45,7%%

36
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat responden yang memiliki religiulitas tinggi

berjumlah 16 orang (45,7%), lebih separuh responden memiliki religiulitas

yang rendah yaitu berjumlah 19 orang (54,3%).

C. Analisa Bivariat

Tabel 4.3
Hubungan Religiulitas dengan Psychological Well Being Pada Pasien PJK
di RSUD Sawahlunto tahun 2021
Psychological Well Being pvalue
Variabel %
Rendah % Tinggi % Total
Religilulitas Rendah 14 73,7% 5 31,3% 19 54,3% 0,030
Tinggi 5 26,3% 11 68,7% 16 45,7%
Total 19 100% 16 100% 35 100%
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat responden yg memiliki Psychological Well

Being rendah sebagian besar terdapat pada responden yang memiliki religiusitas

rendah, yaitu sebanyak 14 orang (73,7%) dibandingkan responden yang memiliki

religiusitas tinggi, yaitu sebanyak 11 orang (68,7%) responden yang memiliki

Psychological Well Being rendah memiliki religiulitas rendah terdapat sebanyak

14 orang (73,7%). Hasil uji Chi squre didapatkan nilai p value adalah 0,030, yang

artinya nilai p< 0,05. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara Religiulitas

dengan Psychological Well Being Pada Pasien PJK di RSUD Sawahlunto.

37
BAB V

PEMBAHASAN

A. Psychological Well Being pada pasien PJK di RSUD Sawahlunto

Hasil penelitian didapatkan lebih separuh responden memiliki Psychological

Well Being rendah yaitu berjumlah 19 orang (54,3%). Hampir sama dengan

penelitian yang dilakukan Tristiana (2016) yang berjudul Psychological Well

Being pada pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Mulyorejo Surabaya,

didapatkan hasil lebih separuh responden memiliki Psychological Well Being

rendah yaitu berjumlah 35 orang (58,3%).

Psychological well-being (PWB) atau kesejahteraan psikologis merupakan

suatu kondisi yang menjadikan individu dapat mengenali, menggali dan memiliki

potensi yang khas pada dirinya. Sikap inilah yang kemudian dapat mengarahkan

seseorang untuk mencapai kepuasan dalam hidupnya. Karena ketika individu

dapat merasakan kepuasan hidup maka kesejahteraan psikologisnya sudah

terpenuhi dan otomatis keadaan mentalnya pun bisa dikatakan dalam keadaan

sehat (Ryff, 2014).

Konsep Ryff tentang psychological well-being sendiri merujuk pada Rogers

tentang orang yang berfungsi penuh (fully-functioning person), pandangan

Maslow tentang aktualisasi diri (self actualization), pandangan Jung tentang

individuasi (individuation), konsep Allport tentang kematangan, konsep Erikson

dalam menggambarkan individu mencapai integrasi dibanding putus asa, konsep

Neugarten tentang kepuasaan hidup, serta kriteria positif individu yang bermental

sehat yang dikemukakan johanda (Ryff, 2014).

38
Menurut asumsi peneliti Psychological well-being atau kesejahteraan

psikologis sangat mempengaruhi fisik dan mental pasien. Apalagi pasien yang

dirawat dengan penyakit jantung, jika tidak memiliki mental yang baik atau

keikhlasan dalam menerima penyakit yang sedang diderita maka akan

menimbulkan stres pada pasien sehingga proses penyembuhan tidak berjalan baik.

Psychological well-being pasien dalam penelitian ini didapatkan lebih dari

separuh pada kategori rendah, yang artinya diperlukan perhatian khusus agar

pasien yang dirawat dengan penyakit jantung koroner tidak mengalami

perburukan pada mental dan psikis mereka yang nantinya akan memperburuk

proses penyembuhan penyakit6.

B. Religiulitas pada pasien PJK di RSUD Sawahlunto

Hasil penelitian didapatkan lebih separuh responden memiliki religiulitas

yang rendah yaitu berjumlah 19 orang (54,3%). Penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan Tina (2016) yang berjudul Religiusitas dan

Kesejahteraan Subjektif pada Pasien Jantung Koroner, didapatkan hasil

religiulitas pada kategori Rendah.

