Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI PADA Tn. D

DI DESA TELOGOWARU KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

Disusun untuk :

Memenuhi Tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Dosen Pembimbing :

Hyan Oktodia Basuki, S.Kep.Ns.,M.Kep

NIDN. 070810108904

Disusun Oleh:

Alfinatus Sholihah

NIM 19.12.2.149.046

INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

TAHUN 2022
KULIAH KERJA NYATA (KKN) 2022

IIK NU TUBAN

DI DESA SENORI KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN

Keluarga Binaan/Klien : Bp. Dasmari

Alfinatus Sholihah 19.12.2.149.046

Tuban, 31 Juli 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Hyan Oktodia Basuki, S.Kep.Ns.,M.Kep

NIDN. 070810108904
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan (ASKEP) asuhan keperawatan keluarga. Penulisan ASKEP ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat kuliah kerja nyata pada Program Studi Keperawatan Ilmu Islam
Keperwatan Nahdhatul Ulama Tuban. ASKEP ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan Hyan Oktodia
selaku pembimbing utama dan Sri Hendarsih ,S.KP.M.Kes selaku pembimbing pendamping.

Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan dsaran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan asuhan keperawatan selanjutnya. Akhir kata semoga asuhan keperawatan ini dapat
memberikan manfaat ke pada kita sekalian.
Daftar Isi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019
yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan
keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah
satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga,mengutamakan upaya
promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan rumah
dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah
penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016)
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-
menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara
kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi didalam tubuh (Koes Irianto, 2014)
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18 tahun di seluruh
dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan penderita hipertensi tidak tahu
bahwa dia penyandan g hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap
lanjut dengan komplikasi seperti serangan jantung, stroke. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007
menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
prosentase sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit
hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada
semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada keluarga Tn. D di desa Telogowaru ?
1. 3 Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

a. Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Tn. D di Desa Telogowaru Kecamatan Merakurak

b. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn. T dengan masalah utama Hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, scoring, intervensi,


implementasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kasus asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada Tn. D di desa Telogowaru Kecamatan Merakurak

1.4 Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberi manfaat bagi :

1. Bagi Klien
Dapat memberikan informasi penegtahuan kepada masyarakat tentang hipertensi dan
membudayakan pengelolahanpasien pada tatanan keluarga. Sehingga masyarakan dapat
mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan pada penyakit hipertensi sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan
2. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan keleluasaan wawasan, pengetahuan, serta kemampuan pemahaman penulis
dan dapat memberikan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
hipertensi dan memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset keperawatan di tatanan
pelayanan keperawatan
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat khususnya tim program kunjungan rumah (home care) atau Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
4. Bagi institusi
Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang keperawatan tentang
asuhan keperawatan pada klien hipertensi di masa yang akan datang.
5. Bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan, pendalaman, dan pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021) adalah kondisi peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan
dua atau lebih pengukuran tekanan darah.

Menurut JNC-8 yang disusun oleh Kayce Bell et al (2015) tentang tatalaksana pengelolaan
hipertensi, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 120/80mmHg dan
tekanan darah 120-139/80-89mmHg dinyatakan sebagai prehipertensi. Hipertensi derajat 1 dengan
tekanan darah 140-159/90-99mmHg, dan hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah >160/>100mmHg.

2.1.2 Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Hipertensi diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu :

A. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, diderita oleh sekitar
95% orang.
Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi
primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
1. Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari
perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok,
minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi sekunder
adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan
darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil
epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan
volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat
retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme
primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

Tabel 2.1 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥160 ≥100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015

2.1.3 Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah
kemerahan; yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal.

Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu :

A. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah.
B. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyak
pasien yang mencari pertolongn medis (Manuntung, 2018).

2.1.4 Patofisiologi

Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan derajat dilatasi
atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat
oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama.

Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi
pulmonary, memainkan peranan penting dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita
hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung
dan atau resistensi vascular sistemik. Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada tekanan
intraocular akan mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan,
penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal


menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2019).

2.1.5 Pathway Hipertensi


Bagan 2.1 Pathway hipertensi

Sumber : Pathway dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,

2017).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaanlaboratorium (darah rutin,


ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit), elektrokardiografi (EKG) dan foto dada. Bila terdapat
indikasi dapat dilakukan juga pemeriksaan ekokardiografi dan CT scan kepala(Dwi Pramana, 2020).

