Disusun untuk :
Dosen Pembimbing :
NIDN. 070810108904
Disusun Oleh:
Alfinatus Sholihah
NIM 19.12.2.149.046
TAHUN 2022
KULIAH KERJA NYATA (KKN) 2022
IIK NU TUBAN
NIDN. 070810108904
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan (ASKEP) asuhan keperawatan keluarga. Penulisan ASKEP ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat kuliah kerja nyata pada Program Studi Keperawatan Ilmu Islam
Keperwatan Nahdhatul Ulama Tuban. ASKEP ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan Hyan Oktodia
selaku pembimbing utama dan Sri Hendarsih ,S.KP.M.Kes selaku pembimbing pendamping.
Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan dsaran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan asuhan keperawatan selanjutnya. Akhir kata semoga asuhan keperawatan ini dapat
memberikan manfaat ke pada kita sekalian.
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Tujuan Umum
a. Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Tn. D di Desa Telogowaru Kecamatan Merakurak
b. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn. T dengan masalah utama Hipertensi
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Klien
Dapat memberikan informasi penegtahuan kepada masyarakat tentang hipertensi dan
membudayakan pengelolahanpasien pada tatanan keluarga. Sehingga masyarakan dapat
mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan pada penyakit hipertensi sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan
2. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan keleluasaan wawasan, pengetahuan, serta kemampuan pemahaman penulis
dan dapat memberikan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
hipertensi dan memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset keperawatan di tatanan
pelayanan keperawatan
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat khususnya tim program kunjungan rumah (home care) atau Pelayanan Keperawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
4. Bagi institusi
Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang keperawatan tentang
asuhan keperawatan pada klien hipertensi di masa yang akan datang.
5. Bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan, pendalaman, dan pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021) adalah kondisi peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan
dua atau lebih pengukuran tekanan darah.
Menurut JNC-8 yang disusun oleh Kayce Bell et al (2015) tentang tatalaksana pengelolaan
hipertensi, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 120/80mmHg dan
tekanan darah 120-139/80-89mmHg dinyatakan sebagai prehipertensi. Hipertensi derajat 1 dengan
tekanan darah 140-159/90-99mmHg, dan hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah >160/>100mmHg.
2.1.2 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Hipertensi diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu :
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah
kemerahan; yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal.
Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan menjadi dua yaitu :
2.1.4 Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac out put) dan derajat dilatasi
atau konstriksi arteriola (resistensi vascular sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat
oleh baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama.
Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi
pulmonary, memainkan peranan penting dalam pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita
hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah jantung
dan atau resistensi vascular sistemik. Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada tekanan
intraocular akan mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak segera dilakukan,
penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2019).
2017).
2.1.7 Komplikasi
Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipertensi yaitu :
A. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas
dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
B. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut.
C. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler
ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
D. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah kembalinya ke jantung
dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut
edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak.
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas
140/90mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2.
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.
3. Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60 menit/ hari, minimal 3 hari/
minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki
waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
4. Mengurangi konsumsi alcohol
Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun
konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan
dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria
atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan tekanan
darah.
5. Berhenti merokok
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan
darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan
pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).
B. Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas
akibat tekanan darah tinggi. Berikut penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan
farmakologis untuk hipertensi
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh, sehingga volume
cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban jantung lebih ringan.
2. Penyekat beta (beta-blockers)
Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi dan daya pompa
jantung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan
pada penderita asma bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes harus hati-hati karena
dapat menutupi gejala
Hipoglikemia.
3. Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan Angiotensin Receptor
Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE inhibitor/ACEi) menghambat kerja
ACE sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.
Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi ikatan angiotensin II pada
reseptornya. ACEI maupun ARB mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban
jantung.
4. Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya kalsium ke dalam sel pembuluh
darah arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer (Kemenkes
RI, 2013).
Konsep Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).
Reisner (1980) Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-
masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
Sedangkan menurut Gillis (1983) Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu (Mertajaya & Dkk, 2019)
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam
hal ini keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan
ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan
Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu
sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan
daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara
komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan
dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua,
serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
2.2.4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
Menurut Kelompok Kerja Keperawatan CHS, 1994; Mc Closkey & Grace, 2001, asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan
kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Sudiharto, 2007).
2.2.6 Pengkajian
Tahap awal dari proses keperawatan di mana seorang perawat mulai mengumpulkan informasi
tentang keluarga yang dibinanya. Tahapan ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan keluarga. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari
pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang
orang tua. Yang berkaitan dengan halhal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial
budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya. Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah sebagai berikut:
A. Data Umum
1. Identitas
Yang perlu dikaji nama seluruh keluarga, umur, alamat dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin,
tanggal lahir, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
2. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut.
3. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut,
serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan.
a) Latar belakang etnik keluarga atau anggota keluarga.
b) Tempat tinggal keluarga bagaimana (uraikan bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnik
bersifat homogen).
c) Kegiatan-kegiatan sosial budaya, rekreasi, dan pendidikan. Apakah kegiatan-kegiatan ini ada
dalam kelompok kultur atau budaya keluarga.
d) Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana, baik tradisional atau modern.
e) Bahasa yang digunakan dalam keluarga (rumah).
f) Pengguna jasa pelayanan kesehatan keluarga dan praktisi. Apakahkeluarga mengunjungi
praktik, terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau mempunyai
kepercayaan tradisional dalam bidang kesehatan.
4. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan seperti:
a) Apakah ada anggota keluarga yang berbeda dalam keyakinan beragamanya.
b) Bagaimana keterlibatan keluarga dalam kegiatan agama atau organisasi keagamaan.
c) Agama yang dianut oleh keluarga.
d) Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan keluarga,
terutama dalam hal kesehatan.
5. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik
dari kepala keluarga maupun anggotakeluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga seperti:
a) Jumlah pendapatan per bulan
b) Sumber-sumber pendapatan per bulan
c) Jumlah pengeluaran per bulan
d) Apakah sumber pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga
e) Bagaimana keluarga mengatur pendapatan dan pengeluarannya
6. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas, rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan
waktu luang atau senggang keluarga.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini mengkaji keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga,
yang ditentukan oleh usia anak tertua oleh keluarga inti.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi
oleh keluarga. Juga dilakukanpengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum terpenuhi dan
upaya yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menghadapi hal tersebut.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga terhadap
pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa, kontrak), apakah rumah milik sendiri.
Gambaran kondisi rumah (interior dan eksterior). Keadaan dapur, kamar mandi, kebersihan
sanitasi rumah dan pengaturan privasi rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas atau desa, tipe tempat tinggal, sanitasi jalan dan rumah
(penanganan sampah), kelas sosial, karakteristik etnik penghuni, fasilitas kesehatan, rekreasi,
fasilitas transportasi.
3. Mobilitas geografis keluarga
Lama keluarga tinggal di tempat tersebut atau keluarga punya kebiasaanberpindah-pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan perkumpulan keluarga.
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga, fasilitas penunjang yang dimiliki keluarga, sumber dukungan dari
anggota keluarga, jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki.
D. Struktur keluarga
1. Struktur peran
Peran formal, informal dan analisis model peran siapa yang menjadi model dalam menjalankan
peran.
2. Nilai dan norma keluarga.
Nilai norma yang dianut keluarga dan kelompok, apakah sesuai dengan norma atau nilai yang
dianut, seberapa penting nilai atau norma yang dianut.
3. Pola komunikasi keluarga
Cara berkomunikasi keluarga termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan.
4. Struktur kekuatan keluarga
Keputusan dalam keluarga siapa yang membuat keputusan, modelkekuatan atau kekuasaan yang
digunakan keluarga dalam membuat keputusan.
E. Fungsi Keluarga
Pengkajian fungsi keluarga menurut Fredman, 1998 :
1. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi
pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga
terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
mengakibatkan ketidakseimbangankeluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguan kesehatan
selanjutnya.ekonomi
2. Fungsi Keperawatan Keluarga
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan sejauh mana keluarga
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor
penyebab,tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan
keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan.
Menurut Nursalam (2008) diagnosa keperawatan adalah keputusanklien mengenai individu, keluarga,
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat,
memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, risiko, maupun sejahtera di mana perawat memiliki
kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga,
berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga diangkat setelah stresor mengenai garis pertahanan dalam keluarga baik
garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, dan garis pertahanan resisten. Stresor-stresor tersebut
akan mempengaruhi tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga dan koping keluarga setiap garis pertahanan yang ada dalam keluarga. Diagnosa keperawatan
dapat bersifat aktual, risiko maupun sejahtera tergantung dari garis pertahanan dalam keluarga yang
terdapat stresor baik sehat maupun sakit.
Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan keluarga adalah aktual, risiko, dan sejahtera. Tipologi
diagnosa keperawatan keluarga bersifat aktual berarti terjadi defisit/gangguan kesehatan dalam keluarga
dan dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Diagnosa
keperawatan keluarga bersifat risiko (ancaman kesehatan) berarti sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih atau pola makan tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan keluarga bersifat keadaan sejahtera (wellness) merupakan suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluargaharus didasarkan pada beberapa
kriteria sebagai berikut :
Skoring :
2.2.9 Intrvensi
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah diidentifikasikan (Nursalam,
2008).
