Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN KEDARURATAN PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NANI GITHA THIANANDA


NIM : SKP.21.02.055P
KELAS : S1 KEPERAWATAN NON REGULER
MATA KULIAH : MANAJEMEN PATIENT SAFETY
DOSEN PEMBIMBING : Ns. HARJITO,S.Kep.,MARS

TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

STIKES MITRA ADIGUNA PALEMBANG


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan mengenai pola makan yang baik menyumbangkan pengaruh

yang cukup besar terhadap status gizi seseorang. Tingkat pengetahuan pola

makan pada hiperkolesterol seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilaku

seseorang yang menyebabkan Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan

yang baik sehingga mengurangi kemampuan seseorang dalam menerapkan

informasi gizi dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, pengetahuan

merupakan komponen dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap dan

perilaku pola makan bergizi untuk menurunkan masalah gizi (Supariasa,

2014). Beralihnya pola konsumsi masyarakat yang lebih menyukai makanan

yang di hangatkan kembali dan makanan cepat saji atau fastfood di pengaruhi

kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang rendah sehingga masyarakat

tidak tahu ilmu dan tidak menyadari bahwa mengonsumsi makanan yang di

hangatkan kembali dan makanan cepat saji bisa mempengaruhi kesehatannya ,

dan mereka juga tidak menghiraukan sakit yang mereka rasakan seperti

kesemutan , masyarakat beranggapan bahwa kesemutan itu hanya penyakit

biasa tanpa ada kecurigaan yang lain sehingga masyarakat tidak cepat-cepat ke

rumah sakit atau layanan kesehatan setempat jadi masyarakat hanya membeli

obat yang ada di toko dan memilih obat tradisional yaitu teh yang relative

lebih aman dari pada obat modern . Dan ketika kesemutan bertambah parah

dan tak kunjung sembuh masyarakat mulai berobat ke pelayanan kesehatan

ternyata di diagnosa hiperkolesterol ( Nurwidayabti,2013 ) fenomena


hiperkolesterol yang terjadi di masyarakat di desa Klantingsari RT.21,RW.06,

Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo hanya memandang bahwa upaya

pelayanan pada penderita hiperkolesterol hanya berfokus pada pengobatan

medis saja dan masyarakat juga beranggapan jika kadar hiperkolesterol dalam

darah normal,masyarakat menganggap penyakitnya sembuh sehingga

masyarakat tidak berolaraga ,tidak melakukan diet dan tidak mengontrol pola

makan yang tinggi lemak .Sehingga sangat perlu upaya untuk penatalaksanaan

yang berorientasi pada perubahan perilaku yang ada di masyarakat. Salah satu

caranya yaitu pengaturan diet yang tepat.

Menurut World Health Organization (WHO), peningkatan kadar kolesterol

diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kematian (4,5% dari total )dan 29,7 juta

mengalami kecacatan pada tiap tahunnya. Peningkatan kolesterol total

merupakan penyebab utama beban penyakit baik di negara maju maupun

Negara berkembang sebagai factor resiko terjadinya penyakit jantung iskemik

dan stroke. Pada tahun 2011 peningkatan kolesterol total pada orang dewasa (
1
≥5,0 mmol/L) sebesar 39% (37% un tuk laki-laki dan 405 untuk perempuan

. Peningkatan kadar kolesterol tertinggi terdapat di wilayah Eropa sebesar

54%, Amerika 48% , dan presentase terendah terdapat di wilayah Afrika

sebesar 22,6% Asia Tenggara sebesar 29% (WHO, 2018 ). Sedangkan

menurut (RISKESDAS,2013) di indonesia berdasarkan tempat tinggal

menunjukan bahwa kadar kolesterol normal pada penduduk perkotaan lebih

besar dari pada pedasaan ,penduduk di kota sebesar 38,5% dan penduduk

pedasaan sebesar 32,1%.Prevalensi hiperkolesterol di jawa timur 30,38%

(RISKESDAS,2018).
Prevelensi data yang ada di Desa Klantingsari RT.21 RW.06 Hiperkolesterol

sebanyak 12 orang (Kader lansia )

Tingginya kadar kolesterol yang tinggi di sebabkan oleh pola makanan

yang tinggi lemak , tidak pernah olaraga dan tidak pernah melakukan aktivitas

fisik yang mengakibatkan penyakit degeneratif dimana penyakit ini muncul

akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi

lebih buruk (Suiraoka, 2012). Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan

memicu terbentuknya atheroma (plaque lemak) pada pembuluh darah,

sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner (Aurora

dkk, 2012).

Peran perawat sangat penting dalam upaya mengatasi masalah

hiperkolesterolemia yang diderita oleh sebagian masyarakat secara promotif

tentang penyakit hiperkolesterol dapat di lakukan dengan memberikan

penyuluhan seperti penyuluhan tentang pola makan tentang hiperkolesterol

(ramayulis, 2014) ,upaya prefentif seperti klien di sarankan dapat mengatur

pola makan yang bergizi seimbang ,berolaraga serta melakukan aktivitas fisik

,upaya kuratif dilakukan dengan menganjurkan dengan minum obat secara

teratur dan benar sesuai anjuran dokter ,upaya rehabilitatif dengan cara

memberikan pendidikan kesehatan tentang mengatur pola makan,olaraga dan

aktivitas fisik (budiyono, 2015).

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan

melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada masalah

defisiensi tingkat pengetahuan dengan diagnosa medis Hiperkolesterol dengan

membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan

Lansia Pada Ny.T Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis

Hiperkolesterol Di Desa Klantingsari Tarik Sidoarjo“?


C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Lansia Pada

Ny.T Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis

Hiperkolesterol Di Desa Klantingsari Tarik Sidoarjo

b. Tujuan Khusus

1. Mengkaji Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.T Dengan Masalah

Keperawatan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis Hiperkolesterol Di Desa

Klantingsari Tarik Sidoarjo

2. Merumuskan diagnosa Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.T Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis Hiperkolesterol Di

Desa Klantingsari Tarik Sidoarjo

3. Merencanakan tindakan Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.T Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis Hiperkolesterol Di

Desa Klantingsari Tarik Sidoarjo

4. Melaksanakan tindakan Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.T Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis Hiperkolesterol Di

Desa Klantingsari Tarik Sidoarjo


5. Mengevalusi tindakan pada lansia yang mengalami Hiperkolesterol

Dengan Masalah Keperawatan Defisiensi Tingkat Pengetahuan di Desa

Klantingsari Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo

6. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Lansia Pada Ny.T Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis Hiperkolesterol Di

Desa Klantingsari Tarik Sidoarjo

D. Manfaat
a. Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan lansia

pada Ny.T dengan masalah keperawatan nyeri akut pada

diagnosa medis hiperkolesterol di desa klantingsari tarik sidoarjo

b. Secara praktis, tugas ini akan bermanfaat bagi :


1. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hasil studi kasus ini,dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar
dapat melakukan keperawatan pada masalah asuhan keperawatan
lansia pada Ny.T dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
diagnosa medis hiperkolesterol di desa klantingsari tarik sidoarjo.