Inquiry & Pargament, (2016), meyakini bahwa koping religius dapat

mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan subjektif, dan berharap penelitian ini

akan terus di kembangkan oleh peneliti lain, karena menurutnya hal ini sangat

menarik dan unik. Perlunya manusia untuk belajar lebih banyak tentang agama,

bukan hanya sebagai sumber daya tetapi lebih kepada pengenalan terhadap diri

serta menguatkan keyakinannya mengenai keterkaitan kesehatan, kesejahteraan,

dan religius.

39
Menurut asumsi peneliti religiulitas sangat mempengaruhi semua aspek

kehidupan, apalagi pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Pasien membutuhkan

ketenangan jiwa yang salah satunya didapatkan dengan religiulitas yang baik.

Pada penelitian ini didapatkan hasil penelitian 19 orang memiliki religiulitas yang

rendah. Hasil pengamatan peneliti beberapa responden mengatakan tidak

mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa karena kesibukan mereka, namun

ketika mereka terbaring sakit mereka menyadari jika religiulitas bisa membuat

jiwa lebih tenang dan bisa membantu proses penyembuhan. Sisi religuilitas

seseorang sangat dibutuhkan ketika menghadapi permasalahan terlebih pada

pasien yang dirawat dengan penyakit jantung, karena pemikiran akan hal-hal

buruk yang akan terjadi bisa menyebabkan perubahan kondisi pasien sehingga

berpengaruh terhadap proses penyembuhan.

C. Hubungan Religiulitas dengan Psychological Well Being Pada Pasien PJK

di RSUD Sawahlunto.

Hasil penelitian didapatkan responden responden yg memiliki

Psychological Well Being rendah sebagian besar terdapat pada responden yang

memiliki religiusitas rendah, yaitu sebanyak 14 orang (73,7%) dibandingkan

responden yang memiliki religiusitas tinggi, yaitu sebanyak 11 orang (68,7%)

responden yang memiliki Psychological Well Being rendah memiliki religiulitas

rendah terdapat sebanyak 14 orang (73,7%). Hasil uji Chi squre didapatkan nilai p

value adalah 0,030, yang artinya nilai p< 0,05. Hasil penelitian didapatkan ada

hubungan antara Religiulitas dengan Psychological Well Being Pada Pasien PJK

di RSUD Sawahlunto.

40
Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Faddilah (2019) yang

berjudul hubungan religiulitas terhadap Psychological Well Being pada pasien

diabetes melitus 2. nilai sig.(p) = 0,000 menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kedua variabel tesebut (p < 0,05). Koefisien korelasi sebesar

0,385 menunjukkan arah hubungan yang positif sedang antara religiusitas dengan

psychological well being pada penderita diabetes melitus tipe 2. Jadi, hipotesis

penelitian ini diterima, ada hubungan positif antara religiusitas dengan

psychological well being pada penderitas diabetes melitus tipe 2.

Perubahan pada psikologis yang terjadi pada penderita penyakit jantung

dapat memberikan pengaruh buruk bagi status kesehatan pasien. pada kondisi

cemas, stress, dan depresi dapat berpengaruh pada fisiologi jantung (Mirwanti &

Nuraeni, 2016). Menurut Ryff (2014) ciri lain individu yang mempunyai

kesejahteraan psikologis yang tinggi yakni terpenuhinya enam dimensi, yaitu

dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi

otonomi, dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup dan dimensi

pertumbuhan pribadi. Setiap individu tentu memiliki pencapaian dimensi PWB

yang berbeda dengan individu yang lain. Faktor yang mempengaruhi

Psychological well-being dalam diri seseorang ada 6 aspek. Antara lain faktor

demografis (meliputi usia, jenis kelamin, sosial ekonomi), faktor dukungan sosial,

faktor religius, kemampuan pribadi (skill), kepribadian, serta faktor jaringan sosial

(Ryff, 2014).

