Anda di halaman 1dari 69

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung

dan memompa ke seluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus

lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent

killer karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya

terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu

adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah

lelah, penglihatan kabur, (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk

Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat

dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya

adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas

yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah

beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini.

Penyakit ini dapat terjadi akibat dari gaya hidup moderen serta dapat juga

disebabkan oleh berbagai penyakit non infeksi (Anindya, 2010).

Tingginya angka kejadian hipertensi yang terus meningkat akan

menyebabkan komplikasi. Penatalaksanaan hipertensi yang tidak dilakukan

1
2

dengan baik dapat menyebabkan komplikasi (Riskesdas, 2013). Apabila hipertensi

tidak ditangani dengan tepat maka akan menimbulkan komplikasi yaitu stroke,

infark miokard, gagal jantung, gagal ginjal kronik dan retinopati (Nuraini, 2015).

Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta

orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di

negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga

menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di

rumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (56%) dan pria (44%)

sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di Negara berkembang

(Triyanto, 2014).

Profil Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2018 tercatat masih tingginya

angka kejadian hipertensi. Berdasarkan profil Kesehatan Kabupaten Kampar

tahun 2018, jumlah penderita hipertensi tercatat menduduki urutan kedua dalam

tabel Gambaran Pola 10 Penyakit terbesar di Kabupaten Kampar Tahun 2018

yaitu sebanyak 36.546. Hal ini menunjukkan tingginya kasus hipertensi yang

terjadi di Kabupaten Kampar.

Kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tapung Tahun 2018

mencapai 1.192 kasus hipertensi dimana perempuan sebanyak 540 kasus dan laki-

laki sebanyak 652 kasus. Dari wawancara yang dilakukan pada petugas

Puskesmas Tapung didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin

mengontrol tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak

sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadinya

komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan.
3

Keluarga pada umumnya mengatasi hipertensi dengan beristirahat serta sedikit

yang memeriksakan kondisi kesehatannya di Puskesmas (Profil Puskesmas

Tapung Tahun 2018).

Data dari Puskesmas Tapung pada tahun 2019 jumlah penderita hipertensi

sebanyak 1.622 kasus hipertensi dimana perempuan sebanyak 744 kasus dan laki-

laki sebanyak 878 kasus. Sebanyak 210 penderita hipertensi melakukan

pengobatan teratur dengan capaian 13%. Sedangkan 1.412 penderita hipertensi

belum melakukan pengobatan secara teratur.

Penyakit tidak menular seperti hipertensi menjadi beban utama di dalam

masyarakat. Pengendalian penyakit tidak menular ini dilakukan melalui

pelaksanaan pos pembinaan terpadu pengendalian penyakit tidak menular

(Posbindu-PTM).yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor resiko

penyakit tidak menular masyarakat. Salah satu penyakit tidak menular yang

banyak ditemui di masyarakat adalah hipertensi. Hal ini di lakukan melalui

program pemerintah dengan pendekata Keluarga Sehat yang di jalankan oleh

Puskesmas.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan pasien hipertensi yang dilakukan

di wilayah kerja puskesmas Tapung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis membuat suatu rumusan

masalah dalam Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus yaitu: “Bagaimanakah Asuhan

Keperawatan Keluarga Tn. K dengan Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Tapung Kabupaten Kampar Tahun 2020”.


4

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Tapung Kabupaten Kampar Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui hasil Pengkajian keperawatan keluarga dengan

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tapung Kabupaten Kampar

Tahun 2020.

b) Untuk merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Tapung Tahun 2020.

c) Untuk menyusun rencana keperawatan keluarga dengan hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Tapung Tahun 2020.

d) Untuk melakukan Implementasi keperawatan keluarga dengan

hipertensi di wilayah Puskesmas Tapung Tahun 2020.

e) Untuk mengetahui hasil dalam melakukan evaluasi keperawatan

keluarga di wilayah kerja Puskesmas Tapung Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Bagi Penulis

Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dalam

menerapkan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat mengembangkan dan

menambah wawasan peneliti.


5

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Keluarga/Klien menambah pengetahuan dan keterampilan

keluarga dalam upaya pencegahan, Perawatan, serta pemanfaatan

fasilitas kesehatan dalam merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi.

b) Bagi Institusi Pendidikan sebagai referensi tambahan guna

meningkatkan informasi/pengetahuan, sebagai referensi perpustakaan

Poltekes Kemenkes Riau yang bisa digunakan sebagai bahan bacaan

dan dasar untuk studi kasus selanjutnya.

c) Bagi puskesmas dapat memberikan sumbangan pikiran dalam

meningkatkan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi di

wilayah puskesmas Tapung.


6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011). BKKBN (1999) dalam

Sudiharto (2012) menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang

dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan,

memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya. Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam

Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang

mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki

hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau

dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka

menganggap dirinya sebagai keluarga.

2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga

Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

6
7

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga.

2.1.3 Tipe Keluarga

Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi:

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Keluarga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi

atau keduanya.

2. Keluarga Besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek-nenek, paman-bibi).

b. Secara Moderen

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualism maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas

adalah:

1. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.


8

2. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan

kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah

dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama

maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di

luar rumah.

3. Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya

bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah, perkawinan, meniti karier.

4. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak

yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

5. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar

rumah.

6. Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak

7. Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu

tertentu.

8. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak

adanya keinginan untuk kawin.


9

9. Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

10. Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam

suatu panti-panti.

11. Comunal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas.

12. Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu

adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari

anak-anak.

13. Unmaried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi.

14. Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama

tanpa kawin.

15. Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis

kelamin sama.
10

2.1.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari: pola dan proses komunikasi, strukrur peran,

struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)

menggambarkan sebagai berikut:

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila: jujur,

terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

b. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku

yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur

peran bisa bersifat formal atau informal.

c. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain:

legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power

(keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan

affective power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini

adalah lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar

keluarga.
11

2.1.5 Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi

afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.

Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi

ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap

kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarga yang ditunjuk untuk mendidik anak - anak

tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang

dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu. Status

sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.

Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak

keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola sebagian

besar orang dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontinuitas antar generasi keluarga dan

masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang

menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap

kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik

kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relefan bagi perawat

keluarga.
12

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber

daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang

sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :

a. Tahap I: Keluarga Pasangan Baru (Beginning family)

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga

baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai

kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap

pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk

pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara

harmonis dengan jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.

b. Tahap II: Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai

bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah

satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan

keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga

memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan

anak harus mempelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti

mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab.

c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with

preschool)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun.


13

Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan

posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan

putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini

berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan

anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia di

sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat

rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan

fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with

schoolchildren)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah

dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia

mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai

jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini

juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan

prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan.

e. Tahap V: Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus

atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini

berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih

singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama,

jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.

Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah

melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab


14

dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri

menjadi seorang dewasa muda.

Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap ini

adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring

dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi.

Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua

untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka.

Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk

anggota keluarga, terutama orang tua dan anak remaja, untuk

berkomunikasi secara terbuka satu sama lain.

f. Tahap VI: Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching

centerfamilies)

Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan

perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan

“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan

rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung

pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah

tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau

kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua

juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi

mandiri.

g. Tahap VII: Orang Tua Paruh Baya (middle age families)

Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua,

dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan

pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika
15

orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir

dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun

kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah

wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap siap untuk

hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang

sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan

yang sehat.

h. Tahap VIII: Keluarga Lansia dan Pensiunan

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada

saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai

kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian

pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap

terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang

memuaskan dan kembali ke rumah setelah individu pensiun/ berhenti

bekerja dapat menjadi problematik.