2.1.7 Komplikasi

Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipertensi yaitu :

A. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas
dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
B. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
C. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler
ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
D. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya ke jantung
dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut
edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak.

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas
140/90mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

A. Penatalaksanaan non farmakologis


Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Beberapa
pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
1. Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan
dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.
2. Mengurangi asupan garam.
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak
jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging
olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga

bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3. Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60 menit/ hari, minimal 3 hari/
minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki
waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
4. Mengurangi konsumsi alcohol
Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun
konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan
dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria
atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan tekanan
darah.
5. Berhenti merokok
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan
darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).
B. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas
akibat tekanan darah tinggi. Berikut penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan
farmakologis untuk hipertensi
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh, sehingga volume
cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban jantung lebih ringan.
2. Penyekat beta (beta-blockers)
Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi dan daya pompa
jantung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan
pada penderita asma bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes harus hati-hati karena
dapat menutupi gejala
Hipoglikemia.
3. Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan Angiotensin Receptor
Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE inhibitor/ACEi) menghambat kerja
ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.
Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi ikatan angiotensin II pada
reseptornya. ACEI maupun ARB mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban
jantung.
4. Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium ke dalam sel pembuluh
darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes
RI, 2013).

Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Reisner (1980) Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-
masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
Sedangkan menurut Gillis (1983) Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu (Mertajaya & Dkk, 2019)

2.2.2 Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan
ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan

Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan

2.2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)


Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini
antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB,
persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan
menjadi orangtua)
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung
jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB
post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu
sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara
komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan
dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua,
serta persiapan masa tua.

h. Keluarga lanjut usia Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
2.2.4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit

d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat

2.2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Kelompok Kerja Keperawatan CHS, 1994; Mc Closkey & Grace, 2001, asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan
kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Sudiharto, 2007).

Langkah-langkah dalam penerapan asuhan keperawatan meliputi : Pengkajian, diagnosa


keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan (Nursalam,
2008) :

2.2.6 Pengkajian

Tahap awal dari proses keperawatan di mana seorang perawat mulai mengumpulkan informasi
tentang keluarga yang dibinanya. Tahapan ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan keluarga. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari
pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang
orang tua. Yang berkaitan dengan halhal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial
budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya. Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah sebagai berikut:

A. Data Umum
1. Identitas

Yang perlu dikaji nama seluruh keluarga, umur, alamat dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin,
tanggal lahir, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
2. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
3. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut,
serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
a) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga.
b) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnik
bersifat homogen).
c) Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan. Apakah kegiatan-kegiatan ini ada
dalam kelompok kultur atau budaya keluarga.
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional atau modern.
e) Bahasa yang digunakan dalam keluarga (rumah).
f) Pengguna jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakahkeluarga mengunjungi
praktik, terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai
kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
4. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan seperti:
a) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan beragamanya.
b) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau organisasi keagamaan.
c) Agama yang dianut oleh keluarga.
d) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan keluarga,
terutama dalam hal kesehatan.
5. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik
dari kepala keluarga maupun anggotakeluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga seperti:
a) Jumlah pendapatan per bulan
b) Sumber-sumber pendapatan per bulan
c) Jumlah pengeluaran per bulan
d) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
e) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya
6. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas, rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan
waktu luang atau senggang keluarga.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga,
yang ditentukan oleh usia anak tertua oleh keluarga inti.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi
oleh keluarga. Juga dilakukanpengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan
upaya yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menghadapi hal tersebut.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap
pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa, kontrak), apakah rumah milik sendiri.
Gambaran kondisi rumah (interior dan eksterior). Keadaan dapur, kamar mandi, kebersihan
sanitasi rumah dan pengaturan privasi rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas atau desa, tipe tempat tinggal, sanitasi jalan dan rumah
(penanganan sampah), kelas sosial, karakteristik etnik penghuni, fasilitas kesehatan, rekreasi,
fasilitas transportasi.
3. Mobilitas geografis keluarga
Lama keluarga tinggal di tempat tersebut atau keluarga punya kebiasaanberpindah-pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan perkumpulan keluarga.
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga, fasilitas penunjang yang dimiliki keluarga, sumber dukungan dari
anggota keluarga, jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki.
D. Struktur keluarga
1. Struktur peran
Peran formal, informal dan analisis model peran siapa yang menjadi model dalam menjalankan
peran.
2. Nilai dan norma keluarga.
Nilai norma yang dianut keluarga dan kelompok, apakah sesuai dengan norma atau nilai yang
dianut, seberapa penting nilai atau norma yang dianut.
3. Pola komunikasi keluarga
Cara berkomunikasi keluarga termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan.
4. Struktur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga siapa yang membuat keputusan, modelkekuatan atau kekuasaan yang
digunakan keluarga dalam membuat keputusan.
E. Fungsi Keluarga
Pengkajian fungsi keluarga menurut Fredman, 1998 :
1. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi
pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga
terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
mengakibatkan ketidakseimbangankeluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguan kesehatan
selanjutnya.ekonomi
2. Fungsi Keperawatan Keluarga
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan sejauh mana keluarga
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor
penyebab,tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan
keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