Menurut asumsi peneliti religiusitas berfungsi sebagai pendukung

kesembuhan seseorang. Pemenuhan kebutuhan religiusitas pada penderita jantung

koroner dan dukungan dari keluarga membantu memperkuat dalam ketenangan

41
jiwa. Religiusitas dalam psikologis seseorang sangat penting karena dari

religiusitas dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme. Ibadah seperti

berdoa sebagai permohonan dan harapan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

akan memberikan perasaan tenang. Ibadah yang dijalankan dapat mengurangi

keadaan tidak menerima, rasa khawatir terjadinya komplikasi. Dengan

mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha kuasa akan memberikan ketenangan

jiwa dan batin, sehingga pasien menghadapi penyakitnya lebih ikhlas. Hal tersebut

bisa memperlancar proses pengobatan dan membantu proses penyembuhan.

42
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Lebih separuh responden memiliki religiulitas yang rendah yaitu berjumlah

19 orang (54,3%).

2. Lebih separuh responden memiliki religiulitas yang rendah yaitu berjumlah

19 orang (54,3%).

3. Hasil uji Chi squre didapatkan nilai p value adalah 0,030, yang artinya nilai

p< 0,05. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara Religiulitas

dengan Psychological Well Being Pada Pasien PJK di RSUD Sawahlunto.

B. Saran

1. Bagi RSUD Sawahlunto

Diharapkan penelitian ini bisa menggali informasi dari pasien tentang

kesejahteraan spiritual khususnya pada pasien PJK dan bisa membantu

meningkatkan kesembuhan penyakit jantung koroner dan memberikan

penyuluhan peningkatan religiulitas agar dapat meningkatkan Psychological

Well Being pada pasien penyakit jantung koroner.

2. Bagi STIKes Syedza Saintika Padang

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah referensi bagi civitas

akademis STIKes Syedza Saintika Padang.

43
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi bahan tambahan untuk lebih

mengembangkan penelitian lain yang berhubungan dengan psychological well

being pada pasien PJK.

44
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Asociation. 2014 . Evaluation and Management of Coronary


Heart Disease in the Adult.

Ahmadi, Z., Darabzadeh, F., Nasiri, M., & Askari, M. (2015). The Effects of
Spirituality and Religiosity on Well-Being of People With Cancer: A
Literature Review on Current Evidences. Jundishapur Journal of Chronic
Disease Care, 4(2), 34–36

Alfridsyah, Hadi, A., & Iskandar. 2017. Faktor Risiko Terjadinya Penyakit
Jantung Koroner Pada Pasien Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh:
Jurnal Action : Aceh Nutrition Journal, 2(1), 32-42.

Atiqoh. 2018. Hubungan Kesejahteraan Spiritual (Spiritual Well Being) terhadap


syndrom Burnout mahasiswa Program Studi Kedokteran Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi.

Bustan. 2015. Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka


Cipta.

Center for Disease Control and Prevention (CDC). Adults Need for Physical
Activity 2017.

Faddilah. 2019. Hubungan religiulitas terhadap Psychological Well Being pada


pasien diabetes melitus 2. Jurnal.

Giugliano RP, Cannon CP, Braunwald E. Non–st elevation acute coronary


syndromes. In: Mann DL, Zipes DP, Libby P, Bonow RO, Braunwald E,
eds. 2015. Braunwald’s heart disease. A textbook of cardiovascular
medicine, 10th edition. Philadelphia: Elsevier Inc;

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:


Kemenkes RI.
Kurniawati, H. 2015. Studi Meta Analisis Spiritual Well Being dan Quality Of
Life. Seminar Psikologi & Kemanusiaan. Jurnal.
LIPI. 2009. Kolesterol. UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI. Pangan dan
Kesehatan. Copyright@2009.
Manitoba Centre for Healthy Policy (MCHP). (2013). Concept : Coronary Heart
Disease (CHD)/Ischemic Heart. Jakarta : Erlangga
Mansouri, A., & Azizollah, A. 2017. Investigating Aid Effect of Holy Quran
Sound on Blood Pressure , Pulse , Respiration and O 2 Sat in ICU Patients.
International Journal of Scientific Study, 5(7), 1–6.
Nuraeni. 2016. Hubungan kesejahteraan spiritual dengan depresi pasien dengan
penyakit jantung koroner. Jurnal.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Ryff. 2014. Psychological Well-Being Revisited. Advances in the Science and