2. Bagi Peneliti
Hasil peneliti ini dapat menjadi salah satu rujukam bagi peneliti
berikutnya,yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan
lansia pada Ny.T dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
diagnosa medis hiperkolesterol di desa klantingsari tarik sidoarjo

3. Bagi Profesi Kesehatan


Sebagai tambahan ilmu bagi profesi kesehatan keperawatan dan
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan
lansia pada Ny.T dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
diagnosa medis hiperkolesterol di desa klantingsari tarik sidoarjo
E. Metode Penulisan
a. Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya megungkapkan peristiwa

atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi

kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan

studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian

diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

b. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik

dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain.

2. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan pada klien.

3. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik yang dapat menunjang

menegakkan diagnosa penanganan selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit

dan asuhan keperawatan pada lansia dengan hiperkolesterol. Konsep penyakit ini

akan diuraikan definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan

keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada penyakit

hiperkolesterol dengan melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Konsep Medis

Definisi

Hiperkolesterol adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam darah

meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas

normal. Low Density Lipoprotein (LDL) bertugas untuk mengirimkan kolesterol

ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Bila kadar kolesterol (LDL) tinggi maka akan

terjadi penyumbatan pada dinding bagian dalam pembuluh darah (atherosklerosis)

(Mumpuni & Ari, 2011).

Klasifikasi

Hiperkolesterol Primer : Suatu penyakit herediter yang menyebabkan

seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor lipoprotein

berdensitas rendah pada permukaan membran sel tubuh. Bila reseptor ini

tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi lipoprotein berdensitas baik

atau lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa adanya absorpsi tersebut,

mesin kolesterol di sel hati menjadi tidak


terkontrol dan terus membentuk kolesterol baru. Hati tidak lagi memberi respons

terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah kolesterol plasma yang terlalu

besar.Akibatnya jumlah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang dilepaskan

oleh hati ke dalam plasma menjadi sangat meningkat. Pasien dengan

hiperkolesterol yang parah memiliki konsentrasi kolesterol darah sebesar 600

sampai 1000 mg/dl, yaitu empat sampai enam kali nilai normal. Banyak pasien

seperti ini yang meninggal sebelum usia 20, karena infark miokardium atau gejala

sisa penyumbatan atherosklerosis di seluruh pembuluh darah tubuh (Evania,

2018).

Hiperkolesterol Sekunder : disebabkan oleh kebiasaan diet lemak jenuh,

kurangnya aktifitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol, serta sindrom

nefrotik (Evania, 2018).

Etiologi

Pola Diet

Mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung lemak jenuh

dapat menyebabkan hiperkolesterol. Biasanya, lemak jenuh terkandung dalam

makanan yang berasal dari produk olahan hewani seperti sapi, babi, susu, telur,

mentega, dan keju (Sari, 2014).

Berat Badan

Kelebihan berat badan dapat menaikkan kadar trigliserida dan menurunkan

HDL dalam darah (Sari, 2014).

Tingkat Aktivitas

Kekurangan gerak fisik dapat meningkatkan kadar LDL atau kolestrol

jahat serta menurunkan kadar HDL atau kelosterol baik. Kolesterol LDL adalah
kolesterol jahat karena melekat pada dinding arteri dan bisa menyebabkan

sumbatan pada pembuluh darah (Sari, 2014).

Kondisi Kesehatan dari Keseluruhan

Bagi penderita hiperkolesterol akan lebih beresiko mengalami Penyakit

Jantung Koroner (PJK). Serta seseorang dengan penyakit tertentu seperti Diabetes

Melitus dapat menyebabkan kolesterol menjadi tinggi yang disebabkan oleh

penumpukan lemak jahat di dalam darah (Sari, 2014).

Merokok

Merokok dapat menyebabkan turunnya kadar kolesterol baik dalam darah,

tidak hanya perokok aktif saja perokok pasifpun dapat mengalami hal yang sama

(Sari, 2014).

Alkohol

Kebiasaan minum alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan kadar

koleterol total dan trigliserida. Serta alkohol dapat memperberat kerja hati dalam

melakukan metabolisme (Evania, 2018).

Usia dan Jenis Kelamin

Semakin bertambahnya usia manusia, semakin meningkat pula kadar

kolesterol darahnya. Wanita sebelum menopause mempunyai kadar kolesterol

yang lebih rendah dibandingkan pria dengan usia yang sama. Namun setelah

menopause, kadar kolesterol pada wanita cenderung meningkat (Evania, 2018).

Stress

Kondisi Stress atau keadaann yang tidak mengenakan akan meningkatkan

kolesterol dalam darah (Evania, 2018).


Manifestasi Klinis

Menurut (Evania, 2018) Kelebihan kolesterol tidak menimbulkan keluhan

sama sekali. Bahkan seseorang yang kadar kolesterolnya 3-4 kali lipat dari kadar

normal tidak merasakan keluhan apapun. Kadar kolesterol yang tinggi ini akan

merusak dinding pembuluh darah, sehingga dapat memicu timbulnya berbagai

penyakit, baik yang mengenai jantung seperti Penyakit Jantung Koroner

(PJK),maupun otak seperti stroke. Umumnya seseorang baru mengetahui dirinya

mengidap kelebihan kolesterol ketika melakukan check up darah di laborat, atau

ketika dirinya sudah terserang stroke atau Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Gejala yang umum pada penderita hiperkolesterol adalah gejala seperti

kekurangan oksigen yang disebabkan karena adanya penyumbatan lemak dalam

darah sehingga aliran oksigen dalam darah menjadi terhambat dan dan ditandai

dengan rasa pusing, mual, dan mata seperti enggan dibuka (Mumpuni

&Ari,2011).