2.1.7 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

(1998) dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut:

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun

yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui

dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya,

serta persepsi keluarga terhadap masalah.


16

b. Membuat Keputusan Tindakan Yang Tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat

mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat

mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga

dalam membuat keputusan.

c. Memberi Perawatan Pada Anggota Keluarga Yang Sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga

yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

dan perawatannya).

2. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

3. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga

yang bertanggung jawab, sumber keuangan dan finansial, fasilitas

fisik, psikososial).

5. Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan Atau Mengusahakan Suasana Rumah Yang Sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana

rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut

1. Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3. Pentingnya hiegine sanitasi.

4. Upaya pencegahan penyakit.

5. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6. Kekompakan antar anggota kelompok.


17

e. Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Ada Di Masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1. Keberadaan fasilitas kesehatan.

2. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi

2.2.1 Definisi hipertensi

Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit

dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik

di atas tekanan darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang

tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri.

Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks

dan mengisi darah kembali.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung

dan memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus

lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol-arteriol

konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan

tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut

dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).

Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan darah
18

sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg

(Muttaqin, 2009).

2.2.2 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan.

a. Hipertensi primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak di ketahui

penyebabnya, faktor yang mempengaruhi yaitu: genetik, lingkungan,

hiperaktifitas saraf simpatis sitem renin. Angiotensin dan peningkatan

Na+ Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko: obesitas,

merokok, alcohol, dan polisetemia.

b. Hipertensi sekunder

Penyebab yaitu: penggunaan esterogen, penyakit ginjal,

sindromcushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat

keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah atau

dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak

jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman beralkohol,

obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes

RI, 2013).

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat

klasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu:


19

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Normal 90 - 120 mmHg 60 - 80 mmHg
Prahipertensi 120 - 139 mmHg 80 - 89 mmHg
Stadium I 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Sumber : Smeltzeretal, 2012

Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang

dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.2.
Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 - 139 mmHg 85 - 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 - 179 mmHg 100 - 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 - 209 mmHg 110 - 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber: Triyanto, 2014

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
20

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler.

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk

pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system

pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

2.2.5 Manifestasi Klinik

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala

bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak

atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis,

marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing. (Mansjoer Arif,

dkk, 2012).
21

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Pada

tingkat awal sesungguhnya, hipertensi asimtomatis, mempunyai gejala:

1. Sakit kepala: pada oksipital, seringkali timbul pada pagi hari.

2. Vertigo dan muka merah.

3. Epistaksis spontan.

4. Kelelahan

5. Mual dan muntah

6. Sesak nafas

7. Gelisah

2.2.6 Penatalaksanaan

Deteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko

penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan

terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140

mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko.

Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat

antihipertensi.

a. Terapi tanpa Obat Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:

1. Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3. Penurunan berat badan

4. Penurunan asupan etanol


22

b. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.

1. Olahraga yang dianjurkan seperti lari, joging, bersepeda, berenang, dan

lain-lain.

2. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona

latihan.

3. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic

atau 72-80% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

4. Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5

kali/minggu.

c. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)

Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

d. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pilihan obat untuk

penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Hipertensi tanpa komplikasi: diuretik, beta blocker.

2. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu: inhibitor ACE,

penghambat reseptor angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker,

beta blocker, antagonis Ca dan diuretik.

3. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria

diberikan inhibitor ACE.


23

Skema 2.1
WOC/ Pathway Hipertensi
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas menurun arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontraksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi
Suplai O2 Vasokontraksi Siskemik Coroner
pembuluh darah
otak pembuluh
otak meningkat
menurun darah ginjal

vasokontra Iskemiam
ksi iokart
Gangguan Blood flow
pervusi menurun
jaringan Penurunan
Fatigue
curah jantung
Respon RA
Nyeri kepala Gangguan
pola tidur Intoleransi
Edema
aktivitas
24

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahap ketika seseorang perawat mengumpulkan

informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang di binanya. Pengkajian

merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang terdiri

dari beberapa tahap meliputi:

a. Pengumpulan data:

1. Data umum:

a) Identitas kepala keluarga

Nama, inisial kepala keluarga, umur, alamat, nomor telpon

jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi

keluarga yang terdiri dari inisial, jenis kelamin, umur, hubungan

dengan kepala keluarga, agama, pendidikan, status imunisasi, dan

genogram dalam tiga generasi.

b) Tipe keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional

atau tipe keluarga non tradisional).

c) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa atau kebiasaan-kebiasaan terkait dengan

kesehatan.

d) Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh

keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan.

e) Status sosial ekonomi keluarga

Status ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan

seluruh anggota keluarga baik dari kepala keluarga maupun


25

anggota lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

f) Aktifitas rekreasi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi juga

penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan

dari anak tertua dari keluarga inti dan mengkaji sejauh mana

keluarga melaksanakan tugas tahap perkembangan keluarga.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan keluarga yang

belum terpenuhi.

c) Riwayat kesehatan keluarga inti

Menjelaskan riwayat keluarga masing-masing anggota pada

keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota

keluarga yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan.

d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.

Menjelaskan kesehatan keluarga asal kedua orangtua.

3. Data lingkungan

a) Karakteristik dan denah rumah

Menjelaskan gambaran tipe rumah, gambaran rumah, luas

bangunan, pembagian dan pemanfaatan ruangan, ventilasi, kondisi

rumah, tata perabotan, kebersihan dan sanitasi lingkungan, ada atau

tidak sarana air bersih dan sistem pembuangan limbah.


26

b) Karakteristik keluarga dan komunitas

Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal,

nilai dan norma atau aturan penduduk setempat serta budaya

setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas keluarga

Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam

satu tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat

tinggal.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul atau berinteraksi dengan masyarakat lingkungan tempat

tinggal.

e) Sistem pendukung keluarga.

Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial

atau dukungan masyarakat setempat serta jaminan pemeliharaan

kesehatan yang dimiliki keluarga untuk meningkatkan upaya

kesehatan.

4. Struktur keluarga

a) Pola komunikasi keluarga.

Menjelaskan komunikasi antar anggota keluarga

menggunakan sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan frekuensi

komunikasi yang berlangsung serta isi pesan yang di sampaikan.

b) Struktur kekuatan keluarga.

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang di gunakan

keluarga dalam membuat keputusan.


27

c) Struktur dan peran keluarga.

Menjelaskan peran dari masing masing-masing anggota

keluarga baik secara formal maupun non formal.

d) Nilai dan norma keluarga.

Menjelaskan nilai dan norma yang dianut keluarga dengan

kelompok dan kualitas serta bagaimana nilai dan norma tersebut

mempengaruhi status kesehatan keluarga.

5. Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

Mengkaji gambaran dari anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga,

hubungan spikososial dalam keluarga, dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, nilai norma dan budaya

serta perilaku yang berlaku di keluarga dan di masyarakat.

c) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan.

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan

keluarga mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan

pemenuhan tugas perawatan keluarga.yaitu:

1) Mengenal masalah keluarga

Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan meliputi, tanda dan gejala, penyebab dan

yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.


