Disusun Oleh:
(202003016)
Satuan acara penyuluhan (SAP) ini di buat dalam rangka untuk memenuhi tugas praktek
klinik oleh mahasiswa semester 3 program Studi D3 Keperawatan STIKES KARYA HUSADA
KEDIRI.
NIM :202003016
Mengetahui
Mahasiswa
( ) ( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya selama kehamilan.
C.Pelaksanaan kegiatan
1. Materi
Hiperemesis Gravidarum
2. Metode penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
D. Media
Powerpoint
Laptop
Leaflet
F.EVALUASI
1.Metode evaluasi
2.Pertanyaan Evaluasi
G. Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN
Tanda bahaya kehamilan adalah suatu gejala yang menggambarkan kondisi membahayakan bagi
ibu dan janin yang perlu dilakukan penanganan dengan segera. Menurut Kementrian Kesehatan
dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2015) tanda bahaya kehamilan meliputi:
1. Muntah terus menerus dan tidak mau makan
Mual muntah dalam kehamilan (Emesis gravidarum) merupakan keluhan umum yang dijumpai
pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita
karena terdapat peningkatan hormon esterogen, progesteron, dan dikeluarkannya human
chorionic gonadothropin plasenta. Hormon-hormon inilah yang kemudian menyebabkan emesis
gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama disaat pagi hari,
disertai mual muntah sampai usia kehamilan 4 bulan. Kondisi emesis gravidarum ini apabila
sudah mengganggu aktivitas sehari-hari hingga menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, ganggan
metabolik, dan defisiensi gizi maka akan disebut hiperemesis gravidarum (Manuaba, dkk., 2010).
Penatalaksanaan yang baik pada kondisi emesis gravidarum dapat mencegah terjadinya
hiperemesis gravidarum. Pada kondisi emesis gravidarum disarankan untuk istirahat dan
mengonsumsi makanan yang kaya karbohidrat dan rendah lemak dalam jumlah kecil namun
sering, serta menghindari makanan yang berbau menyengat. Sedangkan apabila ibu hamil
mengalami hiperemesis gravidarum maka perlu dilakukan perawatan intensif di rumah sakit
(Ramadhy, 2011).
2. Demam tinggi
Demam seringkali menyertai suatu penyakit tertentu. Demam terutama demam tinggi dapat
menjadi serius karena janin bergantung pada ibu untuk pengaturan suhu tubuhnya. Suhu tubuh
normal adalah 36,5oC – 37,5 oC. Demam tinggi yang berkepanjangan dapat mempengaruhi janin
dan menyebabkan kelainan anggota gerak (tangan dan kaki) (Curtis, 1999).
Apabila ibu berada pada daerah endemik malaria, demam tinggi pada ibu hamil haruslah curiga
terhadap penyakit malaria. Malaria pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus dan partus
prematurus. Pengobatan malaria pada ibu hamil harus menggunakan obat antimalaria yang aman
dan tidak memiliki efek abortif maupun gangguan pada janin (Prabowo, 2008).
Ibu hamil sebaiknya selalu memperhatikan kondisi dan apabila terdapat kelainan dalam tubuh,
disarankan untuk segera menghubungi tenaga kesehatan. Sangat tidak disarankan untuk
meminum obat tanpa resep dokter karena penanganan semua kondisi ibu hamil hendaklah
memperhatikan keamanan bagi ibu dan janinnya.
3. Bengkak kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala atau kejang
Bengkak kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala merupakan gambaran dari penyakit dalam
kehamilan yaitu preeklampsia yang apabila tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat maka
dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin. Preeklampsia merupakan suatu syndrome dalam
kehamilan yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu berupa tekanan darah ≥ 140 / 90
mmHg dan disertai proteinuria. Kondisi preeklampsia dapat menyebabkan gawat janin,
gangguan perkembangan janin, persalinan prematur, kejang pada ibu, gagal ginjal, serta sindrom
HELLP. Apabila ibu hamil mendapati kondisi bengkak kaki, tangan, atau wajah disertai sakit
kepala diharapkan untuk segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat untuk dilakukan
tatalaksana secepatnya. Tujuannya adalah untuk mencegah kejang, mencegah perdarahan
intrakranial, mencegah gangguan organ vital, melahirkan bayi sehat serta pulihnya kondisi ibu
(Cunningham, et al., 2012).