Patofisiologi

Kolesterol adalah komponen lemak darah, yang tidak dibutuhkan dalam

makanan, karena dalam jumlah cukup telah disintesis oleh tubuh. Kolesterol

terdapat dalam makanan dan tubuh terutama sebagai kolesterol bebas atau

sebagai ester dengan asam lemak. Kolesterol yang dibutuhkan secara normal

diproduksi sendiri dalam jumlah yang tepat. Namun kolesterol juga dapat

meningkat jika sering mengonsumsi makanan dengan kadar lemak hewan tinggi

(otak sapi, daging merah, seafood, kuning telur, keju, dll) atau makanan cepat

saji (Sudikno, 2010).Kolesterol yang tinggi merupakan atherogenic (penyebab

terbentuknya atherosclerosis). Kolesterol lipoprotein berkerapatan rendah low


density lipoprotein (LDL) sering disebut sebagai kolesterol “jahat”. Lama-

kelamaan kolesterol ini bersama bahan lain menumpuk di pembuluh darah dan

menyebabkan plak. Plak ini disebut dengan atherosklerosis yang dapat

menyebabkan penyumbatan yang berakibat terjadinya serangan jantung dan

stroke. Sebaliknya, kolesterol lipoprotein berkerapatan tinggi high density

lipoprotein (HDL) sering disebut sebagai kolesterol “baik” karena mambantu

membersihkan kolesterol dari pembuluh darah. Jika kadar kolesterol jenuh

(LDL) lebih banyak akan mengakibatkan hiperkolesterol (Sari, 2014).

Hiperkolesterol dapat menyerang siapa saja, tidak mengenal usia dan tidak

mengenal perbedaan berat badan. Selain pola makan yang tidak sehat, kolesterol

tinggi juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan, kelebihan berat badan,

kurangnya aktivitas fisik, kurangnya olahraga, merokok, dan mengonsumsi

alkohol secara berlebihan. Kondisi dan penyakit tertentu seperti diabetes

mellitus, penyakit ginjal, penyakit liver, dan underactive thyroid gland yang

disebut dengan hypothyroidism juga dapat memicu terjadinya hiperkolesterol.

Berbeda dengan penyakit lain yang biasanya dengan mudah dikenali

gejalanya,tidak demikian dengan hiperkolesterol. Bahkan penderita bisa tidak

merasakan adanya gejala penyakit sama sekali. Seringkali penderita mengetahui

jika setelah dinyatakan menderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke.

Namun pada sebagian orang dapat mengenali gejalanya saat penderita

merasakan sakit kepala dan pegal-pegal sebagai gejala awal. Kolesterol

merupakan zat di dalam tubuh yang berguna untuk membantu pembentukan

dinding sel, garam empedu, hormon, dan vitamin serta sebagai penghasil energi

(Mumpuni & Ari, 2011).

Komplikasi
Stroke, Hipertensi, Jantung coroner, Angina (Anies ,2015)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu

menegakkan diagnosa suatu penyakit dan memperoleh hasil pemeriksaan yang

akurat karena setelah melakukan pemeriksaan kadar kolesterol pasien dapat

merubahan pola dan gaya hidup sehat, untuk menghindari makanan yang

mengandung kolesterol tinggi (Widada, Martiningsik, & Carolina, 2016)

Penatalaksaan

Menurut (Evania, 2018) penatalaksanaan hiperkolesteroldapat dilakukan

dengan menjaga kadar kolesterol total agar tetap berada di bawah angka 200

mg/dL, baik kadar kolesterol LDL tidak melebihi angka 100 mg/dL.

Non Farmakologi

1) Pengendalian Berat Badan

Kelebihan bobot badan (overweight) atau obesitas dapat menimbulkan

tingginya kadar kolesterol darah. Pengendalian berat badan dapatdilakukan

dengan membatasi asupan kalori, terutamamakanan yang tinggi lemak jenuh

(Evania, 2018).

2) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat menaikkan kadar HDL, mengurangi kadar LDL dan

trigliserida, menurunkan tekanan darah, dan memperbaiki sensitivitas insulin.

Aktivitas fisik dengan intensitas baikdianjurkan untuk setiap orang dewasa.

Contoh aktivitas fisik intensitas baik yaitu jalan cepat selama 30-40 menit

(Erwinanto et al., 2017).

1) Pengaturan Makanan

Asupan yang dianjurkan mempertahankan kadar kolesterol dan lemak dikenal

dikenal dengan diet dyslipidemia. Secara umum, diet dyslipidemia dibedakan

menjadi dua tahap dengan prinsip pembatasan asupan lemak khususnya lemak

jenuh dan kolesterol dari makanan. Selain itu, dalam pengaturan makanan

harus memperhatikan 3 J yaitu jenis, jumlah, dan jadwal. Prinsip 3J secara

umum berlaku untuk semua jenis penyakit. Bagi penderita hiperkolesterol


dianjurkan dalam sehari mengkonsumsi makanan yang harus disesuaikan

dengan kadar kolesterol, lipoprotein serta ada tidaknya penyakit penyerta lain

seperti jantung dan diabetes (Evania, 2018).

2) Berhenti Merokok

Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan

kadar kolesterol jahat (LDL), merokok menyebabkan bertambahnya kadar

karbon monoksida di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya

cedera pada lapisan dinding arteri. Merokok meningkatkan kecenderungan

darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya

penyakit arteri perifer, penyakit arteri coroner, stroke dan penyubatan pada

arteri. Menghentikan merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol

HDL sebesar 5-10% (Erwinanto et al., 2017)

Farmakologi

Terdapat beberapa golongan obat antara lain :

1) Resin Penukar Anion

Obat kolestiramin dan kolestipol adalah resin penukar anion yang

digunakan dalam penatalaksanaan hiperkolesterolemia. Obat-obat tersebut

bekerja dengan cara mengikat asam empedu didalam lumen usus dan

mencegah reabsorbsi.

2) Kelompok Klofibrat

Klofibrat (turunan asam ariloksibutirat) dan beberapa analognya

(bezafibral,siprofibral, finofibrat, gemfibrozil) dapat dianggap sebagai

hipolipidemik berspektrum luas.Klofibrat dan beberapa analognya

digunakan dalam pengobatan hyperlipidemia tipe II maupun IV yang efek

utamanya berupa gangguan pada saluran pencernaan

3) Statin

Statin menghambat secara kompetitif enzim HMG CoAreductase, yakni

enzim pada sintesis kolesterol,terutama dalam hati. Obat-obat ini lebih


efektif dibandingkanresin penukar anion untuk menurunkan lemak jahat

(LDL) tetapi kurang efektif dibandingkan kelompok klofibrat dalam

menurunkan trigliserida dan meningkatkan lemak baik (HDL).Contoh jenis

obat : Atorvastatin, Fluvastatin, Pravastatin, Simvastatin, Lovastatin

4) Kelompok Asam Nikotinat

Asam nikotinat (niasin) merupakan vitamin larut air yang mampu

menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol plasma. Mekanisme kerjanya

melalui hambatanmobilisasi lemak serta hambatan sintesis Very Low

Density Lipoprotein (VLDL)dalam hati dan lebih lanjut kolesterol (LDL).