yang tepat. Yang perlu dikaji adalahbagaimana keluarga mengambil keputusan apabila
anggota keluarga sakit. Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat akan
mendukung kesembuhan.
c) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu
dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat
mencegah kekambuhan pada pasien
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.
3. Fungsi Sosialisasi
Pada kasus penderita DM yang sudah mengalami komplikasi seperti gangren, dapat
mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam keluarga maupun di dalam komunitas sekitar
keluarga.
4. Fungsi Reproduksi
Pada penderita diabetes melitus perlu dikaji riwayat kehamilannya untuk mengetahui adanya
tanda-tanda diabetes melitus gestasional,karena diabetes gestasional terjadi pada saat
kehamilan. Pada pria juga perlu dikaji kemungkinan terjadi gangguan reproduksi seperti
disfungsional ereksi, kecenderungan yang terjadi pada penderita DM dengan jenis kelamin
laki-laki mengalami gangguan fungsi ereksi.
5. Fungsi Ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan penyakit. Biasanya karena
faktor ekonomi orang segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan
lainnya. (Friedman, 1998).
F. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami oleh keluarga, beserta
lamanya dan kekuatan stressor yang dialami oleh keluarga.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan. Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif : kekerasan, perlakukan
kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga
yang merusak dan otoritarisme.
G. Pemeriksaan kesehatan pada anggota keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar
individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpenunjang yang perlu.
H. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan yang ada.

2.2.7 Diagnosa Keperawatan

Menurut Nursalam (2008) diagnosa keperawatan adalah keputusanklien mengenai individu, keluarga,
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat,
memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, risiko, maupun sejahtera di mana perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga,
berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.

Diagnosa keperawatan keluarga diangkat setelah stresor mengenai garis pertahanan dalam keluarga baik
garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, dan garis pertahanan resisten. Stresor-stresor tersebut
akan mempengaruhi tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga dan koping keluarga setiap garis pertahanan yang ada dalam keluarga. Diagnosa keperawatan
dapat bersifat aktual, risiko maupun sejahtera tergantung dari garis pertahanan dalam keluarga yang
terdapat stresor baik sehat maupun sakit.

Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan keluarga adalah aktual, risiko, dan sejahtera. Tipologi
diagnosa keperawatan keluarga bersifat aktual berarti terjadi defisit/gangguan kesehatan dalam keluarga
dan dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Diagnosa
keperawatan keluarga bersifat risiko (ancaman kesehatan) berarti sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih atau pola makan tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan keluarga bersifat keadaan sejahtera (wellness) merupakan suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.

2.2.8 Prioritas Masalah

Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluargaharus didasarkan pada beberapa
kriteria sebagai berikut :

A. Sifat masalah dikelompokkan menjadi :


1. Keadaan tidak atau kurang sehat
2. Ancaman kesehatan
3. Keadaan sejahtera
B. Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah
atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah
2. Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3. Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
4. Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
C. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yangakan timbul dan dapat
dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Yang perlu diperhatikan :
1. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
2. Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
3. Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah
D. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilaimasalah dalam hal beratnya dan
diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
menilai masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan
keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut:

Skala untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga

No Criteria Nilai Bobot


1. Sifat masalah :
Tidak atau krang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Krisis 1
2. Kemungkinan masalah yang dapat diubah :
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah dapat dicegah tinggi :
Tinggi 3
Cukup 2 1
rendah 1
4. Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus dihadapi 2
Masalah berat tidak perlu ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan 0
Rumus: Skor/(Angka tertinggi)×Bobot

Skoring :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria


2. Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
3. Jumlah skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

2.2.9 Intrvensi
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah diidentifikasikan (Nursalam,
2008).

Menurut Nursalam, (2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan
keluarga diantaranya :

1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruhtentang masalah atau situasi
keluarga.
2. Rencana yang baik harus realities, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang
diharapkan.
3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan falsafah instansi kesehatan. Misalnya bila
instansi kesehatan pada daerah tersebut dapat memungkinkan pemberian pelayanan cuma-cuma,
maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun perencanaan.
4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan prinsip bahwa bekerja
bersama keluarga bukan untuk keluarga.
5. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya secara tertulis.