28

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah

terhadap masalah yang dialami, takut akan tindakan penyakit,

maupun sifat negativ terhadap masalah kesehatan.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan perkembangan

perawat yang dibutuhkan, mengetahui keberadaan fasilitas

yang di perlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap

yang sakit.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang

dimiliki keluarga, keuntungan dan manfaat pemeliharaan

lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan

kekompakan antara anggota keluarga.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas

kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas

kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh

keluarga.

d) Fungsi reproduksi

Mengkaji jumlah anak, merencanakan jumlah anggota

keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengembalikan jumlah anggota keluarga.


29

e) Fungsi ekonomi

Menjelaskan bagaiman upaya keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan

lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga.

6. Stress dan koping keluarga:

a) Stresor jangka pendek dan panjang

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini dialami yang

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor.

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi

stresor yang ada.

c) Strategi koping yang digunakan.

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

d) Strategi adaptasi disfungsional.

7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga

tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau

rumah sakit yang meliputi pemeriksaan fisik head to toe dan

pemeriksaan penunjang.

8. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.


30

b. Analisa data

Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan

masalah kesehatan yang diangkat dari lima tugas keluarga yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan

data yang didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi:

a. Problem atau masalah

Adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang dialami oleh keluarga maupun anggota keluarga.

b. Etiologi atau penyebab

Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan

mengacu kepada lima tugas keluarga.

c. Tanda dan gejala.

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung.

Tipologi diagnosa keperawatan meliputi:

a. Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh

keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.


31

b. Diagnosa risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum

terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat

terjadi cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai

sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

Prioritas diagnosa keperawatan.

Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan

Maglaya.

Tabel 2.3
Skala Skoring
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah : 1
1.Tidak atau kurang sehat. 3
2.Ancaman kesehatan. 2
3.Krisis atau keadaan sejahtera. 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah : 2
1.Dengan mudah 2
2.Hanya sebagian 1
3.Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah : 1
1.Tinggi 3
2.Cukup 2
3.Rendah 1
4 Menonjolnya masalah : 1
1.masalah berat harus di tangani. 2
2.Ada masalah, tetapi tidak perlu harus 1
segera ditangani. 0
3. Masalah tidak dirasakan.

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

a. Tentukan skor untuk kriteria yang telah dibuat.

b. Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan

bobot. Skor yang diperoleh bagi skor tertinggi dikali dengan bobot.

c. Jumlah untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah bobot,

yaitu 5).
32

Berdasarkan asuhan keperawatan dengan hipertensi diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul menurut buku NANDA NIC NOC adalah :

a. Nyeri akut b.d peningkatan vaskuler serebral dan iskemia.

b. Kelebihan volume cairan b.d kebutuhan tubuh.

c. Intoleransi aktifitas b.d kelemehan, ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

d. Ketidak efektifan koping indifidu b.d proses perjalanan penyakit.

e. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak.

f. Resiko cidera b.d proses perjalanan penyakit.

g. Defisiensi pengetahuan b.d ketidaktahuan.

h. Ansietas b.d agen injuri

2.3.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan

dan keperawatan yang telah di identifikasi dari masalah keperawatan yang sering

muncul.

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah:

a. Menentukan sasaran dan goal.

Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang

akan dicapai melalui segala upaya, dimana masalah (problem) digunakan

untuk merumuskan tujuan akhir.

b. Menentukan tujuan dan objektif

Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih

terperinci tentang hasil yang diharapkan, dimana penyebab (etiologi)

digunakan untuk merumuskan tujuan.


33

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada

sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan

masalah.

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk

mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan tingkat

performan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang

menjadi tujuan tindakan keperawatan yang telah tercapai.

Standard mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria

mengacu kepada 3 hal, yaitu:

1. Pengetahuan (kognitif).

Intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi, gagasan,

motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan

keperawatan keluarga.

2. Sikap (afektif).

Intervensi ini dilakukan untuk membantu keluarga dalam

berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan

sikap terhadap masalah yang dihadapi.

3. Tindakan (psikomotor).

Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga

dalam perubahan perilaku yang merugikan ke perilaku yang

menguntungkan.

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :

a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu

yang sesuai dengan kondisi klien.


34

b. Kriteria hasil hendaknya dapat di ukur.

c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki

oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat

ketergantungan dapat diminimalisasi.

2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga

Penatalaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat

keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Penatalaksanaan tindakan keperawatan keluarga dilaksanakan kepada asuhan

keperawatan yang telah disusun.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilan, bila hasil dari evaluasi implementasi tidak berhasil atau sebagian

berhasil perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Metode evaluasi

keperawatan, yaitu:

a. Evaluasi formatif (proses)

Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan

dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang di lakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini

biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Adalah evaluasi aktif yang bertujuan untuk menilai secara

keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan

naratif atau laporan ringkasan.


35

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

a) Data Umum

1. Identitas Kepala Keluarga

a) Inisial/ nama : Tn. K

b) Umur : 54 Tahun

c) Alamat : Jln. Flamboyan 7 Tanjung Sawit

d) Pekerjaan : Petani Sawit

e) Pendidikan : SMA

f) Komposisi keluarga : Kepala keluarga, istri dan 2 orang Anak,

Yang sedang menempuh pendidikan.

Table 3.1
Komposisi Keluarga
Jenis
No Nama Hubungan Umur Pendidikan
Kelamin
1. Ny. T P Istri 45 th SMP
2. Amja setia L Anak 27 th S1
3. Sela P Anak 20 th SMU

g) Genogram

Bagan 3.1. Genogran

35
36

Keterangan: : Perempuan

: Laki-laki

: Perempuan meninggal

: Laki-laki meninggal

: Klien

: Tinggal Serumah

h) Tipe Keluarga

Tipe Keluaga TN. K adalah Keluarga Inti (nuclear family keluarga

yang terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya

i) Suku Bangsa

Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia, kebudayaan

yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa

sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

j) Agama

Seluruh anggota Tn. K beragama Islam dan taat beribadah, sering

mengikuti pengajian yang ada di RT serta berdoa agar Tn. K dapat

sembuh dari penyakit.

k) Status Sosial Ekonomi

Sumber pendapatan keluarga sejumlah >Rp.10.000.000,00/bulan

Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga :

Makan : 2.500.000,00

Listrik : 300.000,00

Beli bensin : 500.000,00

Biaya kuliah anak : 2.500.000,00


37

Barang-barang yang dimiliki: televisi, kulkas, sepeda motor, mobil

l) Aktivitas Rekreasi

Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan

menonton televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-

kadang.

2. Riwayat Dan Tahapan Perkembangan

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn. K merupakan tahap VI

Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda

b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga Tn. A yang belum terpenuhi tahap

VII dan VIII.

c) Riwayat kesehatan keluarga inti

Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga inti yang

menderita penyakit keturunan atau mengidap penyakit tertentu.

Namun Ny. T istri dari Tn. K menderita Alergi, tidak mempunyai

masalah dengan istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang

lainnya, dan Tn. K mempunyai riwayat penyakit hipertensi.

d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Tn.K mengatakan bahwa dia sebagai kepala keluarga mempunyai

riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, rutin kontrol ke

puskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin,

tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun

kebutuhan dasar lainnya. Saat dilakukan pemerikasaan didapatkan


38

hasil pemeriksaan TTV yaitu : TD : 180/90 mmhg , S: 36,7 ℃, R:

20 x/menit, N: 80 x/menit, TB: 167 cm, BB: 64 Kg.