Selain itu, asam nikotinat juga meningkatkan lemak baik (HDL)

5) Omega 3

Minyak ikan yang kaya akan trigliserida laut omega 3, bermanfaat dalam

pengobatan hipertrigliseridemia berat (Evania ,2013)


Konsep Lansia

Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO) lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas yang telah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya dan akan terjadi proses anging

process atau proses penuan

Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:

Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan

masalah kesehatan

Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga

hidupnya tergantung pada bantuan orang lain Ciri-ciri Lansia

Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran

pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah dalam

melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan

tetapi ada juga lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik

pada lansia akan lebih lama terjadi.

Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan

terhadap lansiadan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia

yang lebih senangmempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat

menjadi negatif, tetapiada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi positif.

Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan

sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.Misalnya lansia menduduki

jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak

memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.

Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung

mengembangkankonsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk

perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian

diri lansia menjadi buruk pula.Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga

sering tidak dilibatkan untukpengambilan keputusan karena dianggap pola

pikirnya kuno, kondisi inilah yangmenyebabkan lansia menarik diri dari

lingkungan, cepat tersinggung dan bahkanmemiliki harga diri yang rendah.

Perubahan - Perubahan pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada

diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial

dan seksual (Azizah dan Lilik M, 2011).

Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

oleh karenahilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga

dalam, terutamaterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulitdimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60

tahun.

2) Sistem Integumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal

dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan

penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.

Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan

jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak

teratur.

(1) Kartilago : Jaringan kartilagopada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaansendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dandegenerasi yang

terjadi cenderung kearah progresif,konsekuensinya kartilagopada

persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.

(2) Tulang : Berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah

bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan

osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,deformitas dan

fraktur.

(3) Otot : Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

(4) Sendi : Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

ligamen dan fasiamengalami penuaan elastisitas.

4) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa

jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga


peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin,

klasifikasi SA Node dan jaringankonduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas

total parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru

berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak mengakibatkan

gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks

berkurang.

6) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,

indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar

menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat

penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah

7) Perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak

fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi

yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

9) Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya

ovary danuterus. Terjadi atropi payudara. Pada lakilaki testis masih dapat

memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-

angsur.

Kognitif

1) Daya ingat (Memory)

2) IQ (Intelleegent Quotient)

3) Kemampuan belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan masalahk (Problem Solving)

6) Pengambilan keputusan (Decision Making)

7) Kebijakan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

9) Motivasi (Motivation )

Perubahan Psikososial

1) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal

terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita

penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik

terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan

hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah

rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan

fisik dan kesehatan.

3) Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,

lalu diikuti dengankeinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi

suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres

lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

4) Gangguan Cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan

cemas umum,gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif

kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari

dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit

medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak

dari suatu obat.

5) Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia

sering merasa tetangganya mencuri barang barangnya atau berniat

membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau

menarik diri dari kegiatan sosial.

6) Sindrome Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan

perilaku sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena


lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk

barang dengan tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan

tersebut dapat terulang kembali.

Konsep Masalah Keperawatan Nyeri Akut

Pengertian

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berinteritas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan

Penyebab

Agen pencedera fisiologis ( Misalnya : Inflamasi, Iskemia , Neoplasma)

Agen pencedera kimiawi ( Misalnya : terbakar, bahan kimia iritan )

2.3.2.4 Agen pencedera fisik ( Misalnya : abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan fisik berlebihan

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Mengeluh nyeri

Objektif

1) Tampak meringis

2) Bersikap protektif ( Misalnya : waspada, posisi menghindari nyeri)

3) Gelisah

4) Frekuensi nadi meningkat

5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor

Subjektif

1) Tidak tersedia

Objektif

1) Tekanan darah meningkat

2) Pola nafas berubah

3) Nafsu makan berubah

4) Proses berfikir terganggu

5) Menarik diri

6) Berfokus pada diri sendiri

7) Diaphoresis (sdki,2016)
Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Identitas klien

Pada penyakit hiperkolesterol sering menyerang pria karena pria

usia muda cenderung tinggi memiliki hiperkolesterol di bandingkan

wanita. Namun pada wanita kadar kolesterol meroket pada menopause usia

40-65 tahun .Gaya hidup serta tekanan pekerjaan di suatu tempat bisa

mengakibatkan kolesterol seseorang meningkat (Andhiyani,2013)

Riwayat Kesehatan Saat Ini

1) Status kesehatan setahun yang lalu perlu dikaji apakah sebelumnya

menderita hiperkolesterol atau penyakit lainnya yang berhubungan

dengan hiperkolesterol (Wartonah,2014)

2) Keluhan-keluhan kesehatan utama

Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien hiperkolesterol

yaitu nyeri di tangan dan kaki dan terkadang pusing, nyeri terasa saat

melakukan aktifitas, nyeri seperti di tusuk tusuk, terasa hilang timbul

(Nurhasanah,2013)

Riwayat Kesehatan Dahulu

Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, klien pernah mengalami

hiperkolesterol sebelumnya (Setiadi,2012)

Riwayat keluarga

Biasanya di wariskan dari kedua orang tuanya. Pada umumnya seseorang

dengan riwayat keluarga yang cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi
mempunyai bakat untuk mengalami hal yang sama. Resiko adanya sesuatu

gangguan kesehatan biasanya 6x lebih besar. Hiperkolesterol yang di sebabkan

faktor genetic tidak bisa di sembuhkan. Namun dapat di kendalikan dengan

pengaturan pola makan sehari-hari ( Nurhasanah,2013)

Riwayat Pekerjaan dan stress

Pekerjaan yang dapat mempengaruhi penyakit Hiperkolesterol adalah

pekerjaan yang tidak terlalu banyak melakukan aktivitas, dimana hanya duduk

dibelakang meja saja (Marunung, 2014). Kondisi stress akan meningkatkan kadar

kolesterol darah (Marunung,2014)

Obat-obatan

Pada penderita hiperkolesterol biasanya mengkonsumsi obat golongan

resin penukar anion, kelompok klofibrat, statin, kelompok asam nikotinat, omega

Nutrisi

Tingginya konsumsi lemak jenuh dan kolesterol pada menu makanan

sehari-hari menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu

kebiasaan mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan kadar

kolesterol total dan LDL darah(Firdaus,2017)

Tinjauan sistem

1) Umum

Pada klien hiperkolesterol sering mengeluh pusing atau nyeri

di bagian persendihan (Susilowati, 2014).