Practice of Eudaimonia,
S, G. M., & Suzana Widyaningsih. (2015). Gambaran Dukungan Spiritual
Perawat dan Keluarga terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada
Pasien Kanker Serviks di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Jurusan
Keperawatan, 1–8.
Taylor, S. E. 2012. Health Psychology. (8th ed). New York: McGraw-Hill
Companies, Inc
Tina. 2016. Religiusitas dan Kesejahteraan Subjektif pada Pasien Jantung
Koroner. Jurnal.
Lampiran 1

LEMBAR KUISIONER
HUBUNGAN KESEJAHTERAAN SPRIRITUAL TERHADAP
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PASIEN PENYAKIT
JANTUNG KORONER (PJK) DI RUANGAN INSTALASI
RAWAT INTENSIVE RSUD SAWAHLUNTO
TAHUN 2021

A. Data Demografi

No. Responden :

Nama/inisial :

Umur :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

B. Religiulitas

Setiap pernyataan memiliki pilihan jawaban yaitu:


- STS = jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan
- TS = jika anda tidak setuju mengenai hal yang ada dalam
pernyataan
- S = jika anda setuju dalam penyataan
- SS = jika anda sangat setuju mengenai hal yang ada dalam
penyataan

No. Pernyataan STS TS S SS


1. Saya berpartisipasi dalam komunitas spiritual dan acara-
acara
keagamaan
2. Saya mempelajari kitab suci sebagai bentuk ibadah seorang
hamba
3. Bergaul dengan orang lain merupakan anjuran dari agama
4. Menolong hewan yang terluka adalah anjuran agama
5. Baik hati kepada orang lain penting bagi keyakinan saya
6. Saya percaya pada aturan-aturan yang ada dalam agama
saya
7. Agama memberikan dampak positif dalam hidup saya
8. Berpartisipasi dalam kegiatan yang membuat orang lain
aman
meningkatkan keyakinan diri saya
9. Kontrol diri dalam amarah adalah sebuah tanda dari iman
10. Akan ada hikmah dalam setiap tindakan
11. Keberagamaan memberikan makna yang sejati
dalam kehidupan
12. Saya percaya bahwa takdir berada ditangan Tuhan
13. Menurut saya kisah-kisah dalam kitab suci adalah nyata
14. Salah satu tanda dari keimanan yang saya rasakan adalah
adanya Hari Akhir
15. Saya percaya bahwa kesuksesan terjadi karena kita
beribadah dengan niat yang tulus
16. Tuhan memberikan keadilan bagi mereka yang tertindas
17. Keajaiban-keajaiban yang tertulis dalam kitab suci adalah
nyata
18. Ibadah adalah tanda dari keimanan
19. Iman yang lemah dapat merusak moralitas saya
20. Aturan agama akan menuntun dan menerangi kehidupan
saya
21. Ketika saya mendatangi tempat yang suci, saya merasa dekat
dengan Tuhan
22. Saya puas dengan apa yang Tuhan berikan kepada saya
23. Keyakinan dalam beragama menciptakan kedamaian dan
kebahagiaan sejati
24. Menyembah Tuhan meningkatkan kebahagiaan
25. Umat manusia mengalami kesejahteraan saat melaksanakan
anjuran nabinya
26. Iman melindungi saya dalam menghadapi kekhawatiran dan
kecemasan
27. Kemampuan individu untuk memahami ajaran agamanya
dapat
memperkuat keyakinan dalam beragama
28. Agama memberikan tuntunan untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia dalam kehidupan
29. Aturan agama menawarkan panduan hidup untuk umat
manusia
30. Manusia menerima ujian hidup karena kasih Tuhan
31. Kehidupan yang religius memiliki karakteristik dalam batin
yang aman, tenang dan bahagia
32. Aturan agama perlu diterapkan dalam setiap aspek
kehidupan
manusia
33. Aturan agama harus diikuti dalam berbagai tahap kehidupan
34. Aturan pokok agama berlaku dimanapun dan kapanpun
35. Mengabaikan nilai-nilai agama di masyarakat adalah suatu
hal
yang berbahaya
C. Psychological Well Being