Menurut Nursalam, (2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan
keluarga diantaranya :
1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruhtentang masalah atau situasi
keluarga.
2. Rencana yang baik harus realities, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang
diharapkan.
3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan falsafah instansi kesehatan. Misalnya bila
instansi kesehatan pada daerah tersebut dapat memungkinkan pemberian pelayanan cuma-cuma,
maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun perencanaan.
4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan prinsip bahwa bekerja
bersama keluarga bukan untuk keluarga.
5. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya secara tertulis.
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan,
sedangkan standar menunjukkan tindakan penampilan yang diinginkan untuk membandingkan
bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. pernyataan tujuan yang
tepat akan menentukan kejelasan, kriteria dan standar evaluasi.
a) Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan rumah, keluarga akan
memanfaatkan puskesmas atau poliklinik sebagai tempat mencari pengobatan.
b) Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik
c) Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik, keluarga membawa
anaknya berobat ke puskesmas.
2.2.10 Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan kerawatan yang telah
disusun perawat bersama keluarga. Inti pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan keluarga adalah
perhatian. Jika perawat tidak memiliki falsafah untuk memberi perhatian, maka tidak mungkin perawat
dapat melibatkan diri bekerja dengan keluarga. Perawat pada tahap ini menghadapi kenyataan dimana
keluarga mencoba segala daya cipta dalam mengadakan perubahan versus frustasi sehigga tidak dapat
berbuat apa-apa. Perawat harus membangkitkan keinginan untuk bekerja sama melaksanakan tindakan
keperawatan.
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (Friedman, 2004):
2.2.11 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan suatu langkah dalam menilai hasil asuhan yang dilakukan dengan
membandingkan hasil yang dicapai berupa respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan dengan
indikator yang ditetapkan. Hasil asuhan keperawatan dapat diukur melalui:
(1) Keadaan fisik, (2) Sikap/psikologis, (3) Pengetahuan atau kelakukan belajar, dan (4) Perilaku
kesehatan.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah dicapai (Nursalam, 2008).
A. Tujuan Evaluasi
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalamikesulitan untuk mencapai
tujuan).
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mencapai tujuan).
B. Proses Evaluasi
1. Mengukur pencapaian klien
2. Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaiantujuan.
C. Komponen Evaluasi
1. Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi.
2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Menurut Hidayat, (2007) dalam mengevaluasi Klien ada Catatan perkembangan yang harus
didokumentasikan adalah sebagai berikut:
A. S (Data Subjektif)
Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan Klien.
B. O (Data Objektif)
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau timkesehatan lain.
C. A (Analisi)
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan dianalisis, apakah
berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran. Hasilanalisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan
diagnosa keperawatan baru.
D. P (Perencanaan)
Rencana penanganan Klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis di atas yang berisi
melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat
rencana baru bila rencana tidak efektif.
Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah keluarga sudah dapat dilepas dari
pembinaan/asuhan pada tingkat kemandirian yang diinginkan, atau masih perlu tindak lanjut. Bila
kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat cacatan perkembangannya. Jika tujuan tidak tercapai maka
perlu dilihat: (1) Apakah tujuan realistis, (2) Apakah tindakan sudah tepat, dan (3) Bagaimana faktor
lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan
sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008)
1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian
dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif,
yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai,
yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan
pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang
dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada.
a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga
tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan
masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status
kesehatan yang diharapkan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga dalam mengatasi
situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk
meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman, bantuan dan
motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk
mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hati secara
signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota keluarga) yang
membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang
dihadapi klien. Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul
adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota keluarga
3. Membuat Perencanaan Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada
penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar.
Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah
sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga. Sasaran :
Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit hipertensi
serta pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari
penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan hipertensi
setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat hipertensi dan dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang
menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit
hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi secara tepat.
Intervensi:
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap
penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses
penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi.
Intervensi :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
BAB 111
Asuhan Keperawatan
3.1 Kasus
Keluarga Tn. D usia 60 th adalah seorang petani yang sibuk bekerja dengan penghasilan Rp.