3. Data Lingkungan

a) Karakteristik dan denah rumah

Jenis rumah yaitu semi permanen, status kepemilikan

rumah adalah milik pribadi Tn.K dengan jumlah kamar 3, kamar

mandi 2, dapur 1, atap genteng lantai rumah dilapisi dengan

keramik. Rumah mempunyai ventilasi yang cukup dan sirlukasi

udara yang bagus serta pencahayaan yang baik. Sumber air

keluarga yaitu sumur bor, dengan kondisi bersih dan tidak berbau.

Jarak kamar mandi dengan sumur ± 10 meter.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas

Tidak ada karakteristik khusus tetangga atau komunitas,

hubungan bertetangga dan komunitas berjalan rukun, tidak ada

aturan khusus yang mengikat individu dalam bermasyarakat

selama tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat lainnya.

Dan Tn. K mengatakan sering gotong royong.

c) Mobilitas keluarga

Sebagai desa eks transmigran, Tn. K adalah pindahan dari propinsi

Sumatera Utara.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

Kebiasaan Tn. K dilingkungan sekitarnya, yaitu Tn. K

selalu berkumpul dan berkomunikasi dengan tetangga setiap ada

kesempatan disetiap hari, dan dengan tetangganya selalu


39

melakukan kumpulan arisan, kebiasaan lain dari masyarakat di

lingkungan sekitar rumah selalu melaksanakan kerja bakti.

e) Sistem pendukung keluarga:

Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan

dengan musyawarah. Keluarga memanfaatkan layanan kesehatan

yang tersedia di desa yaitu puskesmas. Jumlah anggota keluarga

yaitu 2 orang, ke puskesmas bersama, saling mendukung satu sama

lain.

4. Struktur Keluarga

a) Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn.k selalu berkomunikasi dengan baik dan

selalu berkomunikasi dengan keluarga yang lainnya, bahasa sehari-

hari yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka

keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah, serta

mendapatkan informasi kesehatan dari pihak Puskesmas.

b) Struktur kekuatan keluarga

Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan

cara musyawarah seluruh anggota keluarga. Tn.K selaku kepala

keluarga memiliki kekuatan untuk mengendalikan dan

mempengaruhi anggota keluarga untuk merubah prilaku.

c) Struktur dan peran keluarga

Peran formal: Tn.K berperan sebagai kepala keluarga dan

Tn. K sebagai wakil kepala keluarga atau istri. Peran informal:

Tn.K memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah, Ny.T


40

sebagai ibu rumah tangga dan Ny.T memiliki hak dan tanggung

jawab yang cukup berpengaruh dalam keluarga, dan Anak-anak

Tn.K.

d) Nilai dan norma keluarga

Di dalam keluarga Tn.K tidak ada nilai dan norma khusus

yang mengikat anggota keluarga, untuk masalah kesehatan

keluarga juga tidak memiliki praktik yang harus dilakukan. Sistem

nilai yang dianut dipengaruhi oleh Adat dan Agama. Keluarga

percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula

dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada

obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke Puskesmas atau

petugas kesehatan yang terdekat.

5. Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

Hubungan Tn.K dengan istri, beserta anaknya terjalin

dengan baik, anggota keluarga saling menghormati,

memperhatikan, menyayangi dan menyemangati satu sama lain dan

selalu mendukung bila ada anggota keluarga yang sakit langsung

dibawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan.

b) Fungsi Sosial

Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan disiplin,

saling mengenal dengan masyarakat lainnya. Setiap hari keluarga

selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan

selalu mentaati norma yang baik.


41

c) Fungsi Pemenuhan (Perawatan/Pemeliharaan ) Kesehatan

Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit

hipertensi, Tn. K mengatakan masih sering mengkonsumsi garam

yang berlebih, Tn. K mengatakan masih sering mengkonsumsi

yang bersantan, ikan asin.

d) Fungsi Produksi

Tn.K memiliki 2 anak, keluarga mengendalikan jumlah

anak dengan mengikuti program keluarga berencana (KB).

e) Fungsi Ekonomi

Tn. K yang bekerja sebagai petani sawit mengatakan

penghasilan yang didapatnya dapat memenuhi kebutuhan makan

yang cukup, pakaian dan biaya untuk berobat. Keluarga

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, keluarga

menggunakan kartu BPJS untuk berobat.

6. Stres dan Koping Keluarga

a) Stresor jangka pendek dan panjang

1) Jangka pendek (<6 bulan)

Keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai

masalah berat, hanya saja Tn. K mengalami keluhan sakit

kepala, tengkuk berat.

2) Jangka panjang (>6 bulan)

Keluarga mengatakan stresor jangka panjang yaitu

memikirkan masalah kesehatan Tn. K yang tidak kunjung

sembuh.
42

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor

1) Respon keluarga terhadap stressor

Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami

Tn. K harus mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi

kondisi lebih buruk lagi.

c) Strategi koping yang digunakan

Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

untuk mengatasi keluhan Tn. K

d) Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga Tn.K tidak pernah melakukan perilaku kasar atau

kejam terhadap anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan

ancaman dalam menjelaskan masalah.

7. Harapan Keluarga

Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar

memberikan pengobatan untuk kesembuhan kepada Tn. K dan

pemantauan kesehatan keluarganya.

8. Pemeriksaan Fisik Keluarga

Tabel 3.2
Pemeriksaan Fisik Keluarga
Data Tn .K Ny. T
TTV TD: 180/90 mmHg TD: 130/70 mmHg
N: 80x/m N: 76x/m
RR: 20 x/m RR: 20 x/m
S: 36,7° C S: 36,8° C
Kepala Bentuk: simetris, bersih, Bentuk: simetris, bersih,
rambut: warna hitam rambut: warna hitam
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening dan kelenjar getah bening dan
tiroid. tiroid.
43

Aksila Tidak ada lesi dan Tidak ada lesi dan


Pembengkakan pada axila Pembengkakan pada
axila
Dada Dada tampak simetris, Dada tampak simetris,
tidak terdengar suara nafas tidak terdengar suara
tambahan, tidak lesi dan nafas tambahan, tidak
pembengkakan lesi dan pembengkakan
Abdomen Tidak ada ascites, tidak Tidak ada ascites, tidak
ada nyeri tekan dan nyeri ada nyeri tekan dan nyeri
lepas disetiap kuadran. lepas disetiap kuadran.
Ekstremita Tidak oedema, Tidak oedema,
s atas Pergerakan baik Pergerakan baik
Ekstremita Tidak oedem, varises tidak Tidak oedem, varises
s bawah ada, turgor kulit baik. tidak ada, turgor kulit
baik.

b) Data Fokus

1. Data Subjektif

a) Tn. K mengeluh kepala terasa sakit.

P : Tn. K mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya

yang kembali naik.

Q : Tn. K mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan

benda berat

R : Tn. K mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan

leher

S : Skala nyeri 6 (sedang)

T : Tn. K mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala

yang dirasakan hilang timbul

b) Tn. K mengatakan pusing, nyeri pada leher dan terasa berat.

c) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi

d) Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga

yang sakit dengan hipertensi


44

e) Tn. K mengatakan masih sering mengkonsumsi makanan yang

sama dengan anggota keluarga.

f) Tn. K mengatakan masih sering mengkonsumsi yang bersantan,

ikan asin dan perokok berat.

2. Data Objektif

a) Tn. K tampak meringis kesakitan.

b) Tn. K tampak gelisah.

c) Tanda-tanda vital.

d) TD:180 /100 mmHg

e) N: 80x/menit

f) Tn. K dan keluarga kurang dapat mengingat

g) Tn. K dan keluarga tampak mengkonsumsi makanan yang sama

h) Tn. K tampak masih merokok.