Setiap pernyataan memiliki pilihan jawaban yaitu:


- STS = jika anda sangat tidak setuju dengan pernyataan
- TS = jika anda tidak setuju mengenai hal yang ada dalam
pernyataan
- ATS = jika anda agak tidak setuju dalam penyataan
- AS = jika anda agak setuju dalam penyataan
- S = jika anda setuju dalam penyataan
- SS = jiak anda sangat setuju mengenai hal yang ada dalam
penyataan

Anda diminta memilih jawaban yang sesuai dengan diri anda dengan
cara memberi lingkaran pada salah satu pilihan jawaban yang
tersedia. Dan pastikan tidak ada pernyataan yang terlewati.

No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS


1 Saya mengutarakan pendapat
meskipun pendapat tersebut
bertentangan dengan kebanyakan
orang.
2 Saya merasa bertanggung jawab
pada kehidupan saya.
3 Saya tidak tertarik dengan
kegiatan yang dapat memperluas
wawasan.
4 Saya adalah orang yang
penyayang dan penuh kasih
menurut kebanyakan orang.
5 Saya menjalani kehidupan hari ini
dan kurang memikirkan masa
depan.
6 Saya senang dengan apa yang
sudah terjadi dalam kehidupan
saya.
7 Keputusan yang saya ambil
biasanya tidak dipengaruhi oleh
orang lain.
8 Tuntutan hidup sehari - hari sering
kali membuat saya tertekan.
9 Saya rasa penting untuk
mengalami hal - hal baru yang
menantang cara berfikir tentang
diri dan dunia.
10 Mempertahankan hubungan yang
dekat merupakan hal yang sulit
dan membuat frustasi.
11 Saya memiliki arah dan tujuan
hidup
12 Saya merasa percaya diri
dan positif terhadap diri sendiri.
13 Saya mengkhawatirkan apa yang
difikirkan orang lain.
14 Saya tidak begitu cocok dengan
orang-orang yang ada disekitar
saya.
15 Saya belum benar-benar
mengalami perbaikan secara
pribadi.
16 Saya merasa kesepiankerena
hanya memiliki sedikit teman
dekat untuk membag masalah.
17 Kegiatan sehari - hari saya terlihat
sepele dan tidak penting.
18 Saya merasa orang lain
mendapatkan banyak hal terbaik
dalam hidupnya dibandingkan
saya.
19 Saya cenderung terpengaruh oleh
orang - orang yang memiliki
pendapat kuat.
20 Saya cukup baik dalam mengatur
tanggung jawab dalam kehidupan
sehari - hari.
21 Saya merasa telah banyak
mengembangkan diri selama ini.
22 Saya menikmati percakapan
dengan anggota keluarga maupun
teman.
23 Saya tidak memahami dengan baik
apa yang ingin dicapai dalam
hidup.
24 Saya menyukai semua aspek
kepribadian saya.
25 Saya yakin dengan pendapat saya,
bahkan jika berlawanan atau
bertentangan dengan kesepakatan
umum.
26 Saya merasa kewalahan dengan
tanggung jawab.
27 Saya tidak menikmati berada
dalam situasi baru yang menuntut
untuk mengubah cara – cara lama
yang sudah biasa.
28 Orang - orang akan
menggambarkan saya sebagai
orang yang senang atau bersedia
membagi waktunya dengan orang
lain.
29 Saya senang membuat rencana
untuk masa depan dan berusaha
mewujudkannya.
30 Saya merasa kecewa dengan apa
yang telah dicapai dalam hidup.
31 Sulit bagi saya untuk menyuarakan
pendapat tentang hal – hal yang
kontroversi.
32 Saya kesulitan mengatur hidup
yang bisa memuaskan saya.
33 Hidup adalah proses belajar,
berubah, dan tumbuh secara terus
menerus.
34 Saya belum banyak mengalami
hubungan yang hangat penuh
kepercayaan dengan orang lain.
35 Beberapa orang hidupnnya tak
tentu arah, tapi saya tidak seperti
itu.
36 Sikap saya terhadap diri sendiri
mungkin tidak sepositif sikap oang
lain terhadap diri mereka.
37 Saya menilai diri menurut apa
yang dirasa penting, bukan
menurut nilai-nilai yang orang lain
pikir itu penting.
38 Saya mampu membangun gaya
hidup sesuai apa yang saya sukai.
39 Saya sejak lama menyerah dalam
mencoba melakukan perbaikan
atau perubahan dalam hidup.
40 Saya dapat mempercayai teman -
teman dan meraka tahu mereka
bisa mempercayai saya.
41 Saya merasa telah
melakukan banyak hal dalam
hidup.
42 Membandingkan diri sendiri
dengan teman dan kenalan
membuat saya merasa baik tentang
diri sendiri.
HASIL PENGOLAHAN DATA

jeniskelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 19 54.3 54.3 54.3

Perempuan 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMA 15 42.9 42.9 42.9

Perguruan Tinggi 20 57.1 57.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Swasta 14 40.0 40.0 40.0

PNS 8 22.9 22.9 62.9

Pensiunan 6 17.1 17.1 80.0

IRT 7 20.0 20.0 100.0

Total 35 100.0 100.0

Religiulitas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 19 54.3 54.3 54.3

Tinggi 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0


PWB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 19 54.3 54.3 54.3

Tinggi 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

religiulitas 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%

PWB 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

religiulitas Mean 61.77 .538

95% Confidence Interval for Lower Bound 60.68


Mean
Upper Bound 62.86

5% Trimmed Mean 61.75

Median 61.00

Variance 10.123

Std. Deviation 3.182

Minimum 54

Maximum 69

Range 15

Interquartile Range 4

Skewness .053 .398

Kurtosis .517 .778


PWB Mean 167.20 1.115

95% Confidence Interval for Lower Bound 164.93


Mean
Upper Bound 169.47

5% Trimmed Mean 166.95

Median 167.00

Variance 43.518

Std. Deviation 6.597

Minimum 154

Maximum 184

Range 30

Interquartile Range 6

Skewness .653 .398

Kurtosis 1.169 .778

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

religiulitas .147 35 .053 .969 35 .412

PWB .193 35 .002 .930 35 .062

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PWB * Religiulitas 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%


Religiulitas * PWB Crosstabulation

Count

PWB

Rendah Tinggi Total

Religiulitas Rendah 14 5 19

Tinggi 5 11 16

Total 19 16 35

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.302a 1 .012

Continuity Correctionb 4.708 1 .030

Likelihood Ratio 6.487 1 .011

Fisher's Exact Test .018 .014

Linear-by-Linear Association 6.122 1 .013

N of Valid Casesb 35

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,31.

b. Computed only for a 2x2 table


HUBUNGAN RELIGIULITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUD SAWAHLUNTO TAHUN 2021

N Nam J Umu
o a K K r Pddkn K Pkjn K Religiulitas Psych
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 To
                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 21 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 t Ket k 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Tn. M L 1 56 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 69 Tinggi 1 3 5 3 5 3 4 3 3 5

Renda
2 Tn. B L 1 58 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 2 1 1 2 1 1 61 h 0 4 3 3 3 3 4 4 3 5

Renda
3 Tn. K L 1 49 PT 2 Swasta 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2 54 h 0 3 3 3 4 3 4 5 4 3

Renda
4 Tn. P L 1 61 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 57 h 0 4 3 4 3 3 3 5 3 5