4. Gerakan bayi dalam kandungan berkurang atau tidak bergerak
Gerakan janin atau quickening pada primigravida umumnya dirasakan pada usia kehamilan
mencapai 19 – 21 minggu, sedangkan pada multigravida dapat dirasakan pada usia kehamilan
mencapai 16 minggu. Gerakan janin dapat digunakan sebagai metode kuantifikasi kesejahteraan
janin. Terdapat berbagai metode untuk menghitung gerakan janin. Salah satu metodenya adalah
persepsi 10 gerakan janin dalam waktu 2 jam dianggap normal (Leveno, 2009).
Cara yang paling akurat untuk megamati aktivitas janin adalah dengan meluangkan waktu setiap
hari untuk memfokuskan perhatian dan benar-benar menghitung gerakannya. Gerakan janin
dapat pendek (sebuah tendangan atau geliat) atau panjang (gerakan berputar yang kontinue).
Dapat dimulai pada minggu ke 28 atau setelahnya. Hitung gerakan janin setiap hari selama kira-
kira periode waktu yang sama (Simkin, 2007)
5. Perdarahan pada hamil muda dan hamil tua
a. Perdarahan pada hamil muda
Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan kurang dari 22 minggu. Perdarahan
berwarna merah terang maupun merah tua. Hal ini dapat mengancam kesehatan ibu dan janin
sehingga perdarahan yang terjadi selama kehamilan harus diselidiki (Astuti, 2012).
1) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia kehamilan
kurang dari 22 minggu (Astuti, 2011). Abortus merupakan pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat kurang dari 1000 gram (Manuaba, 2012).
Abortus berdasarkan cara terjadinya dibagi menjadi dua golongan, yaitu abortus spontan dan
abortus provokatus. Abortus spontan terjadi tanpa faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis,
tetapi karena faktor alamiah, sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja
dengan memakai obat-obatan maupun alat (Astuti, 2012).
Penyebab abortus sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
sebagai berikut (Manuaba, 2007):
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
2. Kelainan pada plasenta
3. Penyakit ibu.
4. Kelainan yang terdapat pada rahim
Berdasarkan gejala, tanda dan proses patologi yang terjadi abortus dibagi menjadi:
1. Abortus Imminens
Abortus imminens merupakan proses awal dari dari suatu keguguran yang ditandai dengan
perdarahan pervaginam, sementara OUE masih tertutup dan janin masih dalam keadaan baik
intrauterin (Achadiat, 2004).
2. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Pada abortus ini perdarahan akan segera berkurang setelah isi
rahim keluar selambat – lambatnya dalam 10 hari perdarah berhenti sama sekali, jika dalam 10
hari masih terdapat perdarahan maka abortus inkompletus atau endometritis post abortum harus
dipikirkan (Sastrawinata,1984). Osteum uteri telah menutup, uterus telah mengecil. Pada
pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7 – 10 hari setelah abortus
(Prawidohardjo,2009).
3. Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus terjadi ketika plasenta tidak dikeluarkan bersama janin pada saat terjadi
aborsi. Plasenta (sebagian atau semuanya) yang tertinggal pada akhirnya akan menyebabkan
perdarahan yang dapat bertambah parah atau infeksi, terutama terjadi pada kehamilan trimester
ke dua (Varney,2007).
4. Abortus Insipiens
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-
kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan
adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba
5. Missed Abortion
Pada abortus tipe ini janin dalam keadaan meninggal, tetapi hasil konsepsi masih ada di dalam
rahim selama beberapa jangka waktu yang lebih panjang (2 minggu atau lebih). (Varney,2007)
6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah istilah yang diberikan ketika seorang wanita mengalami aborsi spontan
sebanyak 3 kali atau lebih secara berurutan (Prawirohardjo, 2009).
7. Abortus Infeksiosus, abortus septic
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus septic ialah
abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum
(spetikemia atau peritonitis).
2) Kehamilan ektopik terganggu (KET)
Kehamilan ektopik adalah keadaan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh
diluar endometrium cavum uteri. Sedangan kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan
ektopik yang terjadi abortus atau pecah dan menyebabkan terjadinya perdarahan (Astuti, 2012).
3) Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang menjadi
embrio tetapi terjadi proliferasi dari chorionic villi atau villi korialis dengan degenerasi hidropik.
Disebut juga hamil anggur atau mata ikan (Mochtar, 1998 dalam Astuti, 2012).
b. Perdarahan pada hamil tua
Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan diatas 22 minggu dengan gejala klinis darah
berwarna merah, banyak,, dan kadang tetapi tidak selalu disertai nyeri. Perdarahan semacam ini
bisa berarti plasenta previa, solusia plasenta, dan ruptur uteri (Astuti, 2012).