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Analisa Data


Tabel 3.3
Analisa Data
No Data subjektif dan data objektif Penyebab Masalah
1. DS: Ketidak mampuan Nyeri Akut
1. Tn. K mengeluh kepala terasa keluarga merawat
sakit. anggota keluarga
P : Tn. K mengatakan timbulnya yang sakit
keluhan karena tekanan
darahnya yang kembali naik.
Q : Tn. K mengatakan keluhan
yang dirasakan seperti
tertekan benda berat
R : Tn. K mengatakan keluhan
dirasakan pada daerah kepala
dan leher
45

S : Skala nyeri 6 (sedang)


T : Tn. K mengatakan keluhan
timbul secara tiba-tiba, sakit
kepala yang dirasakan hilang
timbul
2. Tn. K mengatakan pusing, nyeri
pada leher dan terasa berat.
DO:
1. Tn. K tampak meringis kesakitan.
2. Tn. K tampak gelisah.
3. Tanda-tanda vital.
TD:180/90 mmHg
N: 80x/ menit
2. DS: Ketidakmampuan Defisiensi
1. Keluarga mengatakan kurang keluarga mengenal pengetahuan
mengetahui tentang penyakit masalah
hipertensi
2. Keluarga mengatakan kurang
mengetahui cara merawat anggota
keluarga yang sakit dengan
hipertensi.
3. Tn. K mengatakan masih sering
mengkonsumsi garam yang
berlebih dan makan makanan
yang sama dengan keluarga.
4. Tn. K mengatakan masih sering
mengkonsumsi yang bersantan,
dan masih merokok.
DO:
1. TD: 180/90 mmHg
2. Tn. K dan keluarga kurang dapat
mengingat
3. Tn. K dan keluarga tampak
mengkonsumsi ikan asin di lihat
saat makan.
46

3.2.2 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga


a. Nyeri Akut b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
sakit.
Tabel 3.4
Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Nyeri Akut
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3x1/3 1 Masalah nyeri akut
Aktual: 3 pada Tn. K dirasakan
dan perlu tindakan
perawatan
2. Kemungkinan 1x2/2 1 Pengetahuan sumber
masalah dapat daya dan fasilitas
diubah kesehatan tersedia dan
Sebagian: 1 dapat dijangkau
/dimanfaatkan
3. Potensial masalah 2x1/3 0,6 Nyeri dapat dicegah
untuk dicegah bila keluarga
cukup: 2 mengetahui cara
perawatan yang benar
4. Menonjol masalah: 2x1/2 1 Masalah dirasakan oleh
Masalah Tn. K dan bisa menjadi
dirasakan dan perlu lebih serius bila tidak
segera ditangani: 2 segera ditanggani
Total Skore 3,6
b. Defisiensi pengetahuan b/d ketidak mampuan keluarga dalam
mengenal masalah
Tabel 3.5
Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3x1/3 1 Keluarga kurang
Aktual: 3 mengetahui tentang
penyakit hipertensi
2. Kemungkinan 1x2/2 1 Dengan informasi yang
masalah dapat cukup, akan menambah
diubah wawasan dan pengetahuan
Sebagian: 1 keluarga mengenai
hipertensi
3. Potensial untuk 3x1/3 1 Hipertensi adalah penyakit
Dicegah yang dapat dikendalikan
Mudah: 3 apabila keluarga
mengetahui
4. Menonjol 0x1/2 0 Masalah ini dirasakan oleh
masalah Tn. K dan keluarga
Masalah tidak
dirasakan: 0
Total Skore 3
47

3.2.3 Prioritas Masalah


a. Nyeri akut b.d ketidak mampuan anggota keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

b. Defesiensi pengetahuan b.d ketidak mampuan keluarga mengenal

masalah.

Tabel 3.6
Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
No Prioritas Masalah Keperawatan Skor
1. Nyeri akut b.d ketidak mampuan anggota keluarga 3,6
merawat anggota keluarga yang sakit
2. Defesiensi pengetahuan b.d ketidak mampuan keluarga 3
mengenal masalah.

3.3 Intervensi Keperawatan


Tabel 3.7
Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No Intervensi (NIC)
keperawatan hasil (NOC)
1. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Setelah dilakukan Manejemen nyeri
dengan kunjungan rumah 1. Kaji nyeri secara
ketidakmampuan sebanyak 3 kali komprehensif.
keluarga merawat kunjungan rumah 2. Observasi tanda-tanda
anggota keluarga diharapkan nyeri vital
sakit. teratasi. 3. Ajarkan/demonstrasikan
Kriteria hasil: teknik manajemen nyeri
1. Klien mampu (teknik relaksasi)
mengontrol nyeri 4. Ajarkan/demonstrasikan
(tahu penyebab teknik manajemen nyeri
nyeri, mampu (distraksi)
menggunakan 5. Anjurkan/demonstrasikan
teknik pada klien dan keluarga
nonfarmakologi kompres hangat pada
untuk mengurangi kepala bagian belakang.
nyeri, mencari 6. Anjurkan klien untuk
bantuan). meningkatkan istirahat.
2. Melaporkan bahwa 7. Beri lingkungan yang
nyeri berkurang nyaman untuk
dengan manajemen mengurangi nyeri.
nyeri. 8. Beri informasi pada klien
3. Menyatakan rasa dan keluarga tentang nyeri
nyaman setelah dan perawatan yang
nyeri berkurang. diberikan.
9. Kolaborasi pemberian
48

terapi farmakologi
(analgetik) untuk
megurangi nyeri (katopril
25 mg).
2. Defisiensi NOC NIC
pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien
berhubungan kunjungan rumah dan keluarga tentang
dengan sebanyak 3 kali hipertensi
ketidakmampuan kunjungan rumah 2. Diskusikan dengan
keluarga diharapkan keluarga keluarga tentang
mengenal mengetahui hipertensi dengan
masalah. proses penyakit. menggunakan
Kriteria hasil: leaflet/lembar balik
1. Pasien dan meliputi pengertian
keluarga hipertensi, penyebab,
menyatakan tanda dan gejala, proses
pemahaman penyakit, komplikasi,
tentang penyakit, perawatan dan
kondisi, dan pencegahan hipertensi.
program 3. Diskusikan dengan
pengobatan. keluarga tentang
2. Pasien dan keputusan untuk merawat
keluarga mampu anggota keluarga yang
melaksanakan sakit.
prosedur yang 4. Diskusikan dengan
dijelaskan secara keluarga cara merawat
benar. anggota keluarga yang
3. Pasien dan sakit.
keluarga mampu 5. Jelaskan makanan yang
menjelaskan harus dikonsumsi dan
kembali apa yang dihindari penderita
dijelaskan perawat. hipertensi.
4. Klien dan keluarga 6. Diskusikan dengan
mengetahui keluarga tentang
komplikasi lingkungan yang
hipertensi menunjang kesehatan.
7. Diskusikan bersama
keluarga tentang
pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
49

