Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TANDA BAHAYA KEHAMILAN


DI RUANG BERSALIN (VK) RSUD dr. R. KOESMA TUBAN

Disusun Oleh :
Alfinatus Sholihah 19.12.2.149.046
Dira Esti Mulyani 19.12.2.149.093
Nur Aida Fitriana 19.12.2.149.112
Vela Reviyanti 19.12.2.149.124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2024
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Tanda Bahaya Kehamilan


Sasaran : Ibu Hamil dan Keluarga di ruang bersalin (vk) RSUD dr. R.
KOESMA TUBAN
Tempat : Ruang bersalin (VK)
Hari, tanggal : Selasa, 23 Februari 2024
Waktu : 45 menit
Penyuluh : Nur Aida Fitriana & Dira Esti Mulyani

1. Pendahuluan
Kehamilan menyebabkan perubahan dalam tubuh, beberapa dari
perubahan tersebut mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu hamil.
Ketidaknyamanan ini dapat bersifat normal dan dapat pula mengancam
keselamatan ibu dan bayi. Saat hamil, tubuh akan mengalami beberapa
perubahan. Gejala perubahan tubuh yang biasa dan normal terjadi meliputi
mudah lelah, sering buang air kecil, mual, dan muntah. Namun ada beberapa
tanda-tanda kehamilan yang memerlukan perhatian medis dan perlu
penanganan segera seperti mual muntah yang berlebihan hingga menyebabkan
dehidrasi, keluarnya air ketuban sebelum waktunya, nyeri kepala, perdarahan,
dan lain sebagainya. Dengan demikian perlu disampaikan tanda bahaya
kehamilan agar dapat menurunkan kecemasan pada ibu dan keluarga serta
dapat mengupayakan penanganan segera.
2. Tujuan Instruksional Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya selama
kehamilan.
3. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat :
a. Menjelaskan pengertian tanda bahaya kehamilan.
b. Menyebutkan macam-macam tanda bahaya kehamilan.
c. Menjelaskan secara singkat tentang tanda bahaya kehamilan.
4. Media
 Leaflet
5. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah dan
tanya jawab.
6. Materi
Terlampir (Lampiran 1)
7. Kegiatan penyuluhan
No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 Menit Pembukaan:
- Memberi salam dan - Menyambut salam dan
memperkenalkan diri mendengarkan
- Menjelaskan tujuan dari - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
- Melakukan kontrak waktu.
- Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan
2 20 Menit Pelaksanaan :
- Menggali pengetahuan - Mendengarkan dan
peserta tentang tanda bahaya memperhatikan
kehamilan.
- Menjelaskan pengertian
tanda bahaya kehamilan.
- Menjelaskan macam-macam
tanda bahaya kehamilan
- Menjelaskan tentang tanda
bahaya kehamilan
4 20 menit Penutup:
- Memberi kesempatan pada - Memberikan pertanyaan
peserta untuk bertanya
- Menanyakan kepada peserta - Menjawab pertanyaan
tentang materi yang diberikan
dan memberikan reward
kepada peserta bila dapat
menjawab & menjelaskan
kembali pertanyaan/materi
- Mengucapkan terimakasih
kepada peserta
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
8. Pengorganisasian :
Pembimbing Klinik : Hermin Istirahayu,SST.,Bdn