2) Integumen

(1) Inspeksi : Pada lansia dengan Hiperkolesterol biasanya

terjadi perubahan rambut

(2) Palpasi : Pada lansia dengan hiperkolesterol akan


mengalami Tekstur kulit kendor atau tidak elastis

(Rahmayani,2016)

Secara khusus tidak terjadi perubahan pada kulit lansia yang

disebabkan karena kondisi hiperkolesterol. Kulit pada lansia

dengan hiperkolesterol mengalami perubahan yang sama dengan

lansia pada umumnya. Pada lansia kulit mengalami atropi,

kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kering kulit

disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,

timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver

spot (Badan Litbangkes, 2012)

3) Hemopoietik

(1) Inspeksi : Pada lansia dengan hiperkolesterol konjungtiva

anemis pada penderita yang kurang tidur karena merasakan

pusing dan nyeri pada persendihan (Rahmayani,2016)

Pada lansia akan terjadi peningkatan vikositas plasma darah

yang menyebabkan resiko tersumbatnya pembuluh darah. Selain

itu terjadi peningkatan pada resitensi pembuluh darah perifer

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. (Udjianti, 2011).

4) Kepala

(1) Inspeksi : Terjadi perubahan pada rambut

berwarna putih ,rambut bersih, dan tidak bau, tidak ada lesi,

tidak sakit kepala

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kepala (rahmayani,2016)

5) Mata

(1) Inspeksi : Pada lansia yang mengalami

hiperkolesterol terdapat kantung mata di sebabkan kurangnya

tidur pada malam hari karena merasakan pusing di tengkuk dan


merasakan nyeri dipersendihan (Firdaus,2017)

Pada lansia dengan hiperkolesterol tidak terjadi perubahan

khusus yang disebabkan karena kondisi hiperkolesterol.

Perubahan pada mata lansia dengan hiperkolesterol terjadi sama

dengan lansia pada umunya yaitu : Kekendoran jaringan

kelompak mata, kulit pada palpebral mengalami atropi dan

kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan

lipatan kulit yang berlebihan. Pada lansia sering di jumpai

keluhan “nerocos” yang disebabkan kegagalan fungsi pompa

pada system kanalis yang menimbulkan keluhan mata kering

yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau

seperti ada pasir. Mata terasa lelah dan kabur . Perubahan pada

kornea terjadi arkus senilisi yaitu kelainan berupa infiltrasi

lemak berwarna keputihan berbentuk cincin di bagian tepi kornea

. Etiologi arkus senilis di duga ada hubungan dengan

peningkatan kolesterol dan LDL . Selain itu pada lansia terjadi

presbiopia. Terjadi kekeruhan pada lensa mata menyebabkan

penurunan kemampuan membedakan warna antara biru dan

ungu. Kekeruhan lensa yang disertai gangguan visus disebut

katarak. Perubahan pada iris mengalami proses degenerasi,

menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi, tampak

ada bercak berwarna muda sampai putih dan strukturnya menjadi

tebal. Perubahan pada pupil : Kemampuan akomodasi menurun

(Firdaus ,2017)

6) Telinga

(1) Inspeksi : Telinga simetris kanan dan kiri

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan (Wartonah,2014)

pada lansia dengan hiperkolesterol tidak terjadi perubahan

pada telinga yang disebabkan karena hiperkolesterol. Pada


telinga lansia terjadi penurunan pendengaran / prebiaskusis oleh

karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada- nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas sulit di mengerti (Firdaus ,2017 )

7) Hidung dan Sinus

(1) Inspeksi : hidung simetris antara kanan dan kiri, keaadan hidung

bersih

(2) Palsapsi : pada lansia Hiperkolesterol tidak ada nyeri tekan

(wartonah ,2014)

Secara khusus perubahan sistem penciuman pada lansia

yang terjadi karena proses penuaan adalah mengalami penurunan

atau kehilangan sensasi penciuman sehingga terjadinya

penurunan sensivitas bau pada lansia (Sunaryo et al, 2016).

8) Mulut dan tenggorokan

(1) Inspeksi : Pada lansia hiperkolesterol tidak ada lesi , tidak

ada kesulitan menelan , tidak ada perubahan suara

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan (Wartonah , 2014 )

Secara khusus perubahan mulut dan tenggorokan pada

lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah hilangnya

sensitivitas dari indra pengecap di lidah terutama rasa manis

dan asin, berkurangnya kekuatan otot rahang akan

menyebabkan kelelahan pada lansia saat mengunyah makanan

(Sanjaya, 2016)

9) Leher

(1) Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan (wartonah

,2014)
10) Payudara

(1) Inspeksi : Pada lansia biasanya payudarannya udah kendor ,

tidak ada lesi, bersih, tidak ada perubahan pada putting susu

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan pada

payudara (wartonah ,2014)

Secara khusus perubahan sistem payudara pada lansia yang

terjadi karena proses penuaan adalah Payudara akan menyusut

dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana

payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan

oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja

(Tamtomo, 2016).

11) Pernafasan

(1) Inspeksi : Pernafasan normal tidak ada retraksi otot bantu

nafas, tidak sesak nafas, tidak batuk

(2) Palpasi : vocal peremitus normal

(3) Perkusi : Sonor

(4) Auskultasi : Semua lapang paru terdengar Vesikular, tidak ada

penumpukan sekret, cairan atau darah. Tidak ada suara nafas

tambahan seperti ronchi dan whezzing di semua lapang paru

(Wartonah,2014)

Secara khusus perubahan sistem pernafasan pada lansia

yang terjadi karena proses penuaan adalah pada dinding dada,

tulang-tulang mengalami osteoporosis, rawan mengalami osifikai

sehingga terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut

epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.

Otot-otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi.

Volume dan kapasitas paru menurun, hal ini disebabkan karena

beberapa faktor yaitu kelemahan otot nafas, elastisitas jaringan


parenkim paru menurun, resistensi saluaran nafas (menurun

sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi

pengurangan ventilasi paru (Tamtomo, 2016).