3.4 Implementasi Keperawatan

Tabel 3.8
Implementasi Keperawatan
Hari Diagnosa
No Atau Keperawatan Implementasi
Tanggal Keluarga
1. 6 April Nyeri akut 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
2020 jam berhubungan 2. Mengobservasi tanda-tanda vital
10.30 Wib dengan 3. Mengajarkan/demonstrasikan teknik
ketidakmampuan manajemen nyeri (teknik relaksasi)
keluarga 4. Mengajarkan dan demonstrasikan
merawat teknik manajemen nyeri (distraksi)
anggota keluarga 5. Menganjurkan/demonstrasikan pada
sakit. klien dan keluarga kompres hangat
pada kepala bagian belakang.
6. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat.
7. Beri lingkungan yang nyaman untuk
mengurangi nyeri.
8. Memberikan informasi pada klien dan
keluarga tentang nyeri dan perawatan
yang diberikan.
9. Berkolaborasi pemberian terapi
farmakologi (analgetik) untuk
mengurangi nyeri (katopril 25 mg).
2. 7 April Defisiensi 1. Mengkaji pengetahuan klien dan
2020 jam pengetahuan keluarga tentang hipertensi
11.00 Wib berhubungan 2. Berdiskusi dengan keluarga tentang
dengan hipertensi dengan menggunakan
ketidakmampuan leaflet/lembar balik meliputi pengertian
keluarga hipertensi, penyebab, tanda dan gejala,
mengenal proses penyakit, komplikasi, perawatan
masalah. dan pencegahan hipertensi.
3. Berdiskusi dengan keluarga tentang
keputusan untuk merawat anggota
keluarga sakit.
4. Berdiskusi dengan keluarga cara
merawat anggota keluarga yang sakit.
5. Jelaskan makanan yang harus
dikonsumsi dan dihindari penderita
hipertensi.
6. Berdiskusi dengan keluarga tentang
lingkungan yang menunjang kesehatan.
7. Berdiskusi bersama keluarga tentang
pemanfaatan fasilitas kesehatan.
50

3. 8 April Nyeri akut 1. Mengobservasi tanda-tanda vital


2020 jam berhubungan 2. Mengajarkan dan demonstrasikan
10.15 Wib dengan teknik manajemen nyeri (distraksi)
ketidakmampuan 3. Menganjurkan/demonstrasikan pada
keluarga klien dan keluarga kompres hangat
merawat pada kepala bagian belakang.
anggota keluarga 4. Menganjurkan klien untuk
sakit. meningkatkan istirahat.

3.5 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Tabel 3.8
Evaluasi Keperawatan
Hari/ Tanda
No Diagnosa SOAP
Tanggal Tangan
1. 7 April Nyeri akut Subjektif:
2020 jam berhubungan 1. Klien mengatakan nyeri
10.45 Wib dengan masih dirasakan namun
ketidakmampuan sudah sedikit berkurang
keluarga (skala nyeri 4).
merawat anggota 2. Klien mengatakan mampu
keluarga sakit. mengontrol nyeri dengan
teknik relaksasi dan distraksi
(klien melakukan teknik
distraksi nyeri dengan
membaca Al-Quran).
3. Klien menyebutkan
penyebab terjadinya dan
nyeri.
4. Klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang setelah
melakukan teknik
manajemen nyeri yang
diajarkan.
5. Klien mengatakan merasa
lebih nyaman dan nyeri
berkurang setelah melakukan
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
Objektif:
1. Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
2. Klien mampu menyebutkan
penyebab terjadinya nyeri.
51

3. Tn. K tidak lagi terlihat


gelisah dan meringis.
4. Tanda-tanda vital :
TD : 170/100
N : 78 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,7° C
Asesmen: Masalah teratasi
sebagian
Planing:
1. Kaji skala nyeri
2. Observasi TTV
3. Anjurkan melakukan teknik
relaksasi.
4. Anjurkan melakukan teknik
distraksi.
5. Anjurkan memberi kompres
hangat pada kepala bagian
belakang.
6. Anjurkan klien
meningkatkan istirahat.
2. 8 April Defisiensi Subjektif:
2020 jam pengetahuan 1. Keluarga mengatakan paham
10.30 Wib berhubungan tentang penyakit, kondisi,
dengan dan program pengobatan
ketidakmampuan yang diberikan pada Tn. K.
keluarga 2. Keluarga mengatakan
mengenal melaksanakan program
masalah. pengobatan sesuai dengan
yang dijelaskan perawat.
3. Keluarga menyebutkan
pengertian hipertensi,
penyebabnya, tanda dan
gejala, perawatan dan
pencegahan penyakit
hipertensi dengan bahasa
sendiri.
4. Klien dan keluarga
menyebutkan komplikasi
hipertensi
Objektif:
1. Klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara
benar.
2. Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat
52

tentang hipertensi.
3. Klien dan keluarga
mengetahui komplikasi
hipertensi
Asesmen: Masalah teratasi.
Planing:
Intervensi dipertahankan
keluarga.
3. 9 April Nyeri akut Subjektif:
2020 jam berhubungan 1. Klien mengatakan nyeri
10.00 Wib dengan masih dirasakan namun
ketidakmampuan sudah sedikit demi sedikit
keluarga berkurang (skala nyeri 2 ).
merawat 2. Klien mengatakan mampu
anggota keluarga mengontrol nyeri dengan
sakit. teknik relaksasi dan distraksi
(klien melakukan teknik
distraksi nyeri dengan
membaca Al-Quran).
3. Klien mengatakan masih
menerapkan cara yang di
ajarkan kemaren.
Objektif:
1. Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan
kompres hangat pada kepala
bagian belakang.
2. Klien mampu menyebutkan
3. penyebab terjadinya nyeri.
4. Tn. K tidak lagi terlihat
gelisah dan meringis.
5. Tanda-tanda vital :
TD : 160/90.
N : 75 x/m
RR : 18 x/m
S : 36,6° C
Asesmen: Masalah teratasi
Planing:
Intrvensi di hentikan, lajutkan
pemantauan berkala dan
pemeriksaan TD.
53

BAB 4
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

Dalam hasil studi kasus ini penulis menguraikan masalah yang terjadi di

dalam kasus serta membandingkan teori dengan kenyataan pada saat melakukan

asuhan keperawatan keluarga pada Tn. K dengan hipertensi di Jalan Flamboyan 7

Tanjung Sawit Kecamatan Tapung pada tanggal 6-9 April 2020.

Dalam proses keperawatan ini terdiri dari pengkajian keperawatan

keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, intervensi, implementasi, dan evaluasi

keperawatan keluarga. Pada kasus yang dikelola penulis, dapat di identifikasi

masalah keperawatan keluarga tersebut dilakukan dengan terapi individu berupa

asuhan keperawatan dan interaksi langsung untuk mendeskripsikan asuhan

keperawatan keluarga pada klien. Di dalam asuhan keperawatan keluarga yang

dilakukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil yang didapat.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data yang

ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan profesional

yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data

keluarga berasal dari berbagai sumber: wawancara, observasi rumah keluarga dan

fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga (Padila, 2012).

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan pengkajian

pada keluarga Tn.K dengan menggunakan format pengkajian keluarga, metode

53
54

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang

diperlukan. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 April Tn. K mengeluh

kepala terasa sakit, Tn. K mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan

darahnya yang kembali naik, keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda berat

pada daerah kepala dan leher, Skala nyeri 6 (sedang), keluhan timbul secara tiba-

tiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul. Tn. K mangatakan kepala terasa

sakit disertai pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. Saat dilakukan

pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 180/90 mmHg, Nadi 80 x/menit.

Keluhan yang disampaikan tersebut sesuai dengan tanda dan gejala hipertensi.