1.500.000/bulan. Tn. D tinggal bersama istri dan anaknya, keluarga Tn. D ini merupakan jenis keluarga
inti. Keluarga Tn. D tinggal di lingkungan yang padat penduduk, saluran pembuangan limbah tertutup,
sirkulasi udara cukup, sumber air sumur, dan pencahayaan yang cukup baik. Tn. D mengatakan bahwa
setiap pagi ia mengkonsumsi kopi sebelum berangkat ke sawah, memiliki riwayat Hipertensi. Hasil
pengkajian terhadap Tn. D, BB : 55kg, TB : 163 cm BMI : 20,7 TD : 150/90 mmHg, N : 58/menit, Suhu :
36°C, RR : 20x/menit
I. IDENTITAS KELUARGA
a. Identitas Kepala Keluarga:
S : 36 ̊C
P:
20x/m
S : 36 ̊C
P:
20x/m
60x/M
S : 36 ̊c
P:
20x/m
Pelaja TB :160 TD: lengk Tidak sehat
r 110/80 ap ada
BB : 50 mmHg
BMI :19,5 N:
60x/M
P:
20x/m
BMI :20,9 N:
60x/M
P:
20x/m
c. Genogram:
: Laki-laki : Hipertensi
: Perempuan
d. Type Keluarga:
a) Jenis type keluarga: Keluarga Inti
b) Masalah yang terjadi dg type tersebut:
e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa: Jawa-Indonesia
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
S: 36 ̊c
Manajemen
kesehatan keluarga
tidak efektif
SKALA PRIORITAS
4/3
Total Skor
Prioritas Diagnosa
1. Deficit penbetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1.Keluarga 1.Kaji kesiapan dan
keluarga b.d kurangnya kunjungan selama 1 hari kunjungan selama 1x60 Verbal mengetahui hambatan belajar dalam
pajanan informan keluarga dapat menit, kelurga ,engerti penyakit keluarga
mengetahui tentang tentang: hipertensi tentang
penyakit hipertensi pengertian, 2.jelaskan tekanan darah
1.Penyakit penyebab, tanda normal, tekanan darah
hipertensi(pengertian gejala dan tinggi dan efeknya
tanda dan gejala, serta pencegahan
cara pengobatan 3.bantu klien dalam
2.Keluarga mengidentifikasi factor
2.Pencegahan mengetahui yang dapat diubah: diet
hipertensi komplikasi dari rendah garam,
hipertensi merokok,alcohol, dan
3.Komplikasi pada pola hisup sehat
hipertensi 3.keluarga
mengetahui jenis 4.Berikan KIE klien
4.Cara mengontrol tentang hipertensi
hipertensi makanan apa saja
yang harus
5.Diit hipertensiR dibatasi bagi
penderita
hipertensi
4.keluarga
mengetahui
makanan apa saja
yang boleh
dikonsumsi
seperti makanan
yang tinggi serat
5.keluarga
mengetahui cara
mengontrol
hipertensi seperti
olahraga secara
teratur, control
tekanandarah
secara rutin,
menjaga pola
makan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA
P: Discarge planning
A : Masalah teratasi
sepenuhnya
P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
Evaluasi Sumatif
BAB 1V
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Reisner (1980) Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing- masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak, kakek dan nenek. Sedangkan menurut Gillis (1983) Keluarga adalah sebagaimana
sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa
komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu (Mertajaya &
Dkk, 2019).
Menurut Kelompok Kerja Keperawatan CHS, 1994; Mc Closkey & Grace, 2001, asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, berlandaskan
pada etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (Sudiharto, 2007).
1. Hasil pengkajian didapatkan Tn.D mengalami riwayat hipertensi, kontrol rutin di
Puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat serta tidak pernah ikut senam hipertensi atau
olahraga.
2. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 1 diagnosa yang Kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan
3. Implementasi yang dilakukan pada Tn. D mulai pada tanggal 31 Juli 2022 sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan dengan metode tanya
jawab, berdiskusi, melatih senam hipetensi, dan penyuluhan. Pada tahap akhir peneliti
melakukan evaluasi pada Keluarga Tn. A dengan masalah utama adanya riwayat hipertensi
pada tanggal31 Juli 2022, mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan
catatan perkembangan dengan metode SOAP..
4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa, tetap berusaha untuk meningkatkan pengetahuan, pendalaman, dan
pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga.
2. Bagi institusi pendidikan, untuk meningkatkan dan mempertahankan bimbingan kepada
mahasiswa tentang proses asuhan keperawatan keluarga.
3. Bagi keluarga, untuk adanya upaya mengatasi permasalahan yang muncul sehingga
terjadi peningkatan kesehatan keluarga secara menyeluruh beserta setiap anggota
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Mertajaya, I. M., & Dkk. (2019). Perkuliahaan Keperawatan Keluarga Konsep Keperawatan
Keluarga. Kesehatan, 1(2), 1–110. http://repository.uki.ac.id/1678/1/BUKU BMP
KEPERAWATAN KELUARGA Oke Word-dikonversi.pdf
2010. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang
00.16 WIB).
Jakarta: EGC.
Effendy, onong uchjana, 2004. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Salemba Medika.