12) Kardiovaskuler

(1) Inspeksi : Pada lansia dengan Hiperkolesterol dada terlihat

simetris,gerakan dinding dada normal

(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan (Muttaqin, 2012)

(3) Perkusi : Pekak

(4) Auskultasi : Tidak ada suara

tambahan (wartonah,2014)

Secara khusus perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia

yang terjadi karena proses penuaan adalah katup jantung

menebal dan menjadi kaku sehingga menyebabkan bising

jantung (murmur), jantung serta arteri kehilangan

elastisitasnya (Muhit, 2016)

13) Gastrointestinal

Pada lansia yang mengalami hiperkolesterol mengalami

asam lambung menurun, peristaltik lemah, sering timbul,

konstipasi, fungsi absorsi menurun dan rasa lapar menurun

(kepekaan rasa lapar menurun). Liver (hati) makin mengecil dan

menurunnya tempat penyimpanan serta berkurangnya aliran darah

(Kemenkes,2016)

14) Perkemihan

(1) Secara khusus perubahan sistem perkemihan pada lansia yang

terjadi karena proses penuaan adalah aliran darah ke ginjal

menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan

untuk mengkonsentrasi urin ikut menurun (Maryam, 2011).


Sistem perkemihan banyak mengalami kemunduran, seperti

laju filtrasi ekskresi dan reabsorsi ginjal (Ma’rifatul, 2011)

15) Genito Reproduksi Pria

Pada perubahan sistem reproduksi pria pada lansia yang

terjadi karena proses penuaan adalah testis masih dapat

memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur, dan prostat mengalami pembesaran hingga 75%

dari normalnya dengan usia diatas 65 tahun (Muhith, 2016).

16) Genito Reproduksi Wanita

Pada lansia yang mengalami hiperkolesterol yang terjadi

pada lansia perempuan menciutnya ovarium dan uterus sehingga

terkadang perempuan lansia mengalami perdarahan pasca

senggama dan nyeri pada daerah pelvis. Sedangkan pada lansia

laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa ,meskipun

adanya penurunan secara berangsur – angsur sehingga

mengakibatkan penurunan hasrat seksual.Pada laki-laki juga sering

mengalami hipertrofi prostat (Firdaus ,2017)

17) Muskuluskeletal

Pada lansia yang mengalami hiperkolesterol akan

mengalami suplai darah ke otak sehingga mengakibatkan massa

otot dan kekuatanya menurun. Tulang kehilangan cairan dan rapuh,

kifosis, penipisan dan pemendekan tulang persendihan membesar

dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis atropi

serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot muda kram

dan tremor ( Wartonah ,2014)

18) Sistem Saraf Pusat

Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah sel pada otak

yang mengaibatkan penurunan reflex dan penurunan kognitif

.Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun


10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan

berkurangnya respon pengelihatan dan pendengaran, mengecilnya

syaraf penciuman dan perasa lebih sensitive terhadap suhu, tekanan

tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan

(Kemenkes ,2016)

19) Sistem Endokrin

Pada lansia akan mengalami produksi hormone paratiroid

yang menurun yang dapat menurunkan kadar kalsium sehingga

dapat terjadi osteoporosis (Udjianti, 2011).

Analisa Data

Analisa data merupakan kemampuan kognitif perawat dalam daya

berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan

pengetahuan, pengalaman, dan pengertian subtansi ilmu perawat dan proses

penyakit. Dalam melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan

langkah-langkah seperti memvalidasi data kemabali, teliti kembali data yang

terkumpul, mengidentifikasi kesenjangan data, susunan kategori data secara

sistemik dan logis, identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang

asuhan keperawatan klien, buat hubungan sebab akibat antara data dengan

masalah yang timbul serta penyebabnya, buat kesimpilan tentang

kesenjangan yang ditemukan (Young Jabbar, 2014)

Diagnosa Keperawatan (Wilkinson, 2011)selebral

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan veskular selebral


b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Defisiensi tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan selebral

Tabel 2.2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan selebral


No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Untuk

tindakan keperawatan klien tentang menambah

selama 3x kunjungan nyeri pengetahuan

maka nyeri pada klien klien

menurun dengan 2. Berikan posisi 2. Agar nyeri

kriteria hasil : yang nyaman klien tidak

1. Klien dapat bertambah

menjelaskan

penyebab nyeri 3. Ajarkan kepada 3. Agar klien

2. Klien melaporkan klien untuk teknik mampu

bahwa nyerinya nonfarmakologis mengontrol

sudah menurun untuk mengurangi nyeri

3. Klien mampu nyeri (Misalnya :

mendemonstrasikan teknik distraksi

cara mengurangi seperti :


nyeri dengan teknik mendengarkan

nonfarmakologis music

4. 4.1 wajah sudah ,radio,membayan

tidak meringis gkan hal indah .

Tidak teknik relaksasi

memegangi area nyeri seperti : kompres

Nyeri berkurang 0-1 air hangat,

menarik nafas

dalam)

4. Ajarkan teknik 4. Agar klien

pemijatan bersifat

mandiri untuk

melakukan

teknik

pemijatan

5. Observasi skala 5. Untuk

nyeri, lokasi mengetahui

nyeri,karakteristik nyeri klien

nyeri ,durasi bertambah

,frekuensi kualitas atau

dan intensitas berkurang

nyeri.
Hambatan mobiltas fisik berhubungan dengan nyeri

Tabel 2.3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Untuk

tindakan keperwatan klien tentang menambah

selama 3x kunjungan penyebab pengetahuan

maka mobilitas hambatan klien

meningkat dengan mobilitas fisik

kriteria hasil :

1. Klien mampu

menjelaskan tentang 2. Anjurkan klien 2. Agar klien

penyebab hambatan untuk membuat terlatih dengan

mobilitas fisik jadwal aktivitas aktivitasnya

2. Klien melaporkan dan istirahat

bahwa sudah bisa

melakukan aktivitas

fisik secara mandiri 3. Ajarkan klien 3. Untuk

3. Klien mampu untuk cara meningkatkan

mendemonstrasikan mengidentifikas n kebutuhan

aktivitas sehari-hari i kebutuhan istirahat klien

secara mandiri istirahat

4. 4.1 Kekuatan otot misalnya


meningkat kelelahan saat

ROM melakukan

meningkat aktivitas

Kaku sendi 4. Ajarkan klien 4. Untuk memilih

menurun untuk aktivitas apa

Kelemahan fisik mengidentifikas saja yang

menurun ikan target dan mampu

jenis aktivitas dilakukan oleh

yang mampu di klien

lakukan

5. Ajarkan latihan 5. Untuk

pernafasan dan memaksimalka

pendinginan n penyerapan

yang tepat oksigen selama

latihan fisik

6. Ajarkaan latihan 6. Agar klien bisa

rom aktif dan melakukan

pasif aktivitas secara

mandiri
Defisiensi tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Tabel 2.4. Defisiensi tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurangnya


informasi
No Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

1 Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Agar klien

tindakan keperawatan klien tentang mengerti

selama 2x kunjungan penyakit tentang

maka tingkat hiperlestrol ( penyakitnya

pengetahuan penyebab, factor

meningkat dengan resiko, tanda

kriteria hasil: gejala dan

1. Klien mampu komplikasi)

menjelaskan 2. Ajarkan kepada 2. Agar klien bisa

tentang proses klien tentang mengontrol

penyakit menyusun diet pola makan

hiperkolesterol atau menu

( penyebab , factor makanan dalam

resiko, tanda gejala satu minggu

dan komplikasi) 3. Jelaskan kepada 3. Agar klien

2. Klien melaporkan klien dan mampu

bahwa wawasanya keluarga tentang bersifat

tentang pengobatan mandiri dalam

hiperkolesterol hal pengobatan

sudah bertambah 4. Ajarkan klien 4. Agar klien


3. Klien mampu tentang cara mengerti cara

mendemonstrasika pembuatan membuat

n cara pembuatan ramuan ramuan untuk

ramuan tradisional tradisional untuk menurunkan

untuk menurunkan menurunkan kadar

kadar kolesterol kadar kolesterol kolesterol

4. 4.1 Klien tidak 5. Berikan umpan 5. Agar klien bisa

kebingungan balik yang termototivasi

ketika di tanya positif atas untuk menjaga

tentang pencapaian yang pola makan

penyakitnya diraih klien

Implementasi

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai atrategi keperawatan yang telah direncanakan

dalam rencana tindakan keperawatan.

Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan peningkatan selebral di lakukan

tindakan keperawatan sebanyak 3x kunjungan seperti :

1) Menjelaskan kepada klien tentang nyeri

2) Memberikan posisi yang nyaman

Mengajarkan kepada klien untuk teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi nyeri (Misalnya : teknik distraksi seperti : mendengarkan

music ,radio,membayangkan hal indah . teknik relaksasi seperti :

kompres air hangat, menarik nafas dalam

3) Mengajarkan teknik pemijatan

4) Mengobservasi skala nyeri, lokasi nyeri,karakteristik nyeri.


Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dilakukan

tindakan keperawatan sebanyak 3x kunjungan seperti :

1) Menjelaskan kepada klien tentang penyebab hambatan mobilitas fisik

2) Menganjurkan klien untuk membuat jadwal aktivitas dan istirahat

3) Mengajarkan klien untuk cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat

misalnya kelelahan saat melakukan aktivitas

4) Mengajarkan klien untuk mengidentifikasikan target dan jenis

aktivitas yang mampu di lakukan

5) Mengajarkan latihan pernafasan dan pendinginan yang tepat

6) Mengajarkan ,latihan aktif dan pasif

Pada diagnosa defisiensi tingkat pengetahuan berhungan

dengan kurangnya informasi tindakan keperawatan sebanyak 2x

kunjungan seperti:

1) Menjelaskan kepada klien tentang penyakit hiperkolesterol (penyebab

, factor resiko , tanda dan gejala , komplikasi )

2) Mengajarkan kepada klien tentang menyusun diet atau menu

makanan dalam satu minggu

3) Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang pengobatan

4) Mengajarkan klien tentang cara pembuatan ramuan tradisional untuk

menurunkan kadar kolesterol

5) Memberikan umpan balik yang positif atas pencapaian yang diraih klien

Evaluasi

Pada evaluasi keperawatan dilakukan suatu penilaian terhadap


asuhan keperawatan yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan

berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai.

45

BAB III

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata pelaksanaan tindakan keperawatan


pada Ny. T dengan Hiperkolesterol , maka penulis menyajikan suatu kasus yang

penulis amatmulai tanggal 21 Februari 2021 sampai 05 maret 2021 dengan data

pengkajian pada tanggal 21 Februari 2021 jam 10.00 WIB.

Pengakajian

Identitas Klien

Klien adalah seorang lansia perempuan bernama Ny “T” dengan

usia 60 tahun yang beragama islam dan tidak bekerja. Klien tinggal di desa

klantingsari RT21 RW06, klien mengatakan sekolah sampai dengan SMP.

Riwayat Kesehatan Saat Ini

Klien mengatakan menderita kolesterol sejak 3 tahun yang lalu,

Klien mengatakan nyeri pada persendihan kaki kanan dan kiri , nyeri yang

dialami seperti ditusuk-tusuk , hilang timbul dengan skala 3 di persendian

,tampak meringis dan menghindari nyeri , klien mengatakan tidak

mengerti tentang penyakitnya seperti pengertian , penyebab , manifestasi ,

penatalaksanaan , diet dan ketika di tanya klien tampak bingung , klien

mengatakan suka makan gorengan dan makanan yang di hangatkan

Kembali

Keluhan Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan tidak trauma ,tidak pernah opname di Rumah

Sakit , tidak pernah Operasi

45
Riwayat Keluarga

Genogram

HT
K H

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

Dari gambar genogram diatas dapat diketahui bahwa ibu pasien

mengalami hiperkolesterol juga

Riwayat Pekerjaan

Klien mengatakan ibu rumah tangga ,pekerjaan sebelumnya juga

ibu rumah tangga dan sumber pendapatan diperoleh dari anaknya

Riwayat Lingkungan Hidup

jenis bangunan rumah permanen , luas bangunan rumah 7x17 m ,

jumlah orang yang tinggal dirumah 3 orang ,klien punya kamar sendiri,
tersedia jamban duduk , tidak tersedia handrail pada kamar mandi ,

tersedia sandal antislip pada lansia ,tersedia keset antislip di depan kamar

mandi, lantai kamar mandi terbuat dari tegel.

Riwayat Rekreasi

klien klien mengatakan hobby/ minat memasak, tidak mengikuti

organisasi , klien tidak pernah liburan.