Menurut Crowin, (2000) dalam Wijaya & Putri, (2013) namun tidak

semua gejala muncul dalam kasus keluarga Tn. K, berdasarkan teori Crowin

(2000) dalam Wijaya & Putri (2013) tanda dan gejala hipertensi yaitu nyeri kepala

saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan

intracranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan

langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glumerolus, edama dependen dan

pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

(Brunner & Suddart, 2015) juga mengatakan bahwa gejala yang timbul

selain dari peningkatan darah yang tinggi, dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh

darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus).

Pada pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga didapatkan data

keluarga kurang mengetahui tentang penyakit hipertensi, Tn. K mengatakan masih

sering mengkonsumsi garam dan makanan yang sama dengan anggota keluarga

yang berlebih dan masih sering mengkonsumsi yang bersantan, ikan asin. Data
55

objektif: Tn. K dan keluarga kurang dapat mengingat, Tn. K dan keluarga tampak

sedikit kebingungan dan tidak memahami ketika ditanya mengenai penyakit

hipertensi. Keluarga juga kurang mengetahui cara perawatan penyakit hipertensi.

Hal tersebut sesuai teori menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang

berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan

pengaruh lingkungan seperti: stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang

kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen

dalam hipertensi.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari

individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).

Penulisan diagnosa keperawatan mengacu pada P-E-S (Problem + etiologi

+ simptom) dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari NANDA.

Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data

subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan pada tinjauan teori

dengan kasus mengenai masalah hipertensi terdapat sedikit perbedaan. Dalam

teori terdapat 9 kemungkinan diagnosa keperawatan yang kemungkinan

ditemukan, tetapi di kasus terdapat 2 diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan yang muncul dalam tinjauan teori (NANDA NIC-NOC 2013) yaitu :

1. Penurunan curah jantung

2. Intoleransi aktivitas
56

3. Nyeri (sakit kepala)

4. Kelebihan volume cairan

5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

6. Ketidakefektifan koping

7. Defisiensi pengetahuan

8. Ansietas

9. Resiko cidera

Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Tn. K dengan

hipertensi pada Tn. K yaitu:

1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga sakit.

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

mengenal masalah.

Dari beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan 2

diagnosa yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu:

1. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual

atau potensial yang digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (International Association For The Study Of Pain) : awitan yang tiba-

tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (NANDA

NIC-NOC, 2013).
57

Nyeri terjadi diawali adanya faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya hipertensi (usia, jenis kelamin, merokok, stres, kurang olahraga,

faktor genetik, alkohol, konsentrasi garam, obesitas), hipertensi

menyebabkan peningkatan tekanan vaskuler pembuluh darah kemudian

terjadi vasokontriksi sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi, gangguan

sirkulasi menyebabkan resistensi pembuluh darah ke otak meningkat

sehingga menyebabkan terjadinya nyeri (sakit kepala). Masalah bersifat

aktual dan sangat dirasakan, perawatan segera perlu dilakukan untuk

menghindari semakin parahnya masalah.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi klien

langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat, klien

mampu menggunakan teknik non farmakologi (manajemen nyeri) untuk

mengurangi/mengatasi nyeri.

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah.

Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA NIC-

NOC, 2013). Berdasarakan patofisiologis penyakit hipertensi terjadi

diawali dengan adanya faktor predisposisi terjadinya hipertensi, informasi

yang kurang tentang penyakit menyebabkan terjadinya perubahan situasi

pada keluarga. Masalah bersifat aktual namun tidak memerlukan tindakan

perawatan segera karena masih dapat ditolerir dan tidak memberikan

ancaman fisik. Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi

keluarga langsung kooperatif terhadap intervensi yang diberikan perawat,

keluarga paham tentang penyakit hipertensi.


58

4.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis

keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif serta

menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi

dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja

(Friedman, 2010).

Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan keperawatan yang

ada. Intervensi dari diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit disusun sesuai dengan

NANDA NIC-NOC yaitu manajemen nyeri, intervensi yang diberikan adalah kaji

nyeri secara komprehensif, observasi tanda-tanda vital, ajarkan/demonstrasikan

teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi), ajarkan/demonstrasikan teknik

manajemen nyeri (distraksi), anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga

kompres hangat pada kepala bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan

istirahat, beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi

pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan serta

kolaborasi pemberian terapi analgetik untuk mengurangi nyeri.

Intervensi diagnosa kedua defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Penyusunan intervensi disesuaikan

dengan NANDA NIC-NOC (teaching: disease procces) dan fungsi perawatan

kesehatan keluarga, intervensi yang diberikan yaitu kaji pengetahuan klien dan

keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan

menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi, penyebab, tanda

dan gejala, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi,


59

diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota keluarga

sakit, diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit,

jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi,

diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang kesehatan dan

diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi

rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan

memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat

menilai potensial yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui

implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah

kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang

dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,

memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat. (Sudiharto,2012).

Implementasi keperawatan dibuat berdasarkan intervensi keperawatan

keluarga yang telah disusun. Implementasi dari diagnosa pertama yaitu nyeri akut

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit

yaitu mengkaji nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda vital,

mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik relaksasi),

mengajarkan/mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi),

menganjurkan/mendemonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada

kepala bagian belakang, menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat,

memberi lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, serta memberi

informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan.
60

Implementasi dari diagnosa kedua yaitu defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yaitu mengkaji

pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi, mendiskusikan dengan

keluarga tentang hipertensi dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi

pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, proses penyakit, komplikasi,

perawatan dan pencegahan hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga tentang

keputusan untuk merawat anggota keluarga sakit, mendiskusikan dengan keluarga

cara merawat anggota keluarga yang sakit, menjelaskan makanan yang harus

dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, mendiskusikan dengan keluarga

tentang lingkungan yang menunjang kesehatan serta mendiskusikan bersama

keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki

produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga.

Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang

menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau

sulitnya dalam melaksanakan evaluasi (Sudiharto, 2012).

Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan. Evaluasi yang

dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit pada hari pertama

evaluasi pada tanggal 7 April didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri

masih dirasakan namun sudah sedikit berkurang (skala nyeri 4), klien mengatakan

mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien melakukan
61

teknik distraksi nyeri dengan membaca Al-Quran), klien menyebutkan

penyebab terjadinya nyeri, klien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah

melakukan teknik manajemen nyeri yang diajarkan, klien mengatakan merasa

lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat pada kepala

bagian belakang. Hasil objektif didapatkan data klien mampu mendemonstrasikan

teknik relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang, klien

mampu menyebutkan penyebab terjadinya nyeri, Tn. K tidak lagi terlihat gelisah

dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah

175/90, nadi 78 x/m, pernafasan 18 x/m dan suhu 36,7

1. Analisis masalah teratasi sebagian dengan planing kaji skala nyeri,

observasi TTV, anjurkan melakukan teknik relaksasi, anjurkan melakukan

teknik distraksi, anjurkan memberi kompres hangat pada kepala bagian

belakang serta anjurkan klien meningkatkan istirahat. Hari kedua evaluasi

keperawatan diagnosa nyeri akut pada tanggal 9 April 2020 didapatkan

hasil subjektif Tn. K mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang daripada

kemarin (skala nyeri 3), klien mengatakan mampu mengontrol nyeri

dengan teknik relaksasi dan distraksi (klien melakukan teknik distraksi

nyeri dengan membaca Al-Quran), klien menyebutkan penyebab

terjadinya nyeri, klien mengatakan nyeri berkurang setelah melakukan

teknik manajeman nyeri yang diajarkan, klien mengatakan merasa lebih

nyaman dan nyeri berkurang setelah melakukan kompres hangat pada

kepala bagian belakang.