5 Tn. D L 1 56 PT 2 PNS 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 1 68 Tinggi 1 4 4 3 6 3 6 5 4 5

Renda
6 Tn. G L 1 54 SMA 1 Swasta 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 57 h 0 4 4 3 4 3 3 4 3 4

Pensiuna Renda
7 Ny. A P 2 61 PT 2 n 3 1 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 61 h 0 4 4 3 3 3 4 3 4 4

8 Ny. G P 2 63 SMA 1 IRT 4 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 1 2 3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 62 Tinggi 1 4 3 4 3 3 4 3 4 3

Pensiuna Renda
9 Tn. R L 1 66 PT 2 n 3 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 59 h 0 3 3 3 4 3 4 3 4 3

Renda
10 Tn. F L 1 58 PT 2 Swasta 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 61 h 0 3 5 3 5 3 5 4 5 4

11 Ny. R P 2 47 PT 2 PNS 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 62 Tinggi 1 4 5 5 3 3 4 4 4 4

Renda
12 Ny. S P 2 45 PT 2 PNS 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 60 h 0 4 5 3 3 4 3 5 5 3

Renda
13 Ny. E P 2 56 PT 2 IRT 4 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 61 h 0 4 3 5 5 4 4 4 4 4

14 T. R L 1 53 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 63 Tinggi 1 3 3 4 3 4 3 3 3 4

Renda
15 Tn. O L 1 57 SMA 1 Swasta 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 61 h 0 3 3 4 4 3 4 4 4 3

Pensiuna Renda
16 Tn. D L 1 64 PT 2 n 3 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 57 h 0 3 4 4 4 3 3 4 5 3

Renda
17 Ny. R P 2 63 PT 2 IRT 4 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 60 h 0 3 5 4 3 2 5 3 4 4

Pensiuna
18 Ny. D P 2 62 PT 2 n 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 64 Tinggi 1 3 3 4 3 3 4 5 4 4

19 ny. E P 2 55 PT 2 PNS 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 64 Tinggi 1 3 3 3 5 3 5 5 5 6

Ny.
20 W P 2 54 SMA 1 IRT 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 64 Tinggi 1 4 3 3 5 3 3 3 5 5

Renda
21 Tn. B L 1 55 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 61 h 0 4 4 4 3 3 4 3 3 5

22 Tn. D L 1 46 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 67 Tinggi 1 5 4 3 3 3 5 5 4 3


Renda
23 Tn. P L 1 49 PT 2 PNS 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 61 h 0 4 4 3 3 4 4 3 3 4

24 Tn. A L 1 56 PT 2 Swasta 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 65 Tinggi 1 4 4 4 4 3 3 3 4 4

25 Ny. S P 2 43 PT 2 IRT 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 63 Tinggi 1 4 5 3 3 3 3 5 5 3

Renda
26 Ny. C P 2 56 SMA 1 IRT 4 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 60 h 0 3 5 3 3 3 5 3 4 3

Ny. Renda
27 W P 2 57 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 61 h 0 4 3 4 4 3 4 4 3 4

Pensiuna Renda
28 Tn. Y L 1 61 PT 2 n 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 58 h 0 5 3 4 3 4 3 3 5 4

29 Tn. T L 1 54 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 62 Tinggi 1 4 3 3 4 3 4 3 3 5

30 Tn. K L 1 61 SMA 1 Swasta 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 66 Tinggi 1 5 4 5 3 4 5 4 4 5

Pensiuna
31 Tn. L L 1 67 PT 2 n 3 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 63 Tinggi 1 4 4 5 4 3 4 3 4 6

Ny.
32 M P 2 44 PT 2 PNS 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 65 Tinggi 1 3 4 4 4 3 4 3 6 5

33 Ny. N P 2 58 PT 2 PNS 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 63 Tinggi 1 4 4 4 3 3 3 3 4 4

Renda
34 Ny. E P 2 59 PT 2 PNS 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 2 2 61 h 0 5 4 4 4 4 4 4 3 3

Renda
35 Ny. R P 2 54 SMA 1 IRT 4 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 61 h 0 3 4 5 4 3 3 3 4 3

Anda mungkin juga menyukai