Sumber / Sistem Pendukung

klien mengatakan kalau sakit jarang memeriksakannya ke dokter ,

tidak pernah berobat ke rumah sakit karena takut , dan klien jarang ke

posyandu lansia karena malas berangkat

Obat-obatan

Tidak mempunyai obat-obatan , tidak ada alergi obat-obatan ,

makanan, kontak subtansi, dan faktor lingkungan dengan pemeriksaan

kadar kolesterol 347mg/dl

Nutrisi

Diet makanan yang tinggi lemak, tidak mengalami penururun berat

badan yang bulan lalu berat badan 53kg berat badan saat ini 53kg, makan

3x sehari (makan sendiri) dengan lauk , nasi , dan sayur , hampir setiap

hari klien mengonsumsi tinggi lemak, tidak ada masalah yang

mempengaruhi makan

Tinjauan Sistem

Umum

Klien tidak terlihat kelelahan, berat badan klien 1 bulan yang lalu

adalah 53kg dan berat badan klien sekarang 53kg , klien tidak mengalami
perubahan nafsu makan, tidak mengalami demam, tidak mengalami

keringat malam, tidak mengalami kesulitan tidur, dan tidak sering pilek

Integumen

1) Inspeksi : Tidak terjadi lesi/luka, , tidak terjadi perubahan pigmentasi

pada kulit,terjadi perubahan pada rambut yaitu berwarna hitam

sedikit putih, dan tidak terjadi perubahan kuku

2) Palpasi : Perubahan tekstur kulit klien yaitu kendur, keriput dan tidak

elastis

Hemopoietik

Pada pemeriksaan hemopoietik tidak terjadi perdaraahan / memar

abnormal, pembengkakan kelenjar limfa, anemia, dan tidak ada transfusi

darah

Kepala

Pada pemeriksaan kepala klien tidak merasa pusing, tidak

merasakan sakit kepala dan tidak terjadi trauma yang berarti dimasa lalu

Mata

1) Inpeksi : Terjadi perubahan penglihatan klien tidak bisa melihat

jarak jauh dan biasanya tampak kabur, ,klien tidak menggunakan

kaca mata, klien tidak mengalami diplopia (penglihatan ganda) tidak

terjadi air mata berlebihan, tidak terjadi gatal diarea mata, tidak

terjadi bengkak sekitar mata, dan foto pobia

2) Palpasi : tidak terjadi nyeri pada area

mata 3.1.11.6.Telinga
Pada pemeriksaan telinga tidak terjadi perubahan pendengaran,

tidak terdapat alat-alat protesa, titinus (telinga berdengung), kebiasaan ,

tidak mengalami vertigo , tidak mempunyai riwayat infeksi telinga,

perawatan telinga klien biasanya membersihkan menggunakan cotton

bud

Hidung dan Sinus

Pada pemeriksaan hidung tidak terjadi rinorea (pilek), tidak terjadi

penyempitan pada pernafasan, tidak mendengkur, tidak terjadi nyeri,

tidak memiliki alergi dan tidak mempunyai riwayat infeksi

Mulut dan Tenggorok

Pada pemeriksaan mulut dan tenggorokan tidak mengalami sakit

tenggorokan, tidak terdapat lesi, tidak mengalami perubahan suara, tidak

mengalami kesulitan menelan, tidak terdapat alat protesa, tidak

memasang gigi palsu, dan pola mengosok gigi klien 2 x sehari

Leher

1) Inspeksi : Tidak terjadi kekakuan dan tidak mengalami keterbatasan

gerak

2) Palpasi : tidak terjadi nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan

Payudara

1) Inspeksi : Pada payudara tidak ada cairan yang keluar dari puting

susu dan tidak mengalami perubahan pada puting susu

2) Palpasi : pada payudara tidak mengalami nyeri tekan dan tidak

terdapat benjolan
Pernafasan

Pada pemeriksaan sistem pernafasan tidak terjadi batuk, tidak

terjadi sesak nafas, tidak terjadi hemopteses (batuk berdarah), tidak

terdapat sputum, tidak terjadi mengi dan tidak mengalami asma / alergi

pernafasan.

Kardiovaskuler

Inspeksi : Pada sistem kardiovaskuler tidak mengalami sesak nafas, tidak

mengalami dispnea saat aktivitas, tidak mengalami Ortopnea (bernafas

tidak nyaman), tidak terjadi perubahan warna pada kaki, tidak terjadi

varises, tidak terjadi parestisia (kesemutan )

Palpasi : Pada sistem kardiovaskuler tidak terjadi nyeri pada dada, tidak

mengalami edema

Auskultasi : Pada sistem kardiovaskuler tidak adanya bunyi jantung

tambahan yaitu murmur

Gastrointestinal

Pada sistem Gastrointestinal tidak terjadi Disfagia (kesulitan

menelan), tidak mengalami nyeri ulu hati, tidak terjadi mual/muntah,

tidak terjadi Hematemesis (muntah darah), tidak mengalami perubahan

nafsu makan, tidak mengalami nyeri, tidak ada benjolan/ massa, tidak

mengalami diare, tidak mengalami konstipasi, tidak terjadi melena, tidak

megalami Hemoroid (wasir), tidak menglami perdarahan rektum ,pola

defekasi BAB lembek , berwarna kuning , bau khas


Perkemihan

Pada sistem perkemihan tidak terjadi disuria disuria, hematuria,

tidak terjadi poliuria, tidak terjadi Oliguria, tidak terjadi Nokturia, tidak

mengalami nyeri saat berkamih, tidak memiliki riwayat batu saluran

kemih, tidak terjadi infeksi saluran kemih , frekuensi berkemih sehari 3x

BAK , berwarnah kuning jernih , bau khas

Genito Reproduksi Wanita

Pada sistem genito reproduksi Wanita tidak terjadi lesi, tidak ada

pendarahan pasca senggama , tidak ada nyeri, tidak memiliki penyakit

kelamin, dan tidak terjadi infeksi.

Muskuluskeletal

Pada pemeriksaan sistem muskuluskeletal terjadi nyeri persendian,

, nyeri seperti ditusuk-tusuk munculnya tiba-tiba dengan skala nyeri 3,

terjadi kekakuan ,tidak ada pembengkakan sendi , tidak terjadi kram ,

tidak mengalami kelemahan otot , tidak ada maslah pada saat berjalan ,

tidak ada nyeri punggung, tidak terjadi deformitas ( perubahan bentuk

kaki,tidak mengalami protesa ,tidak terjadi spasme , dan klien jarang

sekali olahraga

Sistem Saraf Pusat

Pada pemeriksaan sistem saraf pusat klien tidak merasakan sakit

kepala, tidak terjadi kejang, tidak terjadi paralisis (hilangnya

separuh/seluruh fungsi otot), tidak terjadi paresis (badannya lemah untuk

bergerak), tidak terjadi masalah koordinasi, tidak terjadi tremor, tidak


terjadi paratesia, tidak terjadi cedera kepala, dan tidak mengalami

masalah memori

Sistem Endokrin

Pada sistem endokrin tidak terjadi goiter (pembengkakan tiroid),

tidak terjadi polifagi (banyak makan), tidak terjadi polidipsi

(banyak minum), dan tidak terjadi poliuria (sering BAK)

Anda mungkin juga menyukai