Data objektif didapatkan Tn. K mampu mendemonstrasikan teknik

relaksasi, distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang, Tn.

K tidak lagi terlihat gelisah dan meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda


62

vital didapatkan tekanan darah 170/90mmhg, nadi 78x/m, pernafasan

18x/m dan suhu 36,7ºC. Hasil analisis masalah teratasi sebagian dengan

planing kaji skala nyeri, observasi TTV, anjurkan melakukan teknik

relaksasi, anjurkan melakukan teknik distraksi, anjurkan memberi kompres

hangat pada kepala bagian belakang serta anjurkan klien meningkatkan

istirahat. Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 9 April 2020 dan

didapatkan hasil subjektif klien mengatakan nyeri sudah tidak dirasakan,

klien mengatakan mampu mengontrol nyeri dengan teknik manajemen

nyeri, klien mengatakan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri, klien

mengatakan sudah merasa nyaman karena nyeri yang dirasakan sudah

hilang. Data objektif didapatkan klien menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri berkurang, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi,

distraksi dan kompres hangat pada kepala bagian belakang, klien mampu

menyebutkan penyebab terjadinya nyeri, Tn. K tidak terlihat gelisah dan

meringis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah

160/90, nadi 75 x/m, pernafasan 18 x/m dan suhu 36,6 ºc.

2. Hasil analisa masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien dan

keluarga. Evaluasi keperawatan diagnosa kedua defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, hari

pertama evaluasi dilakukan pada tanggal 7 April 2020 dan didapatkan

hasil subjektif mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program

pengobatan yang diberikan pada Tn. K, keluarga mengatakan

melaksanakan program pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan

perawat, keluarga menyebutkan pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda

dan gejala, komplikasi, perawatan dan pencegahan penyakit hipertensi

dengan bahasa sendiri.


63

Data objektif didapatkan klien dan keluarga mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan secara benar, klien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan namun masih sering lupa dan

tidak lancar, klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi.

Analisis masalah teratasi sebagian dengan planing kaji pengetahuan

keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi

dengan menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi,

penyebab, tanda dan gejala, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan

pencegahan hipertensi dan diskusikan dengan keluarga cara merawat

(program pengobatan) anggota keluarga sakit. Evaluasi hari kedua

dilakukan pada tanggal 8 April 2020 dan didapatkan hasil subjektif

keluarga mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program

pengobatan yang diberikan pada Tn. K keluarga menyebutkan pengertian

hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejala, komplikasi, perawatan dan

pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri.

Data objektif didapatkan klien dan keluarga mampu menjelaskan

kembali apa yang dijelaskan namun masih sering lupa dan tidak lancar,

klien dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi. Analisis masalah

teratasi sebagian dengan planing kaji pengetahuan keluarga tentang

hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan

menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian hipertensi,

penyebab, tanda dan gejala, proses penyakit, komplikasi, perawatan dan

pencegahan hipertensi, diskusikan dengan keluarga cara merawat

(program pengobatan) anggota keluarga sakit. Evaluasi terakhir dilakukan

pada tanggal 9 April 2020 dan didapatkan hasil subjektif keluarga


64

mengatakan paham tentang penyakit, kondisi, dan program pengobatan

yang diberikan pada Tn. K, keluarga mengatakan melaksanakan program

pengobatan sesuai dengan yang dijelaskan perawat, keluarga menyebutkan

pengertian hipertensi, penyebabnya, tanda dan gejala, perawatan dan

pencegahan penyakit hipertensi dengan bahasa sendiri, klien dan keluarga

menyebutkan komplikasi hipertensi.

Data objektif didapatkan klien dan keluarga mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan secara benar, klien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat tentang hipertensi, klien

dan keluarga mengetahui komplikasi hipertensi. Hasil analisis masalah

teratasi dengan intervensi dipertahankan keluarga.


65

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga Tn.

K dengan hipertensi pada Tn. K di Wilayah kerja puskesmas Tapung, penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil

pengkajian didapatkan data dimana anggota keluarga Tn. K dalam hal ini

Tn. K mengeluhkan sakit kepala, pusing, nyeri pada leher dan terasa berat,

keluarga tidak tahu tentang masalah yang dialami, tidak mampu merawat

anggota keluarga sakit. Hasil pemeriksaan diperoleh data Tn. K tampak

meringis dan gelisah, keluarga tampak tidak mengerti tentang penyakit.

Hasil pemeriksaan TTV Tn. K diperoleh TD:180/90, N: 80x/m, RR:

20x/m, dan S: 36,7° C.

2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa

keperawatan keluarga yaitu nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit dan defisiensi

pengetahuan berhubungan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah

keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang direncanakan untuk

diagnosa nyeri akut yaitu kaji nyeri secara komprehensif, observasi tanda-

tanda vital, ajarkan/ demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik

relaksasi), ajarkan/ demonstrasikan teknik manajemen nyeri (distraksi),

anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga kompres hangat pada

65
66

kepala bagian belakang, anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat, beri

lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri, beri informasi pada

klien dan keluarga tentang nyeri dan perawatan yang diberikan dan

kolaborasi pemberian terapi analgetik untuk mengurangi nyeri.

4. Intervensi yang direncanakan untuk diagnosa defisiensi pengetahuan yaitu

kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan

keluarga tentang hipertensi, diskusikan dengan keluarga tentang keputusan

untuk merawat anggota keluarga sakit, diskusikan dengan keluarga cara

merawat anggota keluarga yang sakit, jelaskan makanan yang harus

dikonsumsi dan dihindari penderita hipertensi, diskusikan dengan keluarga

tentang lingkungan yang menunjang kesehatan serta diskusikan bersama

keluarga tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan.

5. Implementasi dilakukan pada tanggal 6-9 April 2020. Implementasi yang

telah dilaksanakan sesuai dengan intervensi (NIC) yang telah disusun.

6. Evaluasi dilakukan pada tanggal 6-9 April 2020. Evaluasi yang telah

dilaksanakan sesuasi dengan tujuan keperawatan (NOC) yang telah

disusun. Analisis masalah nyeri akut didapatkan hasil masalah teratasi dan

masalah keperawatan defisiensi pengetahuan juga didapatkan analisis

masalah teratasi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Masyarakat/Klien

Keluarga berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga

diharapkan perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari

keluarga. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol emosi,

mengontrol pola makan, dan memeriksakan kesehatan secara rutin.


67

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai referensi

perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai bahan acuan dan

dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya hipertensi.

5.2.3 Bagi Puskesmas

Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan motivasi dan bimbingan

kesehatan khususnya penyakit hipertensi kepada keluarga dan dapat memberikan

asuhan keperawatan keluarga secara optimal serta lebih meningkatkan mutu

pelayanan di komunitas atau dilapangan.


68

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Dinkes Kab. Kampar 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2018,
Dinkes Kampar, Profil 2018

Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.


Kendari: Dinkes Sultra

Dion, Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan


Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset,


Teori &Praktik. Jakarta : EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kemenkes RI. Info Data dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta : Kemenkes RI; 2014.

Kemenkes RI: Keperawatan Keluarga dan Komunitas Badan PPSDM Kesehatan,


bppsdmk.kemkes; 2016

Kemenkes RI: Pedoman Umum Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan


Keluarga, edisi 2 Kemenkes RI 2017

Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular


Panduan Klinis. Bandung: IKAPI

Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep dan Aplikasi.


Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine. University


of Lampung.

Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
69

Anda mungkin juga menyukai