Pembimbing Pendidikan : Euvanggelia Dwilda, S. Keb., Bd


Membimbing mahasiswa dalam melakukan penyuluhan di ruang bersalin
(vk) RSUD dr.R. Koesma Tuban
Moderator / Pembawa acara : Vela Reviyanti
Uraian tugas :
- Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
- Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
- Melakukan kontrak waktu.
- Menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan
- Mengatur proses.
- Menutup acara penyuluhan.
a. Penyuluh / Pemberi Materi : Nur Aida Fitriana & Dira Esti Mulyani
Uraian tugas :
- Menjelaskan dan memperagakan materi penyuluhan dengan jelas dan
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
- Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
- Memotivasi peserta untuk bertanya.
b. Fasilitator : Alfinatus Sholihah
c. Uraian tugas :
- Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
- Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
- Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
- Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta.
9. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur :
 Peserta penyuluhan adalah ibu hamil dan keluarga yang sedang
melakukan pemeriksaan di ruang bersalin (vk) RSUD dr.R. Koesma
Tuban
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang Peserta penyuluhan
adalah ibu hamil dan keluarga yang sedang melakukan pemeriksaan di
ruang bersalin (vk) RSUD dr.R. Koesma Tuban
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses :
 Peserta penyuluhan sebanyak 6 ibu hamil
 Ibu antusias terhadap materi penyuluhan.
 Ibu konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
 Ibu mengajukan pertanyaan.
c. Kriteria Hasil :
 Ibu dapat menjawab pertanyaan dengan benar
 Ibu dapat mengulang kembali pengertian tanda bahaya kehamilan.
 Ibu dapat menyebutkan macam-macam tanda bahaya kehamilan.
10. Absensi Peserta
Terlampir
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
Tanda bahaya kehamilan adalah suatu gejala yang menggambarkan
kondisi membahayakan bagi ibu dan janin yang perlu dilakukan penanganan
dengan segera. Menurut Kementrian Kesehatan dalam Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (2019) tanda bahaya kehamilan meliputi:
1. Muntah terus menerus dan tidak mau makan
Mual muntah dalam kehamilan (Emesis gravidarum) merupakan
keluhan umum yang dijumpai pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan
menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan
hormon esterogen, progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic
gonadothropin plasenta. Hormon-hormon inilah yang kemudian
menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah
kepala pusing, terutama disaat pagi hari, disertai mual muntah sampai usia
kehamilan 4 bulan. Kondisi emesis gravidarum ini apabila sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari hingga menunjukkan tanda-tanda dehidrasi,
ganggan metabolik, dan defisiensi gizi maka akan disebut hiperemesis
gravidarum (Manuaba, dkk., 2020).
Penatalaksanaan yang baik pada kondisi emesis gravidarum dapat
mencegah terjadinya hiperemesis gravidarum. Pada kondisi emesis
gravidarum disarankan untuk istirahat dan mengonsumsi makanan yang kaya
karbohidrat dan rendah lemak dalam jumlah kecil namun sering, serta
menghindari makanan yang berbau menyengat. Sedangkan apabila ibu hamil
mengalami hiperemesis gravidarum maka perlu dilakukan perawatan intensif
di rumah sakit (Ramadhy, 2021).
2. Demam tinggi
Demam seringkali menyertai suatu penyakit tertentu. Demam
terutama demam tinggi dapat menjadi serius karena janin bergantung pada
ibu untuk pengaturan suhu tubuhnya. Suhu tubuh normal adalah 36,5oC –
37,5 oC. Demam tinggi yang berkepanjangan dapat mempengaruhi janin dan
menyebabkan kelainan anggota gerak (tangan dan kaki) (Curtis, 2017).
Apabila ibu berada pada daerah endemik malaria, demam tinggi pada
ibu hamil haruslah curiga terhadap penyakit malaria. Malaria pada ibu hamil
dapat menyebabkan abortus dan partus prematurus. Pengobatan malaria pada
ibu hamil harus menggunakan obat antimalaria yang aman dan tidak memiliki
efek abortif maupun gangguan pada janin (Prabowo, 2018).
Ibu hamil sebaiknya selalu memperhatikan kondisi dan apabila
terdapat kelainan dalam tubuh, disarankan untuk segera menghubungi tenaga
kesehatan. Sangat tidak disarankan untuk meminum obat tanpa resep dokter
karena penanganan semua kondisi ibu hamil hendaklah memperhatikan
keamanan bagi ibu dan janinnya.
3. Bengkak kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala atau kejang
Bengkak kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala merupakan
gambaran dari penyakit dalam kehamilan yaitu preeklampsia yang apabila
tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat maka dapat mengganggu
kesehatan ibu dan janin. Preeklampsia merupakan suatu syndrome dalam
kehamilan yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu berupa tekanan
darah ≥ 140 / 90 mmHg dan disertai proteinuria. Kondisi preeklampsia dapat
menyebabkan gawat janin, gangguan perkembangan janin, persalinan
prematur, kejang pada ibu, gagal ginjal, serta sindrom HELLP. Apabila ibu
hamil mendapati kondisi bengkak kaki, tangan, atau wajah disertai sakit
kepala diharapkan untuk segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat
untuk dilakukan tatalaksana secepatnya. Tujuannya adalah untuk mencegah
kejang, mencegah perdarahan intrakranial, mencegah gangguan organ vital,
melahirkan bayi sehat serta pulihnya kondisi ibu (Cunningham, et al., 2019).
4. Gerakan bayi dalam kandungan berkurang atau tidak bergerak
Gerakan janin atau quickening pada primigravida umumnya dirasakan
pada usia kehamilan mencapai 19 – 21 minggu, sedangkan pada multigravida
dapat dirasakan pada usia kehamilan mencapai 16 minggu. Gerakan janin
dapat digunakan sebagai metode kuantifikasi kesejahteraan janin. Terdapat
berbagai metode untuk menghitung gerakan janin. Salah satu metodenya
adalah persepsi 10 gerakan janin dalam waktu 2 jam dianggap normal
(Leveno, 2019).
Cara yang paling akurat untuk megamati aktivitas janin adalah dengan
meluangkan waktu setiap hari untuk memfokuskan perhatian dan benar-benar
menghitung gerakannya. Gerakan janin dapat pendek (sebuah tendangan atau
geliat) atau panjang (gerakan berputar yang kontinue). Dapat dimulai pada
minggu ke 28 atau setelahnya. Hitung gerakan janin setiap hari selama kira-
kira periode waktu yang sama (Simkin, 2017)
5. Perdarahan pada hamil muda dan hamil tua
a. Perdarahan pada hamil muda
Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan kurang dari 22 minggu.
Perdarahan berwarna merah terang maupun merah tua. Hal ini dapat
mengancam kesehatan ibu dan janin sehingga perdarahan yang terjadi selama
kehamilan harus diselidiki (Astuti, 2017).
1) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan usia kehamilan kurang dari 22 minggu (Astuti, 2017).
Abortus merupakan pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
28 minggu atau berat kurang dari 1000 gram (Manuaba, 2020).
Abortus berdasarkan cara terjadinya dibagi menjadi dua golongan,
yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan terjadi
tanpa faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, tetapi karena faktor
alamiah, sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja
dengan memakai obat-obatan maupun alat (Astuti, 2017).
Penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut (Manuaba, 2020):
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
2. Kelainan pada plasenta
3. Penyakit ibu.
4. Kelainan yang terdapat pada rahim
Berdasarkan gejala, tanda dan proses patologi yang terjadi abortus
dibagi menjadi:
1. Abortus Imminens
Abortus imminens merupakan proses awal dari dari suatu
keguguran yang ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara
OUE masih tertutup dan janin masih dalam keadaan baik intrauterin
(Achadiat, 2019).
2. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Pada abortus ini perdarahan akan segera berkurang setelah isi
rahim keluar selambat – lambatnya dalam 10 hari perdarah berhenti
sama sekali, jika dalam 10 hari masih terdapat perdarahan maka
abortus inkompletus atau endometritis post abortum harus dipikirkan
(Sastrawinata,1984). Osteum uteri telah menutup, uterus telah
mengecil. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7
– 10 hari setelah abortus (Prawidohardjo,2019).
3. Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus terjadi ketika plasenta tidak dikeluarkan
bersama janin pada saat terjadi aborsi. Plasenta (sebagian atau
semuanya) yang tertinggal pada akhirnya akan menyebabkan
perdarahan yang dapat bertambah parah atau infeksi, terutama terjadi
pada kehamilan trimester ke dua (Varney,2017).
4. Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil
ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya
dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban
dapat teraba
5. Missed Abortion
Pada abortus tipe ini janin dalam keadaan meninggal, tetapi hasil
konsepsi masih ada di dalam rahim selama beberapa jangka waktu
yang lebih panjang (2 minggu atau lebih). (Varney,2017)
6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah istilah yang diberikan ketika seorang
wanita mengalami aborsi spontan sebanyak 3 kali atau lebih secara
berurutan (Prawirohardjo, 2019).
7. Abortus Infeksiosus, abortus septic
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia. Abortus septic ialah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (spetikemia atau
peritonitis).
2) Kehamilan ektopik terganggu (KET)
Kehamilan ektopik adalah keadaan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium cavum uteri. Sedangan
kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terjadi abortus
atau pecah dan menyebabkan terjadinya perdarahan (Astuti, 2017).
3) Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari chorionic villi
atau villi korialis dengan degenerasi hidropik. Disebut juga hamil anggur
atau mata ikan (Mochtar, 2008 dalam Astuti, 2017).
b. Perdarahan pada hamil tua
Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan diatas 22 minggu dengan
gejala klinis darah berwarna merah, banyak,, dan kadang tetapi tidak selalu
disertai nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa, solusia
plasenta, dan ruptur uteri (Astuti, 2017).
1) Solusio placenta
Solusio plasenta merupakan suatu keadaan dimana placenta yang
letaknya normal terlepas sebelum janin keluar, biasanya dihitung sejak
kehamilan 28 minggu. Penanganannya dengan pemberian darah,
pemberian O2, jika shock berat beri kortikosteroid.
2) Placenta previa
Placenta previa merupakan keadaan dimana placenta berimplantasi pada
segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. Terapi ekspektatif dengan rawat inap, tirah baring, USG,
pemberian tokolitik, dan antibiotik. Terapi aktif lakukan terminasi
kehamilan dengan SC atau pervaginam.
3) Ruptur uteri
Ruptur uteri merupakan dispursi dinding uterus. Pada ruptur uteri
spontan biasanya terjadi persalinan dan mengalami gangguan mekanisme
persalinan sehingga menimbulkan ketegangan pada segmen bawah
rahim. Selain itu ada ruptur uteri traumatic dan ruptur uteri bekas luka
operasi. Penanganannya dengan pemasangan infus, antibiotik dan
perbaikan ruptur (Astuti, 2017)
6. Air ketuban keluar sebelum waktunya
Kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. Ketuban
Pecah Dini (KPD) dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80%
wanita mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD. Ketuban
pecah dini didefinisikan sebagai ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa
memperhatikan usia gestasi. Penanganan beri antibiotik, observasi keluar
cairan, terminasi kehamilan (Astuti, 2017).
7. Terasa sakit saat kencing, gatal pada kemaluan dan keputihan
Kehamilan dapat mengubah penampakan klinik IMS dan akan
mempersulit diagnosis dan terapi. Pada wanita hamil terjadi perubahan
anatomi, penurunan reaksi imunologis, perubahan flora serviko-vaginal, yang
semuanya akan berpengaruh pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS itu
sendiri. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore,
chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan
kandidiasis. Gejala klinis bervariasi sesuai dengan penyebab infeksi, baik
berupa lesi mukokutan, leukorea, pruritus, disuria, dan lain-lain. Pada
kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi dari ibu ke janin dengan cara
kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar secara ascenden, dan
agen penyebab yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier plasenta.
Penanganan penyakit menular seksual pada kehamilan adalah dengan
penanganan umum, konservatif, termasuk konseling dan pengobatan pada
mitra seksual (Agustini, 2018).
8. Batuk lama (lebih dari 2 minggu)
Pada masa kehamilan, sistem imunitas tubuh menurun. Ibu hamil mudah
terkena penyakit seperti flu atau batuk. Namun perlu waspada jika batuk
terjadi lama. Batuk yang lama selama 2 minggu merupakan salah satu tanda
TBC. Pengaruh penyakit TBC saat kehamilan pada janin apgar score rendah,
BBLR, prematuritas, abortus, TB congenital (Warouw, 2019).
9. Jantung berdebar-debar atau nyeri dada
Gejala ini mengindikasikan penyakit jantung pada kehamilan. Etiologi lesi
kongenital, arteri coroner, hipertensi, disfungsi tiorid (Norwitz dan John,
2019). Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain prematuritas,
BBLR, hipoksia, gawat janin, apgar score rendah, pertumbuhan janin
terhambat.
10. Diare
Pada kehamilan, perubahan fungsi sistem pencernaan mengakibatkan
konstipasi. Ketika terjadi diare pada kehamilan dapat menyebabkan dehidrasi
dan kekurangan kalium. Jika diare disertai peningkatan suhu badan dapat
meningkatkan risiko kelahiran premature dan abortus. Hal tersebut dapat
terjadi karena defisiensi vitamin B dan asam folat. Jangan sembarangan
meminum obat karena dapat berbahaya terhadap kehamilan
11. Sulit tidur dan cemas berlebihan
Pada trimester 1 dan 2 ibu hamil khawatir dengan perkembangan janinnya.
Kecemasan pada ibu hamil meningkat pada trimester ketiga mendekati
persalinan. Kecemasan yang berlebihan dapat mempengaruhi proses
persalinan. Hal ini berkaitan dengan fungsi peran ibu yang akan berubah.
Dukungan orang sekitar dan kepercayaan diri ibu dalam menghadapi
pergantian peran sangat perlu untuk mengurangi masalah ini (Hadijanto,
2019). Sulit tidur dapat terjadi karena pergerakan janin di perut. Cara
mengatasinya adalah dengan memperbaiki posisi tidur, posisi miring kiri
(atau kanan), letakkan guling diantara kaki.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, M. N. N. (2018) „Infeksi Menular Seksual dan Kehamilan‟, pp. 304–

310.

Astuti, Hutari Puji. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).

Yogyakarta: Rohima Press.

Cunningham, et al. 2019. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 2. Jakarta: EGC

Curtis., 2017. Kehamilan diatas Usia 35 tahun. Jakarta: Penerbit Arcan

Hadijanto, B. 2019. “Aspek Psikologik Pada Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.”


Dalam Abdul BS., Trijatmo R., dan Gulardi HW (Eds). Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Leveno, 2019., Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC
Manuaba, I.A.C., A.B.G.F Manuaba, I.B.G. Manuaba, 2020 Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Norwitz, Errol dan, John OS. 2019. At a Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
Erlangga.
Prabowo, A., 2018. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Depok: Wisma Hijau
Prawirohardjo, Sarwono. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Ramadhy, A.S., 2021. Biologi Reproduksi. Bandung: Refika Aditama
Simkin, P., dkk., 2017. Kehamilan, Melahirkan dan Bayi; Panduan Leng-
kap. Jakarta: Arcan.
Warouw, N. 2019. “Penyakit Saluran Pernafasan.” Dalam Abdul BS., Trijatmo R.,
dan Gulardi HW (Eds). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi
keempat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Helen, 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Leaflet
Lampiran 2

ABSENSI PESERTA PENYULUHAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN


Selasa, 23 Februari 2024 di ruang bersalin (vk) RSUD dr.R. Koesma Tuban

No
NAMA Alamat TTD
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Anda mungkin juga menyukai