Rencana asuhan keperawatan keperawatan keluarga :

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dankebutuhan kesehatan


2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit
4. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan, merencanakanpemenuhan citra diri, yang
dapat meningkatkan kesehatan keluarga
5. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungannya.

Langkah- langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga.

1. Menentukan sasaran atau goal


Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya. perinsip yang paling
penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama keluarga. Misalnya setelah dilakukan
tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang hamil.
2. Menentukan tujuan dan objektif
Objek merupakan pernyataan yang lebih terperinci, berisi tentang hasil yang diharapkan dari
tindakan perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batas waktu. Misalnya setelah di lakukan tindakan
keperawatan diharapkan anggota keluarga yang hamil, mengerti tentang cara merawat kehamilan.
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada masalah dan sumber-sumber yang
tersedia untuk memecahkan masalah.

4. Menentukan kriteria dan standar kriteria

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan,
sedangkan standar menunjukkan tindakan penampilan yang diinginkan untuk membandingkan
bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. pernyataan tujuan yang
tepat akan menentukan kejelasan, kriteria dan standar evaluasi.

a) Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan rumah, keluarga akan
memanfaatkan puskesmas atau poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan.
b) Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik
c) Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik, keluarga membawa
anaknya berobat ke puskesmas.

2.2.10 Implementasi

Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan kerawatan yang telah
disusun perawat bersama keluarga. Inti pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah
perhatian. Jika perawat tidak memiliki falsafah untuk memberi perhatian, maka tidak mungkin perawat
dapat melibatkan diri bekerja dengan keluarga. Perawat pada tahap ini menghadapi kenyataan dimana
keluarga mencoba segala daya cipta dalam mengadakan perubahan versus frustasi sehigga tidak dapat
berbuat apa-apa. Perawat harus membangkitkan keinginan untuk bekerja sama melaksanakan tindakan
keperawatan.

Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (Friedman, 2004):

1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat dengan cara:


a) Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan
b) Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta sumber yang dibutuhkan
c) Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif tindakan
2. Menstimuli kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) Memperluas informasi keluarga
b) Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada
c) Hubungan kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga
d) Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi masalah
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit, dengan cara:
a) Mendemonstrasikan cara perawatan
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis:
a) Meningkatkan hubungan yang terbuka dan dekat: meningkatkan pola komunikasi/interaksi,
meningkatkan peran dan tanggung jawab
b) Memilih intervensi keperawatan yang tepat
c) Meilih metode kontak yang tepat: kunjungan rumah, konferensi di klinik/puskesmas,
pendekatan kelompok
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
a) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasiltas kesehatan yang ada dengan cara:
a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

2.2.11 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan suatu langkah dalam menilai hasil asuhan yang dilakukan dengan
membandingkan hasil yang dicapai berupa respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan dengan
indikator yang ditetapkan. Hasil asuhan keperawatan dapat diukur melalui:

(1) Keadaan fisik, (2) Sikap/psikologis, (3) Pengetahuan atau kelakukan belajar, dan (4) Perilaku
kesehatan.

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah dicapai (Nursalam, 2008).

A. Tujuan Evaluasi
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalamikesulitan untuk mencapai
tujuan).
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan).
B. Proses Evaluasi
1. Mengukur pencapaian klien
2. Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaiantujuan.
C. Komponen Evaluasi
1. Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi.
2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

Menurut Hidayat, (2007) dalam mengevaluasi Klien ada Catatan perkembangan yang harus
didokumentasikan adalah sebagai berikut:

A. S (Data Subjektif)
Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan Klien.
B. O (Data Objektif)
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau timkesehatan lain.
C. A (Analisi)
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan dianalisis, apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran. Hasilanalisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan
diagnosa keperawatan baru.
D. P (Perencanaan)
Rencana penanganan Klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis di atas yang berisi
melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat
rencana baru bila rencana tidak efektif.

Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah keluarga sudah dapat dilepas dari
pembinaan/asuhan pada tingkat kemandirian yang diinginkan, atau masih perlu tindak lanjut. Bila
kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat cacatan perkembangannya. Jika tujuan tidak tercapai maka
perlu dilihat: (1) Apakah tujuan realistis, (2) Apakah tindakan sudah tepat, dan (3) Bagaimana faktor
lingkungan yang tidak dapat diatasi.

D. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek keperawatan
yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan
sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008)

1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian
dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1)Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga 16

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW


3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan


mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

5) Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif,

yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisai,

yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan,

yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan
pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

c) Pemenuhan tugas keluarga.


Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

6) Stres dan koping keluarga

a) Stressor jangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 5 bulan.

(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah

e) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang
dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan


keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga
tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan
masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status
kesehatan yang diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan


atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi
situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk
meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan
motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk
mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hati secara
signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota keluarga) yang
membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang
dihadapi klien. Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul
adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit


hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat


mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan


pengobatan hipertensi

3. Membuat Perencanaan Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada
penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah
sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga. Sasaran :
Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit hipertensi
serta pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.

Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit


hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari
penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan hipertensi
setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat hipertensi dan dapat
mengambil keputusan yang tepat.

Intervensi:

1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit
hipertensi

Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi secara tepat.

Intervensi:

1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.


2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya untuk
anggota keluarga yang menderita hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat


mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap
penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses
penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi.

Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit


hipertensimisalnya :

a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.

b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan


pengobatan hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan


kesehatan sesuai kebutuhan.

Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.


Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
dan pengobatan hipertensi.

BAB 111

Asuhan Keperawatan

3.1 Kasus

Keluarga Tn. D usia 60 th adalah seorang petani yang sibuk bekerja dengan penghasilan Rp.
1.500.000/bulan. Tn. D tinggal bersama istri dan anaknya, keluarga Tn. D ini merupakan jenis keluarga
inti. Keluarga Tn. D tinggal di lingkungan yang padat penduduk, saluran pembuangan limbah tertutup,
sirkulasi udara cukup, sumber air sumur, dan pencahayaan yang cukup baik. Tn. D mengatakan bahwa
setiap pagi ia mengkonsumsi kopi sebelum berangkat ke sawah, memiliki riwayat Hipertensi. Hasil
pengkajian terhadap Tn. D, BB : 55kg, TB : 163 cm BMI : 20,7 TD : 150/90 mmHg, N : 58/menit, Suhu :
36°C, RR : 20x/menit

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS KELUARGA
a. Identitas Kepala Keluarga:

Nama : Tn. D Pendidikan : SD

Umur : 60 thn Pekerjaan : Petani

Agama : Islam Alamat : Telogowaru

Suku : Jawa-Indonesia Nomor Telpon : …………………

b. Identitas Anggota Keluarga:


No Nama Hub Umur JK Suku Pend Peke Status TTV Statu
Status
dgn idika rjaan Gizi (TD, s Alat Riwayat
Kesehat
KK n Saat (TB, N, S, Imunis Bantu/ Penyakit
an
Tera Ini BB, P) asi Protesa / Alergi
Saat ini
khir BMI) Dasar
TB :163 TD:170/ lengk Tidak hipert Hipertens
110 ap ada i
Petan BB :55 mmHg ensi
i
BMI :20,7 N : 58
1. Tn. D KK 60 L SD x/m

S : 36 ̊C

P:
20x/m

TB :157 TD: Leng Tidak Sehat


110/80 kap ada
BB :53 mmHg

Petan BMI :21,5 N:


2. Ny. N Istri 52 P SD i 60x/m

S : 36 ̊C

P:
20x/m

3. An. N Anak 27 L SLTA Karya TB :170 TD:


wan 110/80
Swast BB :67 mmHg
a
BMI :23,2 N:

60x/M

S : 36 ̊c

P:
20x/m
Pelaja TB :160 TD: lengk Tidak sehat
r 110/80 ap ada
BB : 50 mmHg

BMI :19,5 N:

60x/M

4. An. W Anak 17 L SLTA S : 36 ̊c

P:
20x/m

Pelaja TB :153 TD: lengk Tidak sehat


r 100/80 ap ada
BB :49 mmHg

BMI :20,9 N:

60x/M

5. An. B Anak 14 L SMP S : 36 ̊c

P:
20x/m

c. Genogram:
: Laki-laki : Hipertensi

: Perempuan

d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga: Keluarga Inti
b) Masalah yang terjadi dg type tersebut:

e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa: Jawa-Indonesia
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:

A. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap Perkembangan Klg Saat Ini ________________________________________
Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tdk Dpt Dijalankan
Bila Tdk dijalankan, sebutkan : .............................................................................................................
B. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg : Tdk ada konflik nilai Ada Konflik
Pengambilan keputusan dalam keluarga : ________________________________________
C. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik
D. POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga :___________________________________________
DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
 Kondisi Rumah  Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Type rumah : permanen/semi permanen* Ya/ Tidak* ............................................................................
Lantai : tanah/plester/keramik,lainnya….  Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya/ Tidak*
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa*  jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
 Ventilasi : Ya/ Tidak* ..............................................................................
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak*  Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* Ya/
………………………………………………… Tidak* ...........................................................................................
PencahayaanRumah :  Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Baik/ Tidak* Ya/
………………………………………………… Tidak* ...........................................................................................
 Saluran Buang Limbah :  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Tertutup/terbuka* Ya/
………………………………………………… Tidak* ...........................................................................................
Air Bersih :  Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain-lain*, Ya/
sebutkan..... Tidak* ..........................................................................................
Kualitas air: bersih, tidak berbau, tidak ada rasa  Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
ya/tidak
 Jamban Memenuhi Syarat : ........................................................................................... (observasi
Kepemilikan jamban : ya/tidak* dan validasi)
Jenis jamban : leher angsa/cemplung*  Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Jarak septic tank dengan sumber air : ………….. Ya/
………………………………………………… Tidak* ...........................................................................................
 Menggunakan jamban sehat :
 Tempat Sampah: Ya/
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak* Tidak* ...........................................................................................
Jenis : Tertutup/Terbuka *  Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
………………………………………………… Ya/ Tidak* (menguras, mengubur, menutup)
...........................................................................................
 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah  Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak * Tidak* ........................................................
…………………………………………………  Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/
Tidak* .....................................................
Tidak merokok di dalam rumah : Ya/
Tidak* ............................................................
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/tidak
...................................................................................

KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA


1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:  Ada  Tidak
karena ..............................................................................................................................................................................
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :  Ya  Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
 Ya  Tidak , ………………………………………………………………..
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
 Ya  Tidak , ………………………………………………………………..
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
 Ya  Tidak
………………………………………………………………………………………………………………….
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Keluarga  Tetangga , ……………………………………………………………
 Kader  Tenaga kesehatan, yaitu……………………………………………………………
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
 Perlu berobat ke fasilitas yankes
 Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan
upaya peningkatan kesehatan),
 Ya  Tidak,jelaskan ...................................................................................
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya :
 Ya  Tidak , Jelaskan............................................................................
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya:  Ya  Tidak, jelaskan
.................................................................................................................................
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
 Ya   Tidak, jelaskan..........................................................................
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan :
 Ya  Tidak, jelaskan ...................................................................................................................................
13) Apakah keluargamampumenggali dan memanfaatkansumber di masyarakatuntukmengatasimasalahkesehatananggotakeluarganya:
 Ya  Tidak, jelaskan..................................................................................................................................

KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV


Diare
PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU SEBAGAI BERIKUT :
Konstipasi
AnggotaKeluarga 1 2 3 4 5
Nyeri spesifik: Bising usus

Lokasi Pergelanga Terpasang Sonde


n kaki Sistem 1 2 3 4 5
persyarafan:
Tipe Nyeri Nyeri kepala
somatik
Pusing
Durasi 5 menit
Intensitas 5
Status mental: 1 2 3 4 5 Tremor
Bingung Reflek pupil
Cemas anisokor
Paralisis : Lengan
Disorientasi
kiri/ Lengan kanan/
Depresi Kaki kiri/
Menarik diri Kaki kanan
Sistem integumen: 1 2 3 4 5 Anestesi daerah
Cianosis perifer
Akral Dingin Riwayat 1 2 3 4 5
pengobatan
Diaporesis Alergi Obat
Jaundice Jenis obat yang
Luka dikonsumsi
Mukosa mulut
kering
Kapiler refil time
lebih 2 detik
Sistem Pernafasan 1 2 3 4 5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 1 2 3 4 5
Stridor Laboratorium
Wheezing
GDP/2JPP/acak
Ronchi
Akumulasi sputum Asam Urat
Sistem 1 2 3 4 5
perkemihan: Cholesterol
Disuria
Hematuria Hb
Frekuensi
Retensi
Inkontinensia
Sistem 1 2 3 4 5
muskuloskeletal
Tonus otot kurang
Paralisis
Hemiparesis
ROM kurang
Gangg.Keseimb
Sistem 1 2 3 4 5
pencernaan:
Intake cairan
kurang
Mual/muntah
Nyeri perut
Muntah darah
Flatus
Distensi abdomen
Colostomy
Analisa Data