1) Solusio placenta
Solusio plasenta merupakan suatu keadaan dimana placenta yang letaknya normal terlepas
sebelum janin keluar, biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu. Penanganannya dengan
pemberian darah, pemberian O2, jika shock berat beri kortikosteroid.
2) Placenta previa
Placenta previa merupakan keadaan dimana placenta berimplantasi pada segmen bawah rahim
dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Terapi ekspektatif dengan rawat inap,
tirah baring, USG, pemberian tokolitik, dan antibiotik. Terapi aktif lakukan terminasi kehamilan
dengan SC atau pervaginam.
3) Ruptur uteri
Ruptur uteri merupakan dispursi dinding uterus. Pada ruptur uteri spontan biasanya terjadi
persalinan dan mengalami gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan ketegangan
pada segmen bawah rahim. Selain itu ada ruptur uteri traumatic dan ruptur uteri bekas luka
operasi. Penanganannya dengan pemasangan infus, antibiotik dan perbaikan ruptur (Astuti,
2012)
6. Air ketuban keluar sebelum waktunya
Kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. Ketuban Pecah Dini (KPD)
dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita mendekati usia kehamilan
cukup bulan dan mengalami KPD. Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai ketuban sebelum
awitan persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi. Penanganan beri antibiotik, observasi
keluar cairan, terminasi kehamilan (Astuti, 2012).
7. Terasa sakit saat kencing, gatal pada kemaluan dan keputihan
Kehamilan dapat mengubah penampakan klinik IMS dan akan mempersulit diagnosis dan terapi.
Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan reaksi imunologis, perubahan flora
serviko-vaginal, yang semuanya akan berpengaruh pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS
itu sendiri. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore, chlamydia
trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan kandidiasis. Gejala klinis
bervariasi sesuai dengan penyebab infeksi, baik berupa lesi mukokutan, leukorea, pruritus,
disuria, dan lain-lain. Pada kehamilan, dapat terjadi penularan infeksi dari ibu ke janin dengan
cara kontak langsung saat persalinan, infeksi yang menjalar secara ascenden, dan agen penyebab
yang masuk ke sirkulasi janin menembus barier plasenta. Penanganan penyakit menular seksual
pada kehamilan adalah dengan penanganan umum, konservatif, termasuk konseling dan
pengobatan pada mitra seksual (Agustini, 2013).
8. Batuk lama (lebih dari 2 minggu)
Pada masa kehamilan, sistem imunitas tubuh menurun. Ibu hamil mudah terkena penyakit seperti
flu atau batuk. Namun perlu waspada jika batuk terjadi lama. Batuk yang lama selama 2 minggu
merupakan salah satu tanda TBC. Pengaruh penyakit TBC saat kehamilan pada janin apgar score
rendah, BBLR, prematuritas, abortus, TB congenital (Warouw, 2014).
9. Jantung berdebar-debar atau nyeri dada
Gejala ini mengindikasikan penyakit jantung pada kehamilan. Etiologi lesi kongenital, arteri
coroner, hipertensi, disfungsi tiorid (Norwitz dan John, 2008). Komplikasi yang dapat terjadi
pada janin antara lain prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, apgar score rendah,
pertumbuhan janin terhambat.
10. Diare
Pada kehamilan, perubahan fungsi sistem pencernaan mengakibatkan konstipasi. Ketika terjadi
diare pada kehamilan dapat menyebabkan dehidrasi dan kekurangan kalium. Jika diare disertai
peningkatan suhu badan dapat meningkatkan risiko kelahiran premature dan abortus. Hal
tersebut dapat terjadi karena defisiensi vitamin B dan asam folat. Jangan sembarangan meminum
obat karena dapat berbahaya terhadap kehamilan
11. Sulit tidur dan cemas berlebihan
Pada trimester 1 dan 2 ibu hamil khawatir dengan perkembangan janinnya. Kecemasan pada ibu
hamil meningkat pada trimester ketiga mendekati persalinan. Kecemasan yang berlebihan dapat
mempengaruhi proses persalinan. Hal ini berkaitan dengan fungsi peran ibu yang akan berubah.
Dukungan orang sekitar dan kepercayaan diri ibu dalam menghadapi pergantian peran sangat
perlu untuk mengurangi masalah ini (Hadijanto, 2014). Sulit tidur dapat terjadi karena
pergerakan janin di perut. Cara mengatasinya adalah dengan memperbaiki posisi tidur, posisi
miring kiri (atau kanan), letakkan guling diantara kaki.
DAFTAR PUSTAKA