No Data Subyektif Data Obyektif Masalah TTD

1. Tn.D mengatakan TTV Ketidakmampuan


kadangkadang keluarga mengenal
sering mengalami TD : 150/110mmHg masalah kesehatan
pusing penglihatan N : 58x/m
kabur dari tengkuk
R : 20x/m

S: 36 ̊c

Tn.D mengatakan : Klien kooperatif,


- ingin segera konsentrasi
2. sembuh dari
penyakitnya
- setiap pagi olah
raga rutin
- ikut kegiatan
kampung seperti
kerja
bakti,pengajian dan
lainlain
- tidak makan
daging - kontrol
teratur di
puskesmas
- ikut olah raga
prolanis
- siap mengikuti
pola hidup

Manajemen
kesehatan keluarga
tidak efektif
SKALA PRIORITAS

MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Kriteria Nilai Bobot Score Pembenaran

1 Sifat masalah Tn. D mengatakan ingin


segera sembuh dari
1. Aktual. 3 1 3/3x1=1 penyakitnya, Tn. D
2. Risiko tinggi
3. Potensial 2 mempunyai riwayat
4. Hipertensi semenjak 3 tahun
1 yang lalu

2 Kemungkinan masalah untuk di 2 2 2/2x2= 1 Sumber daya dan dana


ubah: keluarga kurang terpenuhi,
1 dan pengetahuan yang
1. Tinggi. mereka miliki kurang terkait
2. Sedang 0
3. Rendah penyakit hipertensi.

3 Potensial untuk dicegah 3 1 2/3x1=2/3 Mengatasi masalah


diperlukan waktu yang
1. Mudah 2 cukup, supaya mereka dapat
2. Cukup.
3. Tidak dapat 1 mengenal penyakit hipertensi
dan mengerti bagaimana cara
mencegah penyakit
hipertensi.

4 Menonjolnya masalah 2 1 Keluarga merasakan sebagai


masalah dan ingin segera
1. Masalah dirasakan dan 1 2/2x1=1 untuk mengatasinya.
perlu penanganan segera.
2. Masalah disarankan 0
tidak tidak
perluditanganisegera
3. Masalah tidak
dirasakan

4/3

Total Skor

Rumus : nilai yang didapat Bobot


x
nilai tertinggi

Prioritas Diagnosa

1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertens
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI


NO DX KEP KELG.
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR

1. Deficit penbetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1.Keluarga 1.Kaji kesiapan dan
keluarga b.d kurangnya kunjungan selama 1 hari kunjungan selama 1x60 Verbal mengetahui hambatan belajar dalam
pajanan informan keluarga dapat menit, kelurga ,engerti penyakit keluarga
mengetahui tentang tentang: hipertensi tentang
penyakit hipertensi pengertian, 2.jelaskan tekanan darah
1.Penyakit penyebab, tanda normal, tekanan darah
hipertensi(pengertian gejala dan tinggi dan efeknya
tanda dan gejala, serta pencegahan
cara pengobatan 3.bantu klien dalam
2.Keluarga mengidentifikasi factor
2.Pencegahan mengetahui yang dapat diubah: diet
hipertensi komplikasi dari rendah garam,
hipertensi merokok,alcohol, dan
3.Komplikasi pada pola hisup sehat
hipertensi 3.keluarga
mengetahui jenis 4.Berikan KIE klien
4.Cara mengontrol tentang hipertensi
hipertensi makanan apa saja
yang harus
5.Diit hipertensiR dibatasi bagi
penderita
hipertensi

4.keluarga
mengetahui
makanan apa saja
yang boleh
dikonsumsi
seperti makanan
yang tinggi serat

5.keluarga
mengetahui cara
mengontrol
hipertensi seperti
olahraga secara
teratur, control
tekanandarah
secara rutin,
menjaga pola
makan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

NO Diagnosa Implementasi Evaluasi

Deficit pengetahuan keluarga b.d 1.Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam S:


kurangnya pajanan informasi belajar keluarga
-klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti
2.menjelaskan tekanan darah normal, tekanan tentang diet untuk hipertensi
darah tinggi dan efeknya
-keluarga mengatakan sudah mengerti tentang
3.membantu klien dalam factor yang dapat hipertensi dan factor penyebab hipertensi
diubah: diet rendah garam, merokok, alcohol,
dan pola hidup sehat O:

Memberikan KIE tentang hipertensi -keluarga mengungkapkan pengetahuan dan


hipertensi dan akan mengubah pola hisupnya

-keluarga mengatakan akan berusaha mengubah


pola hidup dengan mengurangi merokok

-keluarga mengatakan berusaha mengindari


[enyebab hipertensi dan melakukan pencegahan dari
sekarang
A:masalah teratasi

P: Discarge planning

-motivasi klien untuk memperhatikan pola hidup


sehat dan makanan dari hal yang telah diajarkan
CATATAN PERKEMBANGAN

NO TGL DX KEPERAWATAN CATATAN TTD


PERKEMBANGAN

1. 31 Juli 2022 Kesiapan peningkatkan S : Keluarga mengatakan cukup


manajemen kesehatan mengerti tentang Hipertensi dan
akan kontrol secara rutin

O : Keluarga tampak mengerti


dan dapat menyebutkan 3 dari 5
tanda Hipertensi .

A : Masalah teratasi
sepenuhnya

P : Lanjutkan Intervensi

2. 31 Juli 2022 Kesiapan peningkatkan S : - Tn. D mengatakan cukup


manajemen kesehatan mengerti mengenai senam
hipertensi

- Tn. D menyatakan bahwa


akan mengulang senam
hipertensi yaitu pagi hari sekitar
pukul 7 pagi

O : Klien tampak mengerti dan


dapat antusias mengikuti senam
hipertensi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Evaluasi Sumatif

No. Pernyataan Ya Tidak Ket.


1

BAB 1V

PENUTUP

4.1Kesimpulan
Reisner (1980) Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing- masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak, kakek dan nenek. Sedangkan menurut Gillis (1983) Keluarga adalah sebagaimana
sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu (Mertajaya &
Dkk, 2019).
Menurut Kelompok Kerja Keperawatan CHS, 1994; Mc Closkey & Grace, 2001, asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, berlandaskan
pada etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (Sudiharto, 2007).
1. Hasil pengkajian didapatkan Tn.D mengalami riwayat hipertensi, kontrol rutin di
Puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat serta tidak pernah ikut senam hipertensi atau
olahraga.
2. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 1 diagnosa yang Kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan
3. Implementasi yang dilakukan pada Tn. D mulai pada tanggal 31 Juli 2022 sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan dengan metode tanya
jawab, berdiskusi, melatih senam hipetensi, dan penyuluhan. Pada tahap akhir peneliti
melakukan evaluasi pada Keluarga Tn. A dengan masalah utama adanya riwayat hipertensi
pada tanggal31 Juli 2022, mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan
catatan perkembangan dengan metode SOAP..

4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa, tetap berusaha untuk meningkatkan pengetahuan, pendalaman, dan
pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga.
2. Bagi institusi pendidikan, untuk meningkatkan dan mempertahankan bimbingan kepada
mahasiswa tentang proses asuhan keperawatan keluarga.
3. Bagi keluarga, untuk adanya upaya mengatasi permasalahan yang muncul sehingga
terjadi peningkatan kesehatan keluarga secara menyeluruh beserta setiap anggota
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Mertajaya, I. M., & Dkk. (2019). Perkuliahaan Keperawatan Keluarga Konsep Keperawatan
Keluarga. Kesehatan, 1(2), 1–110. http://repository.uki.ac.id/1678/1/BUKU BMP
KEPERAWATAN KELUARGA Oke Word-dikonversi.pdf
2010. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang

pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. http://www.yanmedik.

depkes.go.id/buk/index.php%3 (Diakses pada 18 November 2021 pukul

00.16 WIB).

Mc Closkey,J.C and Grace, H.K. (2001). Current Issues In Nursing. (6th.ed). St

Louis: The CV Mosby Company.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.

Jakarta: EGC.

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan.

Keperawatan Transkultural, Jakarta: EGC.

Effendy, onong uchjana, 2004. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

NANDA Internasional, 2012. Nursing Diagnosis: Definitions & Clasifications

2012-2014. Jakarta: EGC.

Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skripsi. Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.

J C mccloskey, H. K. Grace. 1997. Isu terkini